Anda di halaman 1dari 8

PEMBUATAN BIODIESEL MENGGUNAKAN MINYAK JELANTAH

BIODIESEL PRODUCTION FROM WASTE COOKING OIL


Hamda Izzaty Fauziah
201810200311046
hamda.izzaty@gmail.com
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang,
(University of Muhammadiyah Malang) Jl Raya Tlogomas No. 246, Malang, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Minyak jelantah merupakan minyak goreng bekas yang umumnya berasal dari minyak sawit. Tujuan
dari praktikum ini adalah untuk mengetahui proses pembuatan biodisel menggunakan minyak jelantah.
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah persiapan minyak jelantah kemudian penyaringan
minyak jelantah dengan dipanaskan pada suhu 40°C. Selanjutya proses degumming yaitu untuk
menghilangkan getah yang ada pada minyak jelantah menggunakan HCl dan ditambahkan NaOH masing-
masing 0,5% dan dipanaskan pada suhu 120oC. Tahap berikutnya proses esterifikasi dengan menambahkan
methanol 98% dan dipanaskan pada suhu 60°C, kemudian diendapkan selama 24 jam. Proses selanjutnya
transesterifikasi dengan menambahkan sodium metoksida dan dicampurkan dengan methanol 98% serta
NaOH sambil dilakukan pengadukan hingga larutan homogen. Kemudian melakukan pencampuran 2/3
larutan sodium metoksida yang telah dibuat pada alkil ester (Biodisel). Lakukan pengadukan pada suhu 60°C
selama 1 jam, kemudian diendapkan selama 24 jam. Proses selanjutnya yaitu mencampurkan air dengan
volume yang sama seperti minyak jelantah dan asam asetat 20% dari volume air hingga air mendidih.
Kemudian campurkan 20% larutan tersebut pada ester atau biodiesel yang telah dihasilkan dari proses
sebelumnya. Mengaduk hingga larutan berwarna putih susu, endapkan hingga 15 menit sampai terjadi
pemisahan. Pisahkan bagian ester. Lakukan pencucian ini sebanyak 5 kali. Hasil yang diperoleh dalam
praktikum adalah biodiesel gagal. Hal tersebut disebabkan pengaturan suhu yang digunakan. Suhu yang
terlalu tinggi akan lebih cenderung menghasilkan lebih banyak sabun dan gliserol.
Kata kunci: minyak jelantah, pembuatan biodiesel, suhu

PENDAHULUAN

Kebutuhan energi dunia dan negara memiliki efek pelumasan yang tinggi sehingga
Indonesia sendiri semakin meningkat. dapat memperpanjang umur mesin dan
Contohnya adalah minyak bumi. Hal ini memiliki angka setana yang tinggi ( > 50) (Azis
disebabkan karena pertumbuhan populasi, et al., 2011).
pertumbuhan ekonomi dan pola meningkatnya Kendala yang dihadapi dalam
konsumsi energi. Akan tetapi ketersediaan penggunaan biodiesel adalah harganya yang
minyak bumi saat ini sangat terbatas dan lebih mahal dibandingkan bahan bakar solar.
merupakan suatu sumber daya alam yang tak Penggunaan bahan baku yang melimpah dan
terbaharukan. Oleh karena itu diperlukan upaya murah merupakan upaya dalam menekan biaya
pengembangan sumber-sumber energi produksi biodiesel. Minyak jelantah merupakan
terbarukan. Salah satu jenis energi terbarukan salah satu bahan baku biodiesel yang melimpah.
adalah biodiesel. Minyak jelantah merupakan sisa penggunaan
Biodiesel merupakan bahan bakar yang dari produk minyak bumi yang mempunyai
ramah terhadap lingkungan. Biodiesel dapat karakteristik yang hampir sama dengan
diproduksi dengan menggunakan minyak nabati karakteristik yang dimiliki oleh minyak bumi
atau lemak hewan melalui proses (Kartika & Widyaningsih, 2012).
transesterifikasi dengan bantuan alkohol dan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk
katalis (Sinaga et al., 2014). Menurut Sinaga et mengetahui proses pembuatan biodisel
al., (2014) Biodiesel memiliki karakteristik menggunakan minyak jelantah.
yang hampir sama dengan minyak solar
sehingga dapat digunakan untuk menggantikan BAHAN DAN METODE
minyak solar pada motor diesel. Biodiesel Tempat dan waktu

1
Praktikum dilaksanakan pada hari jelantah. Selanjutnya dipanaskan pada suhu
Senin 26 April 2021 di Laboratorium 60°C, kemudian diendapkan selama 24 jam.
Agroteknologi, Universitas Muhammadiyah Proses selanjutnya yaitu dilakukan penambahan
Malang. larutan sodium metoksida terlebih dahulu.
Tahap berikutnya yaitu mencampurkan
Alat dan bahan
methanol 98% dengan 0.1% w/w NaOH sambil
Alat yang digunakan dalam dilakukan pengadukan hingga larutan homogen.
pengamatan ini antara lain kompor, timbangan Kemudian melakukan pencampuran 2/3 larutan
analitik, termometer, gelas ukur, beaker glass, sodium metoksida yang telah dibuat pada alkil
pengaduk, panci ,corong pemisah, saringan. ester (biodisel). Pengadukan dilakukan pada
Bahan yang digunakan dalam suhu 60°C selama 1 jam, kemudian diendapkan
pengamatan ini antara lain minyak jelantah, selama 24 jam. Proses selanjutnya yaitu
metanol 98%, aquades, HCl teknis 0,5%, NaOH mencapurkan air dengan volume yang sama
0,5%, H2SO498% (0,05%), asam asetat glasial. seperti minyak jelantah dan asam asetat 20%
Metode Pelaksanaan dari volume air, sambil dilakukan pemanasan
hingga air mendidih. Kemudian campurkan
Menyiapkan alat dan bahan yang
20% larutan tersebut pada ester atau biodiesel
dibutuhkan dalam praktikum. Menghitung berat
yang telah dihasilkan dari proses sebelumnya.
tabung dan volume minyak jelantah. Kemudian
Mengaduk hingga larutan berwarna
dilakukan penyaringan minyak jelantah dengan
putih susu, endapkan hingga 15 menit sampai
dipanaskan pada suhu 40°C. Menambahkan
terjadi pemisahan. Pisahkan bagian ester.
HCl, dengan Volume HCL yang digunakan
Lakukan pencucian ini sebanyak 5 kali. Alkil
0,5% dari minyak jelantah. Kemudian
Ester (Biodiesel) yang telah dipisahkan dari
ditambahkan NaOH sebanyak 0,5% dari
proses pencucian dipanaskan untuk
minyak jelantah serta air 200 ml dan
menghilangkan kandungan air. Lakukan
dipanaskan pada suhu 120°C. Proses
pencampuran 15 gram silika gel kedalam ester
selanjutnya yaitu menambahkan methanol 98% hasil pencucian, disertai pemanasan hingga
dengan penambahan stokiometri 6:1 dengan suhu 120°C sambil dilakukan pengadukan
0,05% H2SO4 dari jumlah volume minyak

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Proses Pembuatan Biodisel Menggunakan Minyak Jelantah
No. Gambar Keterangan
1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Menghitung berat tabung dan volume minyak jelantah


dengan menggunakan timbangan analitik.

2
3. Memanaskan minyak jelantah menggunakan panci dengan
suhu 40℃.

4. Memasukkan HCL 0,5% untuk menghilangkan getah


minyak jelantah.

5. Menambahkan NaOH sebanyak 0,5% dan air 200 ml dan


dipanaskan pada suhu 120°C.

6. Menambahkan methanol 98% dan dipanaskan dengan suhu


60℃ selama 24 jam.

7. Menambahkan larutan sodium metoksida dan diaduk


sampai larut dengan suhu 60°C selama 1 jam dan di
endapkan selama 24 jam.

8. Mencapurkan air dengan volume yang sama seperti minyak


jelantah dan asam asetat 20% dari volume air dan
dipanasakan dengan air mendidih.

9. Mengaduk hingga larutan berwarna putih susu dan


mengendapkan selama 5 menit.

10. Memisahkan bagian esterdan melakukan pencucian ini


sebanyak 5 kali.

3
Menurut Hariska et al., (2012) minyak tumbukan antara molekul pereaksi juga
jelantah adalah minyak yang dihasilkan dari meningkat (Aziz, 2011).
sisa penggorengan, yang dapat menyebabkan Tahap berikutnya adalah menambahkan
minyak berasap dan berbusa pada saat HCl, dengan volume HCL yang digunakan
penggorengan. Asam lemak dari minyak lemak 0,5% untuk menghilangkan getah minyak
nabati jika direaksikan dengan alkohol jelantah. Kemudian ditambahkan NaOH
menghasilkan ester yang merupakan senyawa sebanyak 0,5% dan air 200 ml, dipanaskan pada
utama pembuatan biodiesel dan produk suhu 120°C. Menurut hasil penelitian Fauzi &
sampingan berupa gliserin yang juga bernilai Huda (2014) penggunaan NaOH untuk minyak
ekonomis cukup tinggi. Gliserin ini bekas sebagai katalis memiliki kelebihan
dimanfaatkan untuk pembuatan sabun (Arita et penggunaan untuk menetralkan asam lemak
al., 2010). Jika setelah pemakaian minyak bebas atau FFA yang banyak pada minyak
jelantah dibuang, juga akan mencemari goreng bekas.
lingkungan. Oleh karena itu, pemanfaatan Proses selanjutnya yaitu menambahkan
minyak jelantah sebagai bahan baku biodiesel methanol 98% dengan penambahan stokiometri
dapat memberikan nilai lebih pada minyak 6:1 dengan 0,05% H2SO4 dari jumlah volume
jelantah dan mengurangi pencemaran minyak jelantah. Selanjutnya dipanaskan pada
lingkungan yang disebabkan oleh minyak suhu 60°C, kemudian diendapkan selama 24
jelantah. jam. Metanol adalah jenis alkohol yang banyak
Berdasarkan tabel diatas terdapat digunakan untuk proses transesterifikasi karena
beberapa tahapan untuk proses pembuatan lebih reaktif dan dapat menghasilkan biodiesel
biodiesel menggunakan minyak jelantah. Tahap yang sama dengan penggunaan etanol yang 1,4
pertama yaitu menyiapkan alat dan bahan yang kali lebih banyak dibandingkan methanol (Aziz,
dibutuhkan dalam praktikum. Menghitung berat 2011) . Menurut Hariska et al., (2012) semakin
tabung dan volume minyak jelantah dengan besar volume metanol yang digunakan maka
menggunakan timbangan analitik. Kemudian volume biodiesel yang dihasilkan semakin
dilakukan penyaringan minyak jelantah pada meningkat. Penggunaan metanol berlebih
suhu 40°C. berfungsi untuk menetralkan asam lemak bebas
Menurut Hariska et al., (2012) tujuan atau sabun yang terkandung didalam minyak
dari penyaringan minyak adalah untuk jelantah. Perbandingan rasio molar 6 : 1 dari
menghilangkan kotoran yang ada didalam metanol terhadap katalis basa bisa digunakan
minyak jelantah tersebut, serta menghilangkan untuk mendapat rendemen ester yang
air yang tidak dikehendaki, sebab kandungan maksimum (Wahyuni, 2015).
air dalam bahan baku dapat menyebabkan Hasil dari proses pengendapan ada 2
terjadinya proses penyabunan serta akan lapisan yaitu alkil ester (biodisel) dan zat sisa
diperoleh produk yang tidak sesuai dengan berupa air dan sisa-sisa methanol serta katalis
yang kita harapkan.Pada penelitian Wahyuni H2SO4. Pada proses ini dilakukan penambahan
(2015) suhu berpengaruh dalam pembuatan larutan sodium metoksida terlebih dahulu.
biodiesel karena suhu mempengahuhi viskositas Selanjutnya mencampurkan methanol 98%
dan densitas, karena viskositas dan densitas dengan 0.1% w/w NaOH sambil dilakukan
merupakan dua parameter fisis penting yang pengadukan hingga larutan homogen. Menurut
mempengaruhi pemanfaatan biodiesel sebagai Darmanto (2010) keberhasilan proses
bahan bakar. Semakin tinggi suhu pembuatan biodiesel dipengaruhi oleh putaran
menyebabkan gerakan molekul semakin cepat pengadukan. Peningkatan kecepatan
atau energi kinetik yang dimiliki molekul- pengadukan reaksi berpengaruh sangat
molekul pereaksi semakin besar sehingga signifikan terhadap rendemen biodiesel yang
dihasilkan, sedangkan kualitas biodiesel

4
dipengaruhi secara signifikan oleh jenis dan gliserol. Kemungkinan lain penyebab
pereaksi yang digunakan dan suhu reaksi belum berhasil yaitu rasio antara methanol dan
(Kartika et al., 2011). NaOH. Karena rasio antara methanol dan
Kemudian melakukan pencampuran 2/3 NaOH berpengaruh terhadap biodiesel yang
larutan sodium metoksida yang telah dibuat dihasilkan.
pada alkil ester (biodisel). Pengadukan
dilakukan pada suhu 60°C selama 1 jam, DAFTAR PUSTAKA
kemudian diendapkan selama 24 jam. Pada Arita, S., Agustina, T. E., Patrica, D., &
akhir proses ini dihasilkan 2 lapisan yakni alkil Rahmawati, L. 2010. Pemanfaatan
ester (biodiesel) murni pada bagian atas dan Gliserin sebagai Produk Samping dari
juga gliserol pada bagian bawah dan pisahkan Biodiesel Menjadi Sabun
bagian alkil ester (biodisel). Reaksikan kembali Transparan. Jurnal Teknik Kimia
sisa larutan sodium metoksida kepada ester Universitas Sriwijaya, 16(4).
untuk mendapatkan biodiesel dengan
kemurnian tinggi. Aziz, I. 2011. Kinetika Reaksi Transesterifikasi
Proses selanjutnya yaitu mencapurkan Minyak Goreng bekas. Jurnal Kimia
air dengan volume yang sama seperti minyak Valensi, 1(1).
jelantah dan asam asetat 20% dari volume air, Aziz, I., Nurbayti, S., & Ulum, B. 2011.
sambil dilakukan pemanasan hingga air Pembuatan Produk Biodiesel dari Minyak
mendidih. Kemudian campurkan 20% larutan Goreng Bekas dengan Cara Esterifikasi
tersebut pada ester atau biodiesel yang telah dan Transesterifikasi. Jurnal Kimia
dihasilkan dari proses sebelumnya. Mengaduk Valensi, 2(3).
hingga larutan berwarna putih susu, endapkan
Darmanto, S. 2010. Analisa Karakteristik
hingga 15 menit sampai terjadi pemisahan.
Biodiesel Kapuk Randu sebagai Bahan
Pisahkan bagian ester. Lakukan pencucian ini
Bakar Mesin Diesel. Jurnal Teknik Energi,
sebanyak 5 kali.
Vol 6, No. 3.
Hasil yang diperoleh dari proses
pembuatan biodiesel menggunakan minyak Fauzi, O., & Huda, N. 2014. Pemanfaatan
jelantah dalam praktikum ini gagal. Karena Biodiesel dan Limbah Produksi. Modul
biodesel yang dihasilkan berwarna kekuningan Diklat Teknologi Biodiesel Bagi Guru.
yang pekat dan masih terdapat semacam busa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
sabun. Hal tersebut dapat disebabkan Pusat Pengembangan Pemberdayaan
pengaturan suhu yang digunakan. Menurut Pendidik dan Tenaga Kependidikan
pernyataan Ibrahim et al., (2018) pengaturan Bidang Mesin dan Teknik Industri/TEDC.
suhu sangatlah mempengaruhi dalam Bandung.
pembuatan biodiesel. Suhu yang terlalu tinggi Hariska, A., Suciati, R. F., & Ramdja, A. F.
akan lebih cenderung menghasilkan lebih 2012. Pengaruh Metanol dan Katalis Pada
banyak sabun dan gliserol. Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah
Secara Esterifikasi dengan Menggunakan
KESIMPULAN
Katalis K2CO3. Jurnal Teknik
Berdasarkan praktikum yang dilakukan Kimia, 18(1).
dapat disimpulkan bahwa proses pembuatan
Ibrahim, P. A., Dhamayanthie, I., &
biodiesel pada praktikum belum berhasil. Hal
Indrawijaya, R. 2018. Pembuatan
tersebut disebabkan karena beberapa faktor
Biodiesel dari Minyak Jelantah. Syntax
seperti suhu yang digunakan. Pengaturan suhu
Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(3),
sangatlah mempengaruhi dalam pembuatan
113-123.
biodiesel. Suhu yang terlalu tinggi akan lebih
cenderung menghasilkan lebih banyak sabun

5
Kartika, D., & Widyaningsih, S. 2012. Biodisel. Jurnal Teknik Industri. Pert. 21:
Konsentrasi Katalis dan Suhu Optimum 24-33.
Pada Reaksi Esterifikasi Menggunakan
Sinaga, S. V., Haryanto, A., & Triyono, S.
Katalis Zeolit Alam Aktif (ZAH) dalam
2014. Pengaruh Suhu dan Waktu Reaksi
Pembuatan Biodiesel dari Minyak
Pada Pembuatan Biodiesel dari Minyak
Jelantah. Jurnal Natur Indonesia, 14(3),
Jelantah. Jurnal Teknik Pertanian
219-226.
Lampung (Journal of Agricultural
Kartika, I. A., Yani, M. dan Hermawan, D. Engineering), 3(1).
2011. Transesterifikasi In Situ Biji Jarak
Wahyuni, S. 2015. Pengaruh Suhu Proses dan
Pagar: Pengaruh Jenis Pereaksi, Kecepatan
Lama Pengendapan terhadap Kualitas
Pengadukan dan Temperatur Reaksi
Biodiesel dari Minyak Jelantah. Pillar of
Terhadap Rendemen dan Kualitas
Physics, 6(2).

6
DOKUMENTASI

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3


Menyiapkan alat dan bahan Menghitung berat tabung memanaskan minyak
dan volume minyak jelantah menggunakan
jelantah dengan panci dengan suhu 40℃
menggunakan timbangan
analitik

Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6


Memasukkan HCL 0,5% untuk menambahkan NaOH menambhkan methanol
menghilangkan getah minyak jelantah sebanyak 0,5% dan air 98% dan dipanaskan
200 ml dan dipanaskan dengan suhu 60℃ selama
pada suhu 120°C 24 jam

7
LAMPIRAN
Rumus menghitung larutan HCL 0,5 dari volume :
5
a.) HCL = 250 x = 1,25 ml
100

b.) NaOH = 1,25

c.) H2SO4 = 0,05 dari volume

d.) Methanol = 6 x H2SO4 (115,8 = methanol)

Anda mungkin juga menyukai