Anda di halaman 1dari 51

PENGANTAR MATERIAL TEKNIK

Hammar Ilham Akbar


Catur Harsito

Editor:
Eki Rovianto

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan “PENGANTAR MATERIAL TEKNIK“ yang diajarkan pada

mahasiswa semester II Program Studi D-III Jurusan Teknik Mesin, Sekolah

Vokasi, Universitas Sebelas Maret.

Penulisan modul ini untuk menjadikan referensi pegangan mahasiswa

guna memahami dasar material teknik beserta karakterisasinya. Dalam

penulisan modul ajar ini membahas jenis-jenis material for engineering

purposes dan karakterisasi material.

Manfaat modul ajar adalah sebagai bahan pendukung matakuliah lainnya

yang ada pada Prodi Diploma Teknik Mesin, serta membantu mahasiswa

dalam proses belajar mengajar. Semoga juga dapat bermanfaat bagi semua

pihak yang berkepentingan dengan materi ini.

Menyadari akan kekurangan yang terdapat dalam modul ajar ini, dengan

lapang dada penulis menerima kritikan dan saran yang konstruktif guna

penyempurnaan diwaktu yang akan datang.

Surakarta, Juli 2022

Penulis

MODUL 1

BESI DAN BAJA


A. Latar Belakang

Besi dan baja merupakan material yang paling banyak digunakan dalam

bidang keteknikan. Segala bidang industry memerlukan mesin maupun

komponen besi dan baja. Sehingga diperlukan pengetahuan tentang besi dan

baja. Besi dan baja merupakan bahan teknik yang digolongkan pada material

ferrous, yaitu material yang bahan dasarnya adalah unsur Ferro (Fe).

Pada perkembangan teknologi dewasa ini, teknik mesin pada umumnya

lebih dominan memerlukan bahan yang terbuat dari logam dan paduannya

terutama logam ferrous yang memegang peranan sangat penting,tetapi

bahan-bahan lainya juga tidak bisa diabaikan. Pemilihan bahan untuk

keperluan bukan suatu hal yang sulit, asalkan tidak disertai dengan berbagai

persyaratan, seperti misalnya mudah diperoleh, mudah dikerjakan atau

diproses sehingga menghasilkan mutu yang sesuai dengan spesifikasi dan

harga yang murah.

Sebenarnya prinsip pemilihan bahan sederhana saja hanya perlu

mempertimbangkan syarat-syarat sifat yang diminta oleh desain konstruksi

dengan sifat-sifat kemampuan bahan yang dapat dipergunakan. Cuma saja

dalam petentuan persyaratan masih ada kesulitan mungkin informasi tentang

bahan yang tersedia tidak lengkap atau informasi tentang sifat bahan belum

lengkap ada. Walaupun informasi itu sudah lengkap mungkin saja akan

dijumpai bahwa tidak ada bahan yang mampu memenuhi semua

persyaratan. Dalam hal ini perlu diadakan suatu pemilihan ulang dengan

mengurangi persyaratan lagi sehingga didapat suatu pilihan yang optimum.


Biasanya persyaratan yang diminta oleh suatu desain kontruksi meliputi

sifat-sifat sebagai berikut :

1. Sifat mekanik meliputi: kekuatan, ketanguhan, kekerasan, keuletan

kegetasan dan lainya.

2. Sifat fisik seperti heat conductivity, electrical coductivity, heat

expansion, dimensi dan struktur mikro.

3. Sifat Kimia seperti : tahan korosi, aktivasi terhadap bahan kimia.

Faktor-faktor lain yang juga harus dipertimbangkan dalam desain adalah

a. Teknologi yang tersedia untuk pengolahan bahan tersebut sampai

menjadi

produk yang siap digunakan.

b. Faktor ekonomis misal: harga bahan produk, ongkos produk, harga

material

c. Avaibility dari bahan, seperti apakah bahan tersedia di pasaran,

dimana

dapat diperoleh seberapa banyak bahan yang tersedia.

B. Tujuan

Tujuan modul ini adalah untuk mendorong mahasiswa untuk memahami

dan mengaplikasikan jenis-jenis material ferrous pada komponen-komponen

dan alat-alat yang ditemukan sehari-hari, serta fungsi dan sifat-sifat yang

dibutuhkan.

C. Dasar Teori

1. Gambaran Umum
Baja adalah paduan yang paling banyak digunakan manusia, jenis dan

bentuknya sangat banyak. Karena penggunaanya yang sangat luas maka

berbagai pihak sering membuat klasifikasi menurut keperluan masing-

maslng. Ada beberapa cara mengklasifikasikan baja, antara lain:

a. menurut cara pembuatannya;baja Bessemer, baja Siemens-Martin

(Open hearth), baja Listrik,

b. menurut penggunaanya; baja konstruksi, baja mesin, baja pegas, baja

ketel, baja perkakas

c. menurut kekuatannya ; baja kekuatan Iunak, baja kekuatan tinggi

d. menurut strukturmikronya; baja eutektoid, baja hypoeutektoid, baja

hypereutektoid, baja austenitik, baja ferritik, baja martensitik dan

lainnya.

e. menurut komposisi kimianya; baja karbon, baja paduan rendah,baja

paduan tinggi, dan lainnya.

Biasanya klasifikasi baja yang sering digunakan tidak hanya berpegang

pada salah satu cara saja tetapi merupakan gabungan dari beberapa cara di

atas. Untuk mempelajari baja sebagai objek pembahasan pada Ilmu Logam

akan lebih mudah bila baja diklasifikasikan menurut komposisi kimianya

dan/atau strukturmikrohya. Menurut komposisi kimianya baja dapat dibagi

menjadi dua kelompok besar yaitu baja karbon (baja tanpa paduan, plain

carbon steel) dan baja paduan. Baja karbon bukan berarti baja yang sama

sekali tidak mengandung unsur lain selain besi dan karbon. Baja karbon

masih mengandung sejumlah unsur lain, tetapi masih dalam batas-batas


tertentu yang tidak banyak berpengaruh terhadap sifatnya. Unsur-unsur ini

biasanya merupakan ikutan yang berasal dari proses pembuatan besi/baja,

seperti mangan dan silikon, dan beberapa unsur pengotoran, seperti

belerang/phosphor.

Low carbon steel kadar karbon sampai 0,2% sangat luas penggunaanya

sebagai baja koustruksi umum, untuk baja profil rangka bangunan, baja

tulangan beton, rangka kendaraan, mur baut, pelat, pipa dan lain-lain. Baja ini

kekuatannya relatif rendah, lunak, tetapi keuletannya tinggi, mudah dibentuk

dan di-machining. Baja ini tidak dapat dikeraskan.

Medium carbon steel kadar karbon 0,25-0,55%, lebih kuat dan keras, dan

dapat dikeraskan. Penggunaanya hampir sama dengan low carbon steel,

digunakan untuk yang memerlukan kekuatan dan ketangguhan yang lebih

tinggi. Juga banyak digunakan sebagai baja konstruksi mesin, untuk poros,

roda gigi,dan lainnya.

High carbon steel, kadar karbon lebih dari 0,55%, lebih kuat dan lebih

keras lagi, tetapi keuletan dan ketangguhannya rendah. Baja ini terutama

digunakan untuk perkakas, yang biasanya memerlukan sifat tahan aus,

misalnya untuk mata bor, tap dan perkakas tangan yang lain.

Low alloy steel, baja paduan dengan kadar unsur paduan rendah (kurang

dari 10%), mempunyai kekuatan dan ketangguhan lebih tinggi daripada baja

karbon dengan kadar karbon yang sama atau mempunyai keuletan lebih

tinggi daripada baja karbon dengan kekuatan yang sama. Hardenability dan
sifat tahan korosi pada umumnya lebih baik. Banyak digunakan sebagai baja

konstruksi mesin.

High alloy steel baja paduan dengan kadar unsur paduan tinggi,

mempunyai sifat khusus tertentu, baja tahan karat (stainless steel), baja

perkakas (tool steel, misalnya High Speed Steel/ HSS), baja tahan panas

(heat resisting steel).

2. Kodifikasi

Baja konstruksi umum, dimana biasanya kekuatan merupakan faktor yang

paling penting, penamaan didasarkan atas kekuatan tariknya. Dalam standar

Jerman (DIN) baja konstruksi dinyatakan dengan huruf St yang diikuti oleh

bilangan yang menunjukkan kekuatau tarik minimum dari baja itu dalam

kg/mm2. Misalnya baja konstrukai dengan kekuatan tarik tidak kurang dari 37

kg/mm2 dinyatakan sebagai St 37, baja St 60 adalah baja konstruksi dengan

kekuatan tarik tidak kurang dari 60 kg/mm2. Pada staadar Jepang (JIS), uutuk

baja konstruksi umum, dinyatakan dengan huruf SS yang diikuti dengan

angka kekuatan tariknya dalam kg/mm2.

Untuk beberapa keperluan, terutama untuk konstruksi mesin, diperlukan

baja dengan komposisi kimia yang terjamin. Dalam hal ini penggolongan baja

didasarkan atas komposisi kimianya. DIN menetapkan nama baja karbon

dengan huruf St-C yang diikuti oleh angka yang menunjukkan per seratus

persen karbonnya. Misalnya baja dengan kadar karbon sekitar 0,35 %

dinyatakan sebagai St-C35. St-C45 adalah baja karbon dengan kadar C

0,45%. Sedangkan JIS menggunakan S diikuti bilangan yang menunjukkan


per seratus persen kadar karbonnya dan huruf C, yaitu misalnya S 35-C, S

45-C, S 1O-C.

3. Sifat

1) Baja nickel (seri 2xxx).

Nickel merupakan unsur paduan yang paling tua. Kelarutannya di

dalam austenit dan ferrit tinggi sekali, memberikan kekuatan dan

ketangguhan yang tinggi. Nickel juga menurunkan kadar karbon di

dalam perlit, sehingga baja mengandung lebih banyak perlit dari pada

baja karbon. Baja nickel cocok digunakan sebagai baja konstruksi

kekuatan tinggi yang dipakai pada kondisi as-rolled, atau benda tempa

yang besar yang tidak dikeraskan. Kekurangan dalam pemakaian

nickel adalah harganya yang mahal, sehingga sekarang

penggunaannya makin berkurang.

2) Baja chrom (seri 5xxx). Chrom juga larut di dalam ferrit dan austenit,

terutama pada baja dengan kadar karbon rendah. Ini akanmenaikkan

kekuatan dan ketangguhan. Baja dengan kadar karbon dan chrom

rendah biasanya digunakan untuk dikarburising. Dengan chrom lebih

dari 5 % sifat pada temperatur tinggi dan sifat tahan korosi menjadi

lebih baik. Dengan chrom lebih dari 10 % sifat tahan korosi sangat

baik (stainless steel). Chrom dapat membentuk karbida bila, terdapat

cukup karbon yang akan menaikkan sifat tahan aus.

3) Baja Nickel-Chrom (seri 3xxx). Dalam baja ini perbandingan antara

nickel dengan chrom 2,5 : 1, yang memberikan sifat baik dari kedua
unsur paduan itu. Nickel memperbaiki keuletan dan ketangguhan

dikombinasi dengan naiknya hardenability dan sifat tahan aus

yangdiberikan oleh chrom. Dengan kadar karbon rendah baja ini

banyak digunakan untuk di-carburising. Chrom memberikan sifat tahan

aus pada permukaan sedang nickel memberikan

ketangguhan pada bagian dalam. Seri 31xx, 1,5 % Ni dan 0,6 % Cr,

banyak digunakan untukworm gear, piston pin dan lain-lain. Untuk

beban berat seperti aircraft gear, poros dan cam, digunakan seri 33xx,

3,5 % Ni dan 1,5 % Cr. Dengan medium carbon, baja ini digunakan

untuk automotive connecting rod, drive shaft dan lain-lain. Sekarang

baja ini kurangbanyak dipakai, digantikan oleh seri 87xx dan 88xx

yang lebih murah

4) Baja tungsten. Tungsten (Wolfram) salah atau carbide former yang

kuat,

mempunyai pengaruh menaikkan hardenability sangat kuat dan

menghambat pelunakan martensit pada saat tempering. Secara umum

sifat/pengaruh Tungsten sama dengan Molybden, hanya saja

Molybden sedikit lebih kuat pengaruhnya, sehingga untuk mencapai

efek yang sama akan diperlukan tungsten lebih banyak, kira-kira 1 %

Mo samapengaruhnya dengan 2-3 % W. Karena harganya cukup

mahal danharus digunakan dalam jumlah yang lebih banyak, maka

Tungsten biasanya tidak digunakan pada baja konstruksi, biasanya

digunakan pada baja perkakas.


4. Tugas

Identifikasi komponen atau alat engineering purposes yang material

dasarnya merupakan besi/baja, kemudian identifikasi jenis, sifat yang

diperlukan, dan fungsinya.

No Alat/Komponen Jenis Fungsi Sifat Foto

10

MODUL 2

ALUMINIUM
A. Latar Belakang

Aluminium ditemukan oleh Sir Humphrey Davy dalam tahun 1809 sebagai

suatu unsur dan pertama kali direduksi sebagai logam oleh H . C. Oersted,

tahun 1825. Secara industri tahun 1886, Paul Heroult di Perancis dan C . M.

Hall di Amerika Serikat secara terpisah telah memperoleh logam aluminium

dari alumina dengan cara elektrolisasi dari garam yang terfusi. Sampai

sekarang proses Heroult Hall masih dipakai untuk memproduksi aluminium.

Penggunaan aluminium sebagai logam setiap tahunnya adalah urutan yang

kedua setelah besi dan baja, yang tertinggi di antara logam non ferro.

Aluminium merupakan logam ringan yang mempunyai ketahanan korosi

yang baik dan hantaran listrik yang baik dan sifat – sifat yang baik lainnya

sebagai sifat logam. Sebagai tambahan terhadap, kekuatan mekaniknya

yang sangat meningkat dengan penambahan Cu, Mg, Si, Mn, Zn, Ni, dsb.

Secara satu persatu atau bersamasama, memberikan juga sifat-sifat baik

lainnya seperti ketahanan korosi, ketahanan aus, koefisien pemuaian rendah.

Material ini dipergunakan di dalam bidang yang luas bukan saja untuk

peralatan rumah tangga tapi juga dipakai untuk keperluan material pesawat

terbang, mobil, kapal laut, konstruksi.

B. Tujuan

Tujuan modul ini adalah untuk mendorong mahasiswa untuk memahami

danb mengaplikasikan jenis-jenis material non-ferrous, khususnya aluminium

pada komponen-komponen dan alat-alat yang ditemukan sehari-hari, serta

fungsi dan sifat-sifat yang dibutuhkan.


C. Dasar Teori

1. Gambaran Umum

Aluminium merupakan logam non-ferrous yang paling banyak digunakan

di dunia, dengan pemakaian tahunan sekitar 24 juta ton. Aluminium dengan

densitas 2.7 g/cm3 sekitar sepertiga dari densitas baja (8.83 g/cm 3), tembaga

(8.93 g/cm3), atau kuningan (8.53 g/cm3), mempunyai sifat yang unik, yaitu:

ringan, kuat, dan tahan terhadap korosi pada lingkungan luas termasuk

udara, air (termasuk air garam), petrokimia, dan beberapa sistem kimia.

Pemakaian aluminium dalam dunia industri yang semakin tinggi,

menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus

menerus ditingkatkan. Aluminium dalam bentuk murni memiliki kekuatan

yang rendah dan tidak cukup baik digunakan untuk aplikasi yang

membutuhkan ketahanan deformasi dan patahan, maka dari itu perlu

ditambahkan unsur lain untuk meningkatkan kekuatannya. Aluminium dalam

bentuk paduan yang sering dikenal dengan istilah aluminium alloy merupakan

jenis aluminium yang digunakan cukup besar saat ini. Berdasarkan metode

peleburannya, paduan aluminium dikelompokkan menjadi dua kelompok

utama yaitu paduan tempa (wrought) dan paduan tuang (casting). Jenis

paduan aluminium saat ini sangat banyak dan tidak menutup kemungkinan

ditemukannya lagi jenis paduan aluminium baru, oleh karena itu dibuatlah

sistem penamaan sesuai dengan komposisi dan karakteristik paduan

aluminium tersebut untuk memudahkan pengklasifikasiannya. Salah satu


penamaan paduan aluminium adalah dengan standar AA, seperti pada Tabel

1.

Pada aluminium tempa, seri 1xxx digunakan untuk aluminium murni. Digit

kedua dari seri tersebut menunjukkan komposisi aluminium dengan limit

pengotor alamiahnya, sedangkan dua digit terakhir menunjukkan persentase

minimum dari aluminium tersebut. Digit pertama pada seri 2xxx sampai 7xxx

menunjukkan kelompok paduannya berdasarkan unsur yang memiliki

persentase komposisi terbesar dalam paduan

Tabel 1 Daftar seri paduan aluminium tempa

No. Seri Komposisi Paduan

1xxx Aluminium murni

2xxx Paduan aluminium – tembaga

3xxx Paduan aluminium – mangan

4xxx Paduan aluminium – silicon

5xxx Paduan aluminium – magnesium

6xxx Paduan aluminium – magnesium – silicon

7xxx Paduan aluminium – seng

8xxx Paduan aluminium – timah – litium

9xxx Disiapkan untuk penggunaan di masa depan

Digit kedua menunjukkan modifikasi dari unsur paduannya, jika digit

kedua bernilai 0 maka paduan tersebut murni terdiri dari aluminium dan unsur

paduan. Jika nilainya 1 – 9, maka paduan tersebut memiliki modifikasi


dengan unsur lainnya. Dua angka terakhir untuk seri 2xxx – 8xxx tidak

memiliki arti khusus, hanya untuk membedakan paduan aluminium tersebut

dalam kelompoknya. Paduan aluminium tuang penamaannya memakai

sistem tiga digit diikuti dengan satu bilangan desimal. Tabel 2 menunjukkan

seri paduan aluminium tuang berdasarkan unsur paduannya.

Dalam standar AA, angka pertama menunjukkan kelompok paduan,

angka kedua dan ketiga menunjukkan kemurnian minimum untuk aluminium

tanpa paduan dan sebagai nomor identifikasi untuk paduan tersebut, angka

keempat menandakan bentuk produk (.0 = spesifikasi coran, .1 = spesifikasi

ingot, .2 = spesifikasi ingot yang lebih spesifik).

Tabel 2. Daftar seri paduan aluminium tuang

No. Seri Komposisi Paduan

1xx.x Aluminium murni

2xx.x Paduan aluminium – tembaga

3xx.x Paduan aluminium – silikon – magnesium

4xx.x Paduan aluminium – silicon

5xx.x Paduan aluminium – magnesium

6xx.x Tidak digunakan

7xx.x Paduan aluminium – seng

8xx.x Paduan aluminium – timah

9xx.x Belum digunakan

2. Sifat-sifat aluminium
Aluminium adalah logam yang ringan dan cukup penting dalam kehidupan

manusia. Aluminium merupakan unsur kimia golongan IIIA dalam sistim

periodic unsur, dengan nomor atom 13 dan berat atom 26,98 gram per mol.

Struktur kristal aluminium adalah struktur kristal FCC, sehingga aluminium

tetap ulet meskipun pada temperatur yang sangat rendah. Keuletan yang

tinggi dari aluminium menyebabkan logam tersebut mudah dibentuk atau

mempunyai sifat mampu bentuk yang baik. Aluminium memiliki beberapa

kekurangan yaitu kekuatan dan kekerasan yang rendah bila dibanding

dengan logam lain seperti besi dan baja. Aluminium memiliki karakteristik

sebagai logam ringan dengan densitas 2,7 g/cm 3.

Selain sifat-sifat tersebut aluminium mempunyai sifat-sifat yang sangat

baik dan bila dipadu dengan logam lain bisa mendapatkan sifat-sifat yang

tidak bisa ditemui pada logam lain. Adapun sifat-sifat dari aluminium antara

lain: ringan, tahan korosi, penghantar panas dan listrik yang baik. Sifat tahan

korosi pada aluminium diperoleh karena terbentuknya lapisan oksida

aluminium pada permukaaan aluminium.

Lapisan oksida ini melekat pada permukaan dengan kuat dan rapat serta

sangat stabil (tidak bereaksi dengan lingkungannya) sehingga melindungi

bagian yang lebih dalam. Adanya lapisan oksida ini disatu pihak

menyebabkan tahan korosi tetapi di lain pihak menyebabkan aluminium

menjadi sukar dilas dan disolder (titik leburnya lebih dari 2000ºC). Sifat

mekanik dan fisik aluminium dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4 berikut:

Tabel 3. Sifat fisik aluminium


Tabel 4. Sifat mekanik aluminium

Tabel 3 menunjukkan sifat-sifat fisik Al dan Tabel 4 menunjukkan sifatsifat

mekaniknya. Ketahan korosi berubah menurut kemurnian, pada umumnya

untuk kemurnian 99,0 % atau diatasnya dapat dipergunakan di udara tahan

dalam bertahun-tahun. Hantaran listrik Al, kira-kira 65 % dari hantaran listrik

tembaga, tetapi masa jenisnya kira-kira sepertiganya sehingga

memungkinkan untuk memperluas penampangnya. Oleh karena itu dapat

dipergunakan untuk kabel tenaga dan dalam berbagai bentuk sebagai

lembaran tipis (foil). Dalam hal ini dipergunakan Al dengan kemurnian 99,0%.

Untuk reflektor yang memerlukan reflektifitas yang tinggi juga untuk

kondensor elektronik dipergunakan aluminium dengan kemurnian 99,99%.


3. Sifat-sifat umum pada paduan aluminium

1) Jenis Al-murni teknik (seri 1xxx)

Jenis paduan ini mempunyai kandungan minimal aluminium 99,0%

dengan besi dan silikon menjadi kotoran utama (elemen paduan). Aluminium

dalam seri ini memiliki kekuatan yang rendah tapi memiliki sifat tahan korosi,

konduksi panas dan konduksi listrik yang baik juga memiliki sifat mampu las

dan mampu potong yang bagus. Aluminium seri ini banyak digunakan untuk

sheet metal work.

2) Paduan Al-Cu (seri 2xxx)

Elemen paduan utama pada seri ini adalah tembaga, tetapi magnesium

dan sejumlah kecil elemen lain juga ditambahkan kesebagian besar paduan

jenis ini. Jenis paduan Al-Cu adalah jenis yang dapat diperlaku-panaskan.

Dengan melalui pengerasan endap atau penyepuhan, sifat mekanikpaduan

ini dapat menyamai sifat dari baja lunak, tetapi daya tahan korosinya rendah

bila dibandingkan dengan jenis paduan yang lainnya. Sifat mampu lasnya

juga kurang baik, karena itu paduan jenis ini biasanya digunakan pada

kontruksi keling dan banyak sekali digunakan dalam kontruksi pesawat

terbang seperti duralumin (2017) dan super duralumin (2024).

3) Paduan jenis Al-Mn (seri 3xxx)

Manganesee merupakan elemen paduan utama seri ini. Paduan ini

adalah jenis yang tidak dapat diperlaku-panaskan, sehingga penaikan

kekuatannya hanya dapat diusahakan melalui pengerjaan dingin pada proses

pembuatannya. Bila dibandingkan dengan jenis alumunium murni, paduan ini


mempunyai sifat yang sama dalam hal ketahanan terhadap korosi, mampu

potong dan sifat mampu lasnya, sedangkan dalam hal kekuatannya, jenis

paduan ini jauh lebih unggul.

4) Paduan jenis Al-Si (seri 4xxx)

Paduan Al-Si termasuk jenis yang tidak dapat diperlaku-panaskan. Jenis

ini dalam keadaaan cair mempunyai sifat mampu alir yang baik dan dalam

proses pembekuannya hampir tidak terjadi retak. Karena sifat-sifatnya, maka

paduan jenis Al-Si banyak digunakan sebagai bahan atau logam las dalam

pengelasan paduan aluminium baik paduan cor atau tempa.

5) Paduan jenis Al-Mg (seri 5xxx)

Magnesium merupakan paduan utama dari komposisi sekitar 5%. Jenis ini

mempunyai sifat yang baik dalam daya tahan korosi, terutama korosi oleh air

laut dan sifat mampu lasnya. Paduan ini juga digunakan untuk sheet metal

work, biasanya digunakan untuk komponen bus, truk, dan untuk aplikasi

kelautan.

6) Paduan jenis Al-Mg-Si (seri 6xxx)

Elemen paduan seri 6xxx adalah magnesium dan silicon. Paduan ini

termasuk dalam jenis yang dapat diperlaku-panaskan dan mempunyai sifat

mampu potong dan daya tahan korosi yang cukup. Sifat yang kurang baik

dari paduan ini adalah terjadinya pelunakan pada daerah las sebagai akibat

dari panas pengelasan yang timbul. Paduan jenis ini banyak digunakan untuk

tujuan struktur rangka.

7) Paduan jenis Al-Zn (seri 7xxx)


Paduan ini termasuk jenis yang dapat diperlaku-panaskan. Biasanya ke

dalam paduan pokok Al-Zn ditambahkan Mg, Cu dan Cr. Kekuatan tarik yang

dapat dicapai lebih dari 504 MPa, sehingga paduan ini dinamakan juga ultra

duralumin yang sering digunakan untuk struktur rangka pesawat. Berlawanan

dengan kekuatan tariknya, sifat mampu las dan daya tahannya terhadap

korosi kurang menguntungkan. Akhir-akhir ini paduan Al-Zn-Mg mulai banyak

digunakan dalam kontruksi las, karena jenis ini mempunyai sifat mampu las

dan daya tahan korosi yang lebih baik daripada paduan dasar Al-Zn [8].

D. Tugas

Identifikasi komponen atau alat engineering purposes yang material

dasarnya merupakan aluminium, kemudian identifikasi jenis, sifat yang

diperlukan, dan fungsinya.

No Alat/Komponen Jenis Fungsi Sifat Foto

15

MODUL 3

POLIMER

A. Latar Belakang
Polimer/plastik merupakan salah satu material yang sangat umum dan

banyak ditemukan pada kehidupan sehari-hari. Polimer adalah suatu bahan

yang terdiri dari unit molekul yang disebut monomer. Jika monomernya

sejenis disebut homopolimer, dan jika monomernya berbeda akan

menghasilkan kopolimer. Teknologi polimer berdasarkan sumbernya dapat

dikelompokkan dalam 3 kelompok, yaitu:

 Polimer Alam yaitu polimer yang terjadi secara alami seperti karet

alam, karbohidrat, protein, selulosa, dan wol.

 Polimer Semi Sintetik yaitu polimer yang diperoleh dari hasil modifikasi

polimer alam dan bahan kimia seperti serat rayon dan selulosa nitrat.

 Polimer Sintetik yaitu polimer yang dibuat melalui polimerisasi dari

monomer- monomer polimer, seperti formaldehida, PP, PVC.

Salah satu jenis polimer yang saat ini paling banyak digunakan dalam

kehidupan sehari-hari adalah jenis polimer plastik. Polimer plastik merupakan

polimer yang unik dan mempunyai sifat luar biasa. Plastik yang umum terdiri

dari susunan polimer karbon saja atau dengan oksigen, nitrogen dan klorin.

B. Tujuan

Modul ini bertujuan untuk mendorong mahasiswa mampu

mengidentifikasi dan menganilisa karakteristik polimer.

C. Dasar Teori

a. Polyethylene Terephtalate (PET) ditandai dengan kode angka ( 1 )

PET dapat berwujud padatan amorf (transparan) atau sebagai bahan semi-
kristal yang putih dan tidak transparan. PET banyak digunakan untuk serat

sintetis, botol minuman, wadah makanan, dll. Material PET mempunyai

sifat: bersifat jernih, kuat, liat, dimensinyastabil, melunak pada suhu 80 oC,

tidak beracun, permeabilitas terhadap gas, aroma maupun air rendah.

b. High Density Polyethylene (HDPE) ditandai dengan kode angka ( 2 )

HDPE banyak digunakan sebagai tutup botol, wadah eskrim, dll. Material

PET mempunyai sifat:keras hingga semifleksibel, tahan terhadap bahan

kimia dan kelembaban, permeabel terhadap gas, permukaan berlilin

(waxy), buram (opaque), mudah diwarnai, diproses dan dibentuk, melunak

pada suhu 75oC.

c. Polivinil Klorida (PVC), ditandai dengan kode angka ( 3 )

PVC dalam penggunaannya banyak diaplikasikan sebagai material

bangunan. PVC mempunyai karakteristik keras dan kuat akan tetapi bisa

dibuat elastis dengan menambahkan plasticizer, penambahan plasticizer

ini menjadikan PVC ideal digunakan sebagai insulator kabel, dan sepatu

boot. Material PVC mempunyai sifat keras, kuat, bentuk bisa diubah

dengan pelarut, melunak pada suhu 70oC.

d. Low Density Polyethylene (LDPE) ditandai dengan kode angka ( 4 )

Material LDPE mudah diproses, mempunyai sifat: kuat, fleksibel, kedap air

permukaan berlilin, tidak jernih tapi tembus cahaya, melunak pada suhu

70oC. Dalam kehidupan sehari-hari LDPE banyak digunakan sebagai pot

yoghurt, kantong belanja (kresek), kantong roti dan makanan segar, botol

yang dapat ditekan.


e. Polipropilen (PP), ditandai dengan kode angka (5)

Polypropylene mempunyai ketahanan terhadap bahan kimia ( Chemical

Resistance) yang tinggi, karena sifatnya tersebut PP banyak digunakan

untuk kemasan makanan seperti botol susu, botol minuman reusable,dll.

Polipropilen mempunyai sifat dan karakteristik sebagai berikut keras tapi

fleksibel, kuat, permukaan berlilin,tidak jernih tapi tembus cahaya,

tahanterhadap bahan kimia, panas dan minyak,melunak pada suhu 140 oC.

f. Polistyren (PS), ditandai dengan kode angka (6)

Sifat-sifat mekanis yang menonjol dari bahan ini adalah kaku, keras,

mempunyai bunyiseperti metallic bila dijatuhkan, mempunyai daya serap

air yang rendah (di bawah 0,25 %), mempunyai permukaan keras,

melunak pada suhu 90oC. Karena mempunyai sifat daya serap air yang

rendah maka PS banyak digunakan untukkeperluan alat-alat listrik.

g. Polikarbonat (PC), ditandai dengan kode angka (7)

Polikarbonat mempunyai sifat-sifat : jernih seperti air, impact strengthnya

sangatbagus, ketahanan terhadap pengaruh cuaca bagus, suhu

penggunaannya tinggi, mudahdiproses, flameabilitasnya rendah. Karena

keunggulan sifatnya polikarbonat banyak digunakan diberbagai sektor yaitu:

sektor otomotif, sektor elektrik, sektor makanan, sektor medis.

Sifat Kimia Polimer

Gaya tarik menarik antara rantai polimer memainkan peranan yang besar

terhadap sifat polimer. Karena rantai polimer sangat panjang, gaya antar
rantai menjadi berlipat ganda dibandingkan tarik menarik antara molekul

biasa. Gugus samping yang berbeda dapat mengakibatkan polimer berikatan

ion atau ikatan hidrogen pada rantai yang sama. Semakin kuat gaya akan

berakibat naiknya kuat tarik, titik leleh, dan tingkat

kristalinitas.

Sifat Fisik Polimer

Beberapa faktor yang mempengaruhi sifat fisik polimer sebagai berikut:

1. Panjang rantai polimer

Kekuatan dan titik leleh naik dengan bertambah panjangnya rantai polimer.

2. Gaya antar molekul

Jika gaya antar molekul pada rantai polimer besar maka polimer akan

menjadi kuat dan sukar meleleh

3. Percabangan

Rantai polimer yang bercabang banyak memiliki daya tegang rendah dan

mudah meleleh.

4. Sifat kristalinitas rantai polimer

Polimer berstruktur tidak teratur memil;iki kristanilitas rendah dan bersifat

amorf (tidak keras). Sedangkan polimer dengan struktur teratur mempunyai

kristanilitas tinggi sehingga lebih kuat

Sifat Thermal Polimer

Sifat khas bahan polimer sangat berubah oleh perubahan temperature. Hal

ini disebabkan apabila temperatur berubah, pergerakan molekul karena


temperature akan mengubah struktur (terutama struktur yang berdimensi

besar). Beberapa plastik memiliki sifatsifat khusus, antara lain lebih mudah

larut pada pelarut yang sesuai, pada suhu tinggi akan lunak, tetapi akan

mengeras kembali jika didinginkan dan struktur molekulnya linier atau

bercabang tanpa ikatan silang antar rantai. Proses melunak dan mengeras ini

dapat terjadi berulang kali. Sifat ini dijelaskan sebagai sifat termoplastik.

Polimer termoplastik adalah polimer yang mempunyai sifat tidak tahan

terhadap panas. Jika polimer jenis ini dipanaskan, maka akan menjadi lunak

dan didinginkan akan mengeras. Proses tersebut dapat terjadi berulang kali,

sehingga dapat dibentuk ulang dalam berbagai bentuk melalui cetakan yang

berbeda untuk mendapatkan produk polimer yang baru.

Polimer yang termasuk polimer termoplastik adalah jenis polimer plastik.

Jenis plastik ini tidak memiliki ikatan silang antar rantai polimernya,

melainkan dengan struktur molekul linear atau bercabang. Bentuk struktur

termoplastik sebagai berikut.

Bentuk struktur bercabang termoplastik.

Polimer termoplastik memiliki sifat – sifat khusus sebagai berikut.

 Berat molekul kecil


 Tidak tahan terhadap panas.

 Jika dipanaskan akan melunak.

 Jika didinginkan akan mengeras.

 Mudah untuk diregangkan.

 Fleksibel.

 Titik leleh rendah.

 Dapat dibentuk ulang (daur ulang).

 Mudah larut dalam pelarut yang sesuai.

 Memiliki struktur molekul linear/bercabang

Sedangkan beberapa plastik lainnya mempunyai sifatsifat tidak dapat larut

dalam pelarut apapun, tidak meleleh jika dipanaskan, lebih tahan terhadap

asam dan basa, jika dipanaskan akan rusak dan tidak dapat kembali seperti

semula dan struktur molekulnya mempunyai ikatan silang antar rantai.

Polimer seperti ini disusun secara permanen dalam bentuk pertama kali

mereka dicetak, disebut polimer thermosetting.

Polimer termoseting adalah polimer yang mempunyai sifat tahan terhadap

panas. Jika polimer ini dipanaskan, maka tidak dapat meleleh. Sehingga tidak

dapat dibentuk ulang kembali. Susunan polimer ini bersifat permanen pada

bentuk cetak pertama kali (pada saat pembuatan). Bila polimer ini

rusak/pecah, maka tidak dapat disambung atau diperbaiki lagi.

Plomer termoseting memiliki ikatan – ikatan silang yang mudah dibentuk

pada waktu dipanaskan. Hal ini membuat polimer menjadi kaku dan keras.
Semakin banyak ikatan silang pada polimer ini, maka semakin kaku dan

mudah patah. Bila polimer ini dipanaskan untuk kedua kalinya, maka akan

menyebabkan rusak atau lepasnya ikatan silang antar rantai polimer.

Bentuk struktur ikatan silang sebagai berikut.

Sifat polimer termoseting sebagai berikut.

 Keras dan kaku (tidak fleksibel)

 Jika dipanaskan akan mengeras.

 Tidak dapat dibentuk ulang (sukar didaur ulang).

 Tidak dapat larut dalam pelarut apapun.

 Jika dipanaskan akan meleleh.

 Tahan terhadap asam basa.

 Mempunyai ikatan silang antarrantai molekul.

Polypropilane

Polypropylene merupakan polimer yang saat ini secara luas digunakan

oleh manusia. Mulai dari barang barang rumah tangga seperti bahan baku

pembuatan karpet, tali tambang, tempat makanan sampai dengan kebutuhan


industri seperti industri otomotif, penerbangan, konstruksi, perpipaan, dan

penambangan lepas pantai. Polypropylene memilik massa jenis rendah (0,90

– 0,92) dan termasuk kelompok yang paling ringan diantara bahan polimer.

Polypropylene memiliki kelebihan diantaranya kekuatan tarik, kekuatan lentur

dan memiliki kekakuan yang tinggi, sifat mampu cetak baik, penyusutannya

saat pencetakan kecil, penampilan dan ketelitian dimensinya baik, anti korosi,

serta harga yang relatif murah. Namun polypropylene juga memiliki

kekurangan diantaranya kekerasannya yang rendah, rentan terhadap abrasi

dan memiliki kekuatan impak yang kurang baik terutama pada temperatur

rendah.

Polyamida (Nylon)

Nylon merupakan istilah yang digunakan terhadap poliamida yang

mempunyai sifat-sifat dapat dibentuk serat, film dan plastic. Secara umum

nylon bersifat keras, berwarna cream, sedikit tembus cahaya, berat molekul

nylon bervariasi dari 11.000-34.000, nylon merupakan polimer semi kristalin

dengan titik leleh 350-5700F. Titik leleh erat kaitannya dengan jumlah atom

karbon. Jumlah atom karbon makin besar, kosentrasi amida makin kecil, titik

lelehnya pun menurun.

Teknik pengolahan nylon yang utama adalah cetak injeksi dan ekstrusi.

Teknik lain seperti cetak tiup, rotational moulding, reaction injection moulding

(RIM). Adapun penggunaannya adalah sebagai Industri listrik dan

elektronika, mesin- mesin industry, mobil, tektil, dan kemasan.


Beberapa pengujian yang dapat digunakan untuk mengetahui kekuatan

mekanik bahan poliamida adalah uji tarik dan uji bending. Pengujian tarik

digunakan untuk mengetahui kekuatan tarik bahan poliamida (nylon).

Pengujian tarik bahan poliamida (nylon) menggunakan ASTM D638.

Sedangkan pengujian bending digunakan untuk mengetahui flexural

properties bahan poliamida (nylon). Pengujian bending bahan poliamida

(nylon) menggunakan ASTM D790.

D. Tugas

a) Tugas 1 Pengamatan Polimer Plastik

Langkah Kerja

1) Menyiapkan alat dan bahan praktikum

2) Melakukan pengamatan terhadap polimer plastik dengan kode 1.

3) Mengidentifikasi dan mencatat jenis-jenis polimer, sifat dan

karakteristik fisik, dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari

4) Melakukan pengamatan terhadap polimer plastik dengan kode 2.

5) Mengulangi langkah kerja nomor 3.

6) Melakukan pengamatan terhadap polimer plastik dengan kode 3.

7) Mengulangi langkah kerja nomor 3.

8) Melakukan pengamatan terhadap polimer plastik dengan kode 4.

9) Mengulangi langkah kerja nomor 3.

10)Melakukan pengamatan terhadap polimer plastik dengan kode 5.

11)Mengulangi langkah kerja nomor 3.

12)Melakukan pengamatan terhadap polimer plastik dengan kode 6.


13)Mengulangi langkah kerja nomor 3.

14)Melakukan pengamatan terhadap polimer plastik dengan kode 7.

15)Mengulangi langkah kerja nomor 3.

Simbol polimer Nama Plastik Sifat Aplikasi

b) Tugas 2 Thermoset dan Thermoplast

Langkah kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan yang terdiri dari :

 Gunting/pemotong

 Korek api

 Kaca/ tabung uji

 Buret

 Kaki 3

2. Memotong plastic menjadi bagian kecil

3. Menaruh potongan plastic di atas kaca/di dalam tabung uji, tempatkan

di atas kaki 3
4. Membakarnya dengan buret

5. Melakukan pengamatan dan ambil gambar setelah proses

pembakaran selesai.

KODE KEMUDAHAN PADAM PERILAKU


BAU SIFAT API
POLYMER MENYALA SENDIRI BAHAN

MODUL 4

MATERIAL KOMPOSIT

A. Latar Belakang

Komposit merupakan gabungan antara dua material atau lebih yang

berbeda fasa menjadi suatu material yang sifat yang lebih baik dari material
penyusunnya. Definisi lain dari material komposit adalah, perpaduan antar

material berdasarkan sifat masing-masing untuk menghasilkan material baru

yang besifat lebih baik dari material dasarnya dan terjadi ikatan antar muka

dari material penyusunnya (Ajiriyanto. 2010).

Berdasarkan definisi tersebut maka ikatan antar muka antara matrik

dengan penguat adalah syarat utama kekuatan komposit. Kekuatan komposit

tergantung pada kekuatan antar mukanya. Jika ikatan antar mukanya baik

maka kekuatan komposit akan baik pula. Material komposit terdiri 2 fasa,

yakni matrik dan penguat. Matrik adalah fasa utama dalam komposit, matrik

pada umumnya memiliki sifat ulet, sedangkan kekuatan lebih tinggi dimiliki

oleh fasa penguat.

Berdasarkan matriknya, komposit diklasifikasikan dalam tiga kelas yaitu :

metal matrix composites, ceramic matrix composites, dan polymer matrix

composites. Sedangkan berdasarkan penguatnya, komposit diklasifikasikan

menjadi : fibrous composites, particulate composites, flake composites, fillet

composites
B. Tujuan

Modul ini bertujuan untuk medorong mahasiswa agar memahami

material komposit dan menganalisa jenis dan proses manufaktur komposit.

C. Dasar Teori

1. Komposit matrik logam

Komposit matrik logam umumnya terdiri dari matrik logam dengan

densitas rendah, seperti aluminium atau magnesium yang diperkuat oleh

reinforcement berupa partikel maupun fiber dari material keramik.

Keunggulan material komposit matrik logam dibandingkan dengan material

induknya antara lain kekuatan yang lebih tinggi, kekakuan, dan temperatur

operasi yang relatif tinggi. Namun, komposit matrik logam juga memiliki

kekurangan yaitu, ongkos produksi yang relatif tinggi serta keuletan dan

ketangguhan yang lebih rendah dibandingkan dengan material induknya.

Sifat komposit matrik logam dipengaruhi jenis material (matrik dan

reinforcrment), banyaknya fraksi penguat, ukuran dan bentuk reinforcement.

Bahan keramik seperti SiC, SiO 2, Al2O3, dan grafit yang umumnya digunakan

sebagai reinforcement memiliki peran mendasar dalam pembentukan sifat

mekanik material komposit. Sifat-sifat beberapa material penguat ditunjukkan

pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Sifat penguat bentuk particulat (p), whisker (w), dan chopped fibre (c)

Penguat
Sifat
SiCp Al2O3p TiB2p Si3N4p Al2O3c SiCw Si3N4w

Densitas (g/cm3) 3.21 3.87 4.5 3.18 3.3 3.19 3.18


Diameter (µm) … … … … 3-4 0.1-1.0 …

CTE (10-5. K-1) 4.3-5.6 7.2-8.6 8.1 3 9 4.8 3.8

UTS (MPa) 100-800 70-1000 700-100 250-100 >2000 3000-14000 13800

Modulus Young

(GPa) 200-480 380 514-574 304 300 400-700 379

Elongation (%) … … … … 0.67 1.23 …

Secara luas penggunaan material komposit matrik logam bidang militer

dan luar angkasa sudah diterapkan. Komposit matrik logam juga banyak

dikembangkan sebagai material komponen pada bidang dirgantara. Secara

komersil, komposit matrik logam digunakan pada bidang otomotif sebagai

material piston yang menggantikan piston dari besi cor, piston yang

dikembangkan dari material komposit ini memiliki temperatur operasi yang

lebih tinggi dang ketahan aus yang lebih baik. Komposit matrik logam

memiliki kekuatan dan kekakuan yang lebih baik daripada material induknya,

dengan berat yang lebih ringan, sangat menguntungkan untuk penghematan

energi, dan di masa depan dimungkinkan untuk pengembangan komposit

matrik logam sebagai komponen utama kendaraan maupun komponen

struktur dengan bentuk yang lebih kompleks.

2. Fabrikasi komposit matrik logam

Secara umum fabrikasi komposit digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu

proses metalurgi serbuk, proses fasa cair seperti infiltasi spontan matrik pada

reinforcement, dan metode pada fasa semi solid seperti stir, rheo dan campo
casting (Sijo dan Jayadevan, 2016). Metode pembuatan komposit sangat

menentukan karakteristik fisik maupun mekanik dari material komposit,

struktur mikro dan ikatan antar muka dari matrik dan reinforcement.

Proses pembuatan komposit harus memastikan keseragaman distribusi

reinforcement pada matrik. Distribusi reinforcement yang tidak homogen

pada matrik akan mempengaruhi karakteristik fisik maupun mekanik dari

material komposit. Ketidakhomogenan distribusi reinforcement dapat

disebabkan oleh perbedaan densitas antara reinforcement dengan matrik.

Ketidakseragaman juga dapat disebabkan oleh rendahnya kemampuan

logam cair (matrik) untuk membasahi reinforcement. Pembasahan

(wettability) dapat diartikan sebagai kemampuan cairan matrik berikatan

dengan reinforcement. Beberapa teknik digunakan untuk meningkatkan

kemampuan pembasahan reinforcement oleh matrik, diantaranya adalah

menambahkan unsur reaktif seperti Mg, K atau Ti sehingga energi

permukaan cairan matrik menjadi rendah (Ajiriyanto, 2010). Fabrikasi

komposit logam dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain :

1) Metalurgi serbuk

Proses metalurgi serbuk merupakan manufaktur komposit dengan fasa

padat. Secara umum, metalurgi serbuk terdiri dari tiga tahap, yaitu : mixing,

compressing dan sintering. Keunggulan dari metalurgi serbuk adalah

homogenitas dan distribusi partikel dalam material yang seragam.


Sedangkan kekurangan dari metalurgi serbuk adalah biaya yang mahal dan

peluang terbentuknya posorsitas yang tinggi.

2) Stir casting

Stir casting merupakan metode manufaktur komposit dengan mencairkan

matrik dan dicampurkan dengan reinforcement dengan cara diaduk di atas

garis liquidus logam matrik lalu dituang kedalam cetakan. Skema stir casting

ditunjukkan oleh Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Skema stir casting

Metode stir casting merupakan metode paling umum digunakan. Metode

ini memiliki keunggulan, yaitu : mudah, fleksibel dan kapasitas produksinya

yang besar. Namun pada metode ini juga memiliki kekurangan yakni,

homogenitas partikel penguat yang tidak seragam pada hasil coran komposit.

Hal ini diakibatkan oleh perbedaan densitas antara penguat dan matrik,

sehingga reinforcement dapat mengendap di dasar kowi maupun mengapung


dibagian atas kowi saat proses pengecoran, peristiwa ini sering terjadi pada

fraksi berat penguat yang tinggi.

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan pengadukan dengan

parameter tertentu agar distribusi reinforcement menjadi lebih seragam pada

hasil coran komposit. Distribusi dan homogenitas reinforcement pada

komposit menentukan sifat fisik maupun mekanik dari komposit. Distribusi

dan homogenitas sebaran reinforcement dipengaruhi oleh beberapa faktor,

yakni laju pendinginan, viskositas, densitas matrik dan penguat, serta dimensi

coran. Contoh komposit yang telah dikembangkan adalah: Komposit Matrik

Logam Aluminium (AA6061)-Pasir pantai.

MODUL 5

KARAKTERISASI MATERIAL

A. Latar belakang
Dalam mendesain suatu sistem yang melibatkan banyak komponen

perlu diketahui karakteristik material penyusun sistem tersebut. Untuk

melakukan karakterisasi material, perlu dilakukan pengujian merusak

(destruktif) maupun pengujian tidak merusak (non-destruktif). Beberapa jenis

pengujian destruktif antara lain: uji tarik, uji keras, uji impak dan uji bending,

dalam pengujian merusak (destruktif) perlu dilakukan dengan standar atau

prosedur tertentu yang telah digunakan secara internasional, beberapa

standar yang umum digunakan dalam pengujian material adalah:

 ASTM International (American Society for Testing and Material)

 JIS (Japan Industrial Standard)

 DIN (Deutsche Industrie Norm)

 SNI (Standar Nasional Indonesia)

 ISO (The International Organization for Standardization).

 ASME (American Society of Mechanical Engineers)

 AWS (American Welding Society)

B. Tujuan

Modul ini bertujuan untuk mendorong mahasiswa agar mampu

mengaplikasikan dan memilih jenis pengujian merusak beserta standarnya.

C. Dasar Teori

1. Uji tarik
Uji tarik merupakan pengujian yang digunakan untuk mengetahui

kekuatan suatu bahan. Pada uji tarik, benda diberikan beban gaya tarik

uniaksial yang bertambah secara perlahan. Penambahan gaya tarik

mengakibatkan penambahan panjang pada benda, seperti ditunjukkan pada

Gambar 2.4. Pengujian tarik umumnya mengacu pada beberapa standard,

antara lain ASTM E8 dan JIS Z2201.

Gambar 2.4 Penambahan panjang benda ketika diberikan gaya

Hasil pengujian tarik umumnya berupa kurva tegangan-regangan yang

ditunjukkan oleh Gambar 2.5. Dimana AR merupakan daerah plastis, pada

daerah ini pertambahan panjang berbanding lurus dengan penambahan

beban yang diberikan. Pada bagian ini Persamaan 2.3.

P L0
∆ L= ×
A E
Dengan ΔL adalah pertambahan panjang benda kerja (mm). Panjang

awal benda kerja (L0). P merupakan beban yang diberikan (N). A adalah luas

penampang (mm2) dan E adalah modulus elastisitas bahan (N/mm 2)

Gambar 2.5 Kurva tegangan-regangan

Y merupakan titik luluh (yield point). Y’ merupakan titik luluh bawah.

Pada titik B beban yang diberikan mencapai maksimum. Pada titik ini biasa

disebut ultimate tensile stress (UTS). Pada titik UTS benda mengalami

necking, setelah melewati titik B beban mulai turun dan akhirnya patah (F).

Tegangan teknis (σ) yang didapatkan dengan membagi beban yang diberikan

(P) dengan luas penampang awal benda uji (A 0). Seperti yang ditunjukkan

pada Persamaan 2.4. Sedangkan regangan teknis yang digunakan pada

kurva tegangan-regangan teknis merupakan pembagian dari perpanjangan

benda (ΔL) dengan panjang awal benda (L 0) yang ditunjukkan oleh

Persamaan 2.5.
P
σ=
A0

∆L
ε=
L0

Untuk pembentukan logam digunakan kurva tegangan-regangan

sebenarnya. Tegangan sebenarnya dapat diperoleh dengan Persamaan 2.6

dan regangan sebenarnya diperoleh dengan Persamaan 2.7.

n
σ t=K ε

A0
ε =ln
A

i) Uji bending

Uji kekuatan lentur (bending test) merupakan pengujian material yang

digunakan untuk mengetahui kekeuatan bending material dengan cara

pemberian beban pada material hingga mengalami perubahan bentuk secara

permanen atau gagal (JIS Z 2204). Uji kekuatan lentur dilakukan dengan

memeberikan pembebanan hingga suatu pembebanan tertentu material

mengalami kegagalan. Skema pengujian bending ditunjukkan seperti Gambar

2.6.
Gambar 2.6 Skema pengujian three point bending

Tujuan pengujian lentur ini adalah mengetahui kekeuatan lentur material

yang akan digunakan untuk keperluan desain, elastisitas dan kekakuan

material. Kekuatan bending dapat diperoleh dengan Persamaan 2.8 dan

modulus elastisitas bending dengan Persamaan 2.9.

3 FL L3 M
σ= E=
2b h 2 4bh
3

Keterangan :

σ : Tegangan lentur (MPa) b : Lebar spesimen (mm)

F : Beban (N) h : Tebal spesimen (mm)

L : Support span (mm) m : slope

j) Uji kekerasan

1. Metode Brinell

Kekerasan merupakan ketahanan terhadap deformasi dan merupakan

ukuran ketahanan logam terhadap deformasi plastis (Dieter, 1987). Terdapat

tiga jenis ukuran kekerasan yaitu : 1) Kekerasan goresan (scratch hardness);


2) Kekerasan lekukan (indetation hardness); 3) Kekerasan pantulan

(rebound). Terdapat berbagai macam jenis pengujian kekerasan, antara lain

uji kekerasan Brinell, Vickers, Rockwell dan Knoop.

Uji kekerasan Brinell merupakan uji kekerasan lekukan (Dieter, 1987). Uji

kekerasan ini berupa pembentukan lekukan pada permukaan logam

menggunakan bola baja yang ditekan dengan beban tertentu seperti

ditunjukkan Gambar 2.7. Pengujian kekerasan Brinell yang umum dilakukan

mengacu pada standard ASTM E10.

Gambar 2.7 Skema uji kekerasan Brinell

Diameter lekukan yang terbentuk diukur menggunakan mikroskop. Angka

kekerasan Brinell (BHN) dapat ditetukan dengan Persamaan 2.10.

2P
BHN=
(πD ) ¿ ¿

2. Metode Rockwell

Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell ini diatur berdasarkan

standar DIN 50103. Tingkatan skala kekerasan menurut metode Rockwell


dapat dikelompokkan menurut jenis indentor yang digunakan pada masing-

masing skala. Dalam metode Rockwell ini terdapat dua macam indentor yang

ukurannya bervariasi, yaitu :1. Kerucut intan dengan besar sudut 120º dan

disebut sebagai Rockwell Cone. 2. Bola baja dengan berbagai ukuran dan

disebut sebagai Rockwell Ball.

Untuk cara pemakaian skala ini, kita terlebih dahulu menentukan dan

memilih ketentuan angka kekerasan maksimum yang boleh digunakan oleh

skala tertentu. Jikapada skala tertentu tidak tercapai angka kekerasan yang

akuran, maka kita dapatmenentukan skala lain yang dapat menunjukkan

angka kekerasan yang jelas. Berdasarkan rumus tertentu, skala ini memiliki

standar atau acuan, dimana acuandalam menentukan dan memilih skala

kekerasan dapat diketahui melalui tabel sebagai berikut :


Berikut ini merupakan cara pengujian dan penggunaan dengan

menggunakan metode pengujian Rockwell, yaitu :

1. Cara pengujian kekerasan Rockwell Cara Rockwell ini berdasarkan

pada penekanan sebuah indentor dengan suatu gaya tekan tertentu ke

permukaan yang rata dan bersih dari suatu logam yang diuji kekerasannya.

Setelah gaya tekan dikembalikan ke gaya minor, maka yang akan dijadikan

dasar perhitungan untuk nilai kekerasan Rockwell bukanlah hasil pengukuran

diameter atau diagonal bekas lekukan, tetapi justru dalamnya bekas lekukan

yang terjadi itu. Inilah perbedaan metode Rockwell dibandingkan dengan

metode pengujian kekerasan lainnya. Pengujian Rockwell yang umumnya

dipakai ada tiga jenis, yaitu HRA, HRB, dan HRC. HR itu sendiri merupakan

suatu singkatan kekerasan Rockwell atau Rockwell Hardness Number dan

kadang-kadang disingkat dengan huruf R saja.

2. Cara penggunaan mesin uji kekerasan Rockwell Sebelum pengujian

dimulai, penguji harus memasang indentor terlebihdahulu sesuai dengan

jenis pengujian yang diperlukan, yaitu indentor bola baja atau kerucut intan.
Setelah indentor terpasang, penguji meletakkan specimen yang akan diuji

kekerasannya di tempat yang tersedia dan menyetel beban yang akan

digunakan untuk proses penekanan. Untuk mengetahui nilai kekerasannya,

penguji dapat melihat pada jarum yang terpasang pada alat ukur berupa dial

indicator pointer. Kesalahan pada pengujian Rockwell dapat disebabkan oleh

beberapa faktor antara lain :

1. Benda uji.

2. Operator.

3. Mesin uji Rockwell.

Kelebihan dari pengujian logam dengan metode Rockwell, yaitu :

1. Dapat digunakan untuk bahan yang sangat keras.

2. Dapat dipakai untuk batu gerinda sampai plastik.

3. Cocok untuk semua material yang keras dan lunak.

Kekurangan dari pengujian logam dengan metode Rockwell, yaitu :

1. Tingkat ketelitian rendah.

2. Tidak stabil apabila terkena goncangan.

3. Penekanan bebannya tidak praktis.

3. Metode Vickers

Metode Vickers ini berdasarkan pada penekanan oleh suatu gaya tekan

tertentu oleh sebuah indentor berupa pyramid diamond terbalik dengan sudut

puncak 136º kepermukaan logam yang akan diuji kekerasannya, dimana

permukaan logam yang diuji ini harus rata dan bersih. Setelah gaya tekan
secara statis ini kemudian ditiadakan dan pyramid diamond dikeluarkan dari

bekas yang terjad, maka diagonal segi empat bekas teratas diukur secara

teliti, yang digunakan sebagai kekerasan logam yang akan diuji. Permukaan

bekas merupakan segi empat karena pyramid merupakan piramida sama sisi.

Nilai kekerasan yang diperoleh disebut sebagai kekerasan Vickers, yang

biasa disingkat dengan HV atau HVN (Vickers Hardness Number). Untuk

memperoleh nilai kekerasan Vickers, maka hasil penekanan yang diperoleh

dimasukkan ke dalam rumus:

1,8554 x P
HVN = 2
D

k) Uji impak

Uji impak adalah pengujian mekanik yang menggunakan pembebanan

cepat (rapid load). Pada pembebanan cepat terjadi penyerapan energi kinetic
beban yang menumbuk spesimen sehingga spesimen mengalami deformasi

plastis atau patah. Pengujian impak dibedakan menjadi dua yakni metode

charpy dan metode izod. Skema pengujian impak metode charpy ditunjukkan

Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Skema pengujian impak charpy

Pada pengujian impak metode charpy, spesimen diletakkan mendatar,

dimensi spesimen ditunjukkan oleh Gambar 2.9 dan Tabel 2.4. Pendulum

dilepaskan mengenai tapat pada sisi belakang takikan. Energi yang

dibutuhkan untuk mematahkan spesimen dapat dihitung melalui Persamaan

2.11.

Gambar 2.9.Dimensi spesimen impak charpy (ASTM E-23)


Tabel 2.4. Dimensi spesimen impak charpy (ASTM E-23)

ID Deskripsi Dimensi Toleransi

Number

1 Length of specimen 55 mm +0/-2.5 mm


2 Centering of notch ±1 mm
3 Notch length to edge 90° ±2°
4 Adjacent sides angle 90° ±0.17°
5 Width 10 mm ±0.075 mm
6 Thickness 10 mm ±0.075 mm
7V Ligament length, Type V 8 mm ±0.025 mm
7U Ligament length, Type U 5 mm ±0.075 mm
8V Radius of notch, Type V 0.25 mm ±0.025 mm
8U Radius of notch, Type U 1 mm ±0.025 mm
9 Angle of notch 45° ±1°
A Surface finish requirements 2 µm (Ra) ≤
B Surface finish requirements 4 µm (Ra) ≤

E = P x D (cosβ – cosα) – L (2.11)

Keterangan :

E : Energi yang dibutuhkan untuk mematahkan spesimen (kgm)

P : Berat pendulum; L : Energi yang hilang

D : Jarak sumbu pendulum dengan pusat gaya pendulum

β : Sudut pendululum setelah spesimen patah; α : Sudut pendulum sebelum

dijatuhkan

Energi yang hilang dapat diketahui dengan mengangkat pendulum,

kemudian dilepaskan tanpa ada spesimen. Energi dapat dihitung melalui


Persamaan 2.12. Sedangkan kekuatan impak dapat diketahui dengan

menggunakan Persamaan 2.13.

L = P x D (cosβ – cosα) (2.12)

Keterangan :

L : Energi yang hilang

P : Berat pendulum

D : Jarak sumbu pendulum dengan pusat gaya pendulum

β : Sudut pendululum setelah spesimen patah

α : Sudut pendulum sebelum dijatuhkan

E
ak=
A

Keterangan :

ak = kekuatan impak (kgm/cm2)

A = Luas penampang kekuatan spesimen (cm2)


DAFTAR PUSTAKA

Ajiriyanto M.K. 2010. Fabrikasi Komposit Al/Al2O3(p) Coated Dengan Metode

Stir Casting Dan Karakterisasinya. Universitas Indonesia

Akbar, H.I., Surojo, E., Ariawan, D., Prabowo, A.R. 2020. Technical

investigation of sea sand reinforcement for novel Al6061- sea sand

composites: Identification of performance and mechanical properties.

Periodico Tche Quimica 17, pp. 47–57.

Akbar, H.I., Surojo, E., Ariawan, D. 2020. Effect of Sea Sand Content on

Hardness of Novel Aluminium Metal Matrix Composite AA6061/Sea

Sand. Lecture Notes in Mechanical Engineering, pp. 307–315.

Akbar, H.I., Surojo, E., Ariawan, D., Prabowo, A.R., Imanullah, F. 2021.

Fabrication of AA6061-sea sand composite and analysis of its

properties. Heliyon. 7 e07770.

Akbar, H.I., Surojo, E., Ariawan, D., Putra, G.A., Wibowo, R.T. 2020. Effect of

reinforcement material on properties of manufactured aluminum matrix

composite using stir casting route. Procedia Structural Integrity 27, pp.

62–68.

Callister Jr, W.D, 2004, Materials Science and Engineering, An introduction,

Wiley

Garg, P., Jamwal, A., Kumar, D., Sadasivuni, K.K., Hussain, C.M., Gupta, P.

2019. Advance research progresses in aluminium matrix composites:


Manufacturing & applications. Journal of Materials Research and

Technology 8, pp. 4924–4939.

Samlawi, A.K, Siswanto, R, 2016, Diktat Bahan Kuliah Material Teknik,

Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lambung

Mangkurat

Sijo M.T, dan Jayadevan KR. 2016. Analysis of Stir Cast Aluminium Silicon

Carbide Metal Matrix Composite: A Comprehensive Review. Precedia

Technology. 24, hlm. 379-385

Suarsana, I.K.T, 2017, Diktat Ilmu Material Teknik, Program Studi Teknik

Mesin Fakultas Teknik Universitas Udayana

Anda mungkin juga menyukai