NIM
: 13713052
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pemrosesan material merupakan salah satu elemen penting yang harus
dipelajari oleh mahasiswa teknik material. Seperti yang telah kita ketahui,
pemrosesan suatu material dapat memengaruhi struktur mikro dari material yang
akan di produksi dimana struktur mikro merupakan salah satu factor yang
menentukan sifat dan performa dari material tersebut.
Sebagai seorang mahasiswa teknik material, pengetahuan yang kita miliki
umumnya hanya sebatas teori tanpa adanya pengetahuan mengenai praktik dalam
pemrosesannya. Karena itu, sebagai mahasiswa material seharusnya kita memiliki
wawasan mengenai praktik dalam pemrosesan material.
1.2
Tujuan
Menganalisa teknik
manufaktur Ni-Hard
Blade
hasil casting
pada
BAB II
DASAR TEORI
Salah satu produk keramik yang biasa dibuat adalah atap genteng. Salah satu
metode pemrosesan atap genteng tersebut adalah dengan menggunakan tiles
machinery. Pada sistem tiles machinery, terdapat ceramics mixer dimana
didalamnya terdiri dari komponen blade yang digunakan untuk mencampur bahan
baku keramik yang akan digunakan agar didapat produk yang komposisinya
homogen, sehingga mampu meningkatkan properties dari produk yang dihasilkan.
Agar diperoleh produk yang baik, komponen didalam sistem pemrosesan produk
juga harus berkualitas, untuk blade pada komponen ceramics mixer didalam roof
tiles machinery, diperlukan requirement sebagai berikut :
1. Kekerasan
2. Ketahanan impak
3. Ketahanan abrasi
Ketiga properties material tersebut harus diperhitungkan dikarenakan selama
pemrosesan, blade pada komponen ceramics mixer akan mendapatkan banyak
benturan-benturan dengan raw ceramics yang akan dicampur berupa gesekan dan
pembebanan impak
casting
merupakan
salah
satu
metode
pengecoran
dengan
rasionya
turun
terjadi
penurunan
ketahanan
abrasi
yang
karbon
dan
mikrostrukturnya.
Umumnya,
meningkatnya
ketahanan abrasi dari logam berbanding lurus dengan kadar karbon dari
suatu logam. Hal tersebut digambarkan pada figure 3 dimana ketahanan
abrasi akan mencapai titik maksimal pada logam dengan martensit
sebagai matriksnya.
2. Ketahanan Patah
Pertimbangan sifat yang diperhatikan untuk pemilihan material baja tahan
abrasi adalah ketahanan patahnya yang digambarkan melalui keuletan
material tersebut. Secara umum, keuletan suatu material baja akan
meningkat seiring dengan penurunan kadar karbon dan adanya spheroidal
atau discontinuous graphite pada struktur mikro baja. Dalam praktiknya,
penjelasan mengenai keuletan untuk besi cor putih tahan abrasi adalah
ketahanan untuk tidak mengalami patah dalam aplikasinya. Kondisi yang
menyebabkan terjadinya patah pada baja dapat berupa pembebanan impak,
atau tegangan tekuk statis atau dinamis. Biasanya, rendahnya keuletan yang
dimiliki oleh baja diakibatkan oleh adanya internal stresses yang timbul
akibat bentuk komponen, perlakuan panas pada pemrosesan casting-nya,
dan cacat casting lainnya. Hal tersebut mengakibatkan proses casting yang
diberlakukan serta perawatan dan sistem control pada perlakuan panasnya
menjadi factor penting untuk meningkatkan performa dari baja tahan abrasi
yang akan diproduksi.
Klasifikasi dan Komposisi Paduan Baja Ni-Hard
Ni-hard memiliki mikrostruktur yang terdiri dari karbida dan martensitikaustenitik-bainitik-atau martensitic yang dominan sebagai matriks. Fasa tersebut
dihasilkan melalui keseimbangan komposisi dari karbon, nikel, kromium, silicon,
dan perlakuan panas akhir yang sesuai.
1. Ni-hard 1 dan Ni-hard 2
Ni-hard 1 dan 2 secara harfiah terdiri dari 4%Ni, 2% Cr pada baja. Hal
tersebut dapat dilihat pada table 1 yang menunjukkan komposisi kimia pada
baja Ni-hard.
a. Mikrostruktur
Mikrostruktur dari baja Ni-hard 1 dan 2 terdiri dari dendrit sebagai struktur utama
dan karbida eutektik yang berupa campuran plat dan matriks dari karbida M 3 C
as
40-44
persen
volume,
sedangkan
Ni-hard 1
Ni-hard
untuk
menekan
formasi
pearlite
sehingga
dihasilkan
berfungsi sebagai
baja akan
meningkatkan hardenability
meski
6. Molybdenum
Molybdenum kadang dipadukan pada baja untuk meningkatkan
kekerasan dari baja Ni-hard.
7. Tembaga
Tembaga
pada
baja
Ni-hard
berfungsi untuk
meningkatkan
serta
mengurangi
austenite
sisa
yang
terbentuk.
yang
tidak
menerima
pembebanan
impak
pada
3. Ni-Hard 4
Ni-hard 4 merupakan 9 Cr-6 Ni-2 Si besi cor putih yang didesain untuk
menghasilkan struktur karbida (Cr2 Fe)7 C3 eutektik yang berbentuk seperti
rod atau blade dan matriks tanpa formasi pearlite setelah pengecoran yang
akan bertransformasi menjadi martensitic setelah mengalami perlakuan
panas. Formasi struktur karbida yang seperti rod atau blade menyebabkan
ketahanan patah baja Ni-Hard 4 lebih baik disbanding Ni-Hard1 dan 2.
1. Karbon
Kadar karbon pada baja Ni-hard 4 menghasilkan komposisi eutektik
atau sedikit hipoeutektik. Kadar karbon pada baja Ni-hard 4
mengakibatkan terbentuknya struktur karbida seperti batangan yang
meningkatkan ketahanan patah Ni-hard 4 meski ketahanan abrasi
yang dimiliki tidak sebesar Ni-hard 1 dan 2. Hal tersebu
tmengakibatkan kadar karbon baja Ni-hard 4 harus dijaga pada
rentang 2.9 hingga 3.2% untuk memperoleh kombinasi ketangguhan
dan ketahanan abrasi yang optimal.
2. Nikel
Nikel dubutuhkan untuk meningkatka hardenability dan membantu
kadar kromium pada baja untuk membentuk formasi karbida
(Cr2 Fe)7 C3 eutektik. Kadar nikel harus dijaga untuk mencegah
terbentuknya formasi pearlite selama proses pengecoran dengan
perlakuan panas yang diberlakukan pada baja.
3. Kromium
Adanya paduan krom pada baja Ni-hard 4 berada pada rentang 810% dan berfungsi untuk mendapatkan struktur karbida (Cr2 Fe)7 C3
eutektik daripada struktur karbida pada Ni-hard1 dan 2,
4. Silikon
Paduan silicon yang tinggi berfungsi untuk memudahkan struktur
baja membentuk struktur karbida (Cr2 Fe)7 C3 eutektik yang seperti
batangan. Selain itu, silicon pada baja Ni-hard 4 akan mempermudah
terjadinya transformasi austenite menjadi martensit.
5. Mangan
Kadar
mangan
pada
baja
Ni-hard
akan
meningkatkan
BAB III
DATA PENGAMATAN
Diagram alir
proses
manufaktur
Ni-Hard
Blade
di
Laboratorium
Pembuatan Cetakan
Peleburan Logam
Mould Casting
Shake Out
Shot Blasting
Finishing
1. Pembuatan Cetakan
Untuk membuat cetakan dari pasir (mold), material yang dibutuhkan adalah
green sand, yang tersusun dari beberapa bahan, yaitu :
1. Pasir silika (kuarsa) : berfungsi sebagai bahan dasar untuk membuat
mold.
2. Serbuk karbon : berfungsi untuk mencegah mold retak.
3. Air : berfungsi untuk mencampurkan bahan-bahan.
Pattern atau pola merupakan sebuah alat bantu yang dibuat pada cetakan
berupa sisi negative dari produk yang akan diproses sehingga dapat menghasilkan
produk yang diinginkan. Pattern dapat dibuat dari berbagai macam bahan baku,
seperti logam, keramik, kayu, ataupun styrofoam. Pemilihan bahan untuk pattern
bergantung pada kebutuhan produk yang akan diproduksi, serta aspek ekonomi
selama pemrosesannya. Setiap bahan yang digunakan untuk membuat pattern
memiliki kelebihan
dan
kekurangannya
masing-masing,
seperti
formability,
Gula tetes
dimasukkan ke
dalam green
sand. Kemudian
campuran
tersebut diaduk
selama 1 menit.
Water glass
dimasukkan ke
dalam campuran
green sand dan
gula tetes.
Kemudian
campuran
tersebut diaduk
selama 1 menit
Campuran green
sand tersebut
dimasukkan ke
dalam sebuah
wadah untuk
dikeringkan
dengan
menggunakan
gas CO2
2. Peleburan Logam
Pada proses ini, logam berupa scrap akan dilebur pada tungku di titik
lelehnya, sehingga dihasilkan logam cair dengan komposisi yang diinginkan.
3. Mold Casting
Logam cair dituangkan ke dalam cetakan pasir (mold).
(a)
(b)
Proses memasukkan logam cair ke dalam cetakan (a) logam cair dari tungku di tuang ke dalam
bucket (b) logam cair di bucket dituang ke dalam mold
4. Shake Out
Shake out adalah proses untuk melepaskan produk dari mold. Prinsip
kerjanya adalah dengan memberikan getaran kepada mold sehingga pasir pada mold
akan melepaskan diri dari komponen. Mold ditempatkan di atas mesin shake out,
kemudian mesin akan menggetarkan mold. Secara perlahan rangka mold yang
terbuat dari logam diangkat, sehingga pasir pada mold akan terurai kembali dan
melepaskan produk. Produk yang telah terlepas dari mold kemudian diambil untuk
dilakukan proses shot blasting.
5. Shot Blasting
Shot blasting merupakan proses membersihkan produk dari pasir-pasir sisa
yang masih menempel pada produk. Prinsip kerjanya adalah dengan menembakkan
mimis baja kepada produk. Mimis baja tersebut akan membuat pasir-pasir yang
masih menempel pada produk terlepas sehingga produk yang diperoleh sudah
bersih dari sisa pasir dan dapat dilakukan proses finishing.
6. Finishing
Finishing merupakan proses akhir yang diaplikasikan pada produk sebelum
akhirnya produk tersebut disimpan ke dalam gudang atau langsung disalurkan
kepada konsumen. Proses yang diaplikasikan di Politeknik Manufaktur Bandung
untuk finishing produk Ni-Hard blade adalah grinding, welding, dan machining.
BAB IV
ANALISIS DATA
steel
dikombinasikan dengan keuletan dan machinability yang baik dari baja atau besi
cor graphitic. Pencampuran dua material tersebut akan menghasilkan properties
dari blade dengan kombinasi yang optimal dari ketahanan abrasi dan ketahanan
impak. Kombinasi yang optimal tersebut akan menghasilkan performa yang lebih
baik dimana usia produk yang dihasilkan akan semakin lama dengan meningkatnya
ketangguhan produk. Selain itu, meningkatnya machinability akibat perpaduan 2
material tersebut mengakibatkan pemrosesan lanjutan dari produk pada saat
finishing akan lebih mudah.
Metode lain yang sebaiknya digunakan untuk memperoleh kombinasi
ketahanan abrasi dan ketahanan impak yang baik dari Ni-hard blade yang
diproduksi adalah dengan memberlakukan perlakuan panas lanjutan pada produk
hasil pengecoran. Secara umum, perlakuan panas lanjutan pada pemrosesan
diklasifikasikan menjadi 3 dengan tujuan tertentu, yaitu :
1. Single-stage tempering
Dilakukan pada temperature sekitar 225-275 0 C sebagai stress relieve
pada produk serta meningkatkan ketangguhan dan ketahanan impak
produk.
2. Double heat treatment
Dilakukan pada temperature 450+275
0C
3. Hardening
Dilakukan
dengan
perendaman
pada
temperature
750-850
0 C,
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Pemrosesan baja Ni-hard blade yang diberlakukan di politeknik manufaktur
kurang tepat karena tidak diberlakukannya perlakuan panas lanjutan agar
diperoleh ketahanan abrasi dan ketahanan impak yang optimum.
5.2
Saran
Sebaiknya terdapat data yang berisikan komposisi dari baja Ni-hard blades
yang akan diproduksi di politeknik manufaktur sehingga analisis tidak
terbatas hanya di proses, tetapi bias mencakup komposisi.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.academia.edu/10171994/Bimetallic_Casting_FCD_and_NiHard
2. https://en.wikipedia.org/wiki/Sand_casting
3. http://mochamadnurman.blogspot.co.id/2013/03/sand-casting_19.html
4. https://www.nickelinstitute.org/~/media/Files/TechnicalLiterature/Ni_Har
dMaterialDataandApplications_11017_.ashx