Pemanfaatan Karbon Aktif Dari Biji Pala (Myristica fragrans Houtt.) Untuk
Pemurnian Minyak Jelantah
Ilham Kurniawan1 *, Susanty , Tri Yuni Hendrawati, Wenny Diah Rusanti
*Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta
Jl. Cempaka Putih Tengah No. 27 Jakarta 10510
*Corresponding Author :*2017430037@ftumj.ac.id
ABSTRAK
Biji tanaman pala (Myristica fragrans Houtt.) yang terdiri dari bagian tempurung
memiliki kandungan hemiselulosa, selulosa dan lignin, serta bagian biji mengandung
fixed oil atau mentega pala dimana mayoritas penyusun senyawa tersebut adalah atom
karbon. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui waktu terbaik proses pemurnian
minyak jelantah menggunakan karbon yang berasal dari biji pala. Penelitian ini
menggunakan metode karbonisasi dengan suhu tinggi untuk mendapatkan karbon aktif
sebagai adsorban. Rendemen karbon aktif yang diperoleh sebesar 24.40%. Hasil
karakterisasi karbon berupa bagian yang hilang dari pemanasan sebesar 7.14%, kadar
air sebesar 2.00%, kadar abu sebesar 1.00%, dan daya serap terhadap I2 sebesar 847.64
mg/g. Variabel penelitian yang digunakan yakni lama waktu perendaman karbon aktif
dalam minyak jelantah selama 8,16,24,32,40, dan 48 jam. Karakteristik hasil pemurnian
minyak jelantah yang diamati antara lain warna kuning, berbau normal, bilangan asam
sebesar 0.7713 mgKOH/g dan bilangan peroksida sebesar 3.8168 mgO2/g. Berdasarkan
hasil penelitian, diperoleh waktu terbaik perendaman karbon aktif dari biji pala dalam
minyak jelantah yakni pada 32 jam.
Kata kunci: Adsorban, biji pala (Myristica fragrans Houtt), karbon aktif, minyak
jelantah
ABSTRACT
Nutmeg plant seeds (Myristica fragrans Houtt.) which consist of a shell containing
hemicellulose, cellulose and lignin, and a seed portion containing fixed oil or nutmeg
butter where the majority of the constituents of these compounds are carbon atoms. The
purpose of this study was to determine the best time for the refining process of used
cooking oil using carbon derived from nutmeg seeds. This research uses high
temperature carbonization method to obtain activated carbon as adsorbent. The yield of
activated carbon obtained was 24.40%. The results of carbon characterization were
7.14% lost from heating, 2.00% water content, 1.00% ash content, and 847.64 mg/g
absorption of I2. The research variables used were the duration of immersion of
activated carbon in used cooking oil for 8,16,24,32,40, and 48 hours. The characteristics
of the used cooking oil purification observed were yellow color, normal smell, acid
number of 0.7713 mgKOH/g and peroxide number of 3.8168 mgO2/g. Based on the
results of the study, the best time for soaking activated carbon from nutmeg seeds in
used cooking oil was 32 hours
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki sumber daya genetik fenol 0,11%; karbonil 0,38%; dan total asam
pala yang besar dengan pusat keragaman 0,46%. (Sagita, Aprilia, & Arumsari, 2020).
tanaman yang berada di kepulauan Maluku. Biji pala mengandung fixed oil sebesar
Keragaman tanaman tertinggi ditemukan di 20–40% yang tersusun dari asam miristat,
Pulau Banda, Siau, dan Papua. Pala (Myristica trimiristin dan gliserida dari asam laurat, stearat
fragrans Houtt) termasuk salah satu tanaman dan palmitat. Trimiristin, bersama dengan asam
dalam famili Myristicaceae. Minyak atsiri yang miristat, miristisin dan elimisin memiliki
berasal dari biji dan fuli pala banyak digunakan aktivitas sebagai anti oksidan, anticonvulsant,
untuk industri obat-obatan, parfum dan anal gesik, antiinflamasi, antidiabet, antibakteri
kosmetik. dan antijamur ((Asgarpanah et al., 2012;
Menurut Mulyani dan Sujarwanta (2017) Chatterjee et al., 2007; Chung, JY., 2006;
minyak jelantah yang digunakan berulang kali Grover, JK., 2002; Sonavane, 2002) dalam
dapat menyebabkan terjadinya proses hidrolisis (Hartanto & Silitonga, 2018)). Proses pembuatan
dan oksidasi sehingga menghasilkan asam lemak karbon melalui proses karbonisasi yakni proses
bebas yang dapat menurunkan kualitas minyak penguapan air dan penguraian dari komponen
dan berbahaya bagi kesehatan. Akan tetapi yang terdapat di dalam tempurung (Hartanto &
pembuangan minyak jelantah juga dapat Ratnawati, 2010). Aktivasi karbon secara fisika
mengganggu lingkungan karena sifatnya yang mempunyai rendemen, kadar air dan kadar abu
sukar larut dalam air. Oleh karena itu, untuk yang lebih tinggi dibanding aktivasi kimia,
layak dimanfaatkan kembali maka minyak namun memiliki kadar zat mudah menguap yang
jelantah harus dimurnikan terlebih dahulu lebih rendah dibanding aktivasi kimia. Untuk
sehingga kualitas minyak meningkat. penyerapan iodium metode aktivasi fisika
Salah satu upaya yang dapat dilakukan menggunakan temperatur tinggi memiliki daya
untuk meningkatkan mutu minyak goreng bekas serap lebih tinggi dibanding aktivasi
pakai yaitu dengan proses adsorpsi dengan menggunakan bahan kimia. (Aryani, Mardiana,
menggunakan bahan yang dapat mengadsorpsi & Wartomo, 2019). Standar SNI 06-3730-1995
kotoran pada minyak yang disebut adsorben. merupakan standar acuan untuk kualitas karbon
Adsorben yang biasa digunakan yaitu karbon aktif.
aktif, dimana karbon aktif yang digunakan telah
diaktivasi terlebih dahulu untuk memperluas Tabel 1. SNI 06-3730-1995 Karbon Aktif
pori-pori sehingga daya adsorpsi menjadi lebih
baik. Suatu bahan jika semakin banyak Prasyarat
kandungan selulosa, hemiselulosa, dan lignin, N
Kriteria Uji kualitas
maka akan semakin baik karbon aktif yang o
Serbuk
dihasilkan. (Puspita & Tjahjani, 2018). Volatile matter,
Arang atau karbon adalah suatu bahan Maks 25
1 %
padat berpori yang merupakan hasil pembakaran 2 Kadar air, % Maks 15
melalui proses karbonisasi. Komponennya 3 Kadar abu, % Maks 10
terdiri dari karbon terikat (fixed carbon), abu, Daya serap
air, nitrogen dan sulfur. Luas permukaan arang 4 Min 750
terhadap I2, mg/g
aktif berkisar antara 3000-3500 m2/gram. Daya
serap arang aktif ditentukan oleh luas permukaan Minyak memiliki komponen utama
partikel dan kemampuan ini dapat menjadi lebih berupa trigliserida yang merupakan ester dari
tinggi jika terhadap arang aktif dilakukan asam lemak dan gliserol. Bilangan peroksida
aktivasi dengan aktifator bahan-bahan kimia yang tinggi mengindikasikan lemak atau minyak
ataupun dengan pemanasan pada temperatur sudah mengalami oksidasi. Pada suhu lebih dari
tinggi. Menurut Netty, dkk., (2017) 24 100oC, asam lemak jenuh pada minyak akan
kandungan kimia yang terdapat pada tempurung teroksidasi. Minyak yang telah terhidrolisis,
biji pala terdiri dari hemiselulosa 46,82%; smoke point-nya menurun, bahan-bahan menjadi
selulosa 21,34%; lignin 12,93%; serat kasar coklat dan lebih banyak menyerap minyak.
53,67%; abu 6,16%; kondensat asap cair yaitu (Siswanto & Mulasari, 2015). Mutu minyak
goreng bisa dilihat dari karakterisasi sifat fisika batang pengaduk, labu ukur 1 L, mortar dan alu,
dan kimia dari minyak goreng yakni yang saringan, penjepit cawan, stirrer, beaker glass 50
mengacu pada SNI 3741:2013 tentang Minyak ml, corong, kertas saring, pipet volume 50 ml.
Goreng.
Metode Penelitian
Tabel 2. SNI 3741:2013 Minyak Goreng Biji pala yang akan dipakai terlebih
dahulu dilakukan proses determinasi di LIPI
No Kriteria Uji Satuan Persyaratan Cibinong, Bogor. Kemudian dilakukan proses
1 Keadaan dehidrasi, yakni biji pala dijemur di bawah sinar
1.1 Bau - normal matahari selama 3 hari hingga warna berubah
1.2 Warna - normal menjadi kecoklatan. Selanjutnya dilakukan
2 Bilangan asam mg KOH/g maks. 0.6 proses karbonisasi dengan suhu 1200-1500oC
3 Bilangan peroksida mg O2/g maks. 10 selama 40 menit. Kemudian digiling dengan
menggunakan blender dan diayak. Kemudian
Penelitian terdahulu yakni oleh Sri dilakukan pengujian karakterisasi karbon yang
Haryati, Adellina Tentri Yulhan, dan Lisa mengacu pada SNI 06-3730-1995 dengan
Asparia dengan judul pembuatan Karbon Aktif parameter kadar air, kadar abu, volatile matter,
dari Kulit Kayu Gelam (Melaleuca dan daya serap terhadap I2.
leucadendron) yang Berasal Dari Tanjung Api-
Api Sumatera Selatan dengan variabel suhu Pemurnian Minyak Jelantah
karbonisasi (250oC; 350oC; dan 450oC) dan jenis Sebanyak 1 g karbon aktif biji pala
zat aktivator (CaCl2 5%; NaOH 5%; dan H3PO4 dimasukkan ke dalam 100 ml minyak jelantah
5%) dihasilkan dari suhu karbonisasi 350oC, yang akan dimurnikan. Variasi waktu
dengan menggunakan zat aktivator NaOH, dan perendaman yakni 8, 16, 24, 32, 40, dan 48 jam.
lama aktivasi 24 jam. Selanjutnya Fitri Choiri Kemudian disaring menggunakan saringan.
Hidayati, Masturi, dan Ian Yulianti dengan judul Filtrat minyak goreng dikarakterisasi yang
Pemurnian Minyak Goreng Bekas Pakai mengacu pada standar SNI 3741 : 2013 dengan
(Jelantah) dengan Menggunakan Arang Bonggol parameter warna, bau, bilangan asam dan
Jagung dengan memvariasi massa butiran arang bilangan peroksida.
yang digunakan sebanyak 5g, 10g, 15g dengan Karakterisasi minyak
lama perendaman 12 jam didapatkan hasil 15 g jelantah sebelum
pemurnian :
100 ml
massa butiran arang dengan parameter bilangan Minyak - Keadaan (warna dan
jelantah bau)
asam. - Bilangan Asam
- Bilangan Peroksida
METODE
Bahan dan alat Karbon Aktif Perendaman selama
8,16 ,24, 32, 40,48 jam
Bahan yang digunakan dalam penelitian Biji Pala
Analisa data pada karbon aktif yakni Berikut ini adalah warna minyak hasil
perbandingan antara karakteriasasi karbon aktif pemurnian:
biji pala dengan standar SNI 06-3730-1995.
Analisa data pada minyak sebelum dan setelah Tabel 5. Warna Minyak Hasil Pemurnian
pemurnian dibandingkan dengan standar SNI
3741:2013. SNI
No Bahan Hasil
Untuk parameter uji warna dan bau 3741:2013
dibandingkan secara visual, diuji berdasarkan Minyak
indera penciuman peneliti dan dilakukan Kuning
1. jelantah
dokumentasi berupa foto. Selanjutnya untuk kecoklatan
(0 jam)
parameter bilangan asam dan bilangan peroksida Minyak
digambarkan secara grafik XY. Kuning
2. jelantah
Sumbu X menunjukkan varian lama kecoklatan
(8 jam)
waktu perendaman dengan karbon aktif biji pala Minyak
sedangkan sumbu Y menunjukkan nilai dari Kuning
3. jelantah (16
masing-masing parameter tersebut. Sehingga kecoklatan
jam) Norma
diketahui waktu terbaik dimana karbon aktif biji Minyak l
pala tersebut bekerja secara optimal. Kuning
4. jelantah (24 (kunin
kecoklatan
jam) g
HASIL DAN PEMBAHASAN Minyak cerah)
Hasil Penelitian Kuning
5. jelantah (32
Berikut ini adalah hasil rendemen karbon keruh
jam)
aktif dan hasil karakterisasi kualitas karbon aktif Minyak
yang mengacu pada standar SNI 06-3730-1995: Kuning
6. jelantah (40
Tabel 3. Rendemen dan Karakterisasi Karbon keruh
jam)
Minyak
No Uraian Hasil Syarat Kuning
7. jelantah (48
Kualitas keruh
jam)
1. Rendemen, % 24.40 (SNI 06-
3730-1995) Berikut ini adalah bau pada minyak
2. Volatile matter, % 7.14 Maks 25 jelantah minyak goreng kemasan yang mengacu
3. Kadar air, % 2.00 Maks 15 pada standar SNI 3741:2013 :
4. Kadar abu, % 1.00 Maks 10
Daya serap Tabel 6. Hasil Bau Minyak Kemasan dan
5. 847.64 Min 750
terhadap I2, mg/g Minyak Jelantah
1. Minyak Minyak
jelantah (0 Tengik 3. jelantah (16 1.2121
jam) jam)
2. Minyak Minyak
jelantah (8 Tengik 4. jelantah (24 0.9917
jam) jam)
3. Minyak Minyak
Agak
jelantah (16 5. jelantah (32 0.7713
tengik
jam) jam)
4. Minyak Normal Minyak
Agak
jelantah (24 (kuning 6. jelantah (40 0.7713
tengik
jam) cerah) jam)
5. Minyak Minyak
jelantah (32 Normal 7. jelantah (48 0.7713
jam) jam)
6. Minyak
jelantah (40 Normal Berikut ini adalah hasil nilai bilangan
jam) peroksida pada minyak jelantah dan minyak
7. Minyak goreng kemasan yang mengacu pada standar
jelantah (48 Normal SNI 3741:2013 :
jam)
Tabel 10. Nilai Bilangan Peroksida Minyak
Berikut ini adalah hasil nilai bilangan Kemasan dan Minyak Jelantah
asam pada minyak jelantah dan minyak goreng
kemasan yang mengacu pada standar SNI Hasil
3741:2013 : SNI
No Bahan (mgO2/g
3741:2013
)
Tabel 8. Nilai Bilangan Asam Minyak Kemasan Minyak
dan Minyak Jelantah 1. 9.5420
jelantah Maks 10
Minyak goreng mg O2/g
Hasil SNI 2. 2.1000
No. Bahan kemasan
(mgKOH/g) 3741:2013
Minyak Berikut ini adalah nilai bilangan peroksida
1. 1.6529
jelantah pada minyak hasil pemurnian:
Maks 0.6
Minyak
mgKOH/g
2. goreng 0.2352 Tabel 11. Nilai Bilangan Peroksida Minyak
kemasan Hasil Pemurnian