Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL TUGAS AKHIR

KARAKTERISTIK KOMPOSIT
ALUMUNIUM TEMBAGA (Al-Cu) DENGAN
VARIASI KOMPOSISI TERHADAP
KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO

JALUR STUDI KASUS

Oleh :

NAMA : Restu Candra Susila

NIM : 191015

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA TEKNIK MESIN


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI “WARGA“
Surakarta
Juni , 2022
Lembar Persetujuan Proposal Tugas Akhir
Program Studi Diploma Tiga Teknik Mesin

Identitas Mahasiswa.
Nama : Restu Candra Susila
NIM : 191015
Judul : Karakterisitik komposit Aluminium Tembaga (Al-Cu)
dengan variasi komposisi terhadap kekerasan dan stuktur
mikro
Jalur : Studi Kasus

Dinyatakan bahwa proposal Tugas Akhir ini telah disetujui dan


diperiksa oleh Kaprodi Diploma Tiga Teknik Mesin.

Sukoharjo, 2 Juni 2022


Disetujui
Kaprodi Diploma Tiga Teknik Mesin

Johanes Wawan Joharwan, S.T., M.T.


NIDN: 0622047201
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aluminium adalah logam berwarna putih keperakan yang lunak massa
jenis 2,7 gr cm-3 , Aluminium merupakan logam yang paling banyak terdapat
dikerak bumi, dan unsur ketiga terbanyak setelah oksigen dan silikon.
Aluminium terdapat di kerak bumi sebanyak kira-kira 8,07% hingga 8,23%
dari seluruh massa padat dari kerak bumi. Neff (2002) dalam papernya
menjelaskan bahwa untuk memenuhi tuntutan pasar dari aluminium tuang
dewasa ini harus memfokuskan pada peningkatan kualitas logam dengan
pengembangan pada proses peleburan. Proses difokuskan pada eliminasi
berbagai kotoran yaitu inklusi yang mcrupakan problem serius dalam
memproduksi hasil coran yang berkualitas. Inklusi yang dimaksud adalah gas
hidrogen yang dapat larut pada aluminium cair yang menyebabkan porositas
pada pengecoran.(Djiwo, Soeparno, and Aladin Eko Purkuncoro,2014.)
Cu (Tembaga) merupakan salah satu unsur logam transisi yang berwarna
cokelat kemerahan dan merupakan konduktor panas dan listrik yang sangat
baik. Di alam, tembaga terdapat dalam bentuk bebas maupun dalam bentuk
senyawa-senyawa, dan terdapat dalam bentuk biji tembaga seperti (CuFeS2),
kuprit (Cu2O), kalkosit (Cu2S), dan malasit (Cu2(OH)2CO3.
Komposit Pengembangan material komposit saat ini maju dengan pesat.
Material komposit merupakan kombinasi makroskopik dari dua material atau
lebih yang membentuk suatu material baru dan memiliki sifat lebih baik
dibanding material penyusunnya. Material komposit terdiri dari dua penyusun
utama yaitu matriks dan penguat yang disatukan oleh ikatan permukaan. Suatu
material dikatakan sebagai komposit jika penyusunnya memiliki sifat berbeda
dan komposit yang dihasilkan memiliki sifat yang berbeda dari penyusunnya.
Biasanya penguat yang terkandung di dalam material komposit di atas 5%.
Tujuan pembuatan material komposit yaitu untuk mendapatkan sifat (mekanis,
optis, termal, maupun kelistrikan) terbaik dari kombinasi sifat dasar material-
material penyusunnya untuk kebutuhan suatu aplikasi tertentu.
Jenis paduan Al-Cu Jenis paduan Al-Cu adalah paduan alumunium
yang mengandung tembaga 4,5%, jenis yang dapat diperlaku panaskan.
Dengan melalui pengerasan endap atau penyepuhan sifat mekanik paduan ini
dapt menyamai sift dari baja lunak, seperti memiliki kekuatan tinggi,
mudah dikerjakan karena memiliki sifat-sifat mekanik dan mampu mesin
yang baik tetapi daya tahan korosinya rendah bila dibandingkan dengan
jenis paduan yang lainnya serta mampu cornya agak jelek. Paduan ini
biasanya digunakan pada kontruksi keling dan banyak sekali digunakan dalam
kontruksi pesawat terbang seperti duralumin (2017) dan super duralin (2024).
B. Batasan Masalah
Dari masalah yang ada, diberikan batasan-batasan untuk permasalahan
tersebut, guna memperjelas bagian mana dari persoalan yang akan dikaji dan
bagian mana yang tidak, dan juga untuk mempersempit ruang lingkup
penjelasan, agar tidak menyimpang dari topik permasalahan utama. Batasan-
batasan masalah tersebut yaitu :
1. Suhu sintering 400° ∁, 500° ∁, 600° ∁;
2. Komposisi Aluminium : tembaga adalah paduan Al-Cu dengan Abu
terbang, ukuran penguatnya dengan mesh 350. Komposit disusun dengan
fraksi berat 5%, 10%, 15% metode yang digunakan ialah stir casting dengan
temperatur penuangan 750ºC lama pengadukan 5 menit dan putaran 250
rpm.
3. Unsur lain dalam alumunium tembaga tidak dibahas dalam penelitian ini.

C. Rumusan Masalah
1. Berapa kekerasan material komposit Aluminium-Tembaga?
2. Berapa porositas material komposit Aluminium-Tembaga?
3. Berapa densitas material komposit Aluminium-Tembaga?
4. Bagaimana stuktur mikro material komposit Aluminium-Tembaga?
D. Tujuan dan Manfaat
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui kekerasan material komposit Aluminium-Tembaga.
2. Mengetahui porositas material komposit Aluminium-Tembaga.
3. Mengetahui densitas material komposit Aluminium-Tembaga.
4. Mengetahui stuktur mikro material komposit Aluminium-Tembaga.
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat :
1. Menerapkan teori yang didapat dibangku perkuliahan, khususnya pada
teknik pengujian bahan;
2. Dapat dijadikan acuan/motivasi pembaca agar dapat melakukan penelitian
lebih lanjut;dan
3. Sebagai usaha pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu
berkembang tiap tahun

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Hendriwan Fahmi, 2015 Melakukan penelitian tentang “Analisa
kekerasan dan fracture toughness alumina diperkuat serbuk alumunium dan
tembaga” untuk mengetahui dan meneliti karakteristik komposit yang
dihasilkan dalam penelitian ini. Uji sifat mekanik yang dilakukan adalah
analisa kekerasan dan fracture toughness dilakukan untuk mengetahui
kekuatan material dari penambahan serbuk komposit alumina aluminium
dan tembaga. Dengan ukuran serbuk rata-rata 75-100 μm. Pembatasan
masalah pada penelitian ini mengenai apakah pengaruh komposisi (Al-Cu)
pada Matrik Alumina (Al2O3) terhadap kekerasan dan fracture toughness.
Variasi Komposisi :
100% Volume (Al2O3)
90% Volume (Al2O3) + 5% Volume
(Al) + 5% Volume (Cu)
80% Volume (Al2O3) + 10% Volume
(Al) + 10% Volume (Cu)
70% Volume (Al2O3) + 15% Volume
(Al) + 15% Volume (Cu)
60% Volume (Al2O3) + 20% Volume
(Al) + 20% Volume (Cu)
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat mekanik pengaruh
variasi komposisi serbuk Aluminuim dan Tembaga pada MatrikAlumina
terhadap kekerasan dan fracture toughness.
R. Bagus Suryasa Majanasastra, 2016 melakukan penelitia tentang
“Analisis sifat mekanik dan struktur mikro hasil proses hydroforming pada
material tembaga (Cu) C84800 dan aluminium Al 6063” Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui kekuatan mekanik dari tonjolan pada
produk hasil proses hydroforming dengan material tembaga dan aluminium,
untuk mengetahui struktur mikro pada tonjolan pipa yang dihasilkan dengan
menggunakan uji metalografi dan untuk mengetahui ada tidaknya retak
(Crack) pada daerah tonjolan dan sekitarnya. Pembebanan dalam penelitian
ini dilakukan dengan variable tekanan maksimum 10 ton. Bahan sampel yng
digunakan terdiri dari 3 sampel dari tiap jenis material, dibagi menjadi
beberapa bagian , yaitu di sebelah kiri , tengah , dan sisi kanan. Dari
penelitian ini diperoleh Analisa bahwa Kekuatan mekanik pada pipa
tembaga Cu C84800 dan Aluminium 6063 mempunyai keuletan yang baik,
dilihat dari struktur mikro hasil proses hydroforming proeutektik α (Cu-Zn)
dan fasa β pada tembaga dan fasa Al-α pada aluminium. Struktu mikro
Tembaga Cu C84800 berupa fasa proetektik α (Cu-Zn) dan fasa β
(kuningan), tidak terlihat adanya retak atau cacat. Struktur mikro
Aluminium 6063 berupa fasa utamanya Al-α berbentuk globular dikelilingi
partikel-partikel Mg2Si, tidak terlihat adanya retak atau cacat. Dari hasil uji
kekerasan menggunakan Hardness Vickers, Sampel Tembaga Cu C84800
sampel B mempunyai nilai kekerasan lebih tinggi dibandingkan dengan
sampel lainnya. Dari hasil uji kekerasan menggunakan Hardness Vickers,
Dari sampel sampel Aluminium 6063, sampel A mempunyai nilai kekerasan
tertinggi.
Ketut Suarsana , I Made Astika, Lega Suprapto3, 2017 melakukan
penelitian tentang “Karakterisasi konduktivitas termal dan kekerasan
komposit aluminium matrik penguat hybrid SiCw/AL2O3” Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendapatkan karakteristik komposit baru
aluminium matrik composite (AMC) dari bahan Al fine powder sebagai
matrik diperkuat dengan gabungan hibrid silicon carbon whiskers (SiCw)
dan alumina partikel (Al2O3p), melalui metode powder metalurgi pada
perlakuan setelah sintering. Metode pembuatan komposit dengan cara
metalurgi serbuk (powder metallurgy) yaitu ketiga variasi bahan dimasukan
dalam cetakan kemudian diberi gaya tekan 2,5 ton dengan waktu penahanan
15 menit. Variasi komposisi bahan adalah Al : (SiCw/Al2O3) pada
komposisi I, komposisi II dan komposisi III. Setelah terbentuk spesimen
material komposit dikenakan perlakuan sintering dengan variasi suhu
adalah: 500oC, 550oC dan 600oC dan holding time : 1 jam, 3 jam dan 6
jam. Specimen uji dibuat sebanyak 81 buah dengan masing-masing 3 buah
spesimen untuk setiap kombinasi perlakuan temperatur dan holding time.
Dari penelitian koduktivitas termal yang dilakukan didapat hasil tertinggi
adalah 455.111 k(W/m.oC) pada temperatur 600oC dengan waktu 6 jam dan
terendah didapat 34.874 k(W/m.oC) pada perlakuan sintering 500oC dengan
holding time 1 jam. Begitu juga kekerasan tertinggi terjadi pada 141.046
VHN dan yang terendah dari penelitian didapat 128.750 VHN, jadi
komposisi mempengaruhi konduktivitas termal dan kekerasan komposit.
B. Dasar Teori
1. Alumunium
Bauksit merupakan salah satu sumber aluminium yang ekonomis.
Bauksit terdapat didaerah Bintan dan Kalimantan. Cara pengembangannya
adalah penambangan terbuka, bauksit yang sudah dihaluskan, dicuci dan
dikeringkan. Setelah itu bauksit mengalami pemurnian menjadi oksidasi
aluminium atau alumina. Proses bayer yang dikembangkan oleh Karl Bayer
seorang ahli kimia kebangsaan Jerman, biasanya untuk memperoleh
aluminium murni bauksit kering dan halus dimasukkan ke dalam
pencampur, diolah dengan soda (NaOH) bereaksi dengan bauksit
menghasilkan aluminium natrium yang larut setelah proses selesai. Tekanan
dikurang dan ampas yang terdiri dari oksida besi yang tidak larut, silikon,
titanium dan kotorankotoran lainnya melalui suatu saringan. Cairan yang
mengandung aluminium dalam bentuk aluminat natrium dipompa kedalam
tangka pengendapan. Didalam tangki tersebut, dibubuhkan kristal
aluminium hidroksida yang halus, kristal halus tadi menjadi inti kristalisasi
dan kristal aluminium hidroksida terpisah dari larutan, oksidasi aluminium
ini kemudian disaring dan dipanaskan mencapai suhu 980OC aluminium
berubah dan siap untuk dilebur. Logam aluminium dihasilkan melalui
proses elekrtolisasi dimana alumina berubah menjadi oksigen aluminium,
alumina murni dilarutkan kedalam kriolit cair natrium aluminium fluoride
didalam dapur elektrolit yang besar atau sel reduksi. Aluminium diperoleh
dengan mengekstraksi Alumina (Aluminium oxide) dari bauksit melalui
proses kimia, kemudian alumina tersebut larut dalam elektrolit cair ketika
arus listrik mengalir melalui alumina. Hal tersebut mengakibatkan logam
aluminium terkumpul pada katoda, kemurniannya mencapai 99,85 %
dengan mengekstrolisasi kembali, maka akan didapat aluminium dengan
kemurnian 99,99 %.
2. Jenis-jenis paduan aluminium.
a) Tembaga (Cu).
Tembaga dapat memberikan sifat kemampuan cair, namun bila unsur ini
berlebih akan berpengaruh terhadap ketahanan korosi.
3. Pengujian Kekerasan
Kekerasan adalah ketahanan bahan terhadap penetrasi pada permukaan.
Kekerasan suatu material sebanding dengan kekuatan tarik. Pengujian
kekerasan yang banyak digunakan adalah metode kekerasan penekanan
(indentation hardnes). Metode ini dilakukan dengan menekankan penekan
tertentu pada benda uji dengan beban tertentu dan dengan mengukur ukuran
bekas penekanan yang terbentuk di atasnya. Ada empat macam metode yang
banyak digunakan, yaitu metode Rockwell, metode Brinell, metode Vickers,
dan metode Knoop.
a) Metode Vickers
Penekanan yang digunakan adalah piramida intan dengan alas bujur
sangkar. Besar sudut antara permukaan piramida adalah 136oC. Angka
kekerasan Vickers diperoleh dari beban dibagi oleh daerah permukaan lekukan.
Seperti halnya metode Brinell, metode ini kurang peka terhadap permukaan
yang tidak rata. Angka kekerasan Vickers diperoleh dengan mengukur panjang
diagonal jejak identasi yang diperoleh dari pengujian. Alat uji kekerasan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Digital Micro Vickers Hardness Tester
type HVS1000Z ditunjukkan pada Gambar 2.2. Alat ini mampu melakukan
penekanan pada indentor sebesar 0.098N (10gf), 0.246N (25gf), 0.49N (50gf),
0.98N (100gf), 1.96N (200gf), 2.94N (300gf), 4.90N (500gf), 9.80N (1000gf)
dan load holding time selama 5-60 detik.

Gamabar 2.2 Mikro Hardness Vickers Tester


(Arwanto, 2018)

Pada Gambar 2.2 adalah alat yang digunakan untuk


mengetahui nilai kekerasan material. Metode yang digunakan dalam
pengujian kekerasan salah satunya adalah metode pengujian kekerasan
micro vickers, cara ini menggunakan indentor intan berbentuk piramida
dengan dasar persegi dan sudut puncak 136º ditekan dengan beban F
terhadap material yang akan diuji. Nilai kekerasan vickers (HV)
didefinisikan sebagai beban dibagi luas permukaan lekukan atau luas bekas
injakan piramida. Variasi beban yang biasanya digunakan pada pengujian
mikro vickers adalah 25, 50, 100, 200, 300, 500, dan 1000 gramforce,
tergantung pada tingkat kekerasan material yang akan di uji. Untuk luasan
permukaan lekukan bekas injakan penumbuk dihitung dari pengukuran
mikroskopis panjang diagonalnya. Kekerasan dihitung dengan mengukur
diagonal d1 dan d2 dari jejak yang ditinggalkan. Hasil pengukuran
kekerasan Vickers, dalam bentuk angka kekerasan bahan logam, dinyatakan
dalam harga satuan tertentu, menurut ketentuan dan standar yang baku
demikian pula angka kekerasannya. Satuan kekerasan Vickers ini sudah
diakui oleh standar internasional dan digunakan oleh semua industri di
seluruh dunia serta dapat dikonversikan dengan satuan dari harga kekerasan
lain dalam berbagai metode. Untuk mengetahui angka kekerasan Vickers
suatu bahan uji dapat menggunakan rumus berikut.

p
Hv = 1,8544 (HV)
d2

Keterangan:
Hv = Hardness Vickers (angka kekerasan Vickers) satuan (HV)
P v = Gaya (N)
d2 = Diagonal indentasi (mm)
4. Pengujian Struktur mikro
Pengujian struktur mikro dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
struktur yang terkandung didalam material serta sifat-sifat fisis dan mekanik
dari material tersebut. Dalam pengujian ini butiran yang terbentuk akan
ditunjukkan dengan ukuran yang diperbesar. Struktur mikro dari paduan
tergantung dari beberapa faktor seperti, elemen paduan, konsentrasi dan
perlakuan panas yang diberikan. Pengujian struktur mikro atau mikrografi
dilakukan dengan bantuan mikroskop dengan koefisien pembesaran dan
metode kerja yang bervariasi. pengujian struktur mikro dapat menunjukan
perubahan struktur setelah dilakukan perlakuan pada suatu material. Alat
struktur mikro di tunjukan pada gambar 2.3 sebagai berikut:

Gambar 2.3 Alat Struktur Mikro


(Kuntar, 2016)
C. Hipotesis
Hipotesa yang akan digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui kualitas
aluminium terbaik ditinjau darikekerasan vickers, dan struktur mikro adalah
sebagai berikut.
H01 : Variasi terhadap kekerasan pada alumunium berpengaruh terhadap hasil
uji kekerasan.
Ha1 : Variasi terhadap kekerasan pada alumunium rendah tidak berpengaruh
terhadap hasil uji kekerasan.
H02 : Variasi terhadap struktur mikro pada alumunum rendah berpengaruh
terhadap hasil uji kekerasan.
Ha2 : Variasi terhadap struktur mikro pada alumunium rendah tidak
berpengaruh terhadap hasil uji kekerasan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Bahan dan Alat


Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain,

1. Alumunum;
2. Mistar siku;
3. Jangka sorong;
4. Gergaji besi;
5. Kikir;
6. Ragum;
7. Tembaga;
8. Stopwatch;
9. Amplas 150, 220, 320, 400, 500, 600, 800, 1000, 1200;
10. Alat uji struktur mikro;
11. Autosol

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Mei 2022 sampai


Agustus 2022. Uji kekerasan dan struktur mikro dengan alumunium ini dilakukan
di laboratorium Pengujian bahan Teknik Mesin Sekolah Tinggi Teknologi Warga
Surakarta. Adapun kekerasan, struktur mikro dilakukan di Laboratorium
Pengujian Bahan Teknik Mesin Sekolah Tinggi Teknologi Warga Surakarta, Jalan
Raya Solo-Baki Km.2, Kwarasan, Solo Baru, Sukoharjo, Jawa Tengah 57552.  

C. Variabel Penelitian

Variabel terikat yang akan digunakan dalam penelitain ini adalah :


1. Alumunium
2. Tembaga
3. Proses Uji bahan
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Pengujian kekerasan Vickers;
2. Pengujian struktur mikro.
Adapun variabel terkontrol yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Pembebanan pada identor pengujian kekerasan;
2. Komposisi dan perbandingan cairan etsa.

D. Tahapan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tahap pertama dari suatu rangkaian
penelitian dengan tujuan mengetahui kekuatan sambungan las pada pipa carbon
steel. Selanjutnya penelitian akan dilakukan dengan mengikuti diagram alir
seperti terlihat pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Tahapan Peneliti


E. Analisis Data

Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis data kuantitatif


deskriptif, yaitu mendeskripsikan data hasil pengujian secara sistematis dalam
bentuk tabel grafik. Analisa data menggunakan data yang diperoleh dari hasil
pengujian laboratorium yang dilakukan kemudian dimasukkan kedalam tabel,
dan ditampilkan dalam bentuk grafik yang kemudian akan dianalisa dan ditarik
kesimpulan. Sehingga dapat diketahui kekuatan material pada alumunium
dengan metode uji kekerasan dan struktur mikro
DAFTAR PUSTAKA
Djiwo, Soeparno, and Aladin Eko Purkuncoro. "Analisis Kekerasan Al-Cu
Dengan Variasi Prosentase Paduan Cu Pada Proses Pengecoran Dengan
Penambahan Serbuk Degasser." Jurnal Flywheel 9.1 (2014).
Majanasastra, R. Bagus Suryasa. "Analisis sifat mekanik dan struktur mikro hasil
proses hydroforming pada material tembaga (Cu) C84800 dan aluminium Al
6063." Jurnal ilmiah teknik mesin 4.2 (2016):
Suarsana, Ketut, I. Made Astika, and Lega Suprapto. "Karakterisasi konduktivitas
termal dan kekerasan komposit aluminium matrik penguat hibrid
SiCw/Al2O3." Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan 1.2 (2018):
Fahmi, Hendriwan. "Analisa Kekerasan dan Fracture Toughness Alumina
Diperkuat Serbuk Aluminium dan Tembaga." Jurnal Teknik Mesin 5.1 (2015).

Anda mungkin juga menyukai