Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN AKHIR MATA KULIAH

TUGAS PEMILIHAN MATERIAL DAN PEMROSESAN


PRODUK
ANALISA TEKNIK MANUFAKTUR BAJA NI-HARD HASIL CASTING
LABORATORUM PENGECORAN POLITEKNIK MANUFAKTUR
UNTUK DIGUNAKAN PADA SISTEM MIXING DI ROOF TILES
MACHINERY
Oleh :
Nama

: Muhammad Adib Hasani

NIM

: 13713052

PROGRAM STUDI TEKNIK MATERIAL


FAKULTAS TEKNIK MESIN DAN DIRGANTARA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Pemrosesan material merupakan salah satu elemen penting yang harus

dipelajari oleh mahasiswa teknik material. Seperti yang telah kita ketahui,
pemrosesan suatu material dapat memengaruhi struktur mikro dari material yang
akan di produksi dimana struktur mikro merupakan salah satu factor yang
menentukan sifat dan performa dari material tersebut.
Sebagai seorang mahasiswa teknik material, pengetahuan yang kita miliki
umumnya hanya sebatas teori tanpa adanya pengetahuan mengenai praktik dalam
pemrosesannya. Karena itu, sebagai mahasiswa material seharusnya kita memiliki
wawasan mengenai praktik dalam pemrosesan material.

1.2

Tujuan
Menganalisa teknik

manufaktur Ni-Hard

Blade

hasil casting

pada

Laboratorium Pengecoran Politeknik Manufaktur untuk digunakan pada


ceramics mixer di dalam sistem tiles machinery.

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Tiles Machinery


Keramik merupakan salah satu klasifikasi material dimana ikatan penyusun
atom-atomnya adalah ikatan ion. Ikatan ion yang terdapat pada keramik
mengakibatkan keramik memiliki kekuatan yang tinggi dan cenderung getas.
Pemrosesan pada keramik dibagi menjadi beberapa tahapan seperti, mixing raw
material, processing dan sintering hingga akhirnya terbentuk produk akhir.

Salah satu produk keramik yang biasa dibuat adalah atap genteng. Salah satu
metode pemrosesan atap genteng tersebut adalah dengan menggunakan tiles
machinery. Pada sistem tiles machinery, terdapat ceramics mixer dimana
didalamnya terdiri dari komponen blade yang digunakan untuk mencampur bahan
baku keramik yang akan digunakan agar didapat produk yang komposisinya
homogen, sehingga mampu meningkatkan properties dari produk yang dihasilkan.

Roof tiles machinery

Ceramics mixer blades

Agar diperoleh produk yang baik, komponen didalam sistem pemrosesan produk
juga harus berkualitas, untuk blade pada komponen ceramics mixer didalam roof
tiles machinery, diperlukan requirement sebagai berikut :
1. Kekerasan
2. Ketahanan impak
3. Ketahanan abrasi
Ketiga properties material tersebut harus diperhitungkan dikarenakan selama
pemrosesan, blade pada komponen ceramics mixer akan mendapatkan banyak
benturan-benturan dengan raw ceramics yang akan dicampur berupa gesekan dan
pembebanan impak

2.2 Pengertian Sand Casting


Sand

casting

merupakan

salah

satu

metode

pengecoran

dengan

memanfaatkan pasir sebagai cetakannya. Pengecoran dengan cetakan pasir


merupakan cetakan yang paling banyak digunakan, karena memiliki beberapa
keunggulan diantaranya:
1. Dapat mencetak logam dengan titik lebur yang tinggi, seperti baja, nikel,
dan titanium.

2. Pasir yang digunakan dapat dipakai lagi untuk pemrosesan casting


berikutnya
Proses Pengecoran dengan Menggunakan Sand Casting
Pengecoran logam dengan cetakan pasir terdiri dari beberapa tahapan sebagai
berikut :
1. Pembuatan pola komponen,
2. Persiapan dan pemrosesan pasir cetak,
3. Pembuatan cetakan,
4. Pembuatan inti (bila diperlukan),
5. Peleburan logam,
6. Pengecoran,
7. Solidifikasi,
8. Pembongkaran cetakan pasir, dan
9. Pembersihan dan pemeriksaan hasil coran.

Tahapan pengecoran logam dengan cetakan pasir

2.3 Baja Ni-Hard


Ni-hard merupakan salah satu jenis baja dari keluarga baja cor putih dengan
paduan chromium dan nikel. Adanya paduan chromium dan nikel sebagai paduan
utama dari baja tersebut menyebabkan tingginya kekerasan serta ketahanan abrasi
dari baja yang baik. Baja Ni-hard diklasifikasikan menjadi 2 jenis berdasarkan
komposisinya, yaitu :
1. Medium Alloyed Ni-Hard 1 and Ni-Hard 2 (3,3% C, 4%Ni, 2%Cr),
2. Ni-Hard 4 (3%C, 9%Cr, 5%Ni, 2%Si)
System Requirement
1. Ketahanan Abrasi
Ketahanan abrasi pada material bukan merupakan sifat yang jelas pada
suatu material seperti kekerasan, kekuatan, ketangguhan, dll. karena ketahanan
abrasi merupakan sifat yang bergantung pada sistem dimana komponen yang akan
dilihat ketahanan abrasinya berada. Hal tersebut biasa disebut dengan tribologycal
system. Tribology merupakan ilmu dan teknologi yang mempelajari peristiwa
interaksi dua permukaan yang bergerak secara relative satu terhadap lainnya. Hal
tersebut mengakibatkan adanya kemungkinan dimana sedikit perubahan komposisi
pada material dapat mengakibatkan perubahan performa yang signifikan dalam
praktiknya.
a. Hubungan kekerasan dan ketahanan abrasi
Kekerasan sering dianggap sebagai indikasi dari ketahanan abrasi suatu
material. Hal tersebut dapat dianggap benar terutama pada material
logam dan paduannya jika kekuatan abrasive nya relative lebih lunak.
Apabila besar ketahanan abrasi dari suatu material logam mendekati
kekerasan dari material logam tersebut, kekerasan material menjadi
kurang berpengaruh terhadap ketahanan abrasinya. Hal tersebut dapat
dilihat pada figure 1, dimana pada rasio kekerasan dengan kekerasan
abrasi yang tinggi, ketahanan abrasinya juga tinggi, akan tetapi ketika

rasionya

turun

terjadi

penurunan

ketahanan

abrasi

yang

mengindikasikan berkurangnya pengaruh kekerasan terhadap ketahanan


abrasi suatu material logam.

Meskipun begitu, peningkatan kekerasan pada material logam dengan


ketahanan abrasi yang lebih besar dibanding kekuatannya masih
dianggap sebagai salah satu langkah yang baik untuk meningkatkan
ketahanan abrasinya seperti yang digambarkan pada figure 2.

b. Kadar karbon dan mikrostruktur


Ketahanan abrasi dari suatu logam memiliki korelasi yang jelas terhadap
kadar

karbon

dan

mikrostrukturnya.

Umumnya,

meningkatnya

ketahanan abrasi dari logam berbanding lurus dengan kadar karbon dari
suatu logam. Hal tersebut digambarkan pada figure 3 dimana ketahanan
abrasi akan mencapai titik maksimal pada logam dengan martensit
sebagai matriksnya.

2. Ketahanan Patah
Pertimbangan sifat yang diperhatikan untuk pemilihan material baja tahan
abrasi adalah ketahanan patahnya yang digambarkan melalui keuletan
material tersebut. Secara umum, keuletan suatu material baja akan
meningkat seiring dengan penurunan kadar karbon dan adanya spheroidal
atau discontinuous graphite pada struktur mikro baja. Dalam praktiknya,
penjelasan mengenai keuletan untuk besi cor putih tahan abrasi adalah
ketahanan untuk tidak mengalami patah dalam aplikasinya. Kondisi yang
menyebabkan terjadinya patah pada baja dapat berupa pembebanan impak,
atau tegangan tekuk statis atau dinamis. Biasanya, rendahnya keuletan yang
dimiliki oleh baja diakibatkan oleh adanya internal stresses yang timbul
akibat bentuk komponen, perlakuan panas pada pemrosesan casting-nya,

dan cacat casting lainnya. Hal tersebut mengakibatkan proses casting yang
diberlakukan serta perawatan dan sistem control pada perlakuan panasnya
menjadi factor penting untuk meningkatkan performa dari baja tahan abrasi
yang akan diproduksi.
Klasifikasi dan Komposisi Paduan Baja Ni-Hard
Ni-hard memiliki mikrostruktur yang terdiri dari karbida dan martensitikaustenitik-bainitik-atau martensitic yang dominan sebagai matriks. Fasa tersebut
dihasilkan melalui keseimbangan komposisi dari karbon, nikel, kromium, silicon,
dan perlakuan panas akhir yang sesuai.
1. Ni-hard 1 dan Ni-hard 2
Ni-hard 1 dan 2 secara harfiah terdiri dari 4%Ni, 2% Cr pada baja. Hal
tersebut dapat dilihat pada table 1 yang menunjukkan komposisi kimia pada
baja Ni-hard.

a. Mikrostruktur
Mikrostruktur dari baja Ni-hard 1 dan 2 terdiri dari dendrit sebagai struktur utama
dan karbida eutektik yang berupa campuran plat dan matriks dari karbida M 3 C

seperti yang digambarkan pada figure 4 dibawah.

Kekerasan dari Ni-hard 1 merupakan fungsi dari kadar karbon dan


struktur matriksnya. Meningkatnya kadar karbon dan persen martensit
pada pada baja Ni-hard akan mengakibatkan peningkatan kekerasan
pada baja tersebut.

as

Setelah proses solidifikasi, fasa austenite akan bertransformasi menjadi


fasa martensit, bainit, austenite sisa, serta karbida sekunder. Matriks
akhir yang terbentuk pada baja Ni-hard akan bergantung pada
keseimbangan kadar paduan, laju pendinginan setelah proses casting,
dan perlakuan panas yang dilakukan selama pemrosesan.
b. Komposisi
1. Karbon
Kadar karbon pada baja Ni-hard 1 dan 2 akan menentukan kadar
karbida, jenis matriks yang terbentuk, serta kekerasan dari struktur
matriksnya. Ni-hard1 dan Ni-hard 2 dapat dibedakan berdasarkan
persen volume karbida eutektik tipe M3 C dimana
mengandung

40-44

persen

volume,

sedangkan

Ni-hard 1
Ni-hard

mengandung 35-40 persen volume. Kadar karbon yang lebih sedikit


pada Ni-hard 2 menghasilkan peningkatan struktur dendrit primer

yang berpengaruh pada meningkatnya keuletan disertai penurunan


kekerasan dan ketahanan abrasinya.
2. Nikel
Kadar nikel pada baja Ni-hard memiliki peranan penting untuk
membentuk matriks martensitic-bainitik pada strukturnya tanpa
adanya pearlite. Kekerasan maksimum dengan ketahanan abrasi
yang baik akan berhubungan dengan kadar maksimal dari fasa
martensit yang terbentuk pada tiap rentang kadar nikel. Apabila
kadar nikelnya terlalu sedikit, hardenability yang dihasilkan tidak
cukup

untuk

menekan

formasi

pearlite

sehingga

dihasilkan

kekerasan dan ketahanan abrasi yag relative rendah, sedangkan


apabila kadar nikelnya terlalu banyak, austenite sisa yang terbentuk
akan semakin banyak yang mengakibatkan penurunan kekerasan
pada baja yang dihasilkan.
3. Kromium
Adanya krom pada baja Ni-hard berfungsi untuk mengimbangi efek
pembentukan grafit oleh nikel sehingga terbentuk mikrostruktur
tanpa adanya grafit.
4. Silikon
Paduan silikon pada baja harus dijaga pada rentang tingkat yang
rendah karena

silicon pada baja Ni-hard

berfungsi sebagai

graphitizer. Akan tetapi, meski adanya silicon mengakibatkan


kemungkinan terbentuknya grafit pada mikrostrukturnya semakin
besar, silicon juga berfungsi untuk meminimalisir cacat yang terjadi
selama proses pengecoran yang menyebabkan paduan silicon tidak
bias dihilangkan sepenuhnya.
5. Mangan
Kadar mangan pada baja Ni-hard harus dijaga pada 0.5%. paduan
mangan pada

baja akan

meningkatkan hardenability

meski

kemampuannya untuk menekan terbentuknya formasi pearlite tidak


sebesar pengaruhnya sebagai austenite stabilizer.

6. Molybdenum
Molybdenum kadang dipadukan pada baja untuk meningkatkan
kekerasan dari baja Ni-hard.
7. Tembaga
Tembaga

pada

baja

Ni-hard

berfungsi untuk

meningkatkan

hardenability dan terkadang digunakan untuk menggantikan fungsi


paduan nikel meski pengaruh yang diberikan paduan tembaga tidak
sebesar pengaruh paduan nikel pada baja Ni-hard.
8. Sulfur dan Fosfor
Kedua paduan tersebut mengurangi keuletan baja yang dihasilkan
sehingga harus dijaga pada tingkat kadar yang rendah.
9. Magnesium
Penambahan kadar magnesium pada baja terbatas di rentang 0.02%0.5% Magnesium berfungsi untuk meningkatkan kekerasan besi cor
yang dihasilkan akibat tingginya formasi martensit yang terbentuk.
2. Special Ni-Hard 1 dan 2
Pada baja special Ni-hard 1 dan 2, komposisi utama dari baja Ni-hard 1 dan
2 dimodifikasi untuk menghasilkan kelas baja dengan peningkatan performa
sifat baja atau untuk memenuhi tujuan tertentu dari aplikasinya.
1. Kadar silicon yang lebih tinggi
Peningkatan kadar silicon pada paduan akan meningkatkan formasi
martensit

serta

mengurangi

austenite

sisa

yang

terbentuk.

Graphitizing effect yang dimiliki oleh silicon harus diimbangi


dengan peningkatan kadar kromium.
2. Boron
Peningkatan kadar boron pada baja akan meningkatkan kekerasan
baja secara drastis. Karena tingginya tingkat kegetasan yang
dihasilkan, tipe Ni-hard seperti ini terbatas pada penggunaan
komponen
aplikasinya.

yang

tidak

menerima

pembebanan

impak

pada

3. Ni-Hard 4
Ni-hard 4 merupakan 9 Cr-6 Ni-2 Si besi cor putih yang didesain untuk
menghasilkan struktur karbida (Cr2 Fe)7 C3 eutektik yang berbentuk seperti
rod atau blade dan matriks tanpa formasi pearlite setelah pengecoran yang
akan bertransformasi menjadi martensitic setelah mengalami perlakuan
panas. Formasi struktur karbida yang seperti rod atau blade menyebabkan
ketahanan patah baja Ni-Hard 4 lebih baik disbanding Ni-Hard1 dan 2.

1. Karbon
Kadar karbon pada baja Ni-hard 4 menghasilkan komposisi eutektik
atau sedikit hipoeutektik. Kadar karbon pada baja Ni-hard 4
mengakibatkan terbentuknya struktur karbida seperti batangan yang
meningkatkan ketahanan patah Ni-hard 4 meski ketahanan abrasi
yang dimiliki tidak sebesar Ni-hard 1 dan 2. Hal tersebu
tmengakibatkan kadar karbon baja Ni-hard 4 harus dijaga pada
rentang 2.9 hingga 3.2% untuk memperoleh kombinasi ketangguhan
dan ketahanan abrasi yang optimal.
2. Nikel
Nikel dubutuhkan untuk meningkatka hardenability dan membantu
kadar kromium pada baja untuk membentuk formasi karbida
(Cr2 Fe)7 C3 eutektik. Kadar nikel harus dijaga untuk mencegah
terbentuknya formasi pearlite selama proses pengecoran dengan
perlakuan panas yang diberlakukan pada baja.

3. Kromium
Adanya paduan krom pada baja Ni-hard 4 berada pada rentang 810% dan berfungsi untuk mendapatkan struktur karbida (Cr2 Fe)7 C3
eutektik daripada struktur karbida pada Ni-hard1 dan 2,
4. Silikon
Paduan silicon yang tinggi berfungsi untuk memudahkan struktur
baja membentuk struktur karbida (Cr2 Fe)7 C3 eutektik yang seperti
batangan. Selain itu, silicon pada baja Ni-hard 4 akan mempermudah
terjadinya transformasi austenite menjadi martensit.
5. Mangan
Kadar

mangan

pada

baja

Ni-hard

akan

meningkatkan

hardenability meski mangan juga berfungsi sebagai austenite


stabilizer. Hal tersebut mengakibatkan kadar mangan dibatasi pada
rentan 0.4%-0.6%.
6. Molybdenum
Molybdenum kadang dipadukan pada baja untuk meningkatkan
hardenability pda baja Ni-Hard 4.
7. Sulfur dan Fosfor
Kedua paduan tersebut mengurangi keuletan baja yang dihasilkan
sehingga harus dijaga pada tingkat kadar yang rendah.

BAB III
DATA PENGAMATAN

Diagram alir

proses

manufaktur

Ni-Hard

Blade

di

Laboratorium

Pengecoran Politeknik Manufaktur dengan proses sand casting adalah sebagai


berikut.

Pembuatan Cetakan

Peleburan Logam

Mould Casting

Shake Out

Shot Blasting

Finishing

1. Pembuatan Cetakan
Untuk membuat cetakan dari pasir (mold), material yang dibutuhkan adalah
green sand, yang tersusun dari beberapa bahan, yaitu :
1. Pasir silika (kuarsa) : berfungsi sebagai bahan dasar untuk membuat
mold.
2. Serbuk karbon : berfungsi untuk mencegah mold retak.
3. Air : berfungsi untuk mencampurkan bahan-bahan.

4. Bentonite : berfungsi sebagai pengikat sehingga mold tidak berubah


bentuk.
5. Dapat ditambahkan beberapa aditif (jika diperlukan), seperti serbuk
kayu dan tepung.

Pattern atau pola merupakan sebuah alat bantu yang dibuat pada cetakan
berupa sisi negative dari produk yang akan diproses sehingga dapat menghasilkan
produk yang diinginkan. Pattern dapat dibuat dari berbagai macam bahan baku,
seperti logam, keramik, kayu, ataupun styrofoam. Pemilihan bahan untuk pattern
bergantung pada kebutuhan produk yang akan diproduksi, serta aspek ekonomi
selama pemrosesannya. Setiap bahan yang digunakan untuk membuat pattern
memiliki kelebihan

dan

kekurangannya

masing-masing,

seperti

formability,

chemical resistance, biaya dll.


Green sand yang disiapkan diletakkan di dalam sebuah mesin pengaduk.
Kemudian ke dalamnya dimasukkan gula tetes dan water glass. Tahapan prosesnya
adalah :

Gula tetes
dimasukkan ke
dalam green
sand. Kemudian
campuran
tersebut diaduk
selama 1 menit.

Water glass
dimasukkan ke
dalam campuran
green sand dan
gula tetes.
Kemudian
campuran
tersebut diaduk
selama 1 menit

Campuran green
sand tersebut
dimasukkan ke
dalam sebuah
wadah untuk
dikeringkan
dengan
menggunakan
gas CO2

Pemberian gula tetes ke dalam green sand berfungsi untuk memudahkan


pembongkaran core (inti), sementara water glass berfungsi untuk mengikat pasir
kuarsa. Campuran green sand kemudian dimasukkan ke dalam suatu wadah yang

di dalamnya telah disiapkan pattern. Pengeringan dengan menggunakan gas CO 2


dilakukan kepada campuran green sand tersebut dengan tujuan memadatkan dan
mengeringkan pasir sehingga dihasilkan sebuah cetakan yang memiliki pattern dari
produk.

2. Peleburan Logam
Pada proses ini, logam berupa scrap akan dilebur pada tungku di titik
lelehnya, sehingga dihasilkan logam cair dengan komposisi yang diinginkan.
3. Mold Casting
Logam cair dituangkan ke dalam cetakan pasir (mold).

(a)

(b)

Proses memasukkan logam cair ke dalam cetakan (a) logam cair dari tungku di tuang ke dalam
bucket (b) logam cair di bucket dituang ke dalam mold

Gambar-gambar di atas menunjukkan proses pengecoran yang dilakukan


dimana logam yang telah dicairkan akan dituang ke dalam mold. Pada saat logam
cair dimasukkan ke dalam bucket, biasanya teknisi menambahkan slag remover.
Fungsinya adalah untuk mengangkat slag yang masih tertinggal di dalam logam
cair ke bagian atas sehingga mudah dihilangkan.

4. Shake Out
Shake out adalah proses untuk melepaskan produk dari mold. Prinsip
kerjanya adalah dengan memberikan getaran kepada mold sehingga pasir pada mold
akan melepaskan diri dari komponen. Mold ditempatkan di atas mesin shake out,
kemudian mesin akan menggetarkan mold. Secara perlahan rangka mold yang
terbuat dari logam diangkat, sehingga pasir pada mold akan terurai kembali dan
melepaskan produk. Produk yang telah terlepas dari mold kemudian diambil untuk
dilakukan proses shot blasting.

5. Shot Blasting
Shot blasting merupakan proses membersihkan produk dari pasir-pasir sisa
yang masih menempel pada produk. Prinsip kerjanya adalah dengan menembakkan
mimis baja kepada produk. Mimis baja tersebut akan membuat pasir-pasir yang
masih menempel pada produk terlepas sehingga produk yang diperoleh sudah
bersih dari sisa pasir dan dapat dilakukan proses finishing.

6. Finishing
Finishing merupakan proses akhir yang diaplikasikan pada produk sebelum
akhirnya produk tersebut disimpan ke dalam gudang atau langsung disalurkan
kepada konsumen. Proses yang diaplikasikan di Politeknik Manufaktur Bandung
untuk finishing produk Ni-Hard blade adalah grinding, welding, dan machining.

BAB IV
ANALISIS DATA

Untuk memperoleh kombinasi ketahanan abrasi dan ketahanan impak yang


baik dari produk Ni-hard blade, seharusnya proses pengecoran yang dilakukan
berupa bi-metallic casting. Bimetallic casting merupakan metode pengecoran
logam dengan menggabungkan dua material dengan sifat yang berbeda untuk
memperoleh kombinasi sifat yang optimal. Syarat metode pengecoran dengan
bimetallic casting adalah temperature leleh dua material yang akan di campur tidak
berbeda jauh.

Pada kasus ini, tingginya ketahanan abrasi Ni-hard

steel

dikombinasikan dengan keuletan dan machinability yang baik dari baja atau besi
cor graphitic. Pencampuran dua material tersebut akan menghasilkan properties
dari blade dengan kombinasi yang optimal dari ketahanan abrasi dan ketahanan
impak. Kombinasi yang optimal tersebut akan menghasilkan performa yang lebih
baik dimana usia produk yang dihasilkan akan semakin lama dengan meningkatnya
ketangguhan produk. Selain itu, meningkatnya machinability akibat perpaduan 2
material tersebut mengakibatkan pemrosesan lanjutan dari produk pada saat
finishing akan lebih mudah.
Metode lain yang sebaiknya digunakan untuk memperoleh kombinasi
ketahanan abrasi dan ketahanan impak yang baik dari Ni-hard blade yang
diproduksi adalah dengan memberlakukan perlakuan panas lanjutan pada produk
hasil pengecoran. Secara umum, perlakuan panas lanjutan pada pemrosesan
diklasifikasikan menjadi 3 dengan tujuan tertentu, yaitu :
1. Single-stage tempering
Dilakukan pada temperature sekitar 225-275 0 C sebagai stress relieve
pada produk serta meningkatkan ketangguhan dan ketahanan impak
produk.
2. Double heat treatment
Dilakukan pada temperature 450+275

0C

dengan metode perlakuan

duplex agar diperoleh ketahanan impak yang lebih baik.

3. Hardening
Dilakukan

dengan

perendaman

pada

temperature

750-850

0 C,

dilanjutkan dengan pendinginan lambat untuk selanjutnya diberlakukan


proses tempering. Tahapan tersebut diaplikasikan untuk meningkatkan
kekerasan dan ketahanan abrasi dari produk
Pada umumnya, Ni-hard steel 1 dan 2 hasil pengecoran diberlakukan perlakuan
panas lanjutan berupa single-stage tempering, dan proses lain diaplikasikan untuk
memperoleh Ni-hard steel dengan properties khusus, sedangkan Ni-hard steel 4
diberlakukan proses 3, yaitu hardening.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan
Pemrosesan baja Ni-hard blade yang diberlakukan di politeknik manufaktur
kurang tepat karena tidak diberlakukannya perlakuan panas lanjutan agar
diperoleh ketahanan abrasi dan ketahanan impak yang optimum.

5.2

Saran
Sebaiknya terdapat data yang berisikan komposisi dari baja Ni-hard blades
yang akan diproduksi di politeknik manufaktur sehingga analisis tidak
terbatas hanya di proses, tetapi bias mencakup komposisi.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.academia.edu/10171994/Bimetallic_Casting_FCD_and_NiHard
2. https://en.wikipedia.org/wiki/Sand_casting
3. http://mochamadnurman.blogspot.co.id/2013/03/sand-casting_19.html
4. https://www.nickelinstitute.org/~/media/Files/TechnicalLiterature/Ni_Har
dMaterialDataandApplications_11017_.ashx

Anda mungkin juga menyukai