Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

BAHAN BAKAR NABATI


Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah

Dosen Pembimbing :

Yuana Susmiati, S.TP, M.Si

Disusun Oleh :

1. Hairul Anam (B4211411)


2. Pradiska Julinda V (B4211534)
3. Feni Dwi Kusuma W (B4211689)
4. Sidiq Khoirudin (B4211880)
5. Aditya Virgiawan (B4211911)

PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI TERBARUKAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER 
DESEMBER, 2013
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan proses pembuatan
 biodiesel.
2. Mahasiswa dapat mengerjakan dan menjelaskan proses pembuatan
 biodiesel dari minyak jelantah

II. DASAR TEORI


Minyak merupakan trigliserida yang tersusun atas tiga unit asam
lemak, berwujud cair pada suhu kamar (25°C) dan lebih banyak mengandung
asam lemak tidak jenuh sehingga mudah mengalami oksidasi. Minyak yang
 berbentuk padat biasa disebut dengan lemak. Minyak dapat bersumber dari
tanaman, misalnya minyak zaitun, minyak jagung, minyak kelapa, dan minyak
 bunga matahari. Minyak dapat juga bersumber dari hewan, misalnya minyak
ikan sardine, minyak ikan paus dan lain-lain.
Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia
sebagai alat pengolah bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi
sebagai media penggoreng sangat penting dan kebutuhannya semakin
meningkat. Setelah digunakan, minyak goreng tersebut akan mengalami
 perubahan dan bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak bekas
 penggorengan mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsibogenik,
yang terjadi selama proses penggorengan. Perubahan sifat ini menjadikan
minyak goreng tersebut tidak layak lagi digunakan sebagai bahan makanan.
Oleh karena itu minyak goreng yang telah dipakai atau minyak jelantah
menjadi barang buangan atau limbah dari industry penggorengan (Rosita dan
Widasari, 2009)
Minyak jelantah (waste cooking oil ) adalah minyak limbah yang bisa
 berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak
sayur, minyak samin dan sebagainya. Minyak ini merupakan minyak bekas
 pemakaian kebutuhan rumah tangga atau rumah makan/ restoran. Minyak
 jelantah adalah minya yang sudah pernah dipakai, sehingga sudah
mengandung akrilamida, radikal bebas, dan asam lemak trans. Terlebih kalau
warnanya sudah kecoklatan, dan teksturnya kental. Kalau dipanaskan lagi,
semakin tinggi kandungan senyawa-senyawa karsinogenik tersebut
didalamnya.
Minyak jelantah sebagai limbah akan menjadi bahan yang bermanfaat
 jika diolah untuk pengunaan yang lain. Salah satunya adalah pengolahan
minyak jelantah menjadi biodiesel. Pada prinsipnya pengolahan minyak
 jelantah menjadi biodiesel adalah proses konversi trigliserida menjadi metil
atau etil ester. Proses konversi ini biasa disebut transesterifikasi merupakan
reaksi antara minyak dengan alcohol untuk memutus tiga rantai gugus ester
dari tiap cabang trigliserida. Reaksi pada transesterifikasi membutuhkan panas
sebagai energy dan katalis basa sebagai mediator konversi agar diperoleh
mutu produk reaksi yang tinggi. Pada reaksi ini minyak jelantah dikonversi
menjadi biodiesel dan gliserin.
Minyak jelantah tanpa pemurnian biasanya mengandung FFA yang
cukup tinggi, oleh karena itu dalam proses pembuatan biodiesel kadar FFA
tersebut diturunkan terlebih dahulu melalui proses esterifikasi. Pada proses
esterifikasi dilanjutkan dengan proses transesterifikasi.

III. PELAKSANAAN

3.1 Waktu Pelaksanaan


Hari : Kamis
Tanggal : 05 Desember 2013
Pukul : 09.00 – 13.00 WIB
Tempat : Lab. Teknik Energi Terbarukan

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1.  Neraca
2. Erlenmeyer 
3. Beker Glass
4. Gelas Ukur 
5. Pemanas
6. Buret
7. Statif 
8. Pipet
9. Spatula
10. Magnetic Stirrer 
11. Thermometer 

3.2.2 Bahan
1. Minyak Jelantah
2. KOH
3. Fenolftalein
4. Etanol 95%
5. H2SO4
6. Methanol

3.3 Prosedure Percobaaan


1. Lakukan pengukuran kadar FFA sesuai dengan procedure praktek
sebelumnya.
2. Tentukan langkah pembuatan biodiesel berdasarkan kadar FFA
(esterifikasi dan transesterifikasi atau transesterifikasi)
3. Reaksi esterifikasi :
 Ambillah sampel minyak jelantah (180 ml) ke dalam Erlenmeyer/
 beker glass lalu panaskan hingga suhunya mencapai 55-60 °C.
 Buatlah larutan metoksida yaitu campuran katalis asam ( sebanyak
5% v/v minyak dengan methanol 20% v/v minyak.
 Tambahkan campuran katalis asam dan methanol ke dalam sampel
minyak yang sudah panas (55-60 °C) sedikit demi sedikit sambil
terus diaduk.
 Lanjutkan proses pemanasan dan pengadukan sampel yang sudah
tercampur dengan metoksida dan pertahankan suhunya 55 °C
selama ± 60 menit.
 Angkat sampel dan diamkan hingga suhu ruang, kemudian
masukkan kedalam labu pemisah sambil dikocok. Diamkan
campuran hingga terjadi separasi (± 8 jam).
 Setelah terjadi reparasi lakukan pemisahan.
4. Reaksi transesterifikasi :
 Ambillah sampel minyak jelantah (180 ml) ke dalam Erlenmeyer/
 beker glass lalu panaskan hingga suhunya mencapai 55-60 °C.
 Buatlah larutan metoksida yaitu campuran katalis basa (KOH atau
 NaOH) sebanyak 1% v/v minyak dengan methanol 20% v/v
minyak.
 Tambahkan campuran katalis basa dan methanol (metoksida) ke
dalam sampel minyak yang sudah panas (55-60 °C) sedikit demi
sedikit sambil terus diaduk.
 Panaskan sambil diaduk sampel minyak yang telah dicampur
dengan katalis dan methanol pada temperature 55 °C selama ± 1
 jam.
 Lanjutkan proses pemanasan dan pengadukan sampel yang sudah
tercampur dengan metoksida dan pertahankan suhunya 55 °C
selama ± 60 menit.
 Angkat sampel dan diamkan hingga suhu ruang, kemudian
masukkan ke dalam labu pemisah sambil dikocok. Diamkan
campuran hingga terjadi separi (± 8 jam).
 Setelah terjadi separasi lakukan pemisahan.
5. Hitung rendemen biodiesel yang dihasilkan, termasuk hasil
sampingnya.
6. Buatlah laporan yang dilengkapi dengan bagan alir pembuatan
 biodiesel dari sampel minyak yang anda lakukan.
Minyak jelantah sebagai limbah akan menjadi bahan yang bermanfaat
 jika diolah untuk pengunaan yang lain. Salah satunya adalah pengolahan
minyak jelantah menjadi biodiesel.
Minyak jelantah tanpa pemurnian biasanya mengandung FFA yang
cukup tinggi, oleh karena itu dalam proses pembuatan biodiesel kadar FFA
tersebut diturunkan terlebih dahulu melalui proses esterifikasi. Pada proses
esterifikasi dilanjutkan dengan proses transesterifikasi.
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan didapat bahwa biodiesel
yang dihasilkan sebanyak 157 ml dengan gliserin 38 ml. Pencucian dilakukan
sebanyak tiga kali dengan aquades masing-masing sebanyak 100 ml yang
telah dipanaskan dengan suhu 80C.
Sedangkan untuk kadar FFA didapat sebesar 19,88 yaitu lebih dari 2
 jadi menggunakan proses esterifikasi terlebih dulu sebelum menuju ke proses
transesterifikasi.
Faktor yang mempengaruhi proses transesterifikasi adalah:
1. Suhu
2. Waktu reaksi
3. Katalis
4. Pengadukan
5. Perbandingan reaktan

Anda mungkin juga menyukai