PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI KAPUK (Ceiba pentandra) MELALUI REAKSI
TRANSESTERIFIKASI ENZIMATIS
oleh:
Abstrak:Penggunaan bahan bakar minyak khususnya solar berbahan dasar fosil terus meningkat seiring
dengan meningkatnya mesin industri dan kendaraan bermesin diesel. Eksplorasi minyak bumi yang terus
menerus menyebabkan cadangan minyak akan habis dan menyebabkan kerusakan lingkungan akibat
emisi hasil pembakarannya. Oleh karena itu diperlukan sumber energi alternatif yang dapat menggantikan
bahan bakar diesel. Biodiesel merupakan bahan bakar motor diesel yang berupa ester alkil/alkil asam-
asam lemak yang dibuat dari minyak nabati melalui proses transesterifikasi enzimatis dengan metanol.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah minyak biji kapuk (Ceiba pentandra) dapat
dibuat menjadi biodiesel dengan metode transesterifikasi enzimatis, untuk mengetahui kondisi optimum
reaksi transesterifikasi dengan enzim lipase dan untuk mengetahui besar persentase biodiesel yang
diperoleh. Salah satu minyak nabati yang dapat digunakan adalah berasal dari biji kapuk (Ceiba
pentandra), dimana kadar minyak biji kapuk sebesar 30,275%. Biodiesel yang dihasilkan memiliki persen
rendemen sebesar 96% dengan komposisi metil ester berupa metil palmitat 28,07%, metil linoleat
35,36%, dan metil stearat 4,45%. Hasil optimasi yang diperoleh yaitu pada saat rasio metanol:minyak
sebesar 3:1, dengan enzim 0,1 gr, pada suhu 40o dan waktu 10 jam. Biodiesel yang didapatkan telah
memenuhi standar SNI 04-7182-2006 dimana bilangan iod berkisar 41,88-53,3 g iod/100 g. Namun untuk
bilangan asam (2,24-3,36 mg KOH/g) belum memenuhi standar SNI 04-7182-2006 yaitu maksimal 0,08
mg KOH/g.
PENDAHULUAN
Eksplorasi minyak bumi yang terus menerus metanol. Biodiesel mempunyai banyak keunggulan
menyebabkan cadangan minyak akan habis, dibandingkan dengan minyak diesel yakni dapat
termasuk di Indonesia diperkirakan cadangan diperbaharui (renewable), nontoksik dan dapat
minyak bumi akan habis 30 tahun mendatang terurai secara alami (biodegradable) (Pratama et
sebagai akibat ketersediaan bahan bakar yang al, 2009). Dalam sektor lingkungan, biodiesel
terbatas dan sifatnya yang tidak dapat memiliki kelebihan karena dapat mengurangi emisi
diperbaharui. SOx, NOx, dan CO2 yang merupakan gas-gas
Konsumsi terhadap bahan bakar yang semakin penyumbang pemanasan global.
banyak tersebut juga berdampak pada sektor Bahan dasar utama pembuatan biodiesel
lingkungan, salah satunya adalah pemanasan adalah minyak nabati yang bisa diambil dari
global. Untuk itu, perlu dicari sumber energi berbagai jenis tanaman, contohnya yaitu tanaman
alternatif yang dapat menggantikan bahan bakar kelapa sawit (Elaeis guineensis) dan kedelai.
diesel. Salah satu sumber energi alternatif yang Namun kedua jenis tanaman tersebut termasuk
kini banyak dikembangkan adalah biodiesel. dalam tanaman pangan, sehingga dapat
Biodiesel merupakan bahan bakar motor mengakibatkan persaingan dalam konsumsi
diesel yang berupa ester alkil/alkil asam-asam sebagai pangan dan sebagai bahan biodiesel. Oleh
lemak yang dibuat dari minyak nabati melalui karena itu, pencarian bahan alternatif lain yang
proses transesterifikasi atau esterifikasi dengan bersifat non edible (non pangan) terus gencar
_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com Volume 8, No. 4, Juli 2014
2 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787
semua. Campuran dibiarkan di tempat gelap suhu 40oC dan digojog dengan kecepatan 150 rpm.
selama 30 menit dengan sekali-kali dikocok. Persen rendemen dihasilkan melalui persamaan
Setelah itu ditambahkan 10 mL larutan KI 15% (Suhendra dan Gunawan, 2008) :
dan 10 mL aquadest, dan iod yang dibebaskan
segera dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N %%& $
% % = 100%
dengan indikator amilum. Titrasi dilakukan sampai %%& %
warna biru tepat hilang setelah diaduk.
2. Pengaruh Molar Rasio Substrat
Larutan blanko dibuat dari 30 mL larutan Salah satu substrat ditetapkan, yaitu
Hanus (10 g iodin monobromide dalam 500 mL perbandingan minyak biji kapuk dan metanol
asam asetat), aduk hingga bercampur semua. mulai dari 1:1, 1:2, 1:3, 1:4, dan 1:5 g/g. Lama
Campuran dibiarkan di tempat gelap selama 30 reaksi ditetapkan 5 jam dengan jumlah enzim 0.10
menit dengan sekali-kali dikocok. Setelah itu gram pada suhu 40oC dan digojog dengan
ditambahkan 10 mL larutan KI 15% dan 10 mL kecepatan 150 rpm. Persen rendemen dihasilkan
aquadest, dan iod yang dibebaskan segera dititrasi melalui persamaan (Suhendra dan Gunawan, 2008)
dengan larutan Na2S2O3 0,1 N dengan indikator :
amilum. Titrasi dilakukan sampai warna biru tepat %%& $
hilang setelah diaduk. % % = 100%
%%& %
ditotolkan pada lembaran TLC. Lembaran TLC Tabel 1. Hasil Penentuan Bilangan Penyabunan
kemudian selanjutnya dikembangkan ke dalam Bilangan
sistem pelarut n-heksan - eter (8,5 : 1,5, v/v). Jumlah Volume
Penyabunan
Keberadaan ester dideteksi menggunakan iodium No. Minyak HCl 0,5 N
(mg KOH/g
yang akan membentuk spot berwarna coklat. Sampel (gr) (mL)
Minyak)
2. Analisis Biodiesel 1. Blanko 22,6 -
Hasil reaksi dianalisis dengan menggunakan 2. 2,00 8,8 193,53
metode yang dikembangkan oleh Suhendra dan 3. 2,00 9 190,77
Gunawan (2008), yaitu dengan menggunakan gas 4. 2,00 8,6 196,38
kromatografi spektroskopi massa (GCMS). GCMS Rata-rata 193,58
dikondisikan dengan suhu injector 2900C. Kolom
yang digunakan adalah RTx – 65TG capillary
column (30 m x 0.25 mm, Supelco, USA). Suhu 2. Bilangan Asam
kolom mula-mula adalah 400C dan suhu akhirnya Penentuan bilangan asam bertujuan untuk
adalah 2800C, dengan kenaikan suhu 80C/menit. mengetahui jumlah asam lemak bebas yang
Detektor yang digunakan adalah FID (Flame terkandung di dalam 1 gram minyak. Bilangan
Ionization Detector) dengan suhu detector 3000C. asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH
Gas pembawa yang digunakan adalah helium yang digunakan untuk menetralkan asam lemak
dengan kecepatan alir 30 mL/menit. bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau
lemak (Depkes RI, 1995).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini digunakan biji kapuk Tabel 2. Hasil Penentuan Bilangan Asam
yang berasal dari Lombok. Dari hasil ekstraksi Nilai Bilangan
Jumlah Volume
melalui metode maserasi, diperoleh kadar minyak Asam (mg
No. Sampel KOH 0,1
dengan kisaran 20,33-22,62%, sedangkan dengan KOH/g
(gr) N (mL)
sokletasi diperoleh sebesar 29,87-30,27%. Minyak)
1. 5.00 3,6 4,04
a. Uji Pendahuluan Minyak Biji Kapuk 2. 5.00 3,6 4,04
Tujuan dari uji pendahuluan ini adalah untuk 3. 5.2 4 4,47
mengetahui sifat awal minyak biji kapuk yang Rata-rata 4,183
akan diproses menjadi biodiesel, yang meliputi uji
bilangan penyabunan, bilangan asam, dan bilangan Bilangan asam (Tabel 2) diperoleh sebesar
iod yang dilakukan dengan tiga kali pengulangan. 4,04 hingga 4,47 mg KOH/g minyak. Bilangan
asam menunjukkan jumlah asam lemak yang
1. Bilangan Penyabunan terdapat dalam minyak. Semakin tinggi kandungan
Bilangan penyabunan adalah jumlah alkali asam lemak tak jenuh dalam minyak kapuk
yang dibutuhkan untuk menyabunkan sejumlah memungkinkan terjadinya oksidasi pada ikatan
contoh minyak. Bilangan penyabunan dinyatakan rangkap tersebut sehingga bilangan asam
dengan jumlah milligram KOH yang dibutuhkan meningkat. Bilangan asam minyak biji kapuk
untuk menyabunkan 1 gram minyak atau lemak berada dibawah 5 mg KOH/g, sehingga tidak perlu
(Laili, 2011).Bilangan penyabunan minyak biji dilakukan proses esterifikasi, karena Esterifikasi
kapuk (Tabel 1) diperoleh dengan kisaran nilai biasa dilakukan untuk membuat biodiesel dari
190,77 sampai 196,38 mg KOH/g minyak. Besar minyak berkadar asam lemak bebas tinggi
kecilnya bilangan penyabunan ditentukan oleh (berangka-asam ≥ 5 mg-KOH/g) (Destiana et al.,
berat molekul asam lemak penyusunnya 2007).
(Selfiawati, 2003). Minyak yang disusun oleh
asam lemak berantai pendek berarti mempunyai 3. Bilangan Iod
nilai bilangan penyabunan yang besar dan begitu Bilangan iodium mencerminkan
juga sebaliknya. ketidakjenuhan asam lemak penyusun minyak atau
_____________________________________________
Volume 8, No. 4, Juli 2014 http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah5
lemak. Asam lemak tidak jenuh mampu mengikat deaktivasi enzim dan kelarutan gliserol yang kecil
sejumlah iod dan membentuk senyawa yang jenuh. pada metanol menyebabkan gliserol yang
Banyak iod yang dapat diikat menunjukkan terbentuk dapat melapisi enzim sehingga
banyaknya ikatan rangkap. Bilangan iod menurunkan aktivitas enzim (Dossat et al., 1999
dinyatakan sebagai jumlah gram iod yang diikat dalam Corneliasati dan Komalasari, 2009).
oleh 100 gram minyak atau lemak (Sudarmadji,
2003). Tabel 4. Tabel Data Mengenai Nilai Rf Masing-
masing Spot
Tabel 3. Hasil Penentuan Bilangan Iod
No. Komponen Nilai Rf (cm)
Jumlah Volume Nilai Bilangan
No. Sampel Na2SO3 Iod (g Iod/100 g 1. Minyak 0,42
(gr) (mL) Minyak) 2. Standar Metil Ester 0,63
1. Blangko 12 - 3. Pengaruh Enzim
2. 0,12 3,4 90,95 a. 0,1 gr 0,57
b. 0,15 gr 0,57
3. 0,11 4 92,30
c. 0,2 gr 0,42
4. 0,12 3,4 90,95
d. 0,05 gr 0,54
Rata-rata 91,4
e. 0,25 gr 0,5
4. Pengaruh Metanol
Bilangan iod yang didapatkan (Tabel 3)
f. 1:1 0,48
berkisar antara 90,95-92,30 g iod/100 g minyak,
g. 1:2 0,5
menunjukkan bahwa minyak biji kapuk layak
h. 1:3 0,5
untuk dijadikan biodiesel karena bilangan iod
i. 1:4 0,5
standar nasional yaitu maksimal 115
j. 1:5 0,48
mgKOH/gminyak.
5. Pengaruh Waktu
k. 5 jam 0,45
b. Analisis dengan kromatografi lapis Tipis
l. 10 jam 0,6
(KLT)
m. 15 jam 0,63
Untuk mengetahui kemurnian biodiesel, maka n. 20 jam 0,59
dilakukan analisis awal dengan menggunakan KLT 6. Pengaruh suhu
dengan dielusi menggunakan n-heksan : dietil eter o. 30oC 0,47
( 8,5 ml:1,5 ml). Dari hasil analisis menggunakan p. 35oC 0,47
Kromatografi Lapis Tipis (KLT), diperoleh bahwa q. 40oC 0,5
biodiesel yang dihasilkan memiliki nilai Rf yang r. 45oC 0,47
mendekati nilai Rf dari metil standar (Tabel 4). Hal s. 50oC 0,46
ini dikarenakan komposisi dari biodiesel tidak
sama dengan komposisi dari metil standar dimana c. Reaksi Transesterifikasi Enzimatis
metil standar memiliki komponen terbesar yaitu Transesterifikasi enzimatis merupakan reaksi
metil oleat. alkoholisis yang menggunakan enzim lipase
Kemungkinan lain adalah masih adanya sebagai katalisnya (Gunawan dan Basri, 2005).
trigliserida yang terkandung di dalam biodiesel
akibat reaksi transesterifikasi enzimatis yang
bersifat reversible. Ketidakmurnian dari biodiesel
ini dikarenakan terjadinya deaktifasi enzim lipase
oleh metanol (Al-Zuhair, 2007). Shimada et
al.,1999 dalam Corneliasari dan Komalasari (2009)
menyebutkan bahwa kelarutan alkohol rantai
pendek, seperti metanol, dengan minyak adalah
kecil dan keberadaannya mendorong terjadinya Gambar 1. Reaksi Transesterifikasi Enzimatis
_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com Volume 8, No. 4, Juli 2014
6 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787
rendemen
100
Hasil
(%)
Biodiesel merupakan metil ester yang
diproduksi dari minyak biji kapuk yang telah 50
direndemenkan menjadi metil ester dengan proses 0
transesterifikasi menggunakan metanol dan katalis
enzim lipase yang digunakan sebagai bahan bakar 0 0.1 0.2 0.3
Jumlah Enzim (gr)
di dalam mesin diesel.
Penggunaan katalis enzim merupakan metode Gambar 2. Kurva Hubungan Antara Jumlah Enzim
alternative untuk reaksi transesterifikasi, karena dengan Hasil Rendemen Pada Reaksi
enzim dapat memperbesar kecepatan reaksi 106-108 Transesterifikasi
kali lebih cepat daripada reaksi biasa (Hala, et al., Dari Gambar 2 terlihat bahwa reaksi
2010) dan reaksi bekerja pada temperatur lebih transesterifikasi terjadi optimum pada jumlah
rendah (30oC – 40oC), tanpa busa, hasil rendemen enzim 0,1 gr. Setelah lewat titik kesetimbangan,
(methyl ester) tinggi, bersifat murni, gliserol hasil rendemen mulai menurun dikarenakan jumlah
mudah dipulihkan (recovery) dan tidak substrat telah habis bereaksi.
terpengaruh kandungan air, bersifat ramah
2. Pengaruh Molar Rasio Substrat
terhadap lingkungan karena mengurangi
pembuangan bahan kimia serta pemisahan dari 100
produk setelah reaksi dapat dilakukan dengan
rendemen (%)
_____________________________________________
Volume 8, No. 4, Juli 2014 http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah7
3. Pengaruh Waktu Reaksi zat yang bereaksi juga semakin besar sehingga
dapat meningkatkan hasil produk yaitu metil ester.
120 Namun di atas suhu 40oC, hasil rendemen yang
100
didapatkan semakin rendah. Hal ini dikarenakan
Hasil rendemen (%)
Hasil rendemen
92
Gambar 4. Kurva Hubungan antara Waktu dengan 90
Hasil Rendemen pada Reaksi 88
Transesterifikasi
86
(%)
Pada Gambar 4 terlihat kurva hubungan antara 84
waktu reaksi (jam) dengan hasil rendemen (%) 0 20 40 60
yang dihasilkan dari reaksi transesterifikasi. Suhu (°C)
Semakin lama waktu reaksi, maka akan
menghasilkan persen rendemen yang besar Gambar 5. Kurva Hubungan antara Suhu Reaksi
dikarenakan adanya kemungkinan kontak antar zat dengan Hasil Rendemen pada Reaksi
yang semakin besar. Namun, jika reaksi Transesterifikasi
kesetimbangan telah tercapai, maka dengan
bertambahnya waktu, tidak akan memperbesar e. Sifat Kimia Biodiesel
hasil. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pada Sifat kimia Biodiesel meliputi bilangan asam,
t reaksi = 10 jam merupakan hasil rendemen bilangan penyabunan, dan bilangan iod. Pada
optimum yaitu sebesar 97%. Namun selanjutnya Tabel 5 menunjukkan karakteristik kimia menurut
yaitu pada 15 jam mengalami penurunan hasil Standar SNI 04-7182-2006 (Kep. Dirjend Migas
rendemen. Hal ini dikarenakan pada t = 10 jam, No. 004/P/DM/1979) dan berdasarkan hasil
reaksi sudah mencapai kesetimbangan. Reaksi penelitian.
dapat bersifat reversibel (bolak-balik) sehingga Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
apabila sudah mencapai titik kesetimbangan, maka bilangan asam dari biodiesel yaitu berkisar 2,24-
reaksi akan bergeser ke kiri dan memperkecil hasil 3,36 mg KOH/g, nilai tersebut mengalami
rendemen (Suhendra et al., 2005). Pada t = 20 jam penurunan dari bilangan asam sebelumnya yaitu
mengalami kenaikan hasil rendemen sebesar 97%, sebesar 4,04 hingga 4,47 mg KOH/g. Penurunan
dikarenakan pelarut n-heksan masih belum bilangan asam ini mengindikasikan bahwa jumlah
menguap seluruhnya sehingga menambah jumlah asam lemak bebas yang terkandung di biodiesel
berat hasil. mengalami penurunan. Namun, bilangan asam
biodiesel ini tentunya tidak sesuai dengan batas
Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa suhu standar menurut SNI. Hal ini dikarenakan masih
optimum reaksi transesterifikasi adalah pada 40oC banyaknya asam lemak bebas yang terkandung di
dengan hasil rendemen sebesar 93,333 %. Suhu dalam biodiesel akibat deaktivasi enzim oleh
reaksi dapat mempengaruhi aktivitas dan stabilitas methanol, sehingga hanya sedikit dari trigliserida
enzim serta kecepatan suatu reaksi. Suhu reaksi yang dapat direndemen menjadi metil ester.
juga mempengaruhi kelarutan substrat (Suhendra
dan Gunawan, 2008). Dengan semakin
meningkatnya suhu, maka jumlah molekul antar
_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com Volume 8, No. 4, Juli 2014
8 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787
metil linoleat (C18) 35,36%, dan metil stearat Dewajani, H., 2007, Potensi Minyak Biji Randu
(C18) sebesar 4,45%. (Ceiba petandra) Sebagai Alternatif
2. Biodiesel yang diperoleh telah memenuhi Bahan Baku Diese, Kimia Politeknik
standar SNI 04-7182-2006 dengan bilangan Negeri Malang.
iod berkisar 41,88-53,3 g iod/100 g. Namun
Dinas Perkebunan Provinsi NTB, 2008, Angka
untuk bilangan asam (2,24-3,36 mg KOH/g)
tetap tahun 2008.
belum memenuhi standar SNI 04-7182-2006
yaitu maksimal 0,08 mg KOH/g. Gunawan, E.R., and Basri, M., 2005, Study on
3. Kondisi optimum yang diperoleh yaitu dengan Response Surface Methodology (RSM)
penggunaan enzim 0,1 gr (96,66%), waktu of Lipase–Catalyzed synthesis of palm-
reaksi 10 jam (97%), perbandingan based wax ester, Enzym and Microbial
methanol:minyak yaitu 3:1 (93,33%) dan suhu Technology Journal, 37, 739-744.
reaksi 40oC (93,33%) Hala Y., Astri, Jufri Z. M., Tambung A., 2010,
Proses Transeseterifikasi Biji Minyak
b. Saran Jarak dengan bantuan Enzim Lipase
Perlu dilakukan pemisahan trigliserida dari Sebagai penghasil Biodiesel, Jurusan
asam lemak bebas minyak biji kapuk dengan Kimia FMIPA UNHAS, Makassar.
metode pemisahan menggunakan kromatografi Laili,N.A., 2011, Pembuatan Biodiesel dari
kolom sebelum dibuat menjadi biodiesel agar Minyak Nabati, STTN Batam:
bilangan asam minyak ataupun biodiesel tidak Yogyakarta.
terlalu tinggi dan memenuhi standar SNI 04-7182-
2006, serta perlu dilakukan uji sifat fisik biodiesel Nurul M, H dan Zuliyana, 2010, Pembuatan Metil
yang diperoleh berdasarkan SNI 04-7182-2006 Ester (Biodiesel) dari Minyak Dedak
agar dapat diaplikasikan ke mesin diesel. dan Metanol dengan Proses Esterifikasi
dan Transesterifikasi, Jurusan teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas
DAFTAR PUSTAKA Dipenogoro: Semarang.
Al-Zuhair S., 2007, Production of Biodiesel: Pratama, L., Yoeswono., Triyono., and Tahir, I.,
Possibilities and Challenge, UAE 2009, Effect of temperature and speed
University 1:57-66. of stirrer to biodiesel conversion from
coconut oil with the use of palm empty
Corneliasari, K. dan Komalasari, I., 2009, fruit bunches as a heterogeneous
Biodiesel Sebagai bahan Baku catalyst, Indonesian Journal of
Alternatif, Pusat Penelitian Kimia LIPI Chemistry, 9 (1): 54-61.
Kawasan PUSPIPTEK Serpong:
Tangerang. Selfiawati E., 2003, Kajian Proses Degumming
Netralisasi Pada Pemurnian Minyak
Darmanto S., 2010, Analisis Karakteristik Goreng Bekas, Fakultas teknologi
Biodiesel Kapuk Randu Sebagai Bahan Pertanian IPB: Bogor.
Bakar Minyak Diesel. Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sudarmadji, S., Haryono, B dan Suhardi., 2003,
Dipenogoro: Semarang. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian, Edisi Kedua, Cetakan
Depkes RI., 1995, Farmakope Indonesia, edisi Kedua, Liberty, Yogyakarta, 93-104
keempat, Jakarta, 948-951.
Suhendra, D., dan Gunawan, E.R., 2008, Synthesis
Destianna, M., Zandy, A., Nazef, Puspasari, S., of wax esters from Palm kernel oil
2007, Intensifikasi Proses Produkasi catalyzed by Lipase, Mataram :
Biodiesel, PT. Rekayasa Industri ITB, Mataram University.
Bandung.
_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com Volume 8, No. 4, Juli 2014