Abstrak. Saat ini kebutuhan asam azelat meningkat tiap tahunnya, sehingga perlu dilakukan
pengembangan sintesis asam azelat dari bahan baku yang mudah ditemukan seperti tanaman kelor. Biji
kelor berpotensi untuk bahan baku asam azelat karena memiliki kandungan asam oleat yang tinggi yaitu
72,2 %. Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perolehan produk yang dihasilkan. Tujuan
dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan sintesis asam azelat dari minyak biji kelor
(Moringa oleiera), mempelajari pengaruh suhu terhadap persen yield asam azelat dari bahan baku minyak
biji kelor serta karakterisasi asam azelat menggunakan FT-IR. Sintesis asam azelat dari minyak biji kelor
menggunakan oksidator KMnO4 berhasil dilakukan ditandai dengan terbentuknya kristal berwarna putih.
Keberhasilan konversi asam azelat juga dibuktikan dengan meningkatnya bilangan hidroksil dan
menurunnya bilangan iod setelah di oksidasi. Suhu optimal pada sintesis asam azelat adalah 75 ºC dengan
persen konversi 72,17 %. Semakin tinggi suhu oksidasi menyebabkan semakin tingginya konversi massa
asam azelat sampai batas optimal, namun di atas suhu optimal konversi massa asam azelat mengalami
penurunan. Hasil karakterisasi FT-IR menunjukkan terbentuknya asam azelat ditandai pelebaran gugus-
gugus hidroksil pada spektrum asam azelat terjadi yaitu pada daerah 3448,46 cm -1 yang diikuti dengan
pergeseran gugus ester pada serapan 1633,46 cm -1. Ikatan ester diperkuat pada panjang gelombang
1115,95 cm-1.
Kata kunci: Suhu, sintesis, asam azelat, minyak biji kelor, kalium permanganat.
Abstract. Currently, the need for azelaic acid is increasing every year, so it is necessary to develop
azelaic acid synthesis from easy-to-find raw materials such as moringa. Moringa seeds have the potential
as a raw material for azelaic acid because they have a high oleic acid content of 72.2%. Temperature is
one of the factors that affect the yield of the resulting product. The purpose of this research was to
determine the success of the synthesis of azelaic acid from Moringa oleiera seed oil, to study the effect of
temperature on the percent yield of azelaic acid from moringa seed oil as well as to characterize azelaic
acid using FT-IR. The synthesis of azelaic acid from Moringa seed oil using the oxidizer KMnO4 was
successfully carried out, marked by the formation of white crystals. The success of the azelaic acid
conversion was also evidenced by increasing the hydroxyl number and decreasing the iodine number
after oxidation. The optimal temperature for azelaic acid synthesis is 75 ºC with a conversion percentage
of 72.17%. The higher the oxidation temperature, the higher the mass conversion of azelaic acid to the
optimal limit, but above the optimal temperature, the mass conversion of azelaic acid decreased. The
results of FT-IR characterization showed the formation of azelaic acid marked by widening of the
hydroxyl groups in the azelaic acid spectrum, namely in the 3448.46 cm-1 regions followed by a shift in
the ester groups at 1633.46 cm-1 absorption. The ester bond is strengthened at a wavelength of 1115.95
cm-1.
Keywords: Temperature, synthesis, azelaic acid, moringa seed oil, potassium permanganate
1
PENDAHULUAN
2
berlangsung sangat lambat. Pencarian suhu yang tepat agar oksidasi berjalan maksimal
menjadi hal yang penting. Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini
memfokuskan pada kajian pengaruh suhu oksidasi pada sintesis asam azelat dari minyak
biji kelor menggunakan oksidator KMnO4. Karakterisasi hasil sintesis asam azelat dari
minyak biji kelor dianalisis menggunakan Fourier Transform Infrared (FT-IR).
3
selama 1 jam sambil diaduk. Indikator PP dimasukkan sebanyak 10 tetes. Titrasi
dilakukan dengan KOH 0,1 N yang telah distandarisasi hingga warna menjadi merah
jambu, dimana warna merah jambu harus bertahan miniman 15 detik.
b. Penentuan bilangan penyabunan
Minyak biji kelor sebanyak 2 g dimasukkan kedalam labu erlenmeyer 250 mL
yang kemudian ditambahkan 20 mL KOH dalam etanol 0,5 N. Sampel dipanaskan
selama 60 menit. Sampel setelah itu ditunggu sampai campuran dingin, ditambahkan 1
mL indikator PP, kemudian campuran dititrasi menggunakan larutan HCl 0,5 N hingga
warna jingga dari indikator hilang. Perlakuan dibuat sama untuk larutan blanko.
c. Penentuan bilangan iod
Sampel dimasukkan kedalam erlenmeyer 50 mL, lalu ditambahkan 15 mL
karbon tetraklorida dengan menggunakan gelas ukur. Larutan Wijs sebanyak 25 mL
ditambahkan menggunakan pipet gondok, kemudian erlenmeyer ditutup. Campuran
disimpan 1-2 jam dalam tempat atau ruang gelap. Larutan KI 20 % sebanyak 10 mL dan
100 mL akuades ditambahkan. Erlenmeyer ditutup, dikocok, dan dititrasi dengan larutan
natrium tiosulfat 0,1 N larutan kanji sebagai indikator.
Sintesis Asam Azelat
a. Hidrolisis pada minyak biji kelor
Minyak biji kelor sebanyak 25 g dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 mL.
Metanol sebanyak 50 mL dan larutan KOH 12% ditambahkan pada erlenmeyer berisi
minyak biji kelor. Campuran dipanaskan dengan pengadukan pada temperatur 60 ºC
selama 90 menit. Hasil pemanasan dimasukkan ke dalam corong pisah dan ditambahkan
dengan 125 mL akuades serta 31,25 mL n-heksana. Larutan dikocok dengan kuat dan
didiamkan sampai terbentuk dua fasa yaitu fasa air dan organik. Fasa air dipisahkan dari
fasa organik. Fasa air ditambahkan dengan asam sulfat 1 M sampai pH 1 lalu
tambahkan n-heksana sebanyak 20 mL. Campuran kemudian dikocok hingga terbentuk
dua fasa. Fasa organik dan air dipisahkan kemudian fasa organik di evaporasi. Asam
lemak hasil evaporasi diidentifikasi dengan FT-IR.
b. Pengaruh suhu oksidasi asam lemak
Asam lemak sebanyak 6 g dimasukkan dalam labu leher tiga 500 mL.
Penambahan 1,75 g KOH dalam 50 mL akuades dilakukan untuk membuat susana
basa. Kalium permanganat sebanyak 15,8 g dimasukkan ke dalam gelas kimia lalu
4
ditambahkan 200 mL akuades dan diaduk pada suhu 35 ºC hingga larut sempurna.
Melalui corong yang dilengkapi kertas saring larutan oksidator dimasukkan kedalam
labu leher tiga lalu dilengkapi dengan kondensor dan magnetic stirrer dan dipanaskan
pada suhu 75 ºC selama 1,5 jam (diulangi pada suhu 55, 65, 85 dan 95 ºC). Campuran
lalu dinetralkan dengan Asam sulfat 23 % dan dipanaskan dengan water bath pada suhu
90 ºC hingga terbentuk endapan MnO2. Sampel dalam keadaan panas disaring dengan
penyaring Buchner. Filtrat didihkan dan ditambahkan 50 mL akuades kemudian
disaring kembali dalam keadaan panas. Campuran dipekatkan hingga volume sekitar 50
mL, kemudian didinginkan dengan es hingga terjadi kristal putih (asam azelat). Asam
azelat yang diperoleh disaring dengan penyaring Buchner dan dikeringkan dengan silika
gel pada desikator. Bilangan iod dan bilangan hidroksil diuji pada masing-masing
variasi suhu dari asam azelat. Pada suhu yang optimum dilakukan karakteriasi FT-IR.
c. Uji bilangan hidroksil
Reagen asetilasi sebanyak 4 mL ditambakan ke dalam 2 g sampel dipanaskan
sampai suhu 98 ºC selama 2 jam, kemudian didinginkan pada temperatur kamar.
Aquades sebanyak 6 mL ditambahkan ke dalam larutan kemudian tutup dan dinding
botol dibilas, dan didiamkan selama 24 jam. Indikator PP 1 % sebanyak 1 mL
ditambahkan ke dalam larutan kemudian larutan dititrasi dengan menggunakan larutan
KOH 0.5 N.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah biji kelor yang telah tua,
ditandai dengan kulit biji berwarna coklat dan biji kelornya berwarna putih. Pada
penelitian ini dilakukan perhitungan kadar air pada biji kelor, dengan cara melakukan
pengovenan biji kelor di suhu 105 ºC. Massa biji kelor setelah pengovenan mengalami
penurunan akibat dari proses penguapan. Persentase kadar air dari biji kelor yang
diperoleh sebesar 6,73 %.
Biji kelor diekstraksi menggunakan metode sokletasi. Minyak biji kelor hasil
sokletasi dimurnikan menggunakan kromatografi kolom vakum. Pemurnian bertujuan
untuk memisahkan trigliserida minyak biji kelor dari senyawa pengotornya berupa asam
lemak bebas. Minyak biji kelor sebelum dan setelah pemurnian dikarakerisasi.
Karakterisasi minyak biji kelor dapat dilihat pada table di bawah:
5
Tabel 1 Karakterisasi Minyak Biji Kelor Sebelum dan Setelah Pemurnian
Analisis kualitatif pada minyak biji kelor juga dilakukan, tujuannya untuk
mengetahui bahwa minyak biji kelor (trigliserida) yang diperoleh sudah murni dan
mengetahui kandungan asam lemak minyak biji kelor. Analisis kualitatif ini dilakukan
dengan menggunakan KLT dan FT-IR. Uji KLT ini dilakukan dengan menggunakan
campuran pelarut n-heksana dan dietil eter dengan perbandingan n-heksana:dietil eter
(87:13 v/v) yang telah dijenuhkan selama 1 jam.
Standar VCO
(Virgin Coconut
Oil) Sampel Trigliserida
Minyak Biji Kelor
6
Trigliserida
100
C=C -1
80 1654,30 cm
60
%T
C=O -1
40 1745,50 cm C-C -1
=C-H -1 722,72 cm
3004,46 cm
20 -1
2925,5 cm
C-H -1
2854,42 cm
C-O
0 1163,22 cm-1
cm-1
7
80
-1 -1
3004,68 cm 1638 cm
=C-H
C=C
60
% Transmitan
40
-1
2926 cm
C-H
20
-1
2854,68 cm
O-H C-H
-1 C-C
3465,12 cm -1
0 -1
1747,29 cm C-O -1 722,92 cm
C=O 1164,29 cm
Pembentukan asam lemak dapat dilihat dari munculnya serapan –OH di daerah
3465,12 cm-1 dan pembentukan ester pada daerah 1746,29 cm-1 (C=O) serta diperkuat
pada daerah 1164,29 (C-O). Asam lemak hasil hidrolisis dioksidasi dengan bantuan
KMnO4 dengan variasi suhu 55, 65, 75, 85 dan 95 ºC untuk mengetahui suhu oksidasi
optimum. Oksidasi asam lemak dengan KMnO4 akan menghasilkan asam azelat dan
produk samping. Berikut reaksi kimia salah satu contoh asam lemak yaitu asam oleat
yang dioksidasi dengan KMnO4.
8
Pengaruh suhu terhadap persen yield asam azelat dapat dilihat pada gmabar dibawah ini.
20 Presentase (%)
0
55 65 75 85 95
Suhu (ºC)
9
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu oksidasi, maka
semakin rendah pula nilai bilangan iodnya. Nilai bilangan iod paling rendah terjadi pada
suhu 75 ℃, nilai bilangan iod setelah di atas suhu 75 ℃ mengalami peningkatan. Hal
ini menunjukan bahwa suhu 75 ℃, suhu optimal dalam proses pemecahan oksidatif
munggunakan KMnO4. Hal tersebut sejalan dengan nilai bilangan hidroksil yang paling
tinggi pada suhu 75 ℃. Bilangan hidroksil menunjukkan banyaknya gugus hidroksil
pada sampel. Nilai bilangan hidroksil sebelum dioksidasi sbesar 178,12 mg/g, dan
meningkat setelah dioksidasi.
Spektrum asam azelat hasil oksidasi dibandingkan dengan spektum asam lemak.
Spektrum FT-IR pada asam azelat dan asam lemak mengalami beberapa perbedaan
daerah serapan. Perbedaan daerah serapan pada keduanya dapat dilihat pada gambar di
bawah.
C-O
% Transmitan
C-O
10
Tabel 4 Daerah serapan ikatan pada asam lemak dan hasil oksidasi
Bilangan Gelombang (cm-1)
Jenis Ikatan
Asam Lemak Asam azelat
-OH 3465,12 3448,46
=C-H 3004,68 -
-C-H 2926,00 -
2854,48 -
C=O 1747,29 1633,46
C=C 1638,00 -
C-O 1164,05 1115,95
C-C 722,90 618
Berdasarkan gambar 6 terlihat bahwa serapan untuk ikatan rangkap pada
panjang bilangan gelombang 3004,68 dan 1638 cm-1 berkurang, menunjukkan
bahwa ikatan rangkap pada asam lemak sebagian besar telah mengalami proses
pemecahan ikatan rangkap. Serapan gugus hidroksil melebar pada spektrum asam
azelat yaitu dari rentang 3499-3354 cm-1, yaitu tepatnya pada panjang gelombang
3448,46 cm-1. Pelebaran gugus hidroksil diikuti dengan pergeseran ikatan ester
yang muncul pada serapan 1633,46 cm-1 dan diperkuat pada daerah serapan
1115,95 cm-1.
KESIMPULAN
a. Asam azelat dapat disintesis dari minyak biji kelor menggunakan oksidator
KMnO4. Pembentukan asam azelat, ditandai dengan terbentuknya kristal
berwarna putih. Keberhasilan konversi asam azelat juga dibuktikan dengan
meningkatnya bilangan hidroksil dan menurunnya bilangan iod setelah di
oksidasi. Suhu optimal pada sintesis asam azelat dari minyak biji kelor
menggunakan KMnO4 adalah 75 ºC dengan persen konversi sebesar 72,17 %.
b. Semakin tinggi suhu oksidasi maka konversi produk asam asam azelat semakin
meningkat sampai batas suhu optimal. Ketika melakukan sintesis asam azelat
di atas suhu optimal, maka akan mengalami penurunan konversi produk asam
azelat.
c. Gugus fungsi pada FT-IR menunjukkan telah terbentuknya asam azelat.
Pembentukan asam azelat ditandai dengan berkurangnya ikatan rangkap pada
spektrum FT-IR. Pelebaran gugus gugus hidroksil pada spektrum asam azelat
terjadi yaitu pada daerah 3448,46 cm-1 yang diikuti dengan pergeseran gugus
ester pada serapan 1633,46 cm-1. Ikatan ester diperkuat pada panjang
gelombang 1115,95 cm-1.
11
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih secara khusus kepada dosen pembimimbing, teman-
teman penelitian saya dan semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, 2014, Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Foreign Trade
Statistical Buletin Impor/Import, Jakarta, Gading Komunikatama.
Badan Pusat Statistik, 2018, Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Foreign Trade
Statistical Buletin Impor/Import, Jakarta, Gading Komunikatama.
Zuhrina, M., Sihombing, M. P., dan Tohang, L. V., 2017, Optimasi Sintesis Asam
Azelat dari Asam Oleat dan Hidrogen Peroksida Menggunakan Katalis Asam
Tungstat, Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 6(3),14-21.
Köckritz, A., Michael, B., dan Andreas, M., 2009, Catalytic Cleavage of Methyl Oleate
or Oleic Acid, Eur. J. Lipid Sci. Technol, 1(111), 1-6.
DOI: 10.1002/ejlt.200900103.
Gunstone, F.D., J.L. Harwood, 2007, Lipid Handbook 3rd Edition, London, Chapman
and Hall.
Nasir, S., Soraya, D. F., dan Pratiwi, D., 2010, Pemanfaatan Ekstrak Biji Kelor
(Moringa oleifera) untuk Pembuatan Bahan Bakar Nabati, Jurnal Teknik Kimia,
17(3), 29- 34.
Sitorus, M., dan Maysaroh, 2015, Sintesa Asam Azelat dari Risinoleat Minyak Kastor,
Prosiding SEMIRATA, 1(1), 118-123.
Sirvio, J., Hyvakko,U., Liimatainen, H., Niinimaki, J., dan Hormi, O., (2011), Periodate
Oxidation of Cellulose at Elevated Temperature Using Metal Salts as Cellulose
Activators, Carbohydrate Polymers, 83(3):1293-1297.
DOI: 10.1016/j.carbpol.2010.09.036.
12