Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol.3, No.

1: 27- 34

PENGARUH SUHU DAN WAKTU REAKSI PADA PEMBUATAN BIODIESEL


DARI MINYAK JELANTAH
[EFFECTS OF TEMPERATURE AND REACTION TIME ON THE BIODIESEL
PRODUCTION USING WASTE COOKING OIL]
Oleh :
Shilvia Vera Sinaga1, Agus Haryanto2, Sugeng Triyono3
1) Mahasiswa S1 Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
2,3) Staf Pengajar Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung

komunikasi penulis, email : shilviavera@yahoo.co.id
Naskah ini diterima pada 20 Desember 2013; revisi pada 29 Januari 2014;
disetujui untuk dipublikasikan pada 6 Februari 2014

ABSTRACT

This study aimed to utilize waste cooking oil as raw material for biodiesel production and to study the
influence of time and temperature of the transesterification reaction on the biodiesel production and its
characteristics. The study was conducted by base transesterification with NaOH at a molar ratio of waste
cooking oil to methanol 1:6. A combination of three levels of temperature (45⁰C, 55⁰C and 65⁰C) and three
levels of reaction time (5 minutes, 10 minutes, and 30 minutes) was performed. Each treatment was
conducted with 3 replications. The results showed that the yield of biodiesel was affected by temperature and
reaction time. The optimum treatment combination was transesterification at temperature of 65⁰C and 30
minutes of reaction time, which produced 72,87 % methyl ester with a density of 0,85 g/ml, viscosity of 1,65
cSt and acid number of 0,07 %. Although the density and acid number of biodiesel produced met the
biodiesel quality standards of Indonesia (SNI), it was not recommended to be used as fuel engine.

Keywords: Biodiesel, waste cooking oil, transesterification, temperature and reaction time.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan minyak jelantah sebagai bahan baku pembuatan biodiesel
dan mempelajari pengaruh waktu dan suhu reaksi pada produksi biodiesel dan karakteristiknya.
Penelitian dilakukan dengan melakukan transesterifikasi basa dengan perbandingan molar minyak
jelantah terhadap methanol 1:6 dan menggunakan kombinasi tiga level suhu (45:C, 55:C, dan 65:C) dan
tiga level waktu reaksi (5 menit, 10 menit, dan 30 menit). Setiap perlakuan dilakukan dengan 3 kali
ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen biodiesel dipengaruhi oleh suhu dan waktu
reaksi. Kombinasi perlakuan yang optimum yaitu suhu transesterifikasi pada suhu 65:C dan waktu 30
menit, yang dapat menghasilkan 72,87 % metil ester dengan massa jenis 0,85 gram/ml, viskositas 1,65
cSt, dan bilangan asam 0,07 %. Meskipun massa jenis dan bilangan asam dari biodiesel yang dihasilkan
berada pada standar mutu biodiesel Indonesia (SNI), tetapi biodiesel belum dapat digunakan sebagai
bahan bakar mesin.

Kata Kunci: Biodiesel, minyak jelantah, transesterifikasi, suhu dan waktu reaksi.

I. PENDAHULUAN menjadi impotir minyak. Pada tahun 2008,


Indonesia telah mengimpor BBM mencapai
Kebutuhan energi di dunia maupun di 153 juta barel (Djamaludin, 2011). Oleh
Indonesia kini semakin meningkat. Hal karena itu diperlukan upaya pengembangan
tersebut disebabkan oleh pertumbuhan sumber-sumber energi terbarukan. Salah
penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan pola satu jenis energi terbarukan adalah
konsumsi energi yang semakin meningkat. biodiesel. Biodiesel dapat diproduksi
Ketersediaan energi fosil di Indonesia dengan menggunakan minyak nabati atau
semakin menipis dan kini Indonesia sudah lemak hewan melalui proses

27
Pengaruh suhu dan waktu reaksi.... (Shilvia V, Agus H, dan Sugeng T)

transesterifikasi dengan bantuan alkohol dan II. BAHAN DAN METODE


katalis (Dharsono dan Oktari, 2010).
Biodiesel memiliki karakteristik yang hampir Penelitian ini dilakukan pada bulan April
sama dengan minyak solar sehingga dapat hingga bulan September 2013 di
digunakan untuk menggantikan minyak solar Laboratorium Rekayasa Bioproses dan
pada motor diesel. Penanganan Pascapanen Jurusan Teknik
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Minyak goreng bekas (waste cooking oil) Lampung, Bandar Lampung. Peralatan yang
atau minyak jelantah, sangat potensial untuk digunakan dalam penelitian ini antara lain
diolah menjadi biodiesel. Pada saat ini, hotplate dan stirrer, kondensor, termokopel,
pemanfaatan minyak jelantah di Indonesia falling balls viscometers, peralatan gelas,
masih belum berkembang. Potensi minyak neraca analitik, masker, dan sarung tangan.
jelantah akan meningkat seiring dengan Bahan yang digunakan adalah minyak
meningkatnya produksi dan konsumsi jelantah yang diperoleh dari pabrik kerupuk
minyak goreng (Hambali dkk., 2005). di daerah Sukarame. Bahan lain yang
Minyak jelantah merupakan limbah yang digunakan adalah metanol teknis, NaOH
mengandung senyawa-senyawa teknis, aquadest, larutan PP (Phenopthalein),
karsinogenik yang terjadi selama proses dan Isoprophyl Alcohol (IPA).
penggorengan sehingga jika dipakai secara
terus-menerus dapat menyebabkan Pembuatan biodiesel mengacu pada video
kerusakan pada tubuh manusia. dari Utah Biodiesel Supply
Salah satu bentuk pemanfaatan minyak (http://www.youtube.com). Pembuatan
jelantah yang dapat dilakukan yaitu dengan biodiesel dilakukan dengan perbandingan
cara mengubahnya menjadi biodiesel. Hal ini molar minyak jelantah terhadap metanol 1:6
dapat dilakukan karena minyak jelantah juga (Felizardo et al., 2005) menggunakan
merupakan minyak nabati. Pemanfaatan kombinasi faktor (suhu dan waktu reaksi)
minyak nabati sebagai bahan baku biodiesel yang telah ditetapkan yaitu 9 perlakuan dan
memiliki beberapa kelebihan, diantaranya 3 kali ulangan (Tabel1). Setiap satuan
sumber minyak nabati mudah diperoleh, percobaan dilakukan dengan 100 ml minyak
proses pembuatan biodiesel dari minyak jelantah. Minyak jelantah disaring dan
nabati mudah dan cepat, dan tingkat diendapkan selama 1 minggu. Untuk
konversi minyak nabati menjadi biodiesel mengetahui jumlah katalis (NaOH) yang
yang tinggi (95%) (Kadiman, 2005; Firdaus, diperlukan pada reaksi transesterifikasi
2010; dan Encinar et al., 2005). dilakukan titrasi terhadap campuran 1 ml
minyak jelantah dalam 10 ml IPA dengan
Penelitian ini bertujuan untuk menggunakan larutan NaOH 0,025 N. Jumlah
memanfaatkan minyak jelantah sebagai katalis yang diperlukan untuk reaksi
bahan baku pembuatan biodiesel dengan transesterifikasi dihitung menggunakan
proses transesterifikasi dan mempelajari rumus:
pengaruh suhu reaksi dan waktu reaksi pada
proses pembuatan biodiesel dari minyak Xgram = (3,5 + y NaOH) gram ....….. (1)
jelantah. Diharapkan dari hasil penelitian ini
diperoleh suatu teknologi yang berguna dimana:
untuk mengurangi masalah limbah minyak X = jumlah katalis (gram/liter minyak
jelantah dan menghasilkan biodiesel yang jelantah)
dapat mengatasi masalah krisis energi. y = volume NaOH titrasi

Tabel 1. Perlakuan
Suhu Waktu Reaksi
(ºC) 5 menit 10 menit 30 menit
45 T1t1 T1t2 T1t3
55 T2t1 T2t2 T2t3
65 T3t1 T3t2 T3t3
28
Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol.3, No. 1: 27- 34

Pengamatan dan Pengukuran t0 = waktu tempuh bola dari batas


atas ke batas bawah pada
1. Rendemen Biodiesel viskometer (s)
Penghitungan rendemen biodiesel dilakukan
menggunakan rumus: 4. Bilangan Asam Biodiesel (%)
Pengukuran bilangan asam dilakukan
( )
( ) dengan titrasi menggunakan larutan NaOH
( )
0,025 N. Bilangan asam biodiesel dihitung
2. Massa Jenis Biodiesel (gram/ml) menggunakan rumus sebagai berikut:
Pengukuran massa jenis dilakukan
menggunakan piknometer. Massa jenis
biodiesel dihitung dengan menggunakan dimana:
rumus:
ml NaOH =jumlah ml NaOH untuk titrasi (ml)
N = noralitas larutan NaOH (mol/ml)
M = berat sampel (gram)
dimana: BM NaOH = bobot molekul NaOH
ρBiodiesel = massa jenis biodiesel (g/ml) (gram/mol)
m = massa sampel biodiesel (g)
V = volume sampel biodiesel (ml) III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Rendemen Biodiesel (%)


3. Viskositas Biodiesel (cSt)
Pengukuran viskositas biodiesel dilakukan
Dari penelitian yang telah dilakukan maka
menggunakan alat falling ball viscometers.
diperoleh grafik hubungan antara waktu dan
Viskositas biodiesel dapat dihitung dengan
suhu terhadap rendemen biodiesel dan
rumus:
dapat dilihat pada Gambar 1 (error bars
µ = k (ρ bola – ρ biodiesel) t0

74
71
68
Rendemen Biodiesel (%)

65
62
59
56
53
50
47
70,39 70,27 71,31 71,69 70,33 71,77 72,87
44 66,80 69,28
41
38
35
32
29
26
23
20
45 55 65
Suhu (⁰C)
5 menit 10 menit 30 menit
Gambar 1. Hubungan antara waktu reaksi dan suhu reaksi terhadap rendemen biodiesel
dimana: adalah standar deviasi).
µ = viskositas biodiesel (cSt) Berdasarkan teori semakin tinggi suhu
ρbola = massa jenis bola (8,02 gram/ml) reaksi dan semakin lama waktu reaksi, maka
ρbiodiesel = massa jenis biodiesel (gram/ml) kemungkinan kontak antar zat semakin
k = koefisien bola (0,01336) besar sehingga akan menghasilkan konversi

29
Pengaruh suhu dan waktu reaksi.... (Shilvia V, Agus H, dan Sugeng T)

yang besar (Susilowati, 2006). Dalam 3.2 Massa Jenis Biodiesel (gram/ml)
penelitian yang telah dilakukan (Gambar 1),
diperoleh data bahwa selama waktu 5 menit Dari penelitian yang telah dilakukan maka
sampai dengan 30 menit pada suhu 65:C, diperoleh grafik hubungan antara waktu dan
hasil konversi reaksi terus meningkat. Hal suhu terhadap mssa jenis biodiesel dan
ini membuktikan bahwa semakin lama dapat dilihat pada Gambar 2 (error bars
waktu reaksi dan semakin tinggi suhu yang adalah standar deviasi).
diberikan maka akan semakin meningkatkan
hasil (Luthfiyati dkk., 2008).

0,9
5 menit 10 menit 30 menit
Massa Jenis (gram/ml)

0,8

0,7
0,865 0,856 0,860 0,861 0,855 0,857 0,853 0,855 0,856

0,6

0,5
45 55 65
Suhu (⁰C)
Gambar 2. Hubungan antara waktu reaksi dan suhu reaksi terhadap massa jenis biodiesel

Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) menunjukkan Massa jenis adalah perbandingan jumlah
bahwa suhu, waktu dan interaksi antara massa suatu zat terhadap volumenya pada
suhu dan waktu reaksi tidak berpengaruh suhu tertentu. Semakin rendah suhu, maka
atau tidak berbeda signifikan pada taraf berat jenis biodiesel akan semakin tinggi dan
95 %. Namun pada suhu 65:C dan waktu 30 begitu juga sebaliknya. Analisis massa jenis
menit, rendemen yang dihasilkan hanya pada penelitian ini menggunakan
sekitar 73%. Hal ini disebabkan oleh piknometer. Pada Gambar 2 terlihat massa
beberapa faktor diantaranya waktu reaksi jenis biodiesel yang tertinggi terjadi pada
berkisar 30 menit menyebabkan reaksi suhu 45:C dan waktu 5 menit yaitu sebesar
belum mencapai kesetimbangan karena 0,865 g/ml, sedangkan massa jenis biodiesel
menurut penelitian Encinar et al.,(2005) yang paling rendah terjadi pada suhu 65:C
waktu optimum yang dapat menghasilkan dan waktu 5 menit yaitu sebesar 0,853 g/ml
konversi terbesar terjadi waktu 60 menit namun semakin tinggi suhu dan semakin
dan reaksi telah berlangsung sempurna. lama waktu reaksinya, massa jenis biodiesel
Faktor lain yang mempengaruhi hasil semakin rendah. Hal ini disebakan oleh
konversi kecil yaitu kualitas metanol dan keberadaan gliserol dalam biodiesel yang
NaOH. Pada penelitian ini, kualitas metanol dapat mempengaruhi massa jenis biodiesel
dan NaOH yang digunakan yaitu kualitas karena gliserol memiliki massa jenis yang
teknis sehingga berpengaruh terhadap cukup tinggi (1,26 g/cm3), sehingga jika
kualitas biodiesel yang dihasilkan juga gliserol tidak terpisah dengan baik dari
(Satriana dkk., 2012). biodiesel, maka massa jenis biodiesel akan
meningkat. Nilai di atas berada dalam

30
Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol.3, No. 1: 27- 34

kisaran standar mutu biodiesel Indonesia semakin turun ketika terjadi peningkatan
(SNI) yaitu 0,85−0,89 g/ml. Semakin tinggi nilai ketidakjenuhan dari biodiesel (Hanif,
konversi biodiesel maka densitas akan 2009).
semakin rendah karena rantai karbon
semakin pendek dan ikatan rangkap semakin Pada Gambar 3 terlihat bahwa viskositas
sedikit. Nilai massa jenis biodiesel sangat kinematik biodiesel tertinggi pada waktu 5
ditentukan oleh kemurnian komponen metil menit dan suhu 45:C yakni sebesar 1,85 cSt,
ester dalam biodiesel. Uji Beda Nyata sedangkan viskositas kinematik biodiesel
Terkecil (BNT) menunjukkan bahwa suhu, terendah pada waktu 30 menit dan suhu
waktu dan interaksi antara suhu dan waktu 65:C yakni sebesar 1,65 cSt dan viskositas
reaksi berpengaruh atau berbeda signifikan ini tidak memenuhi standar mutu viskositas
pada taraf 95 %. SNI yaitu 2,3−6 cSt. Uji Beda Nyata Terkecil
(BNT) menunjukkan bahwa suhu, waktu dan
2,00
5 menit 10 menit 30 menit
1,80
1,60
Viskositas (cSt)

1,40
1,20
1,00
1,85 1,77 1,75
0,80 1,72 1,73 1,73 1,71 1,69 1,65

0,60
0,40
0,20
0,00
45 55 65
Suhu (⁰C)
Gambar 3. Hubungan antara waktu reaksi dan suhu reaksi terhadap viskositas biodiesel
3.3 Viskositas Biodiesel (cSt) interaksi antara suhu dan waktu reaksi tidak
berpengaruh atau tidak berbeda signifikan
Dari penelitian yang telah dilakukan maka pada taraf 95 %.
diperoleh data viskositas untuk minyak
jelantah yaitu 18,09 cP dan jika dikonversi ke 3.4 Bilangan Asam Biodiesel (%)
satuan cSt maka didapat bahwa viskositas
minyak jelantah yaitu 18,09 cP /0,85350 Dari penelitian yang telah dilakukan maka
gr/ml (massa jenis minyak jelantah) adalah diperoleh grafik hubungan antara waktu dan
15,43 cSt. Dari penelitian yang telah suhu terhadap bilangan asam biodiesel dan
dilakukan maka diperoleh grafik hubungan dapat dilihat pada Gambar 4 (error bars
antara suhu dan waktu reaksi terhadap adalah standar deviasi).
viskositas biodiesel dan dapat dilihat pada
Gambar 3 (error bars adalah standar Dari Gambar 4 dapat terlihat bahwa
deviasi). Semakin tinggi konversi biodiesel bilangan asam yang tertinggi terdapat pada
maka viskositas kinematik yang dihasilkan suhu 45:C dengan waktu 5 menit yaitu
akan semakin rendah. Hal ini disebabkan 0,08%, sedangkan yang terendah terdapat
semakin sedikit kadar asam lemak bebas pada suhu 45:C dengan waktu 30 menit
yang masih berada pada biodisel yang yaitu 0,06%. Hal ini dapat terjadi karena
dihasilkan tersebut atau kemungkinan masih pada suhu 45:C memiliki massa jenis yang
terdapat air dalam biodiesel akibat proses tinggi yaitu 0,86 gram/ml untuk waktu 5
pencucian. Viskositas kinematik akan menit dan 0,86 gram/ml untuk waktu 30

31
Pengaruh suhu dan waktu reaksi.... (Shilvia V, Agus H, dan Sugeng T)

menit dan masih berada pada standar mutu sebab itu maka dilakukan uji nyala dan uji
Indonesia (SNI) yaitu maks 0,8%. Bilangan kapilaritas biodiesel sebagai bahan bakar
asam merupakan pembagian antara ml alternatif pengganti minyak tanah pada
NaOH yang terpakai dengan massa jenis kompor yaitu menggunakan lampu
sehingga semakin lama waktu reaksi akan semprong. Pada uji nyala, sebanyak 25 ml
semakin memperkecil bilangan asam. Uji biodiesel dimasukkan ke dalam lampu
Beda Nyata Terkecil (BNT) menunjukkan semprong dan dinyalakan dengan api. Nyala
0,110
0,100
5 menit 10 menit 30 menit
0,090
Bilangan Asam (%)

0,080
0,070
0,060
0,050
0,089 0,085
0,040 0,082 0,078 0,0780,078
0,066 0,070 0,070
0,030
0,020
0,010
0,000
45 55 65
Suhu (⁰C)
Gambar 4. Hubungan antara waktu reaksi dan suhu reaksi terhadap bilangan asam biodiesel
bahwa suhu, waktu dan interaksi antara api yang dihasilkan berwana orange dan
suhu dan waktu reaksi tidak berpengaruh tidak menghasilkan asap. Api dapat
atau tidak berbeda signifikan pada taraf 95 bertahan selama 2 jam sedangkan lampu
%. semprong dengan bahan bakar minyak tanah
dapat bertahan hingga 2 jam 36 menit. Nyala
3.5 Uji Nyala dan Kapilaritas Biodiesel api biodiesel yang diproses pada suhu 45:C
dan waktu 5 menit dapat dilihat pada
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gambar 5. Kapilaritas adalah peristiwa naik
biodiesel yang dihasilkan belum memenuhi atau turunnya permukaan zat cair pada pipa
standar mutu Indonesia (SNI) untuk kapiler (Wikipedia.org, 2012). Pengujian ini
dijadikan bahan bakar pada mesin. Oleh

Gambar 5. Nyala api minyak tanah dan biodiesel yang diproses pada suhu reaksi 45:C dan
waktu reaksi 5 menit

32
Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol.3, No. 1: 27- 34

dilakukan dengan menggunakan sumbu yang pada suhu 45:C dan waktu 5 menit
berukuran sama dan dimasukkan ke dalam dengan rendemen 66,79% metil ester.
biodiesel dan minyak tanah. Sumbu 4. Biodiesel yang dihasilkan memiliki
dinyalakan dengan api dan diamati daya karakteristik massa jenis berkisar antara
serapnya. 0,853−0,865 gram/ml dan sesuai dengan
standar SNI (0,85−0,89 gram/ml),
Setelah dilakukan pengujian, daya serap viskositas berkisar antara 1,65−1,85 cSt
pada minyak tanah adalah 18 cm dan lebih dan tidak sesuai dengan standar SNI
tinggi dibandingkan dengan daya serap pada (2,3−6 cSt), bilangan asam yang diperoleh
20
18 Minyak Tanah
16
Kapilaritas (cm)

14 Biodiesel
12
10
8
6
4
2
0
0 0,5 1 1,5 2
Viskositas (cSt)

Gambar 6. Pengaruh viskositas terhadap kapilaritas pada minyak tanah dan biodiesel

biodiesel yang memiliki viskositas 1,65−1,71 pada penelitian ini yaitu berkisar antara
cSt yaitu13−15,3 cm. Hal ini disebabkan 0,06−0,08 % dan sesuai dengan standar
karena minyak tanah memiliki viskositas SNI (maks 0,8%).
(1,26 cSt) yang lebih kecil daripada biodiesel. 5. Biodiesel yang dihasilkan belum dapat
Uji kapilaritas menunjukkan bahwa biodiesel digunakan sebagai bahan bakar mesin
dapat digunakan sebagai pengganti minyak namun sudah dapat digunakan sebagai
tanah pada kompor “Hock” yang memiliki pengganti minyak tanah pada kompor.
tinggi tangki sampai permukaan sumbu yaitu
14 cm. Pebandingan kapilaritas dan
viskositas antara minyak tanah dan biodiesel
dapat dilihat pada Gambar 6.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
1. Minyak jelantah dapat digunakan sebagai
bahan baku dalam pembuatan biodiesel.
2. Semakin tinggi waktu dan suhu reaksi
maka rendemen biodiesel yang diperoleh
akan semakin tinggi dan karakteristik
biodiesel akan semakin baik.
3. Rendemen biodiesel paling optimum
diperoleh pada suhu 65:C dan waktu 30
menit dengan 72,87% metil ester dan
rendemen biodiesel terendah diperoleh

33
Pengaruh suhu dan waktu reaksi.... (Shilvia V, Agus H, dan Sugeng T)

DAFTAR PUSTAKA Pengadukan terhadap Konversi


Biodiesel dari Minyak Sawit
Menggunakan Abu Tandan Kosong
Dharsono, W dan Y.S. Oktari. 2010. Proses
Sawit Sebagai Katalis. Seminar
Pembuatan Biodiesel dari Dedak dan
Nasional Kimia XVIII, Jurusan Kimia
Metanol dengan Esterifikasi In Situ.
FMIPA UGM. Yogyakarta. 10 Juli
(Skripsi). Universitas Diponegoro.
2008.
Semarang.
Kadiman, K. 2005. Biofuel: the Alternative
Djamaludin, A. 2011. Pemanfaatan Minyak
Fuel for (Vehicles In) The Future.
Bumi dan Sumber Energi Alternatif
Minister for Research and
Guna Meningkatkan Ketersediaan
Technology / Chairman of the Agency
Energi. Artikel Sekolah Tinggi
for Assessment and Application of
Teknologi Angkatan Laut. Diakses
Technology BPPT. Presented at the
pada 14 Oktober 2013.
Gaikindo Conference. 12 July 2005.
Jakarta.
Encinar, J.M., J.F.Gonzalez, and A.R. Reinares.
2005. Biodiesel from Used Frying
Satriana, N. E. Husna, Desrina dan M.
Oil. Variabels Affecting the Yields and
D.Supardan. 2012. Karakteristik
Characteristics of the Biodiesel.
Biodiesel Hasil Transesterifikasi
Industrial and Engineering Chemistry
Minyak Jelantah Menggunakan
Journal. Vol. 44(15): 5491−5499.
Teknik Kavitasi Hidrodinamik. Jurnal
Teknologi Dan Industri Pertanian
Felizardo, P., M.J.N. Correia, I. Raposo, J.F.
Indonesia Vol.4(2).
Mendes, R. Berkemeier, and J.M.
Bordado. 2005. Production of
Simanjuntak, M. E. 2005. Beberapa Energi
Biodiesel from Waste frying Oils.
Alternatif yang Terbarukan dan
Waste Management Journal, Vol. 26:
Proses Pembuatannya . Jurnal Teknik
487−494.
Simetrika, Vol. 4 (1): 287−293.
Firdaus, I. U. 2010. Usulan Teknis
Susilowati. 2006. Biodiesel dari Minyak Biji
Pembuatan Biodiesel dari Minyak
Kapuk dengan Katalis Zeolit. Jurnal
Jelantah. PT. Nawapanca
Teknik Kimia, Vol.1 (1): 10−14.
Engineering: Bandung. Laporan.
Wikipedia. 2012. “Biodiesel”, http://en.
Hambali, E, S. Mudjalipah, dan A. H.
wikipedia. org/ wiki/ biodiesel.
Tambunan. 2005. Teknologi
http:// www. Pembuatan Biodiesel
Bioenergi. Agro Media. 86 hlm.
dari CPO.
Hanif. 2009. Analisis Sifat Fisik dan Kimia
Biodiesel dari Minyak Jelantah
Sebagai Bahan Bakar Alternatif
Motor Diesel. Jurnal Teknik Mesin,
Vol. 6(2): 92−96.

http://www.youtube.com/making biodiesel
from waste cooking oil step by step
tutorial//watch?v=rxxs9DeXprY. 13
Juni 2013.

Luthfiyati, A., Yoeswono, K.Wijaya, dan I.


Tahi. 2008. Kajian Pengaruh
Temperatur dan Kecepatan

34

Anda mungkin juga menyukai