Disusun Oleh :
Resky Hasan 09220210001
Mirna Anwar 09220210002
Wanda Aprilia Djibran 09220210004
Alifyah Faradillah Syam 09220210005
Kelompok 1/Kelas C2
Jurusan Teknik Kimia
“Diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Bahan Konstruksi Teknik
Kimia”
MAKASSAR
2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia – Nya, sehinggah kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Bahan Konstruksi
Teknik Kimia dengan judul “BAJA TAHAN KARAT”.
2
Daftar Isi
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
(hardness) dan kekuatan tariknya (tensile strength),namun di sisi lain membuatnya
menjadi getas (brittle) serta menurunkan keuletannya (ductility). Baja tahan karat
atau lebih dikenal dengan
Stainless Steel adalah senyawa besi yang mengandung setidaknya 10,5%
Kromium untuk mencegah proses korosi (pengkaratanlogam). Kemampuan tahan
karat diperoleh dari terbentuknya lapisan film oksidakromium,dimana lapisan
oksida ini menghalangi proses oksidasi besi (Ferum). Stainless Steel sering
digunakan dalam perlengkapan Stainless Steel untuk industri makanan
1.2 Rumusan Masalah
1. Menjelaskan apa jenis material baja tahan karat ?
2. Bagaimana proses prmbuatan baja tahan karat ?
3. Apa saja aplikasi dan penerapan baja tahan karat di dunia industri?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa jenis material baja tahan karat ?
2. Mengetahui Bagaimana proses prmbuatan baja tahan karat ?
3. Mengetahui Apa saja aplikasi dan penerapan baja tahan karat di dunia
industri?
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
perbedaan adalah terdapat kandungan nikel sebesar 3,5 hingga 32 %. Penmabahan
nikel dilakukan demi menjaga struktur austenitic mulai dari temperature kriogenik
hingga mencapai titik leleh paduan. Sama seperti baja tahan karat feritik, baja jenis
ini tidak dapat dimodifikasi kekerasan dan kekuatannya melalui mekanisme
perlakuan panas. Sifat yang sangat utama dari paduan ini adalah sifat tahan korosi
yang baik, keuletan, dan ketangguhan. Baja tahan karat jenis ini biasa digunakan
dalam peralatan pemrosesan makanan, peralatan industri kimia, dan aplikasi
arsitektur.
4. Baja tahan karat austenitik- feritik/ dupleks
Baja tahan karat jenis ini juga masih sama dengan baja tahan karat jenis
sebelumnya yaitu kandungan karbonnya yang sangat kecil (< 0,3 % karbon).
Kandungan kromiumnya berada diantara 21 hingga 26 % dengan kandungan nikel
berada di rentang 3,5 hingga 8 %. Penambahan molibdenum sangat dimungkinkan
dengan penambahan molibdenum hingga 4,5 %. Baja tahan karat jenis ini memiliki
struktur 50 % ferit dan 50 % austenit. Kelebihannya? Baja paduan jenis ini bersifat
magnetik dan memiliki kekuatan yield dan kakutan tarik lebih besar dari baja tahan
karat jenis austenitik. Baja tahan karat jenis dupleks ini biasanya digunakan dalam
aplikasi maritim, pabrik petrokimia, pabrik desalinasi air laut, pemindah panas, dan
industri pembuatan kertas
5. Baja tahan karat dengan perlakuan pengerasan endapan
Kekuatan yang tinggi, sifat tahan korosi tingkat menengah, dan kemudahan
fabrikasi menjadi alasan utama dari pemilihan baja jenis ini. Baja tahan karat jenis
ini dibuat melalui mekanisme perlakuan panas pada temperature diantara 500- 8000
c. Baja dengan paduan semacam ini memiliki struktur mikro awal berupa austenit
atau martensit. Struktur austenit akan diubah menjadi martensit dulu melalui
mekanisme perlakuan panas sebelum kemudian dilakukan pengerasan endapan.
Pengerasan endapan ini dihasilkan ketika perlakuan panas berupa aging
menyebabkan senyawa intermetalik yang bersifat keras mengendap dari kisi kristal
sebagai akibat martensit yang dinaikkan temperaturnya hingga suatu batas tertentu.
Baja jenis ini biasa digunakan dalam pesawat luar angkasa dan beberapa industri
teknologi tinggi lainnya.
7
2.2 Proses Pembuatan Baja Tahan Karat
Bahan utama pembuatan baja yaitu dengan besi kasar sebagai bahan
utamanya dapat berupa padat, cair, maupun besi bekas yang dibuat pada dapur
pengolahan baja (skrap) dan beberapa paduan logam atau alloy. Berikut adalah
beberapa prosedur yang terdapat dalam pembuatan baja, berikut ini gambaran
pembuatan baja dari bahan utamanya besi kasar
Baja pada dasarnya adalah paduan besi-karbon dengan kadar karbon tidak
lebih dari 2,0 %, selain itu juga mengandung sejumlah unsur paduan dan unsur
pengotoran. Baja dibuat dari besi kasar atau besi spons dengan mengurangi kadar
8
karbon dan unsur lain yang kurang disukai. Ada beberapa macam cara pembuatan
baja, antara lain :
1. Konvertor
2. Open hearth furnance
3. Dapur listrik
Bahan baku pembuatan stainless steel diantaranya sebagai berikut:
• Besi kasar cair (pig iron) atau berupa Besi spons (sponge iron) (65-85%).
• Skrap baja (15-35%),
Bahan baku paduan dalam pembuatan stainless steel diantaranya sebaai berikut :
• Carbon (C)
Unsur ini dapat membuat baja tetap kuat pada suhu tinggi.
• Chromium (Cr)
Unsur ini dapat membuat baja menjadi lebih keras, tahan gesekan, tahan
korosi, dan tahan temperature tinggi. Dengan sifat-sifat itu membuat baja paduan
ini baik untuk bahan poros, dan roda gigi. Penambahan unsur chromium biasanya
diikuti dengan penambahan nikel.
• Silikon (Si)
Pada konsentrasi tinggi membuat baja tahan kondisi asam, pada
konsentrasi rendah memperbaiki sifat megnetik dan sifat listrik baja.
• Nikel (Ni)
Unsur campuran yang digunakan sebagai bahan dasar untuk beberapa
kelompok dari stainless steel. Nikel memberikan derajat kelenturan yang tinggi
(mampu berubah bentuk tanpa pecah) dan tahan terhadap karat (korosi). Hampir
65% dari semua nikel digunakan pada pembuatan stainless steel.
• Molibedenum (Mo)
Molibdenum akan memperbaiki baja menjadi tahan terhadap suhu yang
tinggi, liat, ,kuat dan memperbaiki kekerasan baja,. Baja paduan ini biasa digunakan
sebagai bahan untuk membuat alat-alat potong, misalnya pahat.
• Wolfram (W)
Unsur ini memberikan pengaruh yang sama seperti pada penambahan
molibdenum dan biasanya juga dicampur dengan unsur nikel (Ni) dan chromium
9
(Cr). Baja paduan ini memiliki sifat tahan terhadap suhu yang tinggi, karenanya
banyak digunakan untuk bahan membuat pahat potong yang lebih dikenal dengan
nama baja potong cepat (HSS /Hight Speed Steel).
• Vanadium (V)
Penambahan unsur ini akan memperbaiki struktur kristal baja menjadi
halus, memperkuat baja dan meningkatkan ketahanan baja terhadap panas. Terlebih
bila dicampur dengan chromium. Baja paduan ini digunakan untuk membuat roda
gigi, batang penggerak, dan sebagainya.
• Kobalt (Co)
Kobalt (Co) dengan penambahan unsur ini akan memperbaiki sifat
kekerasan baja meningkatkan kualitas baja, serta tetap keras pada suhu yang tinggi.
Baja paduan ini banyak digunakan untuk konstruksi pesawat terbang atau
konstruksi yang harus tahan panas dan tahan aus.
2.2.1 Proses Menggunakan Konvertor
Konvertor terbuat dari baja dengan mulut terbuka (untuk memasukkan
bahan baku dan mengeluarkan cairan logam) serta dilapisi batu tahan api.
Konvertor diikatkan pada suatu tap yang dapat berputar sehingga konvertor dapat
digerakkan pada posisi horizontal untuk memasukkan dan mengeluarkan bahan
yang diproses dan pada posisi vertical untuk pengembusan selama proses
berlangsung. Konvertor ini dilengkapi dengan pipa yang berlubang kecil
(diameternya sekitar 15 – 17 mm) dalam jumlah yang banyak (sekitar 120- 150
buah pipa) yang terletak pada bagian bawah konvertor.
Sewaktu proses berlangsung udara diembuskan ke dalam konvertor melalui
pipa saluran dengan tekanan sekitar 1,4 kg/cm3 dan langsung diembuskan ke cairan
untuk mengoksidasikan unsur yang tidak murni dan karbon. Kandongan karbon
terakhir dioksidasi dengan penambahan besi kasar yang kaya akan mangan,
seterusnya baja cair dituangkan ked ala panci – panci dan dipadatkan menjadi
batang – batang cetakan. Kapasitas konvertor sekitar 25 – 60 ton dan setiap proses
memerlukan waktu 25 menit.
Konventor sendiri berasal dari kata “konversi” yang artinya pengubah.
Konvertor merupakan alat yang dapat mengubah besi itu sendiri menjadi baja yang
10
siap diproduksi untuk dimanfaatkan selanjutnya. Konventor terbuat dari pelat baja
yang menggunakan penyambung las atau paku keling. Sisi terdalamnya
menggunakan batu yang harus antiapi. Batu anti api yang kita gunakan terdapat sifat
asam dan sifat basa tergantung kepada sifat baja yang akan kita olah untuk
keperluan yang dibutuhkan.
Pada sisi bawah alat ini ada celah-celah atau lubang-lubang angin yang
disebut juga dengan tuyer yang mempunyai fungsi sebagai saluran tempat udara
penghembus yang dikenal dengan air blast. Selain itu terdapat pula penyangga yang
dilengkapi dengan trunnion yang mempunyai fungsi sebagai pengatur posisis
horizontal maupun posisi vertikal pada konvertor.
11
Proses Bessemer adalah suatu proses pembuatan baja yang dilakukan di
dalam konvertor yang mempunyai lapisan batu tahan api dari kuarsa asam atau
oksida asam (SiO2), sehingga proses ini disebut "Proses Asam". Besi kasar yang
diolah dalam konvertor ini adalah besi kasar kelabu yang kaya akan unsur silikon
dan rendah fosfor (kandungan fosfor maksimal adalah 0,1%). Besi kasar yang
mengandung fosfor rendah diambil karena unsur fosfor tidak dapat direduksi dari
dalam besikasar apabila tidak diikat dengan batu kapur. Di samping itu. fosfor dapat
bereaksi dengan lapisan dapur yang terbuat dari kuarsa asam, reaksi ini
membahayakan atau menghabiskan lapisan konvertor. Oleh karena itu, sangat
menguntungkan apabila besi kasar yang diolah dalam proses ini adalah besi kasar
kelabu yang mengandung silikon sekitar 1,5% - 2%.
Dalam proses ini bahan baku dimasukkan dan dikeluarkan sewaktu konvertor
dalam posisi horizontal (kemiringannya sekitar 30°). Sementara itu, udara
diembuskan dalam posisi vertikal atau disebut juga kedudukan proses. Dalam
konvertor, yang pertama terjadi adalah proses oksidasi unsur silikon yang
menghasilkan oksida silikon. Kemudian diikuti oleh proses oksidasi unsur fosfor
dan mangan yang menghasilkan oksida fosfor dan oksida mangan, ditandai dengan
adanya bunga api yang berwarna kehijau-hijauan.
Baja dapat dihasilkan dengan mengembuskan udara melalui besi kasar cair
di dalam dapur yang disebut “konvertor”, sehingga unsur – unsur yang tidak murni
12
akan dikeluarkan dengan jalan oksidasi. Pada waktu itu cara pembuatan jalan kereta
api dan pembuatan peralatan hampir sama pentingnya. Karena sejak udara
dimasukkan atau diembuskan, kotoran – kotoran di dalam baja akan berkurang.
Proses Bessemer mengolah baja dengan menggunakan besi kasar
berkualitas baik yang mengandung fosfor rendah. Bila fosfornya tinggi baja yang
dihasilkan berkualitas rendah, sebab dalam proses pengolahan tidak seluruh fosfor
dapat dikeluarkan. Masalah pengeluaran unsur fosfor telah dapat dipecahkan pada
proses dapur Thomas, dengan menggunakan batu kapur pada lapisan dasar dapur.
Sehingga sampai saat ini proses Thomas digunakan untuk memproses besi kasar
dapat kaya dengan fosfor.
Proses oksidasi yang terakhir adalah mengoksidasi karbon. Proses ini
berlangsung disertai dengan suara gemuruh dan nyala api berwarna putih dengan
panjang sekitar 2 meter, kemudian nyala api mengecil. Sebelum nyala api padam,
ditambahkan besi kasar yang banyak mengandung mangan, kemudian baja cair
dituangkan ke dalam panci-panci tuangan dan dipadatkan dalam bentuk batang-
batang baja.
2. Proses Thomas(Basa)
Proses thomas (basa) menggunakan batu yang tahan akan api yang
digunakan untuk bahan pembuatan bagian dalam dinding. Bahan baku dibuat dari
besi kasar putih yang mengandung fosfor antara Thomas pada lapisan 1,7-2%,
Mangan 1-2% dan Silikon 0,6-0,8%. Sesudah unsur Mangan dan Silikon terbakar,
fosfor menciptakan oksida fosfor(P2O, dengan penambahan zat kapur (kalsium
oksida) dapat membuat besi cair keluar, 3CaO + P2O5Ca3(PO4)2 (terak cair).
13
Proses Thomas adalah suatu proses pembuatan baja yang dilakukan di
dalam konvertor yang bagian dalamnya dilapisi dengan batu tahan api dari bahan
karbonat kalsium dan magnesium karbonat (CaCO3 + MgCO3 ) yang disebut
"dolomit". Proses ini disebut juga proses basa karena lapisan konvertor terbuat dari
dolomit dan hanya mengolah besi kasar putih yang kaya dengan fosfor (sekitar 1,7
- 2%) dan rnengandung unsur silikon rendah (sekitar 0,6 - 0,8%). Proses ini makin
baik hasilnya apabila besi kasar yang diolah mengandung unsur silikon yang sangat
rendah.
Dalam proses ini udara diembuskan ke cairan besi kasar di dalam konvertor
melalui pipa saluran udara, sehingga terjadi proses oksidasi di dalam cairan
terhadap unsur-unsur campuran. Pertama kali unsur yang dioksidasi adalah silikon
(Si), kemudian mangan (Mn), dan fosfor (P). Oksidasi unsur fosfor terjadi cepat
sekali, sekitar 3 - 5 menit dan proses oksidasi yang terakhir adalah unsur karbon
disertai suara gemuruh dan nyala api yang tinggi. Apabila nyala api sudah mengecil
dan kemudian padam berarti proses oksidasi telah selesai.
Proses oksidasi yang terjadi pada unsur-unsur di dalam besi kasar
menghasilkan oksida yang akan dijadikan terak dengan jalan menambahkan batu
kapur ke dalam konvertor. Selanjutnya terak cair dikeluarkan dari dalam konvertor,
diikuti dengan penuangan baja cair ke dalam panci-panci tuangan kemudian
dipadatkan menjadi batangan baja.
3. Proses Siemens Martin
Proses ini mengolah baja dengan cara meleburkan baja pada suhu tinggi.
Dapur Siemens Martin memiliki tungku kerja yang memiliki banyak ruangan
hampa.
Tungku pengolahan dapat menampung muatan dengan kapasitas 30-50 ton.
Besi bekas atau besi tua dapat dijadikan sebagai bahan baku selain bahan baku
utamanya yaitu besi kasar. Seandainya besi digunakan terdapat kandungan fosfor,
lapisan bahan dalam dapur akan bersifat basa. Sedangkan besi yang kita masukkan
tanpa ada kandungan fosfor, lapisan dalam bahannya bersifat asam.
14
Prinsip kerja pada pembuatan dengan metode Siemens Martin digunakan
alat regenerator menggunakan temperatur hingga 30000C. Kegunaan regenerator
yaitu :
1. Bisa untuk menguapkan gas dan udara yang dapat menaikkan suhu dapur olah.
2. Berfungsi sebagai fundamental atau landasan dapur.
3. Bisa diguanakan untuk penghematan penggunaan ruangan pada dapur.
Bahan dasar yang dapat dipakai untuk proses ini bisa berupa besi putih maupun
besi kelabu. Pada besi kelabu[65-68] dinding bagian dalamnya dilapisi dengan
silikon dioksida sedangkan pada besi putih bagian dalamnya dilapisi dengan
batu dolomit[69] (40% Magnesium karbonat + 60% Kalium karbonat).
Proses tungku terbuka disebut juga proses Siemens Martin, yang
disesuaikan dengan nama ahli penemu proses tersebut. Proses ini digunakan untuk
menahasilkan baja yang mengandung karbon sedang dan rendah dengan cara proses
asam atau basa, sesuai dengan sifat lapisan dapurnya. Proses ini berlangsung di
dalam dapur tungku terbuka atau dapur Siemens Martin yang mempunyai kapasitas
150 - 300 ton, bahan bakarnya gas yang dihasilkan dengan pembakaran kokas di
atas tungku atau bahan bakar minnyak. Dapur ini menggunakan prinsip regenerator
(hubungan balik) dan tungku pemanas dapat mencapai temperatur sekitar 900 -
1.200 0C, tungku pemanas ini bisa mencapai temperatur tinggi apabila diperlukan,
dan pada waktu yang sama menghemat bahan bakar. Dalam proses ini dapur diisi
dengan besi kasar dan baja bekas, kemudian dicairkan sehingga beberapa unsur
15
campuran terbentuk menjadi terak di atas permukaan cairan besi, tambahkan bijih
besi atau serbuk besi yang berguna untuk mereduksi karbon, maka lubang
pengeluaran dapur dibuka dan cairan dituangkan ke dalam panci-panci tuangan.
Baja cair meninggalkan dapur sebelum terak cair dan beberapa terak dapat dicegah
meninggalkan dapur sampai seluruh baja cair dikeluarkan, kemungkinan terak ikut
tertuang ke dalam panci yang akan mengapung di atas baja cair sehingga perlu
dikeluarkan dan dituangkan ke dalarn panci yang berukuran kecil. Baja cair yang
telah penuh di dalam panci dituangkan ke dalam cetakan melalui bagian bawah
cetakan, sehingga terak tetap di dalam panci dan terakhir dikeluarkan. Selain itu,
dapat pula dipisahkan dengan cara menuangnya ke dalam cetakan yang lebih kecil.
Setiap melakukan proses pemurnian besi kasar dan bahan tambahan lainnya
berlangsung selama 12 jam, kemudian diambil sejumlah baja cair sebagai contoh
untuk dianalisis komposisinya. Sementara itu, terak yang dihasilkan dari proses
basa digunakan sebagai pupuk buatan.
2.2.2 Proses Open Hearth Furnace ( Proses terbuka)
Tanur berupa piringan datar yang besar. Pada dasar kolom telah
ditempatkan oksida basa seperti CaO atau MgO yang nantinya akan berguna
sebagai zat pengikat. Ke dalam tanur tinggi dimasukan besi tuang, besi bekas dan
batu kapur. Campuran gas pembakar dan udara panas dilewatkan di atas piringan
yang berisi besi cair ini. Sementara diaduk maka akan berlangsung reaksi antara
oksida-oksida pengotor dengan CaO dan MgO menjadi kerak. Kelebihan proses ini
adalah kualitas baja yang dihasilkan mudah dikontrol kualitasnya secara terus
menerus selama proses ini berlangsung lama (8-10 jam ) sedangkan Proses
Bassemer berlangsung cepat (15 menit).
2.2.3 Proses Dapur Listrik
Baja yang berkualitas tinggi dihasilkan apabila, dilakukanpengontrolan
temperatur peleburan.dan memperkecil unsur-unsur campuran di dalam baja yang
dilakukan selama proses pemurnian. Proses pengolahan seperti ini, dilakukan
dengan menggunakan dapur listrik. Pada awal pemurnian baja menggunakan dapur
tungku terbuka atau konvertor, selanjutnya dilakukan di dalam dapur listrik
16
sehingga diperoleh baja yang berkualitas tinggi. Dapur listrik terdiri dari dua jenis,
yaitu dapur listrik busur nyala dan dapur induksi frekuensi tinggi.
17
2.3 Aplikasi dan Penerapan Baja Tahan Karat Steel
18
Aplikasi baja Stainless Steel di bagi menjadi 3 yaitu :
Perlengkapan Stainless Steel untuk industri makanan
o Food service trolley ( trolley makanan )
o Load transfer trolley ( trolley barang )
o Luggage trolley ( trolley barang )
o Mixer ( pengaduk )
o Bowl sink ( sink bowl )
Perlengkapan Stainless Steel untuk dapur dan industri hotel
o Towel warmer ( pemanas handuk )
o Plate warmer ( penghangat piring )
o Kwali Range
o Blower kwali range
o Teppan yaki
o Kompor Blower
o Tempat sampah
Perlengkapan Stainless Steel lainnya
o Work table ( meja kerja )
o Work table knock down ( m kerja knock down )
o Tempat sampah stainless
o Queve stand / tiang antrian ( tali pita )
o Tiang antrian / pembatas antrian ( tali Bludru )
o Service food trolley / service trolley
o Collect trolley ( u/ mengumpulkan piring )
o Multy rack ( Bermacam-macam rak )
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Stainless Steel adalah senyawa besi yang mengandung setidaknya 10,5%
Kromium untuk mencegah proses korosi (pengkaratanlogam). Kemampuan tahan
karat diperoleh dari terbentuknya lapisan film oksidakromium,dimana lapisan
oksida ini menghalangi proses oksidasi besi (Ferum). Stainless Steel sering
digunakan dalam perlengkapan Stainless Steel untuk industri makanan
Proses produksi bajatahan karat antara bisa dengan proses konventor,
siemens martin dan dapur listrik.
Penggunaan pertamanya adalah di alat pemotong tetapi juga berhubungan
dengan sifat ketahanannya yang tinggi terhadap korosi. Selanjutnya, ia menemukan
jalannya ke industri kimia. Hari ini, kita bisa melihat stainless steel ada di mana-
mana. Aplikasinya sangat bervariasi dari satu industri ke industri lainnya. Sebagai
contoh, pembuatan bagian yang sangat kecil untuk jam tangan. Pada saat yang
sama, panel besar dengan permukaan akhir tertentu dapat menutupi seluruh
bangunan.
3.2 Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan
makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di
atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna
20
Daftar Pustaka
https://jurnal.polsri.ac.id/index.php/austenit/article/view/799
https://metallurgistwannabe.wordpress.com/2016/01/20/mengenal-baja-tahan-
karat-stainless-steel/
https://taufiqurrokhman.wordpress.com/2020/04/14/baja-tahan-karat-steenless-
steel/
https://fractory.com/what-is-stainless-steel/
Naomi Oktriani, proses pembuatan baja
https://www.academia.edu/5769346/PROSES_PEMBUATAN_BAJA
Antara, I. N. G. (2008). Aging characteristic and mechanical properties of formed Mg-Zn-
Al-RE-Ca alloys. Jurnal Energi Dan Manufaktur.
Ardi, N. D., & Aryanti, M. (2009). Profil Resistivitas 2D pada Gua Bawah Tanah Dengan
Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner-Schlumberger (Studi Kasus Gua Dago
Pakar, Bandung). Jurnal Pengajaran MIPA, 14(2), 79-86.
Bayuseno, A. P. (2009). Pengembangan dan Karakterisasi Material Keramik Untuk
Dinding Bata Tahan Api Tungku Hoffman K1. ROTASI, 11(4), 5-10.
Kelly, P. M., Jostsons, A., & Blake, R. G. (1990). The orientation relationship between
lath martensite and austenite in low carbon, low alloy steels. Acta Metallurgica et
Materialia, 38(6), 1075-1081.
Mansour, A., & Chigier, N. (1995). Air-blast atomization of non-Newtonian liquids.
Journal of Non-Newtonian Fluid Mechanics, 58(2-3), 161-194.
Masrur, Irmansyah. "Irzaman 2013 Optimasi Kelajuan Pemanasan pada Ekstraksi Silikon
Dioksida (SiO2) dari Sekam Padi." Jurnal Biofisika 9.2: 13-20.
Rahmawati, Risa S. "Struktur Padatan Silikon Dioksida." Makalah jurusan Pengajaran
Kimia Institut Teknologi Bandung, Bandung (2009).
Ricks, R. A., Howell, P. R., & Barritte, G. S. (1982). The nature of acicular ferrite in HSLA
steel weld metals. Journal of Materials Science, 17(3), 732-740.
Sa’diyah, H., S. Nurhimawan, and S. A. Fatoni. "Irmansyah, and Irzaman,“Ektraksi
silikon dioksida dari daun bambu,”." Pros. Semin. Nas. Fiz 5 (2016): 13-16.
Sato, Y. S., Nelson, T. W., Sterling, C. J., Steel, R. J., & Pettersson, C. O. (2005).
Microstructure and mechanical properties of friction stir welded SAF 2507 super
duplex stainless steel. Materials Science and Engineering: A, 397(1-2), 376-384.
Zainul, Rahadian (2015) Disain dan Modifikasi Kolektor dan Reflektor Cahaya pada Panel
Sel Surya Al/Cu2O-Gel Na2SO4. Project Report. FMIPA UNP, Padang.
21
Yusmaniar, Soegijono B. "Pengaruh Suhu Pemanasan pada sintesis silikon dioksida dari
abu sekam padi." Jurnal Sains Materi Indonesia (2007): 115-117.
Pratowo, Bambang, and Kunarto Kunarto. "Peningkatan Kekerasan dan Ketahanan Aus
Permukaan Besi Cor Kelabu Melalui Proses Boronisasi." Jurnal Momentum
UNWAHAS 7.1 (2011).
Karim, A. (2008). pengaruh penambahan Cu 0, 4% dan Ni 0, 6% terhadap sifat fisis dan
mekanis pada besi cor kelabu (Doctoral dissertation, Universitas muhammadiyah
Surakarta).
Suprihanto, Agus, Yusuf Umardani, and Dwi Basuki Wibowo. "Perbaikan Sifat Mekanis
Besi Cor Kelabu Dengan Penambahan Unsur Crom Dan Tembaga." Media Mesin:
Majalah Teknik Mesin 6.1 (2007).
Rasid, Muhammad, and Ibnu Asrafi. "Analisis pengaruh proses Heat treatment paska
pengelasan terhadap sifat mekanis pada besi tuang kelabu." AUSTENIT 5.1 (2013).
Maulana, I., Budio, S. P., & Hidayat, M. T. (2015). Pengaruh Variasi Dolomit Material
Lokal Kabupaten Bangkalan Sebagai Subsitusi Agregat Dalam Pembuatan Batako
Terhadap Kuat Tekan Dan Absorbsi. Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, 1(3),
pp-1268.
Ginting, B. (2008). Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Alumunium Dan
Paduannya Dengan Kapasitas 30kg Untuk Keperluan Lab. Foundry.
Nurdiansah, H., & Susanti, D. (2013). Pengaruh Variasi Temperatur Karbonisasi dan
Temperatur Aktivasi Fisika dari Elektroda Karbon Aktif Tempurung Kelapa dan
Tempurung Kluwak Terhadap Nilai Kapasitansi Electric Double Layer Capacitor
(EDLC). Jurnal Teknik ITS, 2(1), F13-F18.
Ariyanto, T., Prasetyo, I., & Rochmadi, R. (2012). Pengaruh Struktur Pori Terhadap
Kapasitansi Elektroda Superkapasitor Yang Dibuat Dari Karbon Nanopori.
Reaktor, 14(1), 25-32.
Mohruni, Amrifan Saladin, and Billy Hizkya Kembaren. "Pengaruh Variasi Kecepatan
Dan Kuat Arus Terhadap Kekerasan, Tegangan Tarik, Struktur Mikro Baja Karbon
Rendah Dengan Elektroda E6013." Jurnal Rekayasa Mesin Universitas Sriwijaya
13.1 (2013): 1-8.
Aprilian, Tomas. "Analisis produktivitas tenaga kerja pada pekerjaan struktur rangka atap
baja (studi kasus proyek pembangunan rumah sakit dr. Moewardi, Surakarta Jawa
Tengah)." (2010).
Zainul, Rahadian (2015) Disain dan Modifikasi Kolektor dan Reflektor Cahaya pada Panel
Sel Surya Al/Cu2O-Gel Na2SO4. Project Report. FMIPA UNP, Padang
Zainul, Rahadian (2015) Disain dan Modifikasi Kolektor dan Reflektor Cahaya pada Panel
Sel Surya Al/Cu2O-Gel Na2SO4. Project Report. FMIPA UNP, Padang
22
23