Anda di halaman 1dari 13

PEMANFAATAN MINYAK JELANTAH

MENJADI BIODIESEL
Oleh :
1. Ariska Sapni Putri
2. Fatma Cahyani
3. Reni Puspitasari

Dosen Pengampuh :
LETTY TRISNALIANI, S.T.,M.T.
PEMANFAATAN MINYAK JELANTAH MENJADI
BIODIESEL

1. Biodiesel
2. Minyak Jelantah
3. Proses yang Digunakan dalam Pembuatan Biodiesel
dari Minyak Jelantah
4. Alat dan Bahan
5. Cara Kerja
6. Cara Pemurnian
7. Pembahasan
1. Biodiesel

Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri


dari campuran mono-alkil ester dari rantai
panjang asam lemak, yang dipakai sebagai
alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel
dan terbuat dari sumber terbaharui seperti
minyak sayur atau lemak hewan.
2. Minyak Jelantah
• Minyak jelantah (bahasa Inggris: waste cooking oil) adalah minyak
limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti
halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan sebagainya,
minyak ini merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah
tangga umumnya
• Minyak jelantah juga dapat digunakan kembali sebagai minyak
goreng yang bersih tanpa kotoran, dengan cara minyak jelantah
tersebut direndam bersama dengan ampas tebu, maka nantinya
warna coklat dan kotoran pada minyak jelantah akan terserap oleh
ampas tebu tersebut, sehingga minyak jelantah tersebut akan
kembali bersih dan dapat dipakai kembali.
• Untuk itu perlu penanganan yang tepat agar limbah minyak
jelantah ini dapat bermanfaat dan tidak menimbulkan kerugian dari
aspek kesehatan manusia dan lingkungan.
3. Proses yang Digunakan dalam Pembuatan
Biodiesel dari Minyak Jelantah

• Reaksi yang digunakan dalam pembuatan biodiesel


dari minyak jelantah ini adalah reaksi trans-
esterifikasi.
• Reaksi transesterifikasi mengubah trigliserida (96-
98 %minyak) dan alkohol menjadi ester, dengan
sisa gliserin sebagai produk sampingnya. Hasilnya
molekul-molekul trigliserida yang panjang dan
bercabang diubah menjadi ester-ester yang lebih
kecil yang memiliki ukuran dan sifat yang serupa
dengan minyak solar.
4. Alat dan Bahan

• 1 liter minyak goreng bekas


• 3,5 gram NaOH
• 200 mL metanol (spiritus putih/tak berwarna)
• Aquades
• Gelas ukur ukuran 250 mL
• Gelas beker ukuran 1000 mL
• Pengaduk
• Kompor
• Termometer
• Panci stainless steels (jangan gunakan panci aluminium karena
dikhawatirkan akan terjadi reaksi lain)
5. Cara Kerja
1. Mengukur 200 mL metanol menggunakan gelas ukur, lalu tuang ke dalam gelas beker.
2. Mencampurkan 3,5 gram NaOH ke dalam cairan metanol, aduk hingga NaOH larut (sekitar
30 menit).
3. Mengambil minyak jelantah yang telah disaring sebanyak 1 liter, lalu tuang ke dalam panci
stainless steels.
4. Memanaskan minyak bekas di atas pemanas listrik atau kompor sambil diaduk hingga suhu
minyak mencapai 60°C.
5. Setelah suhu minyak mencapai 60°C angkat minyak dari kompor sambil terus diaduk,
tuangkan larutan NaOH dan metanol yang telah dibuat sebelumnya. Pencampuran
dilakukan dengan cara menuangkan sedikit demi sedikit larutan sambil tetap terus diaduk.
6. Setelah semua larutan tertuang habis, campuran harus tetap diaduk dengan agak kuat.
Setelah sekitar 20-30 menit pada campuran akan berubah warna menjadi oranye.
Perubahan warna ini menandakan telah terjadi reaksi. Lakukan terus pengadukan hingga
warna oranye menjadi semakin tajam dan agak keruh. Jika warna sudah tidak berubah lagi ,
maka menandakan reaksi telah selesai.
7. Diamkan campuran selama 24 jam hingga terbentuk 2 lapisan : lapisan bagian atas yang
berwarna oranye merupakan biodiesel, sedangkan di bagian bawahh padat kuning
keputihan merupakan campuran gliserol, air dan sisa NaOH.
8. Memisahkan kedua campuran dengan cara menuangkan secara perlahan –lahan bagian
atasnya (biodiesel) ke tempat lain.
9. Jika ingin hasil yang lebih baik, dapat dilakukan pemurnian dengan menggunakan air.
6. Cara Pemurnian
1. Ukurlah air menggunakan gelas ukur dengan perbandingan
1:5 dari hasil biodiesel yang telah dibuat.
2. Panaskan di atas kompor dan atur suhunya (jangan melebihi
80°C).
3. Aduk terus campuran selama ±30 menit.
4. Setelah itu angkat dan diamkan selama 24 jam hingga
terbentuk 2 lapisan : lapisan bagian atas merupakan
biodiesel, sedangkan endapan bagian bawah merupakan air
yang mengandung kotoran sisa NaOH dan lain-lain.
5. Pisahkan kedua lapisan tersebut dan biodiesel siap digunakan
sebagai bahan bakar pengganti solar atau minyak tanah.
7. Pembahasan
• Biodiesel salah satu bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan, tidak mempunyai efek terhadap
kesehatan yang dapat dipakai sebagai bahan bakar
kendaraan bermotor dapat menurunkan emisi bila
dibandingkan dengan minyak diesel.
• Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan
untuk mengubah minyak dasar menjadi ester yang
diinginkan dan membuang asam lemak bebas.
7. Pembahasan
Reaksi transesterifikasi ditunjukkan seperti di
bawah ini
- CH2―O―COR1 R1COCH3CH2OH
- CH―O―COR2 + 3CH3OH katalis R2COOCH3
+ CHOH
- CH2―O―COR3 R3COOCH3 CH2OH
7. Pembahasan
Analisis Laboratorium Sifat – sifat Biodiesel dari Minyak Jelantah :
1. Sifat fisik Unit Hasil ASTM Standar (Solar)
2. Flash point °C 170 Min.100
3. Viskositas (40°C) cSt. 4,9 1,9-6,5
4. Bilangan setana – 57 Min.40
5. Cloud point °C 3,3 –
6. Sulfur content % m/m << 0.01 0.05 max
7. Calorific value kJ/kg 38.542 45.343
8. Density (15°C) Kg/l 0,93 0,84
9. Gliserin bebas Wt.% 0,00 Maks.0,02
7. Pembahasan
Kelebihan biodiesel dibanding solar :
1. Bahan bakar ramah lingkungan
2. Cetane number lebih tinggi (>57)
3. Memiliki sifat pelumasan terhadap piston
mesin dan dapat terurai (biodegradable).
4. Merupakan renewable energy
5. Meningkatkan independensi suplai bahan
bakar

Anda mungkin juga menyukai