Anda di halaman 1dari 15

Pembuatan Biodiesel dengan Bahan Baku

Minyak Nyamplung Proses


Transesterifikasi
LATAR B E LAKAN G

Aspek Ekonomi
1
-- Krisis BBM Fossil (Mahal dan Langka)
- BBM Fossil tidak lama lagi akan habis (non -renewable)

2 Aspek Lingkungan
- Emisi gas buang yang membahayakan
- Pemanasan global

3
Aspek Bahan Baku (Renewable)
Bahan baku minyak nabati tersedia beragam dan cukup banyak
( nyamplung, sawit , biji bunga matahari, kedelai, biji karet dan
lain-lain)
Tinjauan Pustaka

Nyamplung (Calophyllum inophyllum)

Tanaman nyamplung adalah pohon yang termasuk kedalam famili Clusiaceae.


Tanaman ini memiliki persebaran habitat di Afrika Timur, India, Asia Tenggara,
Australia dan Pasifik Selatan. Tanaman ini tumbuh di area dengan curah hujan
1000-5000 mm pertahun pada ketinggian 0-200 m diatas permukaan laut.
Tanaman nyamplung sangat potensial bila digunakan sebagai bahan baku
pembuatan biodiesel dikarenakan kadar minyak yang tinggi pada biji (40-73
%(w/w)), minyak yang dapat dihasilkan sebesar 4680 kg/ha serta merupakan
non-edibble oil sehingga tidak bersaing dengan kebutuhan pangan.
Minyak Nyamplung (Tamanu Oil)

Minyak nyamplung adalah minyak hasil ekstraksi dari biji nyamplung


menggunakan mesin pres, yang mana bisa dilakukan dengan dua macam
mesin pres yaitu mesin pres hidrolik manual dan mesin pres ekstruder (sistem
ulir). Minyak yang keluar dari mesin pres berwarna hitam/gelap karena
mengandung kotoran dari kulit dan senyawa kimia sepert
i alkaloid,fosfatida,karotenoid,klorofil, dan lain lain. Agar minyak nyamplung
dapat digunakan untuk proses selanjutnya dilakukan proses degumming.
Komposisi Minyak Nyamplung
Trans-esterifikasi

Trans-esterifikasi adalah proses yang mereaksikan trigliserida dalam minyak nabati atau lemak hewani
dengan alcohol rantai pendek seperti metanol atau etanol (pada saat ini sebagian besar produksi biodiesel
menggunakan methanol dikarenakan lebih ekonomis) menghasilkan metil ester asam lemak (Fatty Acids
Methyl Esters/FAME) atau biodiesel dan gliserol sebagai produk samping.
Biodiesel

Biodiesel secara kimia didefinisikan sebagai metil ester atau


monoalkil ester yang diturunkan dari minyak/lemak alami,

seperti minyak nabati, lemak hewan atau minyak goreng bekas

yang dapat digunakan langsung atau dicampur dengan minyak

diesel . Biodiesel adalah bahan bakar diesel alternatif yang

terdiri dari alkil monoester asam lemak dari minyak sayur atau

lemak hewan.
Uraian Proses

1. Tahap degumming ->> degumming bertujuan untuk menghilangkan getah (gum) yang terdiri dari

fosfatida, impurities dan protein.

2. Tahap esterifikasi ->> Tahap ini berfungsi untuk mengkonversi FFA menjadi metil ester dan air

sehingga dapat dilanjutkan ke tahap trans-esterifikasi.

3. Tahap trans-esterifikasi ->> Tahap ini merupakan tahap utama dalam penelitian ini, dimana trigliserida

yang merupakan komponen utama minyak dikonversi menjadi biodiesel dan gliserol.
Prosedur Pembuatan

1. Tahap degumming

Minyak ditimbang 500 gram kemudian


Minyak nyamplung disaring dengan alat
dipanaskan diatas hotplate hingga mencapai
penyaring vakum pada kondisi hangat.
suhu 80˚C sambil diaduk .

Kemudian minyak dimasukkan ke dalam Tambahkan larutan asam fosfat 20%


corong pemisah 500 ml dan ditambahkan sebanyak 0,2-0,3%(v/w) dan diaduk selama 15
aduadest hangat. menit.

Corong pemisah digoyangkan agar air Minyak hasil degumming dikeringkan dengan
menyebar mengikat gom lalu didiamkan agar pemanasan pada suhu 80˚C disertai vakum
air dan gom terpisah dari minyak (dilakukan selama 20 menit dilanjutkan dengan
hingga pH netral) pengeringan vakum selama 10 menit.
2. Tahap Esterifikasi

50 ml minyak nyamplung dimasukkan ke erlenmeyer bermulut ganda 500 ml ditambahkan metanol


dengan rasio mol tertentu dan HCl teknis dengan konsentrasi tertentu.

Erlenmeyer dipasang pada kondensor untuk mengkondensasikan kembali kedalam erlenmeyer.

Reaksi dilakukan pada suhu 60•C selama 1 jam.

Setelah proses esterifikasi selesai, campuran dimasukkan dalam tabung reaksi, diendapkan
selama 8 jam dan kemudian diukur kadar FFA nya pada lapisan bawah.
3. Tahap Transesterifikasi

Sebanyak 200 ml minyak nyamplung hasilesterifikasi dimasukkan dalam labu bermulut ganda 500 ml,
ditambahkan metanol dengan rasio mol tertentu dan didalam metanol dilarutkan NaOH teknis .Labu
mulut ganda dipasang pada kondensor untukmengkondensasi uap metanol agar masuk kembali ke
dalam erlemeyer.Reaksi dilakukan pada suhu 60•C selama 1 jam.

Setelah proses transesterifikasi selesai, campuran dimasukkan dalam corong pemisah, kemudian
diendapkan semalam.

Setelah 12 jam gliserol akan mengendap pada bagian bawah corong pemisah sehingga mudah untuk
dipisahkan.

Biodiesel yang terbentuk selanjutnya dicuci dengan air panas sampai pH netral dan dikeringkan dengan
pemanasan pada suhu 80OC disertai vakum selama 20 menit dilanjutkan dengan pengeringan vakum
pada suhu 90OC selama 10 menit.
Kesimpulan

• Minyak nyamplung (Calophyllum inophyllum) adalah salah satu sumber daya yang potensial bila

digunakan sebagai bahan baku biodiesel mengingat jumlahnya yang melimpah.

• Minyak nyamplung tersebut tidak bisa langsung dibuat biodiesel, karena selain kotor juga mempunyai

kadar FFA sangat tinggi. Agar dapat diproses menjadi biodiesel, minyak tersebut harus dibersihkan
dengan proses degumming terlebih dahulu dan diturunkan kadar FFAnya dengan proses esterifikasi.

Kemudian lanjut ke proses transesterifikasi.


Daftar Pustaka

Lee, K.T., Foglia, T.A., and Chang, K.S. 2002. Production of Alkyl Ester as Biodiesel from Fractioned Lard and Restaurant
Grease. J Am Oil Chem Soc. 79 (2) : 191-195.

Lele, S. 2005. Biodiesel in India. htttp//www.svlele.com/biodiesel. Diakses pada tanggal 27 Juli 2005.

Sahirman. 2008. Perancangan Proses Dua Tahap (Estrans) Untuk Produksi Biodiesel dari Minyak Biji Nyamplung. Disertasi S3
Departemen TIP. IPB. Bogor.

Sudradjat, R., I. Jaya dan D. Setiawan, 2005. Optimalisasi Proses Esterifikasi dan Transes- terifikasi pada Pembuatan
Biodiesel dari Minyak Jarak Pagar (Jatropha curcas). Jurnal Penelitian.Hasil Hutan. 23 (4) : 239-337. Pusat Litbang Hasil
Hutan.Bogor.

Sudradjat, R., Sahirman, dan D. Setiawan 2007. Pembuatan Biodiesel dari Minyak Biji Nyamplung. Jurnal Penelitian Hasil
Hutan. 25 (1) : 41-56. Pusat Litbang Hasil Hutan. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai