Aspek Ekonomi
1
-- Krisis BBM Fossil (Mahal dan Langka)
- BBM Fossil tidak lama lagi akan habis (non -renewable)
2 Aspek Lingkungan
- Emisi gas buang yang membahayakan
- Pemanasan global
3
Aspek Bahan Baku (Renewable)
Bahan baku minyak nabati tersedia beragam dan cukup banyak
( nyamplung, sawit , biji bunga matahari, kedelai, biji karet dan
lain-lain)
Tinjauan Pustaka
Trans-esterifikasi adalah proses yang mereaksikan trigliserida dalam minyak nabati atau lemak hewani
dengan alcohol rantai pendek seperti metanol atau etanol (pada saat ini sebagian besar produksi biodiesel
menggunakan methanol dikarenakan lebih ekonomis) menghasilkan metil ester asam lemak (Fatty Acids
Methyl Esters/FAME) atau biodiesel dan gliserol sebagai produk samping.
Biodiesel
terdiri dari alkil monoester asam lemak dari minyak sayur atau
lemak hewan.
Uraian Proses
1. Tahap degumming ->> degumming bertujuan untuk menghilangkan getah (gum) yang terdiri dari
2. Tahap esterifikasi ->> Tahap ini berfungsi untuk mengkonversi FFA menjadi metil ester dan air
3. Tahap trans-esterifikasi ->> Tahap ini merupakan tahap utama dalam penelitian ini, dimana trigliserida
yang merupakan komponen utama minyak dikonversi menjadi biodiesel dan gliserol.
Prosedur Pembuatan
1. Tahap degumming
Corong pemisah digoyangkan agar air Minyak hasil degumming dikeringkan dengan
menyebar mengikat gom lalu didiamkan agar pemanasan pada suhu 80˚C disertai vakum
air dan gom terpisah dari minyak (dilakukan selama 20 menit dilanjutkan dengan
hingga pH netral) pengeringan vakum selama 10 menit.
2. Tahap Esterifikasi
Setelah proses esterifikasi selesai, campuran dimasukkan dalam tabung reaksi, diendapkan
selama 8 jam dan kemudian diukur kadar FFA nya pada lapisan bawah.
3. Tahap Transesterifikasi
Sebanyak 200 ml minyak nyamplung hasilesterifikasi dimasukkan dalam labu bermulut ganda 500 ml,
ditambahkan metanol dengan rasio mol tertentu dan didalam metanol dilarutkan NaOH teknis .Labu
mulut ganda dipasang pada kondensor untukmengkondensasi uap metanol agar masuk kembali ke
dalam erlemeyer.Reaksi dilakukan pada suhu 60•C selama 1 jam.
Setelah proses transesterifikasi selesai, campuran dimasukkan dalam corong pemisah, kemudian
diendapkan semalam.
Setelah 12 jam gliserol akan mengendap pada bagian bawah corong pemisah sehingga mudah untuk
dipisahkan.
Biodiesel yang terbentuk selanjutnya dicuci dengan air panas sampai pH netral dan dikeringkan dengan
pemanasan pada suhu 80OC disertai vakum selama 20 menit dilanjutkan dengan pengeringan vakum
pada suhu 90OC selama 10 menit.
Kesimpulan
• Minyak nyamplung (Calophyllum inophyllum) adalah salah satu sumber daya yang potensial bila
• Minyak nyamplung tersebut tidak bisa langsung dibuat biodiesel, karena selain kotor juga mempunyai
kadar FFA sangat tinggi. Agar dapat diproses menjadi biodiesel, minyak tersebut harus dibersihkan
dengan proses degumming terlebih dahulu dan diturunkan kadar FFAnya dengan proses esterifikasi.
Lee, K.T., Foglia, T.A., and Chang, K.S. 2002. Production of Alkyl Ester as Biodiesel from Fractioned Lard and Restaurant
Grease. J Am Oil Chem Soc. 79 (2) : 191-195.
Lele, S. 2005. Biodiesel in India. htttp//www.svlele.com/biodiesel. Diakses pada tanggal 27 Juli 2005.
Sahirman. 2008. Perancangan Proses Dua Tahap (Estrans) Untuk Produksi Biodiesel dari Minyak Biji Nyamplung. Disertasi S3
Departemen TIP. IPB. Bogor.
Sudradjat, R., I. Jaya dan D. Setiawan, 2005. Optimalisasi Proses Esterifikasi dan Transes- terifikasi pada Pembuatan
Biodiesel dari Minyak Jarak Pagar (Jatropha curcas). Jurnal Penelitian.Hasil Hutan. 23 (4) : 239-337. Pusat Litbang Hasil
Hutan.Bogor.
Sudradjat, R., Sahirman, dan D. Setiawan 2007. Pembuatan Biodiesel dari Minyak Biji Nyamplung. Jurnal Penelitian Hasil
Hutan. 25 (1) : 41-56. Pusat Litbang Hasil Hutan. Bogor.