Anda di halaman 1dari 6

Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF2016 p-ISSN: 2339-0654

VOLUME V, OKTOBER 2016 e-ISSN: 2476-9398


http://snf-unj.ac.id/kumpulan-prosiding/snf2016/

DOI: doi.org/10.21009/0305020230

FISIKA TENTANG PENGARANGAN TEMPURUNG KELAPA DAN


ASAP CAIR

Dewanto Kamas Utomo1,a), Dona Mustika1,b), Lilik Hendrajaya2,a)


1
Magister Pengajaran Fisika ITB, Jl.Ganesha 10, Bandung 40132
2
Fisika Bumi dan Sistem Kompleks ITB, Jl.Ganesha 10, Bandung 40132
*)
Email: 1,a)dewantokamasutomo@gmail.com, 2,a)dona.phys@gmail.com, 2,a) lilik.hendrajaya@gmail.com

Abstrak

Kelapa merupakan tanaman yang dapat dimanfaatkan diseluruh bagian sepeti pada sabut, tempurung,
air dan daging. Salah satu pemanfaaatan tersebut adalah briket dan uap cair yang merupakan hasil
pengolahan dari tempurung kelapa. Proses pengolahan briket dan asap cair dapat dikaji secara fisika
yang kemudian dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar fisika. Metode analisis dan pengamatan
mengenai pengolahan tempurung kelapa dilakukan di PT. Tropica Nuficera Industry Yogyakarta.
Dalam hal ini, telah dianalisis beberapa konsep fisika pada proses pengolahan briket dan asap cair.
Konsep fisika yang dikaji adalah termodinamika, perpindahan panas, gaya dan tekanan.
Kata-kata kunci: tempurung kelapa, briket, asap cair, fisika.

Abstract

E Coconut is a plant that can be used in all parts of a case on husks, shells, water and meat. One of these
is the utilization of briquettes and smoke liquid which is the result of the processing of coconut shells.
The processing of briquettes and liquid smoke can be studied in physics that can then be used as
teaching materials physics. Methods of analysis and observations regarding the processing of coconut
shell is done in PT. Tropica Nuficera Industry Yogyakarta. In this case, it has analyzed some physics
concepts in the processing briquettes and liquid smoke. Physics concepts are thermodynamics, heat
transfer, force and pressure.
Keywords: Coconut shell, briqutetes, liquid smoke, physics.

1. Pendahuluan Namun dengan perkembangan teknologi


terbaharukan, limbah-limbah tersebut dapat diolah
Buah kelapa tersusun atas bagian kulit luar
sehingga memberikan manfaat yang lebih besar.
(epicarp), sabut (mesocarp), tempurung (endocarp),
Salah satu pemanfaatan limbah tempurung kelapa
daging buah (endosperm) dan air kelapa. Bagian
dapat dijadikan asap cair dan briket. Asap cair
penyusun ini ditunjukkan pada Gambar 1.
(liquid smoke) yang dihasilkan dari tempurung
kelapa merupakan hasil pengembunan (kondensasi)
dari uap/asap hasil pirolisis tempurung kelapa.
Sedangkan briket yang dihasilkan dari tempurung
kelapa merupakan hasil pengarangan dari proses
karbonisasi yang dikeringkan, digerus, direkatkan
dengan perekat dan dikeringkan kembali sehingga
menghasilkan kerapatan yang tinggi dan dapat
menghasilkan kalor yang tinggi.
Aplikasi dari briket digunakan untuk
Gambar 1. Bagian-bagian kelapa. pembakaran steak, sate, daging (barbeque), ikan,
roti, dan masakan - masakan di bandara. Asap cair
Manfaat dari buah kelapa yang paling banyak terdiri dari tiga grade berdasarkan banyaknya proses
digunakan selama ini hanyalah bagian air dan daging destilasi. Aplikasinya yaitu pada grade satu (satu kali
buah. Sedangkan limbahnya seperi serabut dan proses destilasi) dapat digunakan sebagai pengganti
tempurung sering dijadikan sebagai bahan bakar formalin dalam proses pembuatan bakso/mie/tahu.
kayu. Oleh karena itu, manfaat tanaman kelapa Aplikasi grade dua (dua kali proses destilasi) dapat
begitu banyak, bahkan orang Asia dan Polinesia digunakan sebagai pengawet ikan. Aplikasi grade
menamakan Kelapa sebagai ”Pohon Kehidupan” [1]. tiga (tiga kali proses destilasi) dapat digunakan

Seminar Nasional Fisika 2016


Prodi Pendidikan Fisika dan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Jakarta
SNF2016-MPS-155
Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF2016 p-ISSN: 2339-0654
VOLUME V, OKTOBER 2016 e-ISSN: 2476-9398
http://snf-unj.ac.id/kumpulan-prosiding/snf2016/

sebagai pengawetan penggumpalan karet dan transfer energi panas (kalor) dari lingkungan
penghilang bau menyengat. (pirolisator) ke sistem (tempurung kelapa), disebut
Proses-proses pengolahan tanaman kelapa juga reaksi penyerapan kalor. Peristiwa perpindahan
tersebut dapat dikaji dari berbagai perspektif, salah energi antara sistem dan lingkungan akan
satunya dalam kajian konsep fisika. Oleh karena itu, menyebabkan terjadinya perubahan entalpi seperti
penelitian ini akan mengkaji konsep - konsep fisika ditunjukkan pada persamaan 1.
tentang topik perpindahan panas tekanan, dan
termodinamika di salah satu bagian pengembangan H  H akhir  H awal (1)
produk kelapa yaitu pada bagian pengarangan Pada proses endoterm, tempurung kelapa setiap
tempurung kelapa dan pengolahan asap cair. menyerap kalor, kandungan kalor dalam sistem
(tempurung kelapa) akan bertambah H akhir  H awal ,
2. Metode Penelitian sehingga nilai entalpi pada proses endoterm ini
bernilai posistif. Entalpi merupakan suatu definisi
Lokasi tempat penelitian ini dilakukan di PT. untuk fungsi keadaan U  PV , yang merupakan
Tropica Nuficera Industry yang terletak di Pakem bentuk lain dari Hukum I Termodinamika
Km.18 Kaliurang Yogyakarta. PT. Tropica Nuficera ditunjukkan pada persamaan 2 dengan asumsi bahwa
Industry. Produk dari PT. Tropica Nuficera Industry kerja yang dilakukan sistem - lingkungan berada
ini merupakan hasil pengolahan kelapa secara pada tekanan tetap.
terpadu seperti minyak VCO (Virgin Coconut Oil),
U  Q W (2)
kosmetik, briket arang tempurung kelapa, nata de
coco dan asap cair (liquid smoke). Pada penelitian ini Persamaan 2 dapat diturunkan menjadi persamaan 3
dibatasi hanya mengkaji secara fisika pada proses dan 4.
pembuatan briket dan asap cair dari tempurung
kelapa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dU  Q  W (3)
yaitu metode analisis dan pengamatan.
dU  Q  PdV (4)

Untuk kasus isobarik : P  Konstan, sehingga.


3. Hasil dan Pembahasan
U 2  U1  Q  PV2  V1  (5)
Berdasarkan hasil studi analisis dan pengamatan,
proses pembuatan briket dan asap cair dilakukan Q  U 2  PV2   U1  PV1  (6)
secara manual dan tradisional (tanpa otomatisasi dan
Fungsi keadaan U  PV yang dikenal sebagai
tanpa menggunakan peralatan canggih) seperti
ditunjukkan pada Gambar 2. entalphi H .
Q  H P  dQ  dH  p (7)

Secara fisika, pada proses pengarangan ini


perpindahan panas yang terjadi adalah konduksi.
Pada perpindahan panas secara konduksi terjadi
pergerakan molekul – molekul pada logam yang
diletakkan di atas nyala api (sumber panas) akan
membentur molekul – molekul yang berada di
dekatnya dan memberikan sebagian panas. Oleh
karena itu, tempurung kelapa akan menerima panas
Gambar 2. Tungku penghasil asap cair dan dari sumber api melalui perantara logam drum yang
pengarangan briket. terbuat dari stainless stell. Pemilihan bahan stainless
stell ini juga dirancang karena sifat bahan yang kuat
Gambar 2 dapat menunjukkan bahwa proses (tidak mudah rapuh), tahan panas dan anti karat.
pengarangan dilakukan dengan membakar Jika pada logam terdapat perbedaan suhu, maka
tempurung kelapa untuk memanaskan tempurung pada logam tersebut akan terjadi perpindahan panas
kelapa yang hasil uapnya dapat dikondensasi dari bagian logam bersuhu tinggi ke bagian logam
menjadi asap cair. Proses pengarangan ini dilakukan bersuhu rendah. Besarnya laju perpindahan panas
dengan proses pirolisis yaitu mengubah tempurung q  berbanding lurus dengan luas bidang  A dan
kelapa menjadi arang dengan pemanasan suhu tinggi
tanpa oksigen. Pada proses pirolisis ini unsur – unsur
perbedaan suhu dalam arah perubahan jarak T  x

yang bukan karbon seperti hidrogen dan oksigen seperti ditunjukkan pada persamaan 8.
akan hilang hingga menyisakan sebanyak mungkin
T
unsur karbon. qA (8)
Proses pengarangan tempurung kelapa x
merupakan proses endotermal, karena adanya

Seminar Nasional Fisika 2016


Prodi Pendidikan Fisika dan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Jakarta
SNF2016-MPS-156
Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF2016 p-ISSN: 2339-0654
VOLUME V, OKTOBER 2016 e-ISSN: 2476-9398
http://snf-unj.ac.id/kumpulan-prosiding/snf2016/

Setiap bahan memiliki nilai laju perantara panas ri adalah jari-jari dalam, ro adalah jari-jari luar
yang berbeda – beda yang tergantung dari nilai dan Q adalah besarnya perpindahan panas total pada
konstanta konduktivitas termal. Dengan bidang silinder.
memasukkan nilai konstanta konduktivitas termal Selain dari tinjauan konstruksi tungku, desain
yang berhubungan dengan material yang digunakan teknologi pirolisis juga perlu memperhatikan
sebagai perantara panas, maka persamaan laju dampak radiasi panas yang dihasilkan oleh
perpindahan panas secara konduksi menjadi temperatur yang tinggi. Radiasi panas tinggi yang
persamaan 9. pancarkan oleh tungku pirolisis akan memberikan
T kerugian dan dampak buruk, diantaranya adalah efek
q  kA (9) panas tinggi disekitar lingkungan pirolisator dan
x juga hilangnya jumlah panas akibat perpindahan
Berdasarkan persamaan 9, desain tungku panas dari sistem pirolisis ke lingkungan. Radiasi
pirolisis dapat dianalisa dengan nilai ketebalan alas panas atau radiasi termal adalah radiasi yang
jauh lebih kecil dibandingkan dengan diameter alas dipancarkan oleh suatu benda akibat suhu benda
drum x  d  seperti ditunjukkan Gambar 3. Hal
tersebut. Besarnya laju perpindahan panas secara
radiasi ditunjukkan persamaan 12.
ini menyebabkan laju perubahan suhu sangat cepat.

Q  eA Tb 4  TL 4  (12)

e adalah emisivitas benda yang terkena radiasi,


 adalah konstanta Stefan-Boltzmann, Tb adalah
temperatur pada tempurung kelapa, T L adalah
temperatur lingkungan dan Q adalah laju
perpindahan panas.
Gambar 3. Dimensi ketebalan alas tungku Untuk menghasilkan asap cair, tahapan
pirolisis. berikutnya setelah proses pengarangan adalah proses
kondensasi. Di dalam kondensator, asap akan
Analisa dengan asumsi alas tungku pirolisis mengalami pendinginan hingga mencapai titik
yang berbentuk silinder seperti ditunjukkan Gambar embun/didih/uap kemudian akan terjadi perubahan
4, maka besarnya konduksi panas yang dialami oleh dari fasa gas menjadi cair. Konsep pengembunan
tungku pirolisis dapat dinyatakan oleh persamaan adalah pelepasan panas/kalor dari sistem ke
10. lingkungan. Agar terjadi aliran panas dari sistem ke
lingkungan maka temperatur lingkungan dibuat
T
q  2krL (10) lebih rendah dari temperatur sistem. Untuk
x kondensator asap cair, lingkungan yang digunakan
adalah drum berisi air dengan sistemnya adalah asap
yang dialirkan dalam pipa spiral. Pipa spiral tersebut
disusun didalam drum berisi air agar terjadi kontak
anatara keduanya, sehingga dapat terjadi transfer
energi panas dari sistem (asap dan spiral) ke
lingkungan (air di dalam drum).
Besarnya kalor yang dilepaskan selama proses
pendingin dinyatakan oleh persamaan 13.

Gambar 4. Alas tungku pirolisis. Q  mcT (13)

Q adalah kalor yang dilepas oleh sistem atau


r adalah jarak elemen dr dari titik pusat, A kalor yang diserap oleh lingkungan, m adalah massa
adalah luas bidang permukaan silinder yang berjari- zat (asap), c adalah kalor jenis zat (asap) dan T
jari r , k adalah konduktivitas termal, L adalah adalah perubahan suhu. Pada proses pendinginan,
panjang sillinder dan q adalah besarnya temperatur akhir lebih kecil dari tempertur awal
perpindahan panas. sehingga akan menghasilkan nilai Q negatif yang
Besarnya perpindahan panas total yang dialami menyatakan adanya pelepasan energi panas (kalor)
bidang silinder tungku pirolisis merupakan hasil atau eksoterm.
integral q r pada batas jari-jari dalam hingga jari-jari Persamaan 14 menunjukkan jumlah panas yang
luar ditunjukkan pada persamaan 11. dilepas sebelum zat (asap) berubah fasa. Pada saat
dT 2kLTi  To 
pendinginan, temperatur asap akan terus menurun
Q q r 
 2kL r
dr

ln  ro 
(11) hingga mencapai suatu titik temperatur tertentu
dimana temperaturnya menjadi konstan. Pada titik
 ri  temperatur tersebut akan terjadi perubahan fasa dari

Seminar Nasional Fisika 2016


Prodi Pendidikan Fisika dan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Jakarta
SNF2016-MPS-157
Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF2016 p-ISSN: 2339-0654
VOLUME V, OKTOBER 2016 e-ISSN: 2476-9398
http://snf-unj.ac.id/kumpulan-prosiding/snf2016/

gas menjadi cair. Kondisi ini adalah kondisi dimana


kalor yang ada digunakan sepenuhnya untuk
merubah fasa zat. Besarnya kalor yang digunakan
untuk merubah fasa zat dapat dinyatakan dengan
persamaan 14.
Qm L (14)

L merupakan kalor laten. Untuk proses Gambar 5. Skema roll penggiling arang.
pengembunan kalor latennya adalah kalor uap. Kalor
uap/embun menyatakan kalor yang dibutuhkan oleh Ukuran partikel hasil penggilingan arang ini
massa asap untuk mengembun seluruhnya pada titik mempengaruhi kekuatan briket yang dihasilkan
embun/uapnya. Konsep perubahan fasa ini berlaku karena ukuran yang lebih kecil akan
dengan asumsi pada kondisi tekanan tetap. menghasilkan rongga yang lebih kecil yang akan
Setelah dihasilkan asap cair dari hasil pirolisis mengakibatkan kuat tekan briket akan semakin
dan kondensasi, asap cair akan melalui tahap besar seperti ditunjukkan pada Gambar 6.
pembersihan dan pemurnian untuk mendapatkan
asap cair yang aman dari zat-zat berbahaya. Proses
pemurnian diawali dengan pengendapan asap cair
selama seminggu sebelum asap cair dilakukan
penyuling di dalam destilator. Pengendapan
dilakukan agar zat-zat berat berbahaya yang
terkandung di dalam asap cair terpisah dan
berkumpul di dasar wadah akibat pengaruh gaya
gravitasi. Warna asap cair hasil endapan terlihat
lebih jernih dibandingkan dengan asap cair sebelum Gambar 6. Ukuran partikel briket besar dan
diendapkan. Tahap selanjutnya adalah destilasi ukuran partikel briket kecil
ulang untuk mendapatkan asap cair grade dua dan
grade tiga.
Setelah melalui proses pengarangan dan Selain itu, ukuran partikel lebih kecil dapat
destilasi, arang hasil proses pirolisis ini dapat diolah berpengaruh pada kualitas densitas briket.
menjadi briket melalui proses penggilingan, Densitas menunjukkan perbandingan antara berat
perekatan, pencetakan dan pengeringan. dan volume briket. Densitas briket berpengaruh
terhadap kualitas briket, kerena densitas yang
1. Tahap Penggilingan
tinggi dapat meningkatkan nilai kalor bakar
Proses penggilingan (grinding) merupakan briket. Besar atau kecilnya densitas tersebut
proses pengurangan ukuran partikel bahan olahan dipengaruhi oleh ukuran dan kehomogenan
dari bentuk besar/kasar di ubah menjadi ukuran bahan penyusun briket itu sendiri. Nilai densitas
yang lebih kecil. Secara fisika, mesin penggiling dapat diperoleh dengan persamaan 17.
briket bekerja dengan konsep gaya dan tekanan
m
seperti ditunjukkan pada persamaan 15.  (17)
V
F
u  (15) Dengan  merupakan densitas (gram/ cm3),
A
m merupakan massa briket (gram) dan V
Dengan  u merupakan tegangan tekan, F volume briket (cm3). Ukuran partikel briket
merupakan gaya tekan (gaya radial), dan A sangat mempengaruhi nilai densitas briket.
merupakan luas penampang tekan. Untuk Semakin besar ukuran partikel briket maka
menentukan momen puntir M p yang terjadi pada semakin besar pula pori-pori briket. Pada saat
briket dicetak, pori-pori briket banyak diisi oleh
rol penggiling pada mesin penggiling briket
air yang berasal dari perekat. Pada saat briket
dinyatakan dengan persamaan 16.
dikeringkan air akan menguap dan meninggalkan
M p  F r (16) pori-pori yang terisi oleh udara sehingga bobot
briket menjadi ringan. Sebaliknya pada briket
Dengan M p merupakan momen puntir, F dengan ukuran partikel yang lebih lembut,
jumlah air yang terkandung dalam pori-pori
merupakan gaya tekan (gaya radial), dan r
briket lebih sedikit sehingga air yang menguap
merupakan jari - jari rata – rata roll. Skema roll
dan meninggalkan pori lebih sedikit sehingga
penggiling arang ini dapat ditunjukkan pada
bobot briket menjadi lebih berat setelah
Gambar 5.
dikeringkan. Sehingga dengan volume briket

Seminar Nasional Fisika 2016


Prodi Pendidikan Fisika dan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Jakarta
SNF2016-MPS-158
Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF2016 p-ISSN: 2339-0654
VOLUME V, OKTOBER 2016 e-ISSN: 2476-9398
http://snf-unj.ac.id/kumpulan-prosiding/snf2016/

yang sama maka akan memiliki nilai densitas kelembaban (moisture) dalam serbuk yang dapat
yang akan berbeda [2]. mengurangi nilai kalor briket. Oleh karena itu
diperlukan komposisi tertentu antara bahan
2. Tahap Perekatan
perekat dan serbuk briket [4].
Pada tahap perekatan, serbuk arang yang
3. Tahap Pencetakan
telah digiling dicampur dengan bahan perekat.
Pada tahap perekatan ini bahan perekat yang Pencetakan briket bertujuan untuk
digunakan adalah tapioka. Penggunaan tapioka memperoleh bentuk yang seragam dan
ini dipilih sebagai perekat dikarenakan harga memudahkan dalam pengemasan serta
yang murah, mudah didapat, tidak mengeluarkan penggunaannya. Secara fisika, mesin cetak briket
bau, tidak beracun dan tidak berbahaya. ini bekerja dengan konsep tekanan. Komposisi
Hasil dari penggilingan menghasilkan bahan briket (serbuk arang dan perekat tapioka)
butiran – butiran arang dalam kondisi kering dan dicetak dengan proses penekanan dengan
cenderung terpisah satu sama lainnya seperti persamaan 18. Penggunaan tapioka ketika proses
ditunjukkan pada Gambar 7 (a). Fenomena fisis penekanan berfungsi sebagai penguat briket agar
terjadi ketika bahan perekat seperti tapioka tidak mudah hancur dan penstabil bentuk agar
dicampur dengan butiran – butiran serbuk arang tetap utuh ketika dibakar [5]. Semakin besar kuat
akan mengakibatkan butiran – butiran serbuk tekan yang diberikan pada komposisi briket
arang saling tarik menarik satu sama lain akibat ketika proses pencetakan akan semakin lama
adanya gaya adhesi antara zat padat (butiran – waktu tempuh briket ketika dibakar.
butiran serbuk arang) dengan zat cair (perekat
F
tapioka). Pada kondisi basah, zat - zat perekat P (18)
akan terserap pada butiran – butiran arang A
melalui pori – pori berdasarkan prinsip Dengan P erupakan tekanan yang diberikan
kapilaritas seperti ditunjukkan pada Gambar 7 ketika proses pencetakan briket, F merupakan
(b). Setelah proses pencetakan dan pengeringan, gaya tekan, dan A merupakan luas permukaan
butiran – butiran ini akan saling terikat dan briket yang terkena gaya.
terkunci kuat (interlocking) seperti ditunjukkan Hasil cetak briket yang dihasilkan oleh
pada Gambar 7 (c). Gaya ikat ini memiliki nilai mesin pencetak berbentuk silinder berongga.
lebih besar dari gaya gravitasi pada butiran arang Tujuan pencetakan briket berbentuk silinder
yang mengakibatkan briket terbentuk keras dan berongga adalah untuk meningkatkan laju
tidak mudah hancur seperti ditunjukkan pada pembakaran. Hasil ini dibuktikan dengan hasil
Gambar 7 (d). Hasil penelitian menunjukkan penelitian yang menunjukkan bahwa nilai kalor
bahwa semakin banyak komposisi perekat akan pada briket berbentuk silinder berongga lebih
mengakibatkan gaya ikat yang semakin besar tinggi dibandingkan nilai kalor pada silinder
antara butiran – butiran arang sehingga akan pejal [6]. Hal ini diakibatkan oleh proses difusi
memiliki kuat tekan yang lebih besar [3]. oksigen menjadi lebih cepat pada bentuk silinder
berongga daripada silinder pejal. Desain silinder
berongga ini akan membuat jalur aliran udara
ketika proses pembakaran briket seperti
ditunjukkan pada Gambar 8.

(a) (b)

Gambar 8. Ilustrasi aliran udara pada briket


(c) (d)
berbentuk silinder berongga
Gambar 7. (a). Butiran arang saling terpisah. Semakin tinggi kecepatan aliran udara yang
(b) Zat perekat terserap melalui pori-pori melewati rongga briket akan mengakibatkan
butiran arang. (c) Butiran – butiran arang proses pengeringan ketika pembakaran semakin
saling terikat kuat. (d) Gaya ikat butiran arang panjang hingga meningkatkan waktu total
lebih kuat dari gaya gravitasi pembakaran. Kecepatan udara yang tinggi ini
juga akan mengakibatkan proses pembakaran
Namun demikian penambahan partikel yang lebih sempurna dikarenakan proses difusi
pelarut ini sebagai perekat akan meningkatkan oksigen ini juga akan meningkat ke dalam briket.

Seminar Nasional Fisika 2016


Prodi Pendidikan Fisika dan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Jakarta
SNF2016-MPS-159
Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF2016 p-ISSN: 2339-0654
VOLUME V, OKTOBER 2016 e-ISSN: 2476-9398
http://snf-unj.ac.id/kumpulan-prosiding/snf2016/

Proses pembakaran briket ini juga disebabkan 4. Simpulan


karena perbedaan suhu udara sekitar briket
dengan suhu pada briket. Perbedaan suhu ini Berdasarkan hasil studi analisis dan pengamatan
akan mengakibatkan laju pembakaran panas dapat disimpulkan bahwa proses pembuatan briket
secara konveksi dari udara ke rongga briket dan asap cair dari tempurung kelapa dapat
semakin besar. Hal ini dikarenakan suplai kalor dimanfaatkan sebagai sumber bahan ajar fisika yang
tambahan secara konveksi dari udara masuk, mengkaji tentang konsep - konsep fisika tentang
sehingga terjadi peningkatan perpindahan kalor termodinamika, perpindahan panas, gaya dan
ke briket. tekanan.
4. Tahap Pengeringan
Secara fisika pada tahap pengeringan briket, Ucapan Terimakasih
perpindahan panas terjadi secara radiasi.
Perpindahan panas terjadi dari radiasi panas Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof.
matahari ke briket bertujuan untuk mengurangi Dr. AH. Bambang Setiaji, M.Sc selaku guru besar
kadar air pada briket. Radiasi panas merupakan Jurusan Kimia FMIPA Universitas Gadjah Mada
radiasi yang dipancarkan oleh benda akibat suhu yang telah memberikan materi mengenai teknologi
yang dimilikinya. Setiap benda yang berada pengolahan kelapa terpadu dan Tim Asisten Teknis
diatas suhu nol absolut akan memancarkan di PT. Tropica Nuficera Industry Yogyakarta yang
radiasi panas dalam bentuk gelombang telh memberikan pengarahan tentang proses
elektromagnetik. Intensitas panas Pabs pembuatan briket dan asap cair dari tempurung
merupakan laju suatu objek menyerap energi kelapa.
panas melalui radiasi termal. Persamaan laju
Pabs dapat ditunjukkan pada persamaan 19. Daftar Acuan
Pabs  ATabs
4
(19)
[1] Bambang Setiaji, Menyingkap Keajaiban
Dengan Pabs merupakan laju perpindahan Minyak Kelapa, Yogyakarta, Kartika Creative,
(2009).
kalor radiasi,  merupakan nilai emisivitas
[2] Sudiro dan Sigit S, Pengaruh Komposisi dan
briket,  merupakan nilai konstanta Stefa- Ukuran Serbuk Briket yang Terbuat dari
Boltzman   5.6703  10 8 W / m 2  K 4 , T Batubara dan Jerami Padi terhadap Karakteristik
merupakan temperatur yang diserap oleh briket, Pembakaran, Surakarta, Jurnal Sainstech
dan A luas permukaan bidang briket. Persamaan Politeknik Indonusa ISSN: 2355-5009 Vol. 2
6 menunjukkan bahwa desain cetakan briket Nomor 2, (2014).
mempengaruhi intensitas panas radiasi. Intensitas [3] Julham, P. P., Erwin, J., Netti, K., Pengaruh
panas pada cetakan briket berbentuk silinder konsentrasi perekat tepung tapioka dan
berongga akan lebih cepat diserap daripada briket penambahan kapur dalam pembuatan briket
berbentuk silinder pejal. Pada briket bentuk arang berbahan baku pelepah aren (Arenga
silinder berongga memiliki lebih banyak pinnata), Medan, Jurnal Teknik Kimia USU
permukaan yang berhubungan dengan udara Vol.4 No.2 (2015).
panas dari sinar matahari dibandingkan briket [4] Sotannde, O.A., A,O, Oluyege, G,B, Abah,
silinder pejal seperti ditunjukkan pada Gambar 9. Physical and Combustion Properties of
Charcoal Briquettes from Neem and Residues.
International Agrophysics, Vol.24 (2010),
page.189-194,
[5] Syahrul, M., Pengaruh Bentuk, Kerapatan dan
Kadar Lempung Briket Sekam Padi terhadap
Produksi Kalor, Makassar, Marina Chimica
Acta, Vol.6.2 Oktober (2004).
[6] Munas, M., Elmi, S., dan Ellyta S., Pembuatan
Biobriket dari Limbah Cangkang Kakao, Jurnal
Litbang Industri, Vol.2 No.1 (2012), hal 32-38.

Gambar 9. Ilustrasi proses pengeringan briket


dengan sinar matahari

Seminar Nasional Fisika 2016


Prodi Pendidikan Fisika dan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Jakarta
SNF2016-MPS-160

Anda mungkin juga menyukai