Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH SUHU PADA SINTESIS ASAM AZELAT DARI MINYAK BIJI

KELOR (Moringa oleifera) MELALUI PROSES OKSIDASI MENGGUNAKAN


KALIUM PERMANGANAT

THE INFLUENCE OF TEMPERATURE ON THE SYNTHESIS OF AZELIC ACID


FROM Moringa oleifera (Moringa oleifera) SEED OIL THROUGH THE
OXIDATION PROCESS USING POTASSIUM PERMANGANAT

LYDIA AJENG MEAGAHAQUE(1), MURNIATI(1), SRI SENO HANDAYANI(1)*


(1)
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram
*email: srihandayani@unram.ac.id

Abstrak. Saat ini kebutuhan asam azelat meningkat tiap tahunnya, sehingga perlu dilakukan
pengembangan sintesis asam azelat dari bahan baku yang mudah ditemukan seperti tanaman kelor. Biji
kelor berpotensi untuk bahan baku asam azelat karena memiliki kandungan asam oleat yang tinggi yaitu
72,2 %. Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perolehan produk yang dihasilkan. Tujuan
dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan sintesis asam azelat dari minyak biji kelor
(Moringa oleiera), mempelajari pengaruh suhu terhadap persen yield asam azelat dari bahan baku minyak
biji kelor serta karakterisasi asam azelat menggunakan FT-IR. Sintesis asam azelat dari minyak biji kelor
menggunakan oksidator KMnO4 berhasil dilakukan ditandai dengan terbentuknya kristal berwarna putih.
Keberhasilan konversi asam azelat juga dibuktikan dengan meningkatnya bilangan hidroksil dan
menurunnya bilangan iod setelah di oksidasi. Suhu optimal pada sintesis asam azelat adalah 75 ºC dengan
persen konversi 72,17 %. Semakin tinggi suhu oksidasi menyebabkan semakin tingginya konversi massa
asam azelat sampai batas optimal, namun di atas suhu optimal konversi massa asam azelat mengalami
penurunan. Hasil karakterisasi FT-IR menunjukkan terbentuknya asam azelat ditandai pelebaran gugus-
gugus hidroksil pada spektrum asam azelat terjadi yaitu pada daerah 3448,46 cm -1 yang diikuti dengan
pergeseran gugus ester pada serapan 1633,46 cm -1. Ikatan ester diperkuat pada panjang gelombang
1115,95 cm-1.

Kata kunci: Suhu, sintesis, asam azelat, minyak biji kelor, kalium permanganat.

Abstract. Currently, the need for azelaic acid is increasing every year, so it is necessary to develop
azelaic acid synthesis from easy-to-find raw materials such as moringa. Moringa seeds have the potential
as a raw material for azelaic acid because they have a high oleic acid content of 72.2%. Temperature is
one of the factors that affect the yield of the resulting product. The purpose of this research was to
determine the success of the synthesis of azelaic acid from Moringa oleiera seed oil, to study the effect of
temperature on the percent yield of azelaic acid from moringa seed oil as well as to characterize azelaic
acid using FT-IR. The synthesis of azelaic acid from Moringa seed oil using the oxidizer KMnO4 was
successfully carried out, marked by the formation of white crystals. The success of the azelaic acid
conversion was also evidenced by increasing the hydroxyl number and decreasing the iodine number
after oxidation. The optimal temperature for azelaic acid synthesis is 75 ºC with a conversion percentage
of 72.17%. The higher the oxidation temperature, the higher the mass conversion of azelaic acid to the
optimal limit, but above the optimal temperature, the mass conversion of azelaic acid decreased. The
results of FT-IR characterization showed the formation of azelaic acid marked by widening of the
hydroxyl groups in the azelaic acid spectrum, namely in the 3448.46 cm-1 regions followed by a shift in
the ester groups at 1633.46 cm-1 absorption. The ester bond is strengthened at a wavelength of 1115.95
cm-1.

Keywords: Temperature, synthesis, azelaic acid, moringa seed oil, potassium permanganate

1
PENDAHULUAN

Asam azelat atau 1,9-nonanadinoat memiliki rumus kimia C9H16O4 dan


merupakan salah satu produk hasil pemecahan oksidatif dari asam oleat. Saat ini
kebutuhan asam azelat di Indonesia semakin meningkat. Indonesia mengimpor asam
azelat pada tahun 2014 sebesar 36.510 kg (BPS, 2014) dan mengalami peningkatan
pada tahun 2018 sebesar 67.657 kg (BPS, 2018). Asam azelat merupakan komposisi
penting dalam modifikasi serat poliester yang digunakan pada baju, karpet, film
poliester, dan elastomer uretan (Zuhrina, dkk., 2017). Asam azelat juga digunakan pada
aplikasi industri seperti, pelumas, cairan hidrolik, obat- obatan, dan alat bantu kosmetik
(Köckritz, dkk., 2009), serta surfaktan (Anwar, dkk., 2017).
Tingginya permintaan asam azelat dari tahun ke tahun, menyebabkan perlunya
dilakukan sintesis asam azelat. Pada penelitian ini dilakukan sintesis asam azelat dari
minyak biji kelor karena kandungan asam oleat dari minyak biji kelor yang cukup tinggi
yaitu 72,2% (Gunstone dan Harwood, 2007). Persentase minyak yang terkandung dalam
biji kelor sebesar 35,83 % (Nasir, dkk., 2010). Keunggulan menggunakan minyak biji
kelor sebagai bahan baku adalah keberadaan tanaman kelor yang berlimpah di alam.
Sintesis asam azelat dapat dilakukan dengan mengoksidasi asam oleat dengan
metode ozonolisis untuk memecahkan ikatan rangkap pada karbon dan proses ini
membutuhkan suhu dan tekanan yang tinggi. Penggunaan ozon dan oksigen pada suhu
serta tekanan yang tinggi memiliki resiko besar terhadap kebakaran, ledakan dan tidak
ekonomis. Oleh karena itu, penting untuk menemukan metode yang lebih aman dan
ekonomis dari pada metode ozonolisis. Reaksi pemecahan oksidatif pada ikatan rangkap
dapat dilakukan dengan bantuan agen pengoksidasi seperti kalium permanganat
(KMnO4) yang merupakan salah satu oksidator penting dalam berbagai reaksi organik
dan anorganik karena mampu mengoksidasi berbagai macam gugus fungsi.
Sitorus dan Maysaroh, (2015) melakukan sintesis asam azelat menggunakan
oksidator KMnO4 dari bahan baku minyak jarak. Pada penelitian yang dilakukan
Sitorus dan Maysaroh, (2015) adalah belum dilakukan proses pencarian suhu yang
optimal. Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perolehan produk yang
dihasilkan. Menurut Sirvio, dkk., (2011) suhu yang tinggi pada oksidasi akan
menyebabkan reaksi berlangsung terlalu cepat sehingga menghasilkan produk yang
tidak seragam disertai terjadinya dekomposisi, sedangkan pada suhu rendah reaksi akan

2
berlangsung sangat lambat. Pencarian suhu yang tepat agar oksidasi berjalan maksimal
menjadi hal yang penting. Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini
memfokuskan pada kajian pengaruh suhu oksidasi pada sintesis asam azelat dari minyak
biji kelor menggunakan oksidator KMnO4. Karakterisasi hasil sintesis asam azelat dari
minyak biji kelor dianalisis menggunakan Fourier Transform Infrared (FT-IR).

MATERI DAN METODE


Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan September 2020 di
Laboratorium Lanjut Oleokimia dan Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.
Analisis kadar air
Analisis kadar air metode oven dilakukan dengan cara sampel dikeringkan di
dalam oven pada suhu +105 oC selama 2 jam. Sampel kemudian ditimbang berat
sampel. Pengeringan sampel di dalam oven diulang sampai dicapai berat konstan.
Ekstraksi minyak biji kelor
Biji kelor yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 50 g dan dibungkus dengan
kertas saring, kemudian dimasukkan ke dalam timbel soklet selama 6 jam dengan 250
mL pelarut n-heksana. Hasil ekstraksi dipisahkan dengan pelarutnya menggunakan
rotary evaporator pada suhu 42 °C dengan kecepatan 100 rpm.
Pemurnian minyak biji kelor
Minyak hasil ekstraksi dimasukkan kedalam kolom kromatografi yang berisi
silika gel. Sampel dielusi menggunakan eluen dengan campuran n-heksana:dietil eter
(87:13 v/v). Hasil pemurnian kemudian diuapkan untuk menghilangkan pelarut n-
heksana dengan rotary evaporator pada suhu 40 °C dengan kecepatan 125 rpm.
Trigliserida yang telah murni kemudian diuji dengan KLT dengan standar minyak VCO
untuk setiap fraksi volumenya. Fraksi volume yang memiliki nilai Rf yang hampir sama
digabungkan dan dipisahkan dari pelarutnya.
Karakterisasi minyak biji kelor
a. Penentuan bilangan asam
Minyak biji kelor sebanyak 5 g dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL,
kemudian masukkan 25 mL metanol 96%. Campuran dipanaskan pada suhu 60 °C

3
selama 1 jam sambil diaduk. Indikator PP dimasukkan sebanyak 10 tetes. Titrasi
dilakukan dengan KOH 0,1 N yang telah distandarisasi hingga warna menjadi merah
jambu, dimana warna merah jambu harus bertahan miniman 15 detik.
b. Penentuan bilangan penyabunan
Minyak biji kelor sebanyak 2 g dimasukkan kedalam labu erlenmeyer 250 mL
yang kemudian ditambahkan 20 mL KOH dalam etanol 0,5 N. Sampel dipanaskan
selama 60 menit. Sampel setelah itu ditunggu sampai campuran dingin, ditambahkan 1
mL indikator PP, kemudian campuran dititrasi menggunakan larutan HCl 0,5 N hingga
warna jingga dari indikator hilang. Perlakuan dibuat sama untuk larutan blanko.
c. Penentuan bilangan iod
Sampel dimasukkan kedalam erlenmeyer 50 mL, lalu ditambahkan 15 mL
karbon tetraklorida dengan menggunakan gelas ukur. Larutan Wijs sebanyak 25 mL
ditambahkan menggunakan pipet gondok, kemudian erlenmeyer ditutup. Campuran
disimpan 1-2 jam dalam tempat atau ruang gelap. Larutan KI 20 % sebanyak 10 mL dan
100 mL akuades ditambahkan. Erlenmeyer ditutup, dikocok, dan dititrasi dengan larutan
natrium tiosulfat 0,1 N larutan kanji sebagai indikator.
Sintesis Asam Azelat
a. Hidrolisis pada minyak biji kelor
Minyak biji kelor sebanyak 25 g dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 mL.
Metanol sebanyak 50 mL dan larutan KOH 12% ditambahkan pada erlenmeyer berisi
minyak biji kelor. Campuran dipanaskan dengan pengadukan pada temperatur 60 ºC
selama 90 menit. Hasil pemanasan dimasukkan ke dalam corong pisah dan ditambahkan
dengan 125 mL akuades serta 31,25 mL n-heksana. Larutan dikocok dengan kuat dan
didiamkan sampai terbentuk dua fasa yaitu fasa air dan organik. Fasa air dipisahkan dari
fasa organik. Fasa air ditambahkan dengan asam sulfat 1 M sampai pH 1 lalu
tambahkan n-heksana sebanyak 20 mL. Campuran kemudian dikocok hingga terbentuk
dua fasa. Fasa organik dan air dipisahkan kemudian fasa organik di evaporasi. Asam
lemak hasil evaporasi diidentifikasi dengan FT-IR.
b. Pengaruh suhu oksidasi asam lemak
Asam lemak sebanyak 6 g dimasukkan dalam labu leher tiga 500 mL.
Penambahan 1,75 g KOH dalam 50 mL akuades dilakukan untuk membuat susana
basa. Kalium permanganat sebanyak 15,8 g dimasukkan ke dalam gelas kimia lalu

4
ditambahkan 200 mL akuades dan diaduk pada suhu 35 ºC hingga larut sempurna.
Melalui corong yang dilengkapi kertas saring larutan oksidator dimasukkan kedalam
labu leher tiga lalu dilengkapi dengan kondensor dan magnetic stirrer dan dipanaskan
pada suhu 75 ºC selama 1,5 jam (diulangi pada suhu 55, 65, 85 dan 95 ºC). Campuran
lalu dinetralkan dengan Asam sulfat 23 % dan dipanaskan dengan water bath pada suhu
90 ºC hingga terbentuk endapan MnO2. Sampel dalam keadaan panas disaring dengan
penyaring Buchner. Filtrat didihkan dan ditambahkan 50 mL akuades kemudian
disaring kembali dalam keadaan panas. Campuran dipekatkan hingga volume sekitar 50
mL, kemudian didinginkan dengan es hingga terjadi kristal putih (asam azelat). Asam
azelat yang diperoleh disaring dengan penyaring Buchner dan dikeringkan dengan silika
gel pada desikator. Bilangan iod dan bilangan hidroksil diuji pada masing-masing
variasi suhu dari asam azelat. Pada suhu yang optimum dilakukan karakteriasi FT-IR.
c. Uji bilangan hidroksil
Reagen asetilasi sebanyak 4 mL ditambakan ke dalam 2 g sampel dipanaskan
sampai suhu 98 ºC selama 2 jam, kemudian didinginkan pada temperatur kamar.
Aquades sebanyak 6 mL ditambahkan ke dalam larutan kemudian tutup dan dinding
botol dibilas, dan didiamkan selama 24 jam. Indikator PP 1 % sebanyak 1 mL
ditambahkan ke dalam larutan kemudian larutan dititrasi dengan menggunakan larutan
KOH 0.5 N.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah biji kelor yang telah tua,
ditandai dengan kulit biji berwarna coklat dan biji kelornya berwarna putih. Pada
penelitian ini dilakukan perhitungan kadar air pada biji kelor, dengan cara melakukan
pengovenan biji kelor di suhu 105 ºC. Massa biji kelor setelah pengovenan mengalami
penurunan akibat dari proses penguapan. Persentase kadar air dari biji kelor yang
diperoleh sebesar 6,73 %.
Biji kelor diekstraksi menggunakan metode sokletasi. Minyak biji kelor hasil
sokletasi dimurnikan menggunakan kromatografi kolom vakum. Pemurnian bertujuan
untuk memisahkan trigliserida minyak biji kelor dari senyawa pengotornya berupa asam
lemak bebas. Minyak biji kelor sebelum dan setelah pemurnian dikarakerisasi.
Karakterisasi minyak biji kelor dapat dilihat pada table di bawah:

5
Tabel 1 Karakterisasi Minyak Biji Kelor Sebelum dan Setelah Pemurnian

Karakterisasi Minyak Biji Kelor


Sebelum Setelah
pemurnian pemurnian
Bilangan Asam
2,00 1,04
(mg KOH/g)
Bilangan
Penyabunan 97,41 140,50
(mg KOH/g)
Bilangan Iod
61,05 56,21
(mg I2/100g)

Analisis kualitatif pada minyak biji kelor juga dilakukan, tujuannya untuk
mengetahui bahwa minyak biji kelor (trigliserida) yang diperoleh sudah murni dan
mengetahui kandungan asam lemak minyak biji kelor. Analisis kualitatif ini dilakukan
dengan menggunakan KLT dan FT-IR. Uji KLT ini dilakukan dengan menggunakan
campuran pelarut n-heksana dan dietil eter dengan perbandingan n-heksana:dietil eter
(87:13 v/v) yang telah dijenuhkan selama 1 jam.

Standar VCO
(Virgin Coconut
Oil) Sampel Trigliserida
Minyak Biji Kelor

Gambar 1 KLT Minyak Biji Kelor


Berdasarkan perhitungan yang diperoleh nilai Rf dari trigliserida minyak
biji kelor hampir sama dengan Rf pada standar VCO yakni 0,438 dan 0,491 untuk
nilai Rf trigliserida. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi dari trigliserida
minyak biji kelor hampir sama dengan standar VCO. Hasil KLT minyak biji kelor
ini diperkuat dengan melakukan analisis FT-IR.

6
Trigliserida
100

C=C -1
80 1654,30 cm

60

%T
C=O -1
40 1745,50 cm C-C -1
=C-H -1 722,72 cm
3004,46 cm

20 -1
2925,5 cm
C-H -1
2854,42 cm
C-O
0 1163,22 cm-1

4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0

cm-1

Gambar 2 Spektrum FT-IR Minyak Biji Kelor


Pada hasil FT-IR minyak biji kelor terbentuk serapan ester pada bilangan
gelombang 1745,50 cm-1 (C=O) dan diperkuat dengan adanya serapan pada daerah
1163,22cm-1 (C-O). Ester merupakan ciri khas dari trigliserida. Minyak biji kelor yang
telah di murnikan dihidrolisis untuk memperoleh asam lemak. Pada hidrolisis di
penelitian ini menggunakan KOH untuk membuat suasana menjadi basa. Keuntungan
menggunakan katalis basa adalah reaksi berjalan irreversibel sehingga produk yang
dihasilkan lebih banyak, selain itu hidrolisis basa akan lebih mudah dipisahkan daripada
hidrolisis asam. Pemilihan KOH dibandingkan NaOH karena sifat kalium lebih reaktif
dibandingkan natrium sehingga kalium lebih mudah membentuk garam asam lemak.
Kalium hidroksida dibuat berlebih supaya proses penyabunan berjalan secara sempurna.
Massa asam lemak yang diperoleh dari 25 g minyak biji kelor pada proses hirolisis
adalah 21,89 g. Asam lemak yang dihasilkan berwarna kuning muda dan kental. Asam
lemak hasil hidrolisis minyak biji kelor di analisis secara kualitatif dengan
menggunakan FT-IR. Hasil uji FT-IR asam lemak dapat dilihat pada gambar di bawah.

7
80
-1 -1
3004,68 cm 1638 cm
=C-H
C=C
60

% Transmitan
40
-1
2926 cm
C-H
20
-1
2854,68 cm
O-H C-H
-1 C-C
3465,12 cm -1
0 -1
1747,29 cm C-O -1 722,92 cm
C=O 1164,29 cm

4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500

Panjang gelombang (cm-1)

Gambar 3 Hasil FT-IR asam lemak

Pembentukan asam lemak dapat dilihat dari munculnya serapan –OH di daerah
3465,12 cm-1 dan pembentukan ester pada daerah 1746,29 cm-1 (C=O) serta diperkuat
pada daerah 1164,29 (C-O). Asam lemak hasil hidrolisis dioksidasi dengan bantuan
KMnO4 dengan variasi suhu 55, 65, 75, 85 dan 95 ºC untuk mengetahui suhu oksidasi
optimum. Oksidasi asam lemak dengan KMnO4 akan menghasilkan asam azelat dan
produk samping. Berikut reaksi kimia salah satu contoh asam lemak yaitu asam oleat
yang dioksidasi dengan KMnO4.

Gambar 4 Reaksi oksidasi asam oleat


Asam pelargonat merupakan cairan berminyak tidak berwarna. Pemisahan antara
asam azelat dan asam pelargonat dilakukan dengan melakukan filtrasi pada sampel.
Asam azelat yang diperoleh dari penelitian berbentuk kristal berwarna putih. Suhu
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan asam azelat, seperti
pada gambar di bawah:

Tabel 2 Pengaruh suhu terhadap persen yield asam azelat


No. Suhu (ºC) Massa (g) Persentase (%)
1 55 2,60 43,33
2 65 3,97 66,16
3 75 4,33 72,17
4 85 3,22 53,67
5 95 2,68 44,67

8
Pengaruh suhu terhadap persen yield asam azelat dapat dilihat pada gmabar dibawah ini.

Pengaruh Suhu terhadap Persen Yield


Asam Azelat
Massa Asam Azelat (%) 80
72.17
66.16
60
53.67
40 43.33 44.67

20 Presentase (%)
0
55 65 75 85 95
Suhu (ºC)

Gambar 5 Kurva pengaruh suhu terhadap persen yield asam azelat


Pada kurva di atas terjadi peningkatan pada suhu 55-75 ºC, hal ini di karenakan
suhu yang semakin tinggi akan menyebabkan semakin banyaknya proses tumbukan
yang terjadi. Tumbukan yang semakin banyak menyebabkan semakin banyak molekul
yang memiliki energi di atas energi aktivasinya lalu akan mengalami proses peralihan.
Suhu di atas 75 ºC, mengalami penurunan pembentukan asam azelat sehingga dapat di
simpulkan bahwa suhu 75 ºC merupakan suhu optimal pada pembentukan asam azelat.
Perbandingan bilangan iod dan hidroksil dilakukan pada sampel sebelum dan
setelah oksidasi, tujuannya untuk memastikan bahwa setelah proses oksidasi telah
terbentuk asam azelat. Bilangan iod digunakan untuk menunjukan adanya ikatan
rangkap yang terdapat pada sampel. Semakin tinggi bilangan iodnya maka semakin
banyak pula ikatan rangkap sampel tersebut. Sampel yang telah mengalami proses
oksidasi akan mengalami proses pemecahan ikatan rangkap, sehingga terjadi penurunan
bilangan iod setelah dioksidasi. Hal tersebut sesuai dengan data penelitian, di mana
sampel sebelum di oksidasi nilainya sebesar 51,09 mg iod/100g. Nilai bilangan iod
setelah oksidasi dapat dilihat pada table di bawah.
Tabel 3 Nilai Bilangan Iod dan Hidroksil Setelah dioksidasi
Bilangan iod setelah Bilangan hidroksil setelah
No. Suhu (ºC)
oksidasi (mg iod/100g) oksidasi (mg/g)
1 55 16,94 215,99
2 65 15,33 258,06
3 75 14,79 272,08
4 85 16,70 253,85
5 95 17,36 251,05

9
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu oksidasi, maka
semakin rendah pula nilai bilangan iodnya. Nilai bilangan iod paling rendah terjadi pada
suhu 75 ℃, nilai bilangan iod setelah di atas suhu 75 ℃ mengalami peningkatan. Hal
ini menunjukan bahwa suhu 75 ℃, suhu optimal dalam proses pemecahan oksidatif
munggunakan KMnO4. Hal tersebut sejalan dengan nilai bilangan hidroksil yang paling
tinggi pada suhu 75 ℃. Bilangan hidroksil menunjukkan banyaknya gugus hidroksil
pada sampel. Nilai bilangan hidroksil sebelum dioksidasi sbesar 178,12 mg/g, dan
meningkat setelah dioksidasi.
Spektrum asam azelat hasil oksidasi dibandingkan dengan spektum asam lemak.
Spektrum FT-IR pada asam azelat dan asam lemak mengalami beberapa perbedaan
daerah serapan. Perbedaan daerah serapan pada keduanya dapat dilihat pada gambar di
bawah.

C-O
% Transmitan

C-O

Bilangan Gelombang (cm-1)


Gambar 6 Spektrum FT-IR asam azelat dengan asam lemak
Perbandingan spektrum FT-IR antara hasil oksidasi dengan asam lemak,
yang mana daerah serapannya dapat dilihat pada tabel 4.

10
Tabel 4 Daerah serapan ikatan pada asam lemak dan hasil oksidasi
Bilangan Gelombang (cm-1)
Jenis Ikatan
Asam Lemak Asam azelat
-OH 3465,12 3448,46
=C-H 3004,68 -
-C-H 2926,00 -
2854,48 -
C=O 1747,29 1633,46
C=C 1638,00 -
C-O 1164,05 1115,95
C-C 722,90 618
Berdasarkan gambar 6 terlihat bahwa serapan untuk ikatan rangkap pada
panjang bilangan gelombang 3004,68 dan 1638 cm-1 berkurang, menunjukkan
bahwa ikatan rangkap pada asam lemak sebagian besar telah mengalami proses
pemecahan ikatan rangkap. Serapan gugus hidroksil melebar pada spektrum asam
azelat yaitu dari rentang 3499-3354 cm-1, yaitu tepatnya pada panjang gelombang
3448,46 cm-1. Pelebaran gugus hidroksil diikuti dengan pergeseran ikatan ester
yang muncul pada serapan 1633,46 cm-1 dan diperkuat pada daerah serapan
1115,95 cm-1.
KESIMPULAN
a. Asam azelat dapat disintesis dari minyak biji kelor menggunakan oksidator
KMnO4. Pembentukan asam azelat, ditandai dengan terbentuknya kristal
berwarna putih. Keberhasilan konversi asam azelat juga dibuktikan dengan
meningkatnya bilangan hidroksil dan menurunnya bilangan iod setelah di
oksidasi. Suhu optimal pada sintesis asam azelat dari minyak biji kelor
menggunakan KMnO4 adalah 75 ºC dengan persen konversi sebesar 72,17 %.
b. Semakin tinggi suhu oksidasi maka konversi produk asam asam azelat semakin
meningkat sampai batas suhu optimal. Ketika melakukan sintesis asam azelat
di atas suhu optimal, maka akan mengalami penurunan konversi produk asam
azelat.
c. Gugus fungsi pada FT-IR menunjukkan telah terbentuknya asam azelat.
Pembentukan asam azelat ditandai dengan berkurangnya ikatan rangkap pada
spektrum FT-IR. Pelebaran gugus gugus hidroksil pada spektrum asam azelat
terjadi yaitu pada daerah 3448,46 cm-1 yang diikuti dengan pergeseran gugus
ester pada serapan 1633,46 cm-1. Ikatan ester diperkuat pada panjang
gelombang 1115,95 cm-1.

11
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih secara khusus kepada dosen pembimimbing, teman-
teman penelitian saya dan semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, 2014, Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Foreign Trade
Statistical Buletin Impor/Import, Jakarta, Gading Komunikatama.

Badan Pusat Statistik, 2018, Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Foreign Trade
Statistical Buletin Impor/Import, Jakarta, Gading Komunikatama.

Zuhrina, M., Sihombing, M. P., dan Tohang, L. V., 2017, Optimasi Sintesis Asam
Azelat dari Asam Oleat dan Hidrogen Peroksida Menggunakan Katalis Asam
Tungstat, Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 6(3),14-21.

Köckritz, A., Michael, B., dan Andreas, M., 2009, Catalytic Cleavage of Methyl Oleate
or Oleic Acid, Eur. J. Lipid Sci. Technol, 1(111), 1-6.
DOI: 10.1002/ejlt.200900103.

Anwar, M.., dan Wahyuningsih, T. D., 2017, Synthesis and Characterization of


Dialkanolamides from Castoroil (Ricinus communis) as Nonionic Surfactant,
IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science,Vol. 101(1), 1-6.

Gunstone, F.D., J.L. Harwood, 2007, Lipid Handbook 3rd Edition, London, Chapman
and Hall.

Nasir, S., Soraya, D. F., dan Pratiwi, D., 2010, Pemanfaatan Ekstrak Biji Kelor
(Moringa oleifera) untuk Pembuatan Bahan Bakar Nabati, Jurnal Teknik Kimia,
17(3), 29- 34.

Sitorus, M., dan Maysaroh, 2015, Sintesa Asam Azelat dari Risinoleat Minyak Kastor,
Prosiding SEMIRATA, 1(1), 118-123.

Sirvio, J., Hyvakko,U., Liimatainen, H., Niinimaki, J., dan Hormi, O., (2011), Periodate
Oxidation of Cellulose at Elevated Temperature Using Metal Salts as Cellulose
Activators, Carbohydrate Polymers, 83(3):1293-1297.
DOI: 10.1016/j.carbpol.2010.09.036.

12

Anda mungkin juga menyukai