Anda di halaman 1dari 4

3.2.

2 Analisis di laboratorium
Analisis lebih lanjut terkait ekosistem lamun adalah pengukuran di laboratorium untuk
mendapatkan berat kering dengan mengoven sampel biomassa dan sedimen pada suhu 60 - 70°C
sampai beratnya stabil kurang lebih 3 hari. Pengeringan sampel sedimen juga bisa dilakukan
dengan sistem pembekuan (freezing). Selanjutnya sampel dihaluskan dan dianalisis dengan alat
Carbon Hidrogen Nitrogen Sulfur Analyzer (CHNS analyzer) untuk mendapatkan nilai karbon
atau dengan metode lainnya (Gambar 19). Ada beberapa metode untuk mendapatkan nilai karbon
dengan metode pengeringan (Loss of Ignition atau LOI, dengan alat elemental analyzer) maupun
metode basah atau titrasi (Walkley dan Black) adapun metode tersebut yaitu:
1. Metode Loss of Ignition (LOI) Metode ini pada prinsipnya adalah menghilangkan bahan
organik melalui proses pembakaran di dalam tanur/tungku (furnace). Nilai bahan organik yang
didapat merupakan berat sampel yang hilang karena pembakaran pada suhu tertentu 450-550ºC
selama beberapa waktu 4-8 jam (Heiri et al., 2001; Santisteban et al., 2004; Praptisih and
Cahyarini, 2012; Fourqurean et a.l., 2014). Tahapannya sebagai berikut:
a. Sebelum dibakar dalam tungku, sampel dikeringkan dengan cara diangin-anginkan, ditimbang
beratnya (A gram), kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 100-105ºC selama 12-24 jam
(untuk menghilangkan kandungan air dalam sampel). Selanjutnya sampel didinginkan dalam
desikator kemudian ditimbang beratnya (B gram). Sampel dalam kondisi ini dapat disebut
sampel mentah yang dapat digunakan untuk analisis konsentrasi karbon.
b. Sampel dihomogenasi dengan cara dihaluskan dalam mortar sampai halus dan ukuran partikel
menjadi sama.
c. Cawan porselen dipanaskan di dalam tanur pada suhu 900ºC selama 15 menit.
d. Cawan porselen yang telah dipijarkan kemudian didinginkan, ditimbang dan dicatat beratnya
(C gram).
e Sampel yang telah dikeringkan dan dihomogenasi dimasukkan sebanyak ± 1 gram ke dalam
cawan porselen, kemudian dicatat bobotnya (D gram).
f. Sampel dalam cawan porselen dimasukkan ke dalam tanur, dan dipijarkan pada suhu 450 -
550ºC selama ± 4 jam.
g. Sampel dalam cawan porselen didinginkan di dalam desikator dan kemudian ditimbang (E
gram).
h. Perhitungan: % LOI bahan organic = ((D - E)/(D - C)) x 100 33
Pedoman Pengukuran Karbon di Ekosistem Padang Lamun Keterangan:
C adalah bobot cawan porselen kosong
D adalah bobot cawan porselen + contoh
E adalah bobot cawan porselen + contoh setelah pemijaran (residu)
i. Karena dalam metode LOI bukan hanya karbon organik yang terukur tapi juga bahan organik
lainnya di luar karbon seperti nitrogen, sulfur dan lainnnya, maka dilakukan koreksi (Fourqurean
et al., 2014) sebagai berikut: % Corg = 0,40 x % LOI - 0,21
2. Metode Walkley dan Black (WB)
Metode ini pada prinsipnya menghilangkan bahan organik (oksidasi) melalui proses pengasaman
kemudian melalui titrasi menghitung sisa asam setelah mengoksidasi bahan organik, metode ini
sering dikatakan metode basah dalam pengukuran bahan organik. Larutan asam yang digunakan
adalah larutan asam Potasium dikromat (K2 Cr2O7) yang kemudian dititrasi dengan larutan
Ferrous sulfat (FeSO4) sehingga bahan organik dapat dihitung. Tahapan yang dilakukan dalam
metode WB adalah sebagai berikut (Schumacher, 2002; Mylavarapu, 2009):
a. Timbang 1 gram sampel tanah ke dalam media labu Erlenmeyer dengan kapasitas 250 mL.
b. Lakukan standardisasi larutan Ferrous Sulfate terlebih dahulu yaitu dengan melakukan titrasi
dua blanko (media tanpa sampel) sebelum melanjutkan dengan sampel yang akan dianalisa. Jika
titrasi kedua blanko tersebut berbeda sebesar lebih dari 0,2 mL larutan Ferrous Sulfate, maka
buret dan pipa harus dibersihkan. Kemudian lakukan analisis ulang untuk dua larutan blanko lagi
agar diketahui apakah masalah telah dihilangkan.
c. Teteskan menggunakan pipet larutan 0,167 M Kalium dikromat sebanyak 10,0 mL ke dalam
setiap labu yang mengandung sampel kemudian labu diputar-putar dengan hati-hati agar
tercampur.
d. Masing-masing labu diletakkan di dalam ruang pengasaman (lemari asam), kemudian dengan
hati-hati tambahkan 20 mL Asam Sulfat pekat ke masing-masing labu dan campurkan dengan
hati-hati, warna campuran akan berubah menjadi merah jingga.
e. Biarkan labu erlemeyer selama 5 menit di dalam lemari asam agar uap asamnya hilang.
f. Tambahkan air murni ke masing-masing labu sehingga volume akhir kira-kira 125 mL.,
kemudian labu diputarputar secara lembut agar tercampur.
g. Biarkan sampel mendingin sampai mencapai suhu kamar kemudian periksa kembali volume
setelah 30 menit.
h. tambahkan 1 ml indicator difilinamin dan 5 ml H3PO4 85% dan segera titrasi dengan larutan
Ferrous Sulfate 1 M.Gunakan pengaduk untuk mencampur sampel dengan benar saat dititrasi.
Saat titrasi berlangsung, larutan akan berubah menjadi warna hijau yang akan berubah secara
tiba-tiba menjadi coklat kemerahan ketika titik akhir titrasi tercapai.
i. Catat setiap pembacaan volumetrik hingga mL terdekat.
j. Perhitungan:
( B−A ) × M FeSO 4 × 12× 100
%C =
gr sampel × 4000
Keterangan:
Metode ini lebih sesuai pada sampel yang memiliki nilai bahan organik kurang dari 6% dan
selain itu pembuangan bahan-bahan asam harus sesuai prosedur (Mylavarapi, 2009).
3. Menggunakan CHNS analyzer
Mengetahui kandungan karbon dalam sampel dengan tingkat keakuratan yang tinggi juga dapat
dilakukan dengan menggunakan alat elemental analyzer. Peralatan ini merupakan peralatan yang
mahal sehingga analisis menggunakan CHNS analyzer ini terbatas hanya pada kalangan tertentu.
Konsepnya sama dengan LOI yaitu membakar sampel sehingga besaran elemen atau unsur
penyusunnya dapat ditentukan. Metode ini melakukan oksidasi yang sempurna dari sampel
dengan cara pembakaran sekejap. Gas pwmbakaran dipisahkan oleh komotografi kolom,
kemudian dideteksi menggunakan thermal conductivity detector (TCD) yaitu dengan
mengeluarkan sinyal keluaran yang proporsional dengan konsentrasi dari komponen individu
yang membentuk campuran gas yang akan diukur tersebut. Elemental analyzer mampu
menganalisis karbon, hidrogen, nitrogen dan sulfur dengan menggunakan oksida katalitik
tertentu yang mampu menganalisis senyawa atau zat dari komposisi dan struktur unsur apa pun
(Fadeeva, et al., 2008). Tahapan yang dilakukan sama dengan tahapan LOI dimana diperlukan
proses pengeringan sampel, kemudian homogenasi, yang dilanjutkan dengan penimbangan
dalam ukuran mikro, kemudian dimasukkan ke dalam alat CHNS analyser (Gambar 19), yang
didapat adalah nilai total karbon. Untuk mendapatkan nilai karbon organik dapat dilakukan
dengan mengukur karbon anorganik. Cara yang dapat dilakukan ada dua (Fourqurean et al.,
2014) yaitu:
a. Pengasaman: pendekatan ini mudah, murah, dan tidak membutuhkan laboratorium
canggih, cukup dengan peralatan sederhana. Karbon anorganik diuapkan menjadi CO2
dengan memperlakukan sampel sedimen dengan asam kuat. Estimasi kandungan karbon
anorganik diukur dari perbedaan berat sampel sebelum dan sesudah pengasaman. Namun
terdapat risiko menggunakan metode ini yaitu beberapa karbon organik juga akan hilang
sehingga dapat mempengaruhi estimasi karbon organik. Hal ini dapat dihindari dengan
menggunakan asam encer namun prosesnya membutuhkan waktu yang lebih lama, cara
ini dapat meminimalkan hilangnya karbon organik akibat dekomposisi. Di dalam proses
pengasaman adalah penting untuk menentukan perlu tidaknya pemakaian asam kuat atau
asam lemah. Hal ini dapat dilakukan dengan mengambil sedikit sampel mentah (yang
sudah dikeringkan) dan ditempatkan dalam piringan kaca kemudian ditetesi asam kuat,
jika sampel mengeluarkan gelembung (merupakan gas CO2) menandakan sedimen
banyak mengandung karbonat (CO3) sehingga dapat diteruskan dengan menggunakan
asam kuat. Umumnya sedimen pesisir mengandung CaCO3 yang tinggi sehingga
mempengaruhi estimasi besaran nilai karbon terutama di ekosistem lamun. Berat akhir
sampel setelah proses pengasaman selesai merupakan berat karbonat.
b. Elemental analyzer: sampel sedimen dipanaskan sampai 500ºC selama 4 - 8 jam. Pada
suhu ini karbon organik akan hilang meninggalkan karbon anorganik dalam abu, sisa
karbon anorganik dalam sampel residu kemudian ditentukan nilainya dengan
menggunakan alat Elemental analyzer.

Anda mungkin juga menyukai