a. Pembuatan cetakan
b. Persiapan pengecoran
c. Peleburan (Pencairan logam)
d. Penuangan logam cair ke dalam cetakan
e. Pembongkaran dan pembersihan coran
f. Finising specimen
Proses pengecoran logam dalam usaha menghasilkan suatu produk benda
coran yang berkualitas baik dengan komposisi yang di kehendaki maka ada
beberapa factor yang mempengaruhi yaitu: bahan baku coran, komposisi
bahan baku, kualitas pasir cetak (bila menggunakan cetakan pasir), sistem
peleburan, sistem penuangan dan pengerjaan akhir dari produk coran.
(Chijiwa, 1982)
2.6 Alumunium
Salah satu bahan utama dari penelitian ini adalah alumunium
https://www.bing.com/images/search?view
Tabel 2.2 menunjukkan sifat-sifat fisik Al dan Tabel 2.3 menunjukkan
sifatsifat mekaniknya. Ketahan korosi berubah menurut kemurnian, pada
umumnya untuk kemurnian 99,0 % atau diatasnya dapat dipergunakan di
udara tahan dalam bertahun-tahun. Hantaran listrik Al, kira-kira 65 % dari
MULAI
Studi Literatur
https://www.bing.com/images/search?view=detailV2&ccid.
Menurut Aluminium Association (AA) sistem di Amerika, penamaan
paduan aluminium:
1. Paduan cor (casting alloys) digunakan sistem penamaan empat
angka. Angka pertama menunjukkan kandungan utama paduannya. Dua
angka selanjutnya menunjukkan penandaan dari paduannya. Angka terakhir
yang di pisahkan dengan tanda desimal merupakan bentuk dari hasil
pengecoran, misalnya casting (0) atau ingot (1,2) .
2. Paduan tempa (wrought alloys) menggunakan sistem penamaan
empat angka juga tetapi penamaannya berbeda dengan penamaan pada
paduan jenis cor. Angka pertama menyatakan kelompok paduan atau
kandungan elemen
spesifik paduan, angka kedua menunjukkan perlakuan dari paduan asli
atau batas kemurnian. Sedangkan dua angka terakhir menunjukkan paduan
aluminium atau kemurnian aluminium. Dari dua kelompok paduan
aluminium diatas dikelompokkan lagi menjadi dua kelompok, yaitu: tidak
dapat diperlaku-panaskan dan dapat diperlaku-panaskan. Untuk paduan
aluminium jenis cor yang dapat diperlaku-panaskan meliputi seri 2xx.x,
3xx.x, 7xx.x, dan 8xx.x, yang tidak dapat diperlaku-panaskan meliputi seri
1xx.x, 4xx.x, dan 5xx.x. Sedang aluminium jenis tempa yang tidak dapat
diperlaku-panaskan meliputi seri 1xxx, 3xxx, 4xxx, dan 5xxx, yang dapat
diperlaku-panaskan adalah seri 2xxx, 6xxx, 7xxx, dan 8xxx . Sifat-sifat
umum pada paduan aluminium adalah:
1. Jenis Al-murni teknik (seri 1xxx) Jenis paduan ini mempunyai
kandungan minimal aluminium 99,0% dengan besi dan silikon menjadi
kotoran utama (elemen paduan). Aluminium dalam seri ini memiliki kekuatan
yang rendah tapi memiliki sifat tahan korosi, konduksi panas dan konduksi
listrik yang baik juga memiliki sifat mampu las dan mampu potong yang
bagus. Aluminium seri ini banyak digunakan untuk sheet metal work .
2. Paduan Al-Cu (seri 2xxx) Elemen paduan utama pada seri ini
adalah tembaga, tetapi magnesium dan sejumlah kecil elemen lain juga
ditambahkan kesebagian besar paduan jenis ini. Jenis paduan Al-Cu adalah
jenis yang dapat diperlaku-panaskan. Dengan melalui pengerasan endap atau
penyepuhan, sifat mekanikpaduan ini dapat menyamai sifat dari baja lunak,
tetapi daya tahan korosinya rendah bila dibandingkan dengan jenis paduan
yang lainnya. Sifat mampu lasnya juga kurang baik, karena itu paduan jenis
ini biasanya digunakan pada kontruksi keling dan banyak sekali digunakan
dalam kontruksi pesawat terbang seperti duralumin (2017) dan super
duralumin (2024)
3. Paduan jenis Al-Mn (seri 3xxx) Manganesee merupakan elemen
paduan utama seri ini. Paduan ini adalah jenis yang tidak dapat diperlaku-
panaskan, sehingga penaikan kekuatannya hanya dapat diusahakan melalui
pengerjaan dingin pada proses pembuatannya. Bila dibandingkan dengan
jenis alumunium murni, paduan ini mempunyai sifat yang sama dalam hal
ketahanan terhadap korosi, mampu potong dan sifat mampu lasnya,
sedangkan dalam hal kekuatannya, jenis paduan ini jauh lebih unggul.
4. Paduan jenis Al-Si (seri 4xxx) Paduan Al-Si termasuk jenis yang
tidak dapat diperlaku-panaskan. Jenis ini dalam keadaaan cair mempunyai
sifat mampu alir yang baik dan dalam proses pembekuannya hampir tidak
terjadi retak. Karena sifat-sifatnya, maka paduan jenis Al-Si banyak
digunakan sebagai bahan atau logam las dalam pengelasan paduan aluminium
baik paduan cor atau tempa.
5. Paduan jenis Al-Mg (seri 5xxx) Magnesium merupakan paduan
utama dari komposisi sekitar 5%. Jenis ini mempunyai sifat yang baik dalam
daya tahan korosi, terutama korosi oleh air laut dan sifat mampu lasnya.
Paduan ini juga digunakan untuk sheet metal work, biasanya digunakan untuk
komponen bus, truk, dan untuk aplikasi kelautan.
6. Paduan jenis Al-Mg-Si (seri 6xxx) Elemen paduan seri 6xxx adalah
magnesium dan silicon. Paduan ini termasuk dalam jenis yang dapat
diperlaku-panaskan dan mempunyai sifat mampu potong dan daya tahan
korosi yang cukup. Sifat yang kurang baik dari paduan ini adalah terjadinya
pelunakan pada daerah las sebagai akibat dari panas pengelasan yang timbul.
Paduan jenis ini banyak digunakan untuk tujuan struktur rangka.
7. Paduan jenis Al-Zn (seri 7xxx) Paduan ini termasuk jenis yang
dapat diperlaku-panaskan. Biasanya ke dalam paduan pokok Al-Zn
ditambahkan Mg, Cu dan Cr. Kekuatan tarik yang dapat dicapai lebih dari
504 Mpa, sehingga paduan ini dinamakan juga
ultra duralumin yang sering digunakan untuk struktur rangka pesawat.
Berlawanan dengan kekuatan tariknya, sifat mampu las dan daya tahannya
terhadap korosi kurang menguntungkan. Akhir-akhir ini paduan Al-Zn-Mg
mulai banyak digunakan dalam kontruksi las, karena jenis ini mempunyai
sifat mampu las dan daya tahan korosi yang lebih baik daripada paduan dasar
Al-Zn.
2.1.2 Magnesium
Bahan kedua adalah magnesium sebagai campuran paduan dari
alumunium
Sifat Keterangan
Sumber : Andriasyah,2013
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2F1library.net
%2Fdocument%2Fzgg0vevz-text-abstract-
……………………..(1)
Keterangan:
VHN = Angka Kekerasan Vickers (gf/mm2 )
P = Pembebanan (gf)
A = Panjang diagonal indentor (μm)
Dimana VHN Vickers Kekerasan Number adalah sudut antara
permukaan indentor intan yang berhadapan yaitu 136°, dan d adalah
panjang rata-rata garis diagonal bekas penekanan oleh penekan piramida
intan (diamond) (Sudria dan Shinruko Saito, 1992:188).
Sumber:https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F
%2Ftukanggambar3d.com%2Fuji-kekerasan-
Mikrostruktur ialah tampilan atau wujud dari kumpulan fasa yang bisa
diamati dengan menggunakan teknik metalografi. Menurut (Ali Mustofa,
Sarjito Jokosisworo, 2018) Uji Metalografi merupakan suatu proses yang
ber- tujuan untuk memperoleh gambar yang menunjukan struktur mikro
sebuah logam atau paduan. Melalui Proses ini kita dapat mengetahui
struktur dari suatu logam atau paduan dengan memperjelas batas-batas
butir logam se- hingga dapat langsung dilihat dengan menggunakan
mikroskop dan diambil gambarnya.
Dalam pengujian ini, kualitas bahan ditentukan dengan mengamati
struktur dibawah mikroskop, disamping itu pula mengamati cacat dan
bagian yang terartur. Mikroskop yang digunakan adalah mikroskop
cahaya, tetapi bisa juga menggunakan mikroskop elektron untuk
mendapatkan pembesaran yang tinggi. Dalam hal tertentu dipakai alat
khusus yaitu mikrokop pirometri untuk bisa mengamati perubahan-
perubahan yang disebabkan oleh perubahan temperatur, atau juga dibuat
alat penganalisis mikro dengan mana kotoran kecil dalam struktur dapat
dianalisis. Permukaan logam uji dipolis dan di- periksa langsung dibawah
mikroskop atau dilakukan lebih dulu bermacam- macam etsa baru
diperiksa dibawah mikroskop. Pada pengujian tak merusak, atau pengujian
permukaan lengkung, dapat dipakai cara khusus, yaitu dengan menekan
pelat seluloida yang diplastiskan oleh suatu asam pada permukaan yang
telah dipolis dan dietsa sebagian, dengan demikian terjadi gambar logam
yang dietsa pada pelat seluloida. Berkenaan dengan pertimbangan
mengenai struktur.
Struktur mikro adalah struktur terkecil yang terdapat dalam suatu
bahan yang keberadaannya tidak dapat di lihat dengan mata telanjang,
tetapi harus menggunakan alat pengamat struktur mikro diantaranya;
mikroskop cahaya, mikroskop electron, mikroskop field ion, mikroskop
field emission dan mikroskop sinar-X [13]. Adapun manfaat dari
pengamatan struktur mikro ini adalah:
1. Mempelajari hubungan antara sifat-sifat bahan dengan struktur dan
cacat pada bahan.
2. Memperkirakan sifat bahan jika hubungan tersebut sudah diketahui.
Baja mempunyai banyak sifat, misalnya kekuatan, kekerasan dan
regangan. Adanya perbedaan sifat-sifat tersebut terutama karena zat arang
yang dikandung baja tidak terpadu. Hal ini selain disebabkan adanya
intensitas zat arang tetapi juga dikarenakan cara mengadakan ikatan
dengan besi yang dapat mempengaruhi sifat baja. Dalam baja yang
didinginkan secara lambat menuju suhu ruangan dibedakan [14] menjadi
tiga bentuk utama kristal.
Sifat-sifat fisik atau mekanik dari material tergantung dari struktur
mikro material tersebut. Struktur mikro dalam logam (paduan) ditunjukan
dengan besar, bentuk dan orientasi butirnya, jumlah fasa, proporsi dan
kelakuan dimana mereka tersusun atau terdistribusi.
Struktur mikro dari paduan tergantung dari beberapa faktor seperti:
elemen paduan, konsentrasi dan perlakuan panas yang diberikan.
Pengujian struktur mikro atau mikrografi dilakukan dengan bantuan
mikroskop dengan koefisien pembesaran dan metode kerja yang
bervariasi. Secara umum bekerja dengan reflek pemedaran(sinar). Adapun
beberapa tahap yang perlu dilakukan sebelum melakukan pengujian
struktur mikro adalah:
… … …
k = banyaknya sampel
X = over all mean, atau grand mean yakni mean dari semua observasi
X 1 + X 2 … …+ X k
k
X 11+ X 21+ X 31 … …+ X n 1
X1=
n1
X 12+ X 22+ X 32 … …+ X n 2
X2=
n2
X 1 k + X 2 k + X 3 k … …+ X nk
X k=
nk
Kemudian dihitung:
1. Variance between means (deviasi standard kuadrat dari mean- mean)
dengan rumus:
k
∑ ( X j−X ) 2
S2 X = j=i
k −1
2
S X =dipandang sebagai hargaestimasi dari
2
2 σ
σ X=
n
dimana σ 2 adalah variance populasi
Variance between means tersebut merupakan estimasi pertama dari σ 2
2
σ
S2 X =
n
k
∑ ( X j − X )2
2 2 j=1
σ =n . S X =
k−1
k-1 merupakan degree of freedom
2. Variance within group: yakni variance rata-rata dari variance masing-
masing sampel.
S 21+ S 22 +…+ S 2k
k
dimana S1, S2…………dan Sk meruapakan deviasi standard dari k
sampel. Ini meruapakan estimasi kedua dari σ 2. Dituliskan dengan
rumus:
n n
∑ ∑ ( X ij− X j )2
i=1 j=1
k (n−1)
Apabila mean populasi tersebut tidak sama, maka variance between
means akan jauh lebih besar daripada variance within group.
Distribusi sampling harga statistik F yang didefinisikan sebagai:
Variancebetween means
F=
Variance within group
Akan berbentuk distribusi F, yang beberapa harganya untuk berbagai
degree of freedom dengan α= 0,05 dengan α= 0,01 dapat dilihat pada
tabel nilai F. analisis yang digunakan untuk pengujian hipotesis
tentang k mean tersebut juga dinamakan analysis of variance
(ANOVA).
Langkah-langkah dalam pengujian k mean:
1. Hipotesis: H 0 : μ1=μ2=…=μ k
H 1 : μ 1 ≠ μ2 ≠ … ≠ μk
2. Dipilih level of significance tertentu (0,05 atau 0,01)
3. Kriteria pengujian:
F α ; k−1( n−1) F
F ≤ F α ;k −1 ( n−1 )
H0 ditolak apabila
4. Perhitungan nilai F:
Variancebetween means
F=
Variance within group
5. Kesimpulan (dengan membandingkan antara langkah 4 dengan
peraturan pengujian pada langkah 3).
7. Nilai F hitung
KTA
F hitung = (Suntoyo, 1990)
KTD
d) Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu masalah yang di
hadapi dan perlu di uji kebenarannya dengan data yang lebih lengkap
dan menunjang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
percampuran alumunium dengan magnesium dengan variasi
pendinginan terhadap kekerasan. Berikut ini perumusan hipotesis dari
penelitian ini:
Ho: Tidak ada perbedaan percampuran alumunium dengan
magnesium terhadap variasi pendinginan air sumur terhadap kekerasan.
H1: Ada perbedaan percampuran alumunum dengan magnesium terhadap variasi
pendinginan air sumur terhadap kekerasan.