= ................ (II. 6)
dimana:
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
L/L
o
= Perubahan panjang terhadap panjang awal (%)
T
2
T
1
= Temperatur akhir Temperatur awal (
o
C)
II. 5. 4. Kuat Tekan
Kuat tekan suatu material didefinisikan sebagai kemampuan material dalam
menahan beban atau gaya mekanis sampai terjadinya kerusakan (failure). Pengujian
kuat tekan dapat dilihat pada gambar II.9. Bentuk sampel uji biasanya berbentuk
silinder dengan perbandingan panjang dan diameter, (L/d) adalah 1 banding 3.
Sumber : (Dowling, E.N., 1999)
Gambar II. 9. Pengujian kuat tekan dengan menggunakan Universal Testing
Machine-UTM
Persamaan untuk menghitung nilai kuat tekan material adalah sebagai berikut:
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
Kuat Tekan
A
F
= ) ( (II. 7)
dimana :
F = Beban maksimum (Lb)
A = Luas penampang sampel uji = d
2
/4 (mm
2
)
= Kuat Tekan (Lb/mm
2
)
II. 5. 5. Kuat Tarik
Untuk mengetahui kekuatan tarik suatu bahan, maka dilakukan pengujian beban tarik
dengan kecepatan konstan. Beban (P) dan perpanjangan (l) dihasilkan langsung dari
pengujian. Sedangkan tegangannya () adalah beban (P) dibagi dengan luas
penampang (A), sehingga rumusnya adalah : (Surdia,T.,dan Shinroku,1995).
Tegangan, = P/A (kgf / mm
2
) .......................... (II. 8)
dimana:
P = Beban (kgf)
A = Luas penampang (mm
2
)
= Tegangan (kgf/mm
2
)
Gambar II. 10. Model spesimen uji tarik
II. 5. 6. Kuat Patah (Bending Strength)
60 mm
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
Kekuatan Patah sering juga disebut dengan Modulus of Rapture (MOR) yang
menyatakan ukuran ketahanan material terhadap tekanan mekanis dan tekanan panas
(thermal Stress). Kekuatan patah ini berkaitan dengan komposisi, struktur material,
pori-pori, dan ukuran butiran. Ada dua cara pengujian untuk menentukan kekuatan
bahan yang berdasarkan tumpuan, yaitu tiga titik tumpu (three point bending) dan
empat titik tumpu (four point bending). Kuat patah dari sampel material komposit Al-
SiC dapat diukur dengan menggunakan alat uji Universal Testing Machine (UTM).
Pada pengujian sampel material komposit Al-SiC ini dilakukan dengan sistem tiga
titik tumpu, seperti pada gambar II. 11.
Gambar II. 11. Teknik pengujian kuat patah dengan menggunakan tiga titik tumpu
(three point bending).
Kuat patah (Bending Strength = BS) dari sampel material komposit Al-SiC berbentuk
selinder dapat dihitung dengan persamaan berikut: (George,E.,1998).
3
. . 8
d
L P
Bs
=
(II. 9)
dengan:
Bs = Kuat patah (N/mm
2
)
P = Gaya pada puncak beban (N)
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
L = Jarak antara tumpuan (mm)
d = Diameter benda uji (mm)
= 3,14
II. 5. 7. Kekerasan (Vickers Hardness Test)
Kekerasan didefenisikan sebagai ketahanan bahan terhadap penetrasi atau
terhadap deformasi dari permukaan bahan. Ada tiga tipe pengujian terhadap
ketahanan, yaitu: cara tekukan, pantulan (rebound), dan goresan (scratch). Untuk
pengujian bahan dengan cara tekukan biasanya digunakan adalah Brinell, Rockwell
dan Vickers. Pengujian kekerasan dengan menggunakan Vickers hardness, umumnya
menggunakan alat micro hardness tester dengan yang terbuat
dari intan (diamond) dan berbentuk pyramid. Sudut antara permukaan pyramid adalah
= 136
o
seperti pada gambar II.12.
Sumber : (Dowling,E.N.,1999)
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
Gambar II. 12. Vickers Hardness Indentation
Kedalaman penetrasi adalah h dan d adalah panjang diagonal, sehingga Vickers
Hardness Number (VHN) memenuhi persamaan berikut (Dowling, E.N.,1999).
2
sin
2
2
d
P
VHN = ; VHN
2
8564 , 1
d
P
= ................ ......... II. 10)
dimana:
VHN = Nilai kekerasan Vickers (kgf/mm
2
)
P = Beban penekanan (kgf)
d = Rata-rata panjang diagonal (m)
= Sudut antara permukaan diamond (136
o
)
Bentuk pyramid disebabkan oleh penekanan secara geometris yang mirip
dengan pyramid. Geometri tersebut sangat tergantung pada besarnya beban yang
digunakan dan dapat dikonversi menjadi nilai Vickers hardness yang diperoleh.
Besarnya penekanan standar yang digunakan adalah mulai dari 10 gf hingga 1 kgf.
II. 5. 8. X-Ray Diffraction (XRD)
Untuk menentukan jarak antara kristal dan jarak antara atom dalam kristal
digunakan difraksi sinar X. Pada gambar II. 13, menunjukkan suatu berkas sinar X
dengan panjang gelombang , jatuh pada sudut pada sekumpulan bidang kristal
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
berjarak d. Sinar yang dipantulkan dengan sudut hanya dapat terlihat jika berkas
dari setiap bidang yang berdekatan saling menguatkan. Oleh sebab itu, jarak
tambahan satu berkas dihamburkan dari setiap bidang yang berdekatan, dan
menempuh jarak sesuai dengan perbedaan kisi, yaitu: sama dengan panjang
gelombang n .
Sebagai contoh, berkas kedua yang ditunjukkan pada gambar II. 13, menempuh jarak
lebih jauh dari berkas pertama, yaitu: PO + OQ. Syarat pemantulan dan saling
menguatkan dinyatakan dengan hukum Bragg dan sudut kritis dikenal dengan sudut
Bragg ; (Smallman,R.E.,1991 ).
n = PO + OQ = 2ON sin = 2d sin .................. (II. 11)
Arah berkas sinar yang dipantulkan sepenuhnya tergantung oleh geometri kisi, di
mana sebaliknya geometri kisi diatur oleh orientasi dan jarak antara bidang-bidang
kristal. Jika untuk suatu kristal kubus simetri, diberikan ukuran struktur sel a, sudut-
sudut di mana berkas sinar didifraksikan oleh bidang-bidang kristal (hkl) dapat
dihitung dengan mudah dari rumus jarak antar bidang : (Smallman, R.E.,1991 )
) ( /
2 2 2
) (
l k h a d
hkl
+ + = ........................................... (II. 12)
Untuk memastikan bahwa hukum Bragg dapat terpenuhi dan pemantulan dari
berbagai bidang kristal dapat terjadi, maka penting untuk memberikan batas ambang
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
pada harga atau . Berbagai cara di mana hal tersebut mengawali metode standar
difraksi sinar X yang dinamakan dengan metode Laue, metode perputaran kristal dan
metode serbuk.
Sumber : (Smallman,R.E.,1991)
Gambar II.13. Difraksi bidang kristal
II. 5. 9. Scanning Electron Microscope (SEM)
Scanning Electron Microscope (SEM) merupakan mikroskop elektron yang
banyak digunakan untuk analisa permukaan material. SEM juga dapat digunakan
untuk menganalisa data kristalografi, sehingga dapat dikembangkan untuk
menentukan elemen atau senyawa. Prinsip kerja SEM dapat dilihat pada gambar II.14,
di mana dua sinar elektron digunakan secara simultan. Satu strike specimen
digunakan untuk menguji dan strike yang lain adalah Cathode Ray Tube (CRT)
memberi tampilan gambar.
SEM menggunakan prinsip scanning, maksudnya berkas elektron di arahkan
dari titik ke titik pada objek. Gerakan berkas elektron dari satu titik ke titik yang lain
pada suatu daerah objek menyerupai gerakan membaca. Gerakan membaca ini
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
disebut dengan scanning. Komponen utama SEM terdiri dari dua unit, electron
column (B) dan display console (A). Electron column merupakan model electron
beam scanning. Sedangkan display console merupakan elektron skunder yang di
dalamnya terdapat CRT. Pancaran elektron energi tinggi dihasilkan oleh electron gun
yang kedua tipenya berdasar pada pemanfaatan arus.
Sumber : (Cahn,R.W.,Haasen.P.,Kramer.E..J.,1993)
Gambar II.14. Skema Prinsip Dasar SEM
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
BAB III
METODOLOGI
III. 1. Bahan Baku
Material komposit MMC (Al-SiC) dibuat dengan teknik metalurgi serbuk
menggunakan bahan baku serbuk Al alloy (Al alloy A 356.2) yang dibeli dari pasaran
dan serbuk SiC dengan ukuran partikel 50 nm yang dapat dibeli dari lokal market.
Sebagai bahan pembantu antara lain: bahan wetting agent digunakan aluminium
nitrat, [Al(NO
3
)
3
p.a., E Merck], dan ethanol p.a sebagai media pencampur.
III. 2. Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada pembuatan material komposit Al-SiC antara lain:
komposisi bahan baku dan suhu sintering. Variasi komposisi pencampuran bahan
baku ditunjukan pada tabel III. 1.
Tabel III.1. Komposisi pencampuran bahan baku
Kode sampel SiC ( % massa ) Al alloy ( % massa )
A 0 100
B 2 98
C 5 95
D 10 90
E 15 85
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
Sedangkan variasi suhu pembakaran (sintering) dibuat: 500, 550, 600, 650, dan 700
o
C, masing-masing pada suhu tersebut ditahan selama 1 jam dan laju kenaikan suhu
adalah sebesar 10
o
C/menit. Variabel tetap adalah jumlah aditif wetting agent sebesar
1 % berat dari jumlah total bahan baku.
III. 3. Preparasi Sampel
Preparasi sampel untuk pembuatan sampel uji material komposit MMC dari
paduan Al alloy dan nano partikel SiC melalui metoda metalurgi serbuk ditunjukkan
pada diagram alir pada gambar III.1.
SiC
(Partikel, 50 nm)
Wetting agent
Al(NO
3
)
3
Ethanol
(C
2
H
5
OH)
Pencampuran
(magnetic stirrer)
Pengeringan (60
0
C)
Serbuk Al alloy
A 356.2
Serbuk SiC yang di
coating Al(NO
3
)
3
Penimbangan
Pencampuran
(magnetic stirrer), 50
0
C
Pengeringan (60
0
C)
Penekanan (Cold Compaction)
Sintering
(Argon atmosfer)
500, 550, 600, 650, 750
0
C
Pengujian
Ethanol
(C
2
H
5
OH)
1. Densitas, Porositas
2. Kuat Tekan, Kuat Patah
3. Kuat Tarik, Kekerasan Vickers
4. Koef. Ekspansi Termal
5. Analisa XRD dan SEM
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
Gambar III.1. Diagram alir pembuatan dan pengujian material Al SiC
Serbuk SiC (berukuran 50 nm), larutan Al(NO
3
)
3
dan ethanol dicampur
dengan menggunakan magnetic stirrer pada kondisi suhu 50
o
C. Kemudian larutan
tersebut dikeringkan di dalam oven pada suhu 60
o
C selama 24 jam. Hasil yang
diperoleh adalah serbuk SiC yang sudah terlapisi (coating) Al(NO
3
)
3
yang disebut
partikel SiC
p
.
Proses selanjutnya adalah proses pencampuran (mixing) antara bahan baku
matriks (serbuk aluminium alloy) yang berukuran 200 mesh dan bahan penguat
(reinforce) partikel SiC
p
sampai merata (homogen). Pencampuran dilakukan di dalam
beaker glass dengan menggunakan magnetic stirrer sebagai media pengaduknya.
Pencampuran dilakukan dengan cara wet mixing artinya pada saat pencampuran
digunakan larutan ethanol sebagai mixing agent agar serbuk matriks Al alloy dan
penguat partikel SiC
p
tercampur homogen. Perbandingan volume antara serbuk
Al/SiC
p
terhadap larutan ethanol adalah 1 : 2, dan proses pengadukannya dilakukan
selama 30 menit. Setelah tercampur merata, kemudian dikeringkan di dalam oven
selama 24 jam dengan suhu 60
0
C, sehingga diperoleh serbuk kering. Komposisi
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
pencampuran bahan baku seperti ditunjukkan pada tabel III. 1. Pembuatan sampel uji
dilakukan dengan cara cold compaction dengan menggunakan hydraulic press
kapasitas 100 ton. Sebelum sampel dimasukkan kedalam cetakan, dinding cetakan
terlebih dahulu dilapisi (diolesi) dengan asam stearat (stearat acid) agar
mempermudah proses kompaksi (penekanan), mereduksi gesekan antara serbuk
logam (aluminium alloy 2124) terhadap dinding cetakan, dan menghindari spesimen
Al/SiC
p
melekat pada dinding cetakan.
Penambahan wetting agent atau jumlah asam stearat (bahan pelicin) adalah
sebesar 1 % berat dari jumlah total bahan baku. Campuran bahan baku matriks (Al
alloy A 356.2) dan penguat (partikel SiC) dengan berat 10 g dimasukkan ke dalam
cetakan (moulding) dan dilakukan penekanan (kompaksi) sebesar 300 MPa dengan
kecepatan tekanan 10 cm/menit. Proses kompaksi ditahan selama 5 menit untuk
memperoleh spesimen dengan kekuatan yang mencukupi agar mudah dikeluarkan
dari cetakan dan tidak hancur pada saat dipegang.
Sintering merupakan suatu proses pembakaran bahan komposit agar butiran-
butiran saling mengikat (difusi) dan terjadi penurunan nilai porositas. Pada penelitian
ini variasi suhu sintering yang dilakukan adalah: 500, 550, 600, 650 dan 700
o
C, di
mana pada masing-masing suhu tersebut ditahan selama 1 jam. Proses sintering
dilakukan dengan menggunakan tungku listrik tabung (furnace) yang dapat dikontrol
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
suhu pembakarannya. Selama proses pembakaran berlangsung gas argon dialirkan ke
dalam tungku untuk menghindari terjadinya proses oksidasi terhadap spesimen
komposit Al/SiC
p
, seperti diperlihatkan pada gambar III. 2. Debit gas argon yang
dialirkan selama proses sintering adalah 5 liter/menit dengan tekanan aliran gas 1000
kgf/cm
2
,
Sumber : ( Worral,D.,1998)
Gambar III. 2. Skema Proses Sintering: (1). Gas Argon (Ar), (2). Manometer
(regulator), (3). Tungku, dan (4). Kontrol Temperatur
III. 4. Karakterisasi
Karakterisasi yang dilakukan pada material komposit Al-SiC yaitu meliputi:
densitas, porositas, koefesien ekspansi termal, kuat tekan, kuat patah, kuat tarik,
kekerasan, analisa struktur mikro dengan X-Ray Diffraction (XRD) dan Scanning
Electron Microscope (SEM).
III. 4. 1. Densitas
Pengukuran densitas mengacu pada (Birkeland,P.W.,1984) ; ASTM C 134 -
95, dan dilakukan dengan menggunakan prinsip Archimedes. Pengukuran densitas
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
material komposit Al-SiC adalah merupakan benda uji yang telah mengalami proses
pembakaran (sintering). Prosedur pengukuran densitas material komposit Al-SiC
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Sampel dikeringkan di dalam oven dengan suhu 100
o
C dengan waktu
pengeringan selama 2 jam, kemudian timbang massanya dengan neraca
digital, disebut massa kering (m
s
).
b. Timbang massa sampel berikut penggantungnya (menggunakan kawat) di
dalam air dengan menggunakan neraca digital, m
g.
c. Timbang massa kawat penggantung dengan menggunakan neraca digital, m
k
.
Dengan mengetahui besaran-besaran tersebut, maka densitas material komposit Al-
SiC dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan (II. 4),halaman 25.
III. 4. 2. Porositas.
Pengukuran porositas material komposit Al-SiC yang telah disintering mengacu pada
(Birkeland,P.W.,1984) ; ASTM C 373 - 88. Prosedur pengukuran porositas dari
material komposit Al-SiC dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
a. Sampel dikeringkan di dalam oven dengan suhu 100
o
C dengan waktu
pengeringan selama 2 jam kemudian timbang massanya dengan neraca digital,
m
s
.
b. Sampel direbus di dalam air 110
o
C, hingga massa benda dalam keadaan
saturasi (jenuh), kemudian lap permukaannya dengan kain, dan timbang
massanya dengan menggunakan neraca digital, m
b
c. Timbang massa sampel berikut penggantungnya (menggunakan kawat) di
dalam air dengan menggunakan neraca digital, m
g.
d. Timbang massa kawat penggantung dengan menggunakan neraca digital, m
k
.
Dengan mengetahui besaran-besaran tersebut, maka porositas material komposit Al-
SiC dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan (II. 5), halaman 26.
III. 4. 3. Koefesien Ekspansi Termal
Pengukuran koefesien termal ekspansi dilakukan dengan menggunakan alat
Dilatometer Harrop (LT-70) dengan rentang suhu pengukuran diatur mulai dari 30
300
o
C dan mengacu pada (Tipler,P.A.,1998) ; ASTM E 228 - 95. Prosedur
pengukurannya adalah sebagai berikut:
a. Ukur panjang sampel dengan menggunakan jangka sorong, L (cm).
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
b. Letakkan sampel pada tempat sampel (sampel holder), kemudian tentukan
nilai Gain (A), dan hitung nilai corection (C) dengan rumus C = A.L/2,54.
c. Tekan tombol power kemudian tekan tombol hold hingga lampu hold
menyala.
d. Tetapkan Upper Temp dengan menggunakan tombol Upper
e. Tetapkan rate kenaikan suhu dengan mengatur tombol rate (naik)
f. Atur posisi suhu pembacaan dengan mengatur tombol meter ke posisi temp.
Apabila suhu yang terbaca belum mencapai 30
o
C, maka tunggu hingga suhu
mencapai 30
o
C dan tekan tombol down dan slew sehingga lampu slew dan
down menyala.
g. Tentukan skala T range yang diinginkan dengan memilih skala S
1
, S
2
, dan
letakkan Pen Recorder pada kertas Recorder ke posisinya.
h. Arahkan tuas pen ke posisi Up dan diatur posisi pen dengan mengatur tombol
X dan Y, kemudian tekan tombol INST. POWER ke posisi ON dan diatur
kembali posisi pen hingga posisi pen dalam keadaan stabil.
i. Bila posisi pen belum stabil, atur kembali dengan memutar skala micrometer
sampai posisi berada paling bawah kemudian di atur lagi ke posisi yang
diinginkan dengan mengatur tombol X dan Y.
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
j. Apabila posisi pen sudah stabil, arahkan tuas Pen Recorder ke posisi ON dan
nyalakan tungku furnace dengan mengarahkan tombol furnace ke posisi ON.
k. Amati dan catat suhu yang ditunjukkan pada display layar suhu setiap
kenaikan skala X yang diinginkan.
Dari grafik akan diperoleh perubahan panjang/panjang mula-mula (L/L dalam %)
terhadap suhu (T
o
C). Dengan menggunakan persamaan II. 6, maka besarnya nilai
koefesien ekspansi thermal dari material komposit Al-SiC dapat ditentukan.
III. 4. 4. Kuat Tekan (Compresive Strength)
Untuk mengukur kuat tekan material komposit Al-SiC (sampel uji) digunakan
alat Universal Testing Machine (UTM). Prosedur pengujian mengacu pada
(Dowling,E.N.,1999) ; ASTM C 773 - 88, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Ukur diameter sampel uji (d), berupa silinder pejal, dan hitung luas
penampangnya dengan persaman: A = d
2
/4 (cm
2
).
b. Tempatkan sampel pada posisinya, seperti diperlihatkan pada gambar II. 3 (b),
halaman 13.
c. Sebelum pengujian berlangsung, alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan jarum
penunjuk tepat menunjuk pada angka nol.
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
d. Dihidupkan alat, atur tegangan supply sebesar 40 volt, untuk menggerakkan
motor penggerak ke atas maupun ke bawah.
e. Arahkan switch ON/OFF ke arah ON, maka pembebanan secara otomatis akan
bekerja dengan kecepatan konstan sebesar 4 mm/menit.
f. Apabila sampel telah pecah, arahkan switch ke arah OFF, maka motor akan
berhenti dengan sendirinya.
g. Kemudian catat besarnya gaya (F) yang ditampilkan pada panel display,
artinya pada gaya tersebut sampel telah rusak atau pecah.
Dengan mengetahui besaran tersebut, maka nilai kuat tekan dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan (II. 7), halaman 28.
Gambar III. 3.(a). Sampel uji kuat tekan saat diukur, (b). Sampel uji kuat tekan, (C).
Sampel uji saat pengujian kuat tekan.
III. 4. 5. Kuat Tarik
Besarnya kuat tarik dari material komposit Al-SiC yang telah dibuat, diuji
dengan menggunakan Universal Testing Machine (UTM), prosedur pengujiannya
d = 5,2 mm
(a) (b) (c)
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
mengacu pada (Surdia,T. dan Shinroku, 1995) ; ASTM C 133 97. Bentuk sampel
uji adalah silinder pejal dengan diameter 5 mm dan panjangnya 10 cm. Prosedur
pengujian kuat tarik adalah sebagai berikut:
a. Sampel berbentuk silinder diukur diameternya, minimal dilakukan tiga kali
pengulangan, kemudian jepitkan sampel pada dudukan yang telah tersedia.
b. Atur tegangan supply sebesar 40 volt, untuk menggerakkan motor penggerak
kearah atas maupun bawah. Sebelum pengujian berlangsung, alat ukur (gaya)
terlebih dahulu dikalibrasi dengan jarum penunjuk tepat pada angka nol.
c. Kemudian tempatkan sampel tepat berada di tengah pada posisi pemberian
gaya, dan arahkan switch ON/OFF ke arah ON, maka pembebanan secara
otomatis akan bergerak dengan kecepatan konstan sebesar 4 mm/menit.
d. Apabila sampel telah putus, arahkan switch kearah OFF maka motor
penggerak akan berhenti. Catat besarnya gaya yang ditampilkan pada panel
display, saat material komposit Al-SiC tersebut putus.
III. 4. 6. Kuat Patah (Bending Strength)
Pengujian kuat patah material komposit Al-SiC dilakukan dengan
menggunakan alat Universal Testing Machine (UTM) dan mengacu pada
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
(George,E.,1986) ; ASTM C. 170-90. Prosedur pengujian kuat patah dilakukan adalah
sebagai berikut:
a. Sampel berbentuk silinder diukur diameternya (d), dan tempatkan pada
dudukannya, dimana jarak antar titik tumpu (L) dibuat 80 mm.
b. Atur tegangan supplay sebesar 40 volt, untuk untuk menggerakkan motor
penggerak ke atas maupun ke bawah.
c. Arahkan switch ON/OFF ke arah ON, maka pembebanan secara otomatis akan
bekerja dengan kecepatan konstan sebesar 4 mm/menit.
d. Apabila sampel telah patah, arahkan switch ke arah OFF, maka motor akan
berhenti dengan sendirinya.
e. Kemudian catat besarnya gaya (P) yang ditampilkan pada panel display.
Dengan mengetahui besaran tersebut, maka nilai kuat patah dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan (II.9), halaman 28.
III. 4. 7. Kekerasan (Vickers Hardness Test)
Kekerasan material komposit Al-SiC diuji dengan menggunakan
Microhardness Tester (Matsuzawa, tipe MXT-50), dan pengujiannya mengacu pada
standar (Dowling,E.N.,1999) ; ASTM E 18 - 02. Prosedur uji kekerasan adalah
sebagai berikut:
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
a. Permukaan benda uji terlebih dahulu dipoles hingga rata dan halus dengan
menggunakan alat poles. Amplas yang digunakan mulai dari ukuran kasar
sampai yang paling halus, kemudian yang terakhir menggunakan serbuk
alumina. Permukaan yang baik dan halus akan memantulkan, seperti cermin,
karena prinsip pengamatannya berdasarkan pemantulan cahaya.
b. Tempatkan sampel pada holdernya, atur beban yang diinginkan (10 gf - 1 kgf)
dan set waktu identifikasinya (5 - 50 detik). Pada percobaan beban yang
diberikan sebesar 300 gf dan waktu 5 detik.
c. Setelah penekanan, amati indentor yang dihasilkan, seperti diamond (gambar
III. 3) dengan mengatur fokusnya hingga bentuk yang diamati cukup jelas.
Gambar III.4. Hasil pengujian Vickers Hardness.
d. Ukur panjang diagonal dari masing-masing hasil penekanan tersebut dan nilai
kekerasan sampel yang diuji dapat langsung dibaca pada monitor
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
microhardness tester, lakukan minimal 3 kali pengulangan untuk setiap
sampel yang diuji.
Besarnya nilai kekerasan dari material komposit Al-SiC dapat juga dihitung dengan
menggunakan persamaan II. 10, halaman 30.
III. 4. 8. Analisa Struktur Mikro
Analisa struktur mikro dilakukan dengan menggunakan X-Ray Diffraction
(XRD) dan Scanning Electron Microscope (SEM). Perubahan struktur kristal untuk
sampel-sampel yang telah di bakar (disintering) dianalisa komponen-komponen yang
terbentuk dengan menggunakan difraksi sinar X (XRD). Untuk mengetahui
mikrostruktur digunakan observasi dengan Scanning Electron Microscope (SEM).
III. 4. 8. 1. X Ray Diffraction (XRD)
Analisa struktur kristal diperlukan untuk mengetahui perubahan fase struktur
bahan dan dilakukan dengan menggunakan metode difraksi sinar-x (XRD). XRD
adalah suatu peralatan yang dapat memberikan data-data difraksi dan besar kuantitas
intensitas difraksi pada sudut-sudut difraksi (2). Secara umum prinsip kerja XRD
dapat diperlihatkan pada gambar III. 4, halaman 43.
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
Pada alat XRD, (A) adalah generator tegangan tinggi yang berfungsi sebagai
catu daya sumber sinar -X (B). Sampel (C) diletakkan di atas tatakan (D) yang dapat
diatur. Sinar-X dari sumber (B) didifraksi oleh sampel menjadi berkas sinar
konvergen yang terfokus di celah (E), kemudian masuk ke alat pencacah (F). D dan F
dihubungkan secara mekanis. Jika (F) berputar 2 maka D berputar sebesar .
Intensitas difraksi sinar-X yang masuk dalam plat pencacah (F), dikonversikan
dengan alat kalibrasi (G) dalam signal tegangan yang disesuaikan dan direkam oleh
recorder (alat perekam) (H) dalam bentuk kurva. Dari pengujian ini diperoleh grafik
hubungan sudut 2 dengan intensitas pola struktur dari berbagai puncak. Dengan
menggunakan persamaan II. 11, jarak kekisi (d) dapat ditentukan. Nilai-nilai d yang
telah dihitung dicocokkan dengan nilai-nilai d pada ICDD yang sesuai dengan
komponen-komponen kristal yang terbentuk pada file material komposit Al-SiC.
n = PO + OQ = 2ON sin = 2d sin
2
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
Sumber : (Smallman,R.E. 1991)
Gambar III.5. Skema alat uji XRD
III. 4. 8. 2. Scaning Electron Microscop (SEM)
Bentuk dan ukuran partikel komposit matriks logam Al/SiC dapat
diidentifikasikan berdasarkan data yang diperoleh dari alat ukur Scanning Electron
Microscop (SEM). Mekanisme alat ukur SEM dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Sampel diletakkan dalam cawan yang dilapisi emas.
b. Sampel disinari dengan pancaran elektron bertenaga kurang lebih 20 kV
sehingga sampel memancarkan elektron turunan (secondary electron) dan
elektron terpantul (back scattered electron) yang dapat dideteksi dengan
detector scintilator yang diperkuat sehingga timbul gambar pada layar CRT.
c. Pemotretan dilakukan setelah dilakukan pengesetan pada bagian tertentu, dari
objek dan perbesaran yang diinginkan sehingga diperoleh foto sesuai yang
diinginkan.
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Material komposit Al-SiC yang telah berhasil dibuat yaitu menggunakan
teknik metalurgi serbuk dengan bahan baku: Al alloy (A356.2) dan SiC (partikel 50
nm). Bahan wetting agent yang digunakan adalah aluminium nitrat [Al(NO
3
)
3
pa. E
Merck] sebanyak 1 % massa dari jumlah total bahan baku, sedangkan sebagai media
pencampur digunakan ethanol. Variasi komposisi nano particle SiC dan Al alloy
powder dibuat dengan perbandingan: 0 : 100, 2 : 98, 5 : 95, 10 : 90, dan 15 : 85
(dalam % massa). Variasi suhu sintering: 500, 550, 600, 650, dan 700
o
C, masing-
masing dengan waktu tahan (holding time) selama 1 jam.
Karakterisasi yang dilakukan pada material komposit Al-SiC, yaitu: densitas,
porositas, koefesien ekspansi termal, kuat tekan, kuat patah, kuat tarik, kekerasan,
analisa struktur mikro dengan X-Ray Diffraction (XRD) dan Scanning Electron
Microscope (SEM).
IV. 4. 1. Densitas
Hasil pengukuran densitas material komposit Al-SiC yang dibuat dengan
teknik metalurgi serbuk menggunakan serbuk Al alloy (A356.2) dan serbuk SiC (50
nm), dengan variasi: 0, 2, 5, 10, dan 15 % berat SiC, diperlihatkan pada gambar IV.1.
Dari gambar tersebut terlihat bahwa tanpa penambahan SiC, nilai densitas yang
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
diperoleh berkisar antara 1,956 -2,532 g/cm
3
. Pada kurva tersebut terlihat bahwa nilai
densitas sebagai fungsi suhu untuk semua komposisi cenderung naik sampai suhu
pembakaran 650
o
C dan khusus untuk matriks A356.2 pada suhu 700
o
C telah
melewati titik leburnya (melting point). Sampel uji 2 % SiC memiliki nilai densitas
antara 2,276 2,816 g/cm
3
, 5 % SiC sekitar 2,311 2,846 g/cm
3
, 10 % SiC adalah
2,484 2,971 g/cm
3
, dan 15 % SiC adalah 2,494 3,02 g/cm
3
. Dari hasil tersebut,
maka secara umum dapat dinyatakan bahwa korelasi suhu sintering terhadap densitas
adalah linear (berbanding lurus). Suhu sintering optimum dicapai pada 650
o
C, baik
tanpa maupun dengan penambahan SiC. Dari lima komposisi dan suhu sintering
sampel uji, kondisi optimum nilai densitas diperoleh pada penambahan 15 % SiC dan
suhu pembakaran 650
o
C.
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
Gambar IV.1.Hubungan antara suhu sintering terhadap densitas dari material
komposit Al-SiC dengan variasi aditif SiC.
Berdasarkan (Olivier B. 2002), nilai densitas matrik aluminium berpenguat
SiC
p
(partikel SiC) adalah berkisar antara 2,6 3,2 g/cm
3
. Sedangkan dari data sheet
Al/SiC (Alsic. 2009b) nilai densitas sangat bergantung pada persen penambahan
volume. Untuk perbandingan Al alloy : SiC (electronic grade) = 37 : 63, 45 : 55 dan
63 : 37 % volume, diperoleh densitasnya masing-masing sebesar 3,01; 2,96; dan 2,89
g/cm
3
. Nilai ini mempunyai trend yang sama dengan hasil pembuatan material
komposit Al-SiC. Keramik silikon karbida (SiC) memiliki temperatur sublimasi
(lebur) sekitar 2700
o
C dan nilai densitas sekitar 3,2 g/cm
3
dapat digunakan sebagai
material bearings (Wikipedia. 2009h). Sedangkan produk turunan SiC lainnya yang
beredar di pasaran (Hexoloy. 2009d), mempunyai spesifikasi nilai densitas sebesar
3,10 g/cm
3
.
IV. 4. 2. Porositas
Hasil pengamatan porositas dari material komposit Al-SiC yang dibuat dari
serbuk Al alloy (A356.2) dan serbuk SiC (50 nm), dengan variasi komposisi: 0, 2, 5,
10, dan 15 % SiC, diperlihatkan seperti pada gambar IV. 2. Dari gambar tersebut
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
dapat terlihat bahwa tanpa dan dengan penambahan SiC, nilai porositas cenderung
turun apabila suhu sintering semakin tinggi. Demikian pula halnya terjadi apabila
penambahan aditif SiC diperbesar hingga mencapai 15 % SiC maka nilai densitas
juga cenderung turun (Birkeland,P.W., 1984).
Gambar IV.2.Hubungan antara suhu sintering terhadap porositas dari material
komposit Al-SiC dengan variasi aditif SiC.
Rentang nilai porositas yang diperoleh untuk tanpa penambahan SiC adalah
berkisar antara 2,32 - 6,36 %, dan polanya cenderung turun sampai suhu 650
o
C,
sedangkan pada suhu 700
o
C khusus sampel A356.2 telah melebur (melt). Nilai
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
porositas pada komposisi: 2 % SiC adalah 1,01 4,33 %, 5 % SiC adalah 0,76
1,73 %, 10 % SiC adalah 0,51 1,24 %, dan 15 % SiC adalah 0,33 0,87 %. Artinya
semakin kecil nilai porositas material komposit Al-SiC yang diperoleh maka semakin
baik kualitas produk tersebut. Untuk material komposit Al-SiC yang telah beredar
dipasaran, umumnya tidak berpori atau porositasnya adalah nol. Berdasarkan hasil
pengujian porositas material komposit Al-SiC yang terbaik yaitu dengan nilai
porositas terendah adalah pada komposisi 15 % SiC dan suhu sintering sebesar
650
o
C.
IV. 4. 3. Koefesien Ekspansi Termal
Hasil pengamatan koefisien ekspansi termal dari material komposit Al-SiC
yang dibuat dari serbuk Al alloy (A356.2) dan serbuk SiC (50 nm), dengan variasi
komposisi: 0, 2, 5, 10, dan 15 % SiC, diperlihatkan seperti pada gambar IV.3.
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
Gambar IV.3. Hubungan antara suhu sintering terhadap koefisien ekspansi termal dari
material komposit Al-SiC dengan variasi aditif SiC.
Nilai koefisien ekspansi termal dari material komposit Al-SiC tanpa
penambahan SiC dengan suhu sintering 500 650
o
C adalah berkisar antara (19 21)
x 10
-6 o
C
-1
, sedangkan untuk suhu 700
o
C sampel A356.2 telah melebur (melt). Untuk
komposisi 2 % SiC, rentang suhu sintering 500 700
o
C, nilai koefisien ekspansi
termal yang diperoleh, yaitu: antara (11 13,2) x 10
-6 o
C
-1
. Sedangkan pada
komposisi: 5, 10, dan 15 % SiC, dengan rentang suhu sintering 500 700
o
C, masing-
masing diperoleh nilai kuat tekan sebesar: (10,4 11,4) x 10
-6
o
C
-1
; (9,3 10,3) x 10
-6
o
C
-1
; dan (8 9,2) x 10
-6
o
C
-1
. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa kondisi
optimum diperoleh pada komposisi 15 % SiC dan suhu sintering 650
o
C, yaitu
menghasilkan koefisien ekspansi termal sebesar 8 x 10
-6
o
C
-1
.
Nilai koefisien ekspansi termal untuk Al-SiC pada rentang suhu pengukuran
30 300
o
C dengan perbandingan komposisi Al alloy : SiC (electronic grade) = 37 :
63, 45 : 55 dan 63 : 37 % volume, diperoleh sekitar (8,75 11,7) x 10
-6
o
C
-1
(Alsic.
2009). Untuk jenis produk Fallon Casting dengan komposisi 20 % SiC metal matrix
composite, nilai koefisien ekspansi termal pada rentang suhu pengukuran sampai
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
100
o
C adalah sebesar 9,1 x 10
-6
o
C
-1
dan untuk alumina alloy (tipe: A 356-T6)
adalah 11,9 x 10
-6
o
C
-1
(Ofalloncasting. 2009g). Sedangkan sifat termal dari 398
alloy dengan sfesifikasi hypereutectic alloy (16 % Si) untuk NASA pada suhu
pengukuran 100
o
C, menghasilkan koefisien ekspansi termal sebesar 18,65 x 10
-6
o
C
-1
(Lee, J.A.,2003). Produk lainnya komposit Al-SiC jenis metal matrix composite
bervariasi antara (6,8 12) x 10
-6
o
C
-1
(Aavidsthermalloy. 2009a). Pada hal SiC
sendiri mempunyai nilai koefisien ekspansi termal pada rentang suhu pengukuran
temperatur kamar sampai 700
o
C adalah sebesar 4,02 x 10
-6 o
C
-1
(Hexoloy. 2009d) ;
Hashim, J. 1999.
IV. 4. 4. Kuat Tekan (Compresive Strength)
Hasil pengamatan kuat tekan dari material komposit Al-SiC yang dibuat dari
serbuk Al alloy (Al alloy A 356.2) dan serbuk SiC (50 nm), dengan variasi
komposisi: 0, 2, 5, 10, dan 15 % SiC, diperlihatkan seperti pada gambar IV. 4. Nilai
kuat tekan dari material komposit Al-SiC tanpa penambahan SiC dengan suhu
sintering 500 650
o
C adalah berkisar antara 98 103 MPa, sedangkan untuk suhu
700
o
C sampel A356.2 telah melebur (melt). Untuk komposisi 2 % SiC, rentang suhu
sintering 500 700
o
C, nilai kuat tekan yang diperoleh, yaitu: antara 100,4 125,7
MPa. Sedangkan pada komposisi: 5, 10, dan 15 % SiC, dengan rentang suhu sintering
500 700
o
C, masing-masing diperoleh nilai kuat tekan sebesar: 106,4 135,5; 112,6
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
146,4; dan 120,6 156,7 MPa. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa kondisi
optimum diperoleh pada komposisi 15 % SiC dan suhu sintering 650
o
C, yaitu
menghasilkan kuat tekan sebesar 156,7 MPa.
Gambar IV. 4. Hubungan antara suhu sintering terhadap kuat tekan dari material
komposit Al-SiC dengan variasi aditif SiC.
Berdasarkan (Mondal, B, 2007), nilai kuat tekan matriks aluminium (A 356)
berpenguat SiC
p
(partikel SiC) adalah 160 MPa dengan perlakuan panas komposit. Ia
juga menyimpulkan bahwa paduan antara Al-alloy (A 356) dengan 10 15 % SiC
dapat digunakan sebagai komponen automotif, seperti: gear cover, strainer cover dan
cylinder head. Pendapatnya juga telah memperkuat tentang adanya keterbatasan,
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
apabila hanya menggunakan sebatas aluminium (A 356) maka kuat tekannya hanya
100 MPa (Mondal, B, 2007). Sedangkan pada data sheet paduan A 356.0 - T 71, 0,45
% besi, dan mangan tidak lebih sedikit dari 1,5 % besi akan menghasilkan kuat tekan
sebesar 150 MPa (MatWeb. 2009e).
IV. 4. 5. Kuat Tarik
Hasil pengamatan kuat tarik dari material komposit Al-SiC yang dibuat dari
serbuk Al alloy (A356.2) dan serbuk SiC (50 nm), dengan variasi komposisi: 0, 2, 5,
10, dan 15 % SiC, diperlihatkan seperti pada gambar IV.5. Secara umum dari gambar
tersebut dapat terlihat bahwa dengan penambahan komposisi SiC dan peningkatan
suhu sintering maka cenderung meningkatkan nilai kuat tarik.
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
Sumber : (Olivier,B.,2002)
Gambar IV. 5. Hubungan antara suhu sintering terhadap kuat tarik dari material
komposit Al-SiC dengan variasi aditif SiC
Nilai kuat tarik dari material komposit Al-SiC tanpa penambahan SiC dengan
suhu sintering 500 650
o
C adalah berkisar antara 95,4 154,76 MPa, sedangkan
untuk suhu 700
o
C sampel A356.2 telah melebur (melt). Untuk komposisi 2 % SiC,
rentang suhu sintering 500 700
o
C, nilai kuat tarik yang diperoleh yaitu antara 115
174 MPa. Sedangkan pada komposisi 5 % SiC, 10 % SiC, dan 15 % SiC, dengan
rentang suhu sintering 500 700
o
C, masing-masing diperoleh nilai kuat tarik
sebesar: 176 208; 238,16 340,08; dan 283,01 350 MPa. Dari hasil pengamatan
menunjukkan bahwa kondisi optimum diperoleh pada komposisi 15 % SiC dan suhu
sintering 650
o
C, yaitu sebesar 350 MPa.
Berdasarkan (Olivier,B.,2002), nilai kuat tarik matrik aluminium berpenguat
SiC
p
(partikel SiC) adalah berkisar antara 300 450 MPa. Pada paduan aluminium
dengan 4 % magnesium mempunyai kuat tarik diatas 30 kgf/mm
2
atau sama dengan
294 MPa (Purnomo, 2004). Pada sistem Al-SiC dengan ukuran partikel 20 m dan
porositas < 1 % volume adalah berkisar 300 MPa (Aqida, S.N., et. all.,2004). Sifat
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
mekanik paduan aluminium A356.2 dengan penambahan 1,2 % berat Mn (mangan)
menghasilkan kuat tarik sebesar 31,58 kg/mm
2
equivalen dengan 309,5 MPa (Arino
Anzip dan Suharyanto,2006). Sedangkan nilai kuat tarik dari A356.2 sebagai
monolitik adalah sekitar 160 - 172 MPa (Arino Anzip dan Suharyanto 2006 ;
MatWeb. 2009e).
IV. 4. 6. Kuat Patah (Bending Strength)
Hasil pengamatan kuat patah dari material komposit Al-SiC yang dibuat dari
serbuk Al alloy (A 356.2) dan serbuk SiC (50 nm), dengan variasi komposisi: 0, 2, 5,
10, dan 15 % SiC, diperlihatkan seperti pada gambar IV. 6. Dari gambar tersebut
dapat terlihat bahwa dengan penambahan SiC dan suhu sintering cenderung
meningkatkan kuat patah, kecuali pada suhu 700
o
C terjadi penurunan. Nilai kuat
patah dari material komposit Al-SiC tanpa penambahan SiC diperoleh berkisar antara
235,6 315,3 MPa. Pada kurva tersebut terlihat bahwa nilai kuat patah sebagai fungsi
suhu cenderung naik sampai suhu 650
o
C dan pada suhu 700
o
C sampel A356.2 telah
melebur (melt), sehingga tidak dilakukan pengukuran.
Untuk komposisi 2 % SiC pada rentang suhu sintering 500 650
o
C, nilai kuat
patah cenderung naik, yaitu berkisar antara 267,2 346,2 MPa, dan apabila suhunya
dinaikkan 700
o
C maka kuat patah turun menjadi 240,05 MPa. Pada komposisi 5 %
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
SiC, suhu 500 650
o
C diperoleh kuat patah 284,6 388,73 MPa, dan pada suhu 700
o
C maka kuat patah turun menjadi 289,15 MPa.
Gambar IV. 6. Hubungan antara suhu sintering terhadap kuat patah dari material
komposit Al-SiC dengan variasi aditif SiC.
Untuk 10 % SiC pada suhu pembakaran 500 650
o
C, diperoleh nilai kuat
patah 312,6 428,5 MPa dan pada suhu 700
o
C maka kuat patah turun menjadi
318,32 MPa. Sedangkan pada 15 % SiC pada suhu pembakaran 500 650
o
C,
diperoleh kuat patah 324,8 446,4 MPa dan pada suhu 700
o
C maka kuat patah turun
menjadi 326,33 MPa. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa kondisi optimum
(terbaik) diperoleh pada komposisi 15 % SiC dan suhu sintering 650
o
C, yaitu sebesar
446,4 MPa. Sedangkan nilai kuat patah dari A356.2 adalah sebesar 210 MPa
(MatWeb. 2009e).
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
Berdasarkan data sheet AlSiC (Alsic. 2009b), untuk perbandingan Al alloy :
SiC (electronic grade) = 37 : 63, 45 : 55 dan 63 : 37 % volume, diperoleh kuat patah
masing-masing sebesar 488, 450 dan 471 MPa. Sedangkan produk lain (Hexoloy.
2009d), kuat patah dengan empat titik tumpu adalah sebesar 380 MPa dan tiga titik
tumpu sebesar 550 MPa.
IV. 4. 7. Kekerasan (Vickers Hardness Test)
Hasil pengamatan kekerasan, Hv dari material komposit Al-SiC yang dibuat
dari serbuk Al alloy (A356.2) dan serbuk SiC (50 nm), dengan variasi komposisi: 0,
2, 5, 10, dan 15 % SiC, diperlihatkan seperti pada gambar IV.7. Dari gambar tersebut
dapat terlihat bahwa kenaikan suhu dan penambahan prosentasi SiC cenderung
meningkatkan nilai kekerasan, Hv material komposit Al-SiC.
Dari gambar IV.7 terlihat bahwa tanpa penambahan SiC, nilai kekerasan, Hv
yang diperoleh berkisar antara 55 69,8 kgf/mm
2
. Pada kurva tersebut terlihat bahwa
nilai kekerasan, Hv sebagai fungsi suhu cenderung naik sampai suhu 650
o
C dan pada
suhu 700
o
C sampel A356.2 telah melebur (melt) dan tidak dilakukan pengukuran.
Untuk 2 % SiC nilai kekerasan, Hv = 66,42 74,53 kgf/mm
2
, 5 % SiC = 71,71 80,3
kgf/mm
2
, 10 % SiC = 74,25 81,7 kgf/mm
2
dan 15 % SiC = 77,33 83,15 kgf/mm
2
.
Dari hasil tersebut secara umum dapat dinyatakan bahwa korelasi suhu sintering dan
komposisi SiC terhadap kekerasan, Hv adalah berbanding lurus (linear), dengan
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
kondisi optimum diperoleh pada penambahan 15 % SiC dan suhu pembakaran 650
o
C.
Gambar IV. 7. Hubungan antara suhu sintering terhadap kekerasan, Hv dari material
komposit Al-SiC dengan variasi aditif SiC.
Berdasarkan sumber (Arino Anzip dan Suharyanto, 2006), bahwa nilai
kekerasan aluminiun A356.2 dengan penambahan mangan (Mn) akan menghasilkan
penambahan nilai kekerasan yaitu sekitar 75 - 97 Hv. Nilai ini merupakan batas
minimum untuk aplikasi sebagai material velg racing dalam aplikasi otomotif kelas
3000 cc. Hasil penelitian lanjutan dengan perlakuan panas kondisi T6 dengan
kandungan 1,2 % massa Mn, nilai kekerasan yang diperoleh meningkat menjadi
90,74 Hv. Sedangkan untuk beta silikon karbida (-SiC) (Alphamaterials.
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
2008),sebagai monolitik memiliki nilai kekerasan yaitu sekitar 9,5 9,75 skala
kekerasan Mohs ekivalen dengan 2500 - 2900 skala Vickers hardness, Hv (2500 -
2900 kgf/mm
2
). Kekerasan komposit matriks aluminium - 40 % SiC diameter < 20
m dengan suhu sintering 550
o
C, menghasilkan kekerasan sebesar 90,3 Hv
(Jamaliah Idris, et. all., 2003). Sedangkan produk lain dari SiC (Hexoloy. 2009d),
mempunyai kekerasan (Knoop Hardness) sebesar 2800 kg/mm
2
atau sekitar 280
kgf/mm
2
. Pembuatan material komposit berbasis Al-alloy (A356.2) dengan 15 %
SiCp dengan kondisi pengontrolan atmosfir, menghasilkan nilai kekerasan sebesar
152 VHN atau ekivalen 152 kgf/mm
2
.
IV. 4. 8. Analisa Struktur Mikro
Analisa struktur mikro dari material komposit Al-SiC yang dilakukan antara
lain: identifikasi komponen melalui analisa X-Ray Diffraction (XRD), pengamatan
ukuran dan bentuk partikel melalui observasi dengan Scanning Electron Microscope
(SEM). Pola difraksi sinar X untuk sampel dengan komposisi: 5, 10 dan 15 % SiC
yang telah disintering pada suhu 650
o
C, seperti diperlihatkan pada gambar IV.8.
Sedangkan pengamatan SEM, untuk ukuran dan bentuk partikel dengan komposisi:
5,10, dan 15 % SiC pada suhu 650
0
C diperlihatkan pada gambar IV.9, (halaman 62).
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
Gambar IV. 8. Pola difraksi sinar-X (XRD) dari material komposit Al-SiC dengan
variasi komposisi: 5, 10, dan 15 % SiC pada suhu sintering 650
0
C.
Dari hasil analisa difraksi sinar-X (XRD) untuk ketiga sampel uji, yaitu: 5, 10,
dan 15 % SiC yang telah disintering pada suhu 650
o
C ternyata memiliki pola difraksi
2 (degrees)
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
yang sama. Komponen mayor (dominan) yang terbentuk adalah Al, sedangkan
komponen minor adalah SiC. Tidak terlihat adanya komponen baru lainnya, hal ini
berarti antara Al dan SiC tidak terjadi reaksi, tetapi seperti halnya yang diharapkan
dalam proses fabrikasi komposit matriks logam antara komponen Al sebagai matriks
dan komponen SiC sebagai pengisi (filler) yaitu terjadi saling mengisi antar partikel
saja (interstisi).
Beta silicon carbide (-SiC) yang dianalisa dengan X Ray Diffraction
mempunyai sistem kristalografi kubik dengan space group F43m (216), sumber:
(Alphamaterials. 2008. Alpha silicon carbide (-SiC) umumnya mempunyai
komponen polymorph dan terbentuk pada suhu 2000
o
C dan mempunyai struktur
kristal heksagonal (mirip Wurtzite), sumber: (Wikipedia. 2009h). Beberapa penelitian
sebelumnya (Zhongliang Shi,et.all 2001), dalam pembuatan komposit Al/SiC dengan
komposisi SiC diatas 20 %, terkadang terbentuk komponen Al
4
C
3
yang merupakan
reaksi sampingan yang tidak diharapkan antara Al dengan SiC.
Selama proses sintering kemungkinan terjadi reaksi sebagai berikut: 4Al +
SiC
3
Al
4
C
3
+ Si. Komponen Al
4
C
3
tersebut memiliki kelemahan, yaitu: bersifat
mudah larut dalam uap panas, sehingga metal komposit Al/SiC mudah terkorosi
(degradasi). Bila Al
4
C
3
tidak terbentuk dalam proses fabrikasi komposit matriks
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
logam maka hal tersebut berarti ketahanan korosi atau proses fabrikasi dari komposit
Al/SiC akan bersifat jauh lebih baik terhadap ketahanan pengaruh lingkungan.
Pada gambar IV. 9, ditunjukkan hasil foto Scanning Electron Microscopy
(SEM) dari material komposit Al-SiC dengan variasi komposisi: 5, 10, dan 15 % SiC
pada suhu sintering 650
o
C. Dari hasil observasi foto-foto SEM pada gambar IV.9
diperlihatkan bahwa telah terbentuk struktur mikro yang cukup homogen, di mana
butiran Al berwarna putih (terang) dan butiran SiC berwarna abu-abu (gelap)
menyebar secara merata. Pada foto SEM terlihat bahwa bentuk partikel tidak
homogen dengan besaran butiran Al sekitar 500 1000 nm dan SiC sekitar 50 nm
sampai 10 nm yang terletak diantara butiran Al. Jadi selama proses sintering terjadi
pertumbuhan butir sehingga terjadi pembesaran ukuran partikel SiC.
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
Gambar IV.9. Foto SEM dari material komposit Al-SiC dengan variasi komposit:
5,10, dan 15 % SiC pada suhu sintering 650
0
C
Beberapa mikropori terbentuk diantara butiran yang diberi tanda merah pada
foto SEM dengan ukuran < 1m. Material komposit ini jelas menunjukkan tidak
adanya reaksi dan masing-masing material saling berperan sebagai pengisi (filler)
adalah SiC dan matriksnya adalah aluminium. Adanya paduan maka kelemahan
material logam (aluminum) akan diimbangi oleh keramik SiC dan berlaku juga
hubungan sebaliknya. Penguatan material logam Al dengan subsitusi material
keramik SiC sehingga terjadi peningkatan sifat mekanik, termal dan fisis pada
umumnya. Senyawa SiC ini cenderung tidak menimbulkan terjadinya oksidasi pada
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
material dasar aluminium. Kelebihannya mudah berikatan, sehingga relatif lebih
tahan terhadap peruhahan suhu tinggi (thermal shock resistance), begitu pula
terhadap gesekan sehingga sangat cocok untuk kampas rem.
Berdasarkan pengamatan struktur mikronya menunjukkan bahwa material
komposit Al-SiC dengan variasi komposisi 15 % SiC dan suhu sintering 650
o
C
adalah suatu kondisi terbaik dan layak untuk dikaji dalam penerapan untuk
pabrikasinya skala industri kecil (home industry). Hal ini perlu dipertimbangkan,
mengingat potensi bahan baku mineral bauksit sebagai sumber aluminium cukup
berlimpah di Indonesia. Begitu pula halnya SiC dapat diolah dari sekam padi atau
pasir silika sebagai sumber Si dan arang batok kelapa sebagai sumber karbon.
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
1. Telah dapat dibuat material Metal Matrix Composite (MMC) dari campuran
logam Al alloy (A 356.2) dan keramik nano size SiC (50 nm) melalui teknik
metalurgi serbuk dan aditif aluminium nitrat, [Al(NO
3
)
3
,dan ethanol sebagai
media pencampur.
2. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa kondisi optimum diperoleh pada
komposisi 15 % SiC dan suhu sintering 650
o
C dengan karakteristik sebagai
berikut: densitas = 3,02 g/cm
3
, porositas = 0,33 %, koefisien ekspansi termal =
8 x 10
-6
o
C
-1
, kuat tekan = 156,7 MPa, kuat tarik = 350 MPa, kuat patah =
446,4 MPa, kekerasan = 83,15 kgf/mm
2
.
3. Analisis XRD menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan yang signifikan
pada material komposit Al-SiC yaitu untuk 5 %, 10 %, 15 % setelah
disintering pada suhu 650
0
C ternyata memiliki pola difraksi yang sama.
4. Komponen mayor (dominan) yang terbentuk adalah Al, sedangkan komponen
minor adalah SiC. Tidak terlihat adanya komponen baru lainnya, hal ini
berarti antara Al dan SiC tidak terjadi reaksi. Pada foto SEM terlihat bahwa
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
bentuk partikel tidak homogen dengan besaran butiran Al sekitar 5001000
nm dan SiC sekitar 50 nm sampai 10 nm yang terletak diantara butiran Al.
V.2 Saran
1. Untuk penelitian lebih lanjut, perlu dilakukan pengujian tingkat ketahanan
korosi dan sifat kegagalan material melalui uji fatigue.
2. Disamping itu penelitian ini masih bisa dikembangkan dengan penggunaan
bahan baku aluminium dari sumber lainnya yang lebih murah, dan variasi
komposisi di atas 15 % berat SiC sehingga penelitian ini menjadi lebih
komplit.
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
DAFTAR PUSTAKA
Annual Book of ASTM Standard E 228 - 95, Standard Test Method for Linear
Thermal Expansion Material with a Vitreous Silica Dilatometer.
Annual Book of ASTM Standard E 18 - 02, Standard Test Method for Rockwell
Hardness and Rockwell Spherical of Metallic Material.
Annual Book of ASTM Standard C 133 97, Standard Test Method for Cold
Crushing Strength and Modulus of Rupture of Refractories.
Annual Book of ASTM Standard C 134 95, Standard Test Method for Bulk Density
of Material.
Annual Book of ASTM Standard C 373 - 88, Standard Test Method for Water
Absorption, Apparent Porosity, and Apparent Specific Gravity of Fire
Whiteware Products.
Annual Book of ASTM Standard C 773 - 88, Standard Test Method for Compressive
(Crushing) Strength of Fired Whiteware Material.
Annual Book of ASTM Standard C 170 90, Standard Test Method for Compressive
Strength of Dimension Stone
Arino Anzip dan Suhariyanto., 2006, Peningkatan Sifat Mekanik Paduan Alumunium
A356.2 dengan Penambahan Mangan(Mn) dan Perlakuan Panas T6.
Aqida, S. N., 2004, Effects of Porosity on Mechanical Properties of Metal Matrix
Composites: An Overview, Jurnal Teknologi Universiti Teknologi
Malaysia (UTM), pp. 17 32.
2009a. Aavidthermalloy.Technical Papers Matrix. http://www.
Aavidthermalloy.com.(Diakses 15 Oktober 2008).
2008.Alphamaterials.SiC Whiskers. http://www.
Alphamaterials.com.(Diakses 15 Oktober 2008).
2009b. Alsic Composite Materials.http://www. Alsic.com.(Diakses 4 Januari
2009).
Birkeland,P.W.1984,Soil dan Geomorphologi,Oxford,University Press New
York,halaman 14-15.
Cahn, R. W., Haasen. P., Kramer. E. J., 1993, Material Science and Technology, A
Comprehensive Treatment, Vol 2A., Characterisation of Material Part 1.
Eric Lifshin. V. H, New York.
CPS Technology Corp., 2008, Data Sheet Al/SiC Properties for Electronic Packaging
and Thermal Management Solutions, USA
2009c. Dynacer.,Silicon Carbide. http://www.dynacer.com.(Diakses 28
Januari 2009).
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
Dowling, E. N., 1999, Mechanical Behavior of Material, Second edition, Prentice
Hall International INC, New Jersey.
George,E.,1986.,Mechanical Metalurgy,edisi 3,McGraw Hill Book,New
York,halaman 659-662.
2009d. Hexoloy.SiC Physical Properties,http://www.hexoloy.com.(Diakses 2
Pebruari 2009.
Hashim,J.,1999. Microstructure and Porosity Studies of Cost Al-SiCp Metal Matrix
Composite,Jurnal Teknologi,31(A).1-12.
Jamaliah Idris,2003, Kajian Sifat Kehausan dan Kekerasan Komposit Matriks
Alumunium, Universiti Teknologi Malaysia, Malaysia
Khairel Rafezi Ahmad, 2005, The Influence of Alumina Particle Size on Sintered
Density and Hardness of Discontinous Reinforced Aluminum Metal
Matrix Composites, Jurnal Teknologi 42 (A), Universiti Teknologi
Malaysia.
Lee, J.A., 2003, Cast Aluminum Alloy for High Temperature Applications, The
Minerals, Metals & Material Society
2009e. Material Property Data.,MatWeb.com,http://www.(Diakses 2
Pebruari 2009).
2009f. Al alloy material property,Automation creation of blaksburg
virginia,USA, MatWeb.com,http://www. Diakses 20 April 2009.
Mondal. B., 2007, Near-Net-Shape Manufacturing of Al-Alloy & Cast Particulate
Metal Matrix Composite of A 356/SiC
p
through RP-Integrated Investment
Casting, Durgapur, India
2009g. Ofalloncasting. http://www.ofalloncasting.com.(Diakses 2 Pebruari
2009).
Olivier, B., 2002, Metal Matrix Composites (MMCs), Empa, Swiss Federal
Laboratories for Material Research and Testing. Dept Material and
Technology. Swiss
Peter, T. B., 1990, Engineering Properties of Carbides, Engineered Material Hand
Book, vol 4, Ceramics and Glasess, Heather, L. F. and Nikki, W. D., ed.,
The Material Information Society.
Purnomo, 2004, Pengaruh Pengecoran Ulang terhadap Kekuatan Tarik dan
Ketangguhan Impak pada Paduan Aluminium Tuang 320, Prosiding
Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT), Universitas Gunadarma,
Depok
Randall. M. German., 1991, Fundamental of Sintering, Ceramic and Glasses,
Engineered Materials Handbook, Volume 4, ASM International, USA
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
Ristic, M. M., 1977, Sintering New Developments, Material Science Monographs, vol
4, Proceeding of 4
th
International Round Table Conference on Sintering,
Dubrovnik, Yugoslavia, September 5 10, 1979, Elsevier Scientif
Publishing Company, Amsterdam-Oxford, New York.
Saranavanan., R.A1998, Dry Sliding Wear Behavior of A356-15 Pct SiC
p
Composites
under Controlled Atmospheric Conditions, Metallurgical and Materials
Transactions.
Sciti, D., and Bellosi, A., 2002, Microstructure and Properties of Alumina-SiC
nanocomposites Prepared from Ultrafine Powders, Journal of Material
Science 37, Kluwer Academic Publishers.
Smallman, R. E., 1991, Metalurgi Fisik Modern, Edisi 4, PT. Gramedia, Jakarta.
Surdia, T. dan Shinroku, S., 1995 Pengetahuan Bahan Tekhnik, Pradnya Paramita,
Jakarta.
Tippler,P.A.1998,Fisika untuk Sains dan Teknik,jilid I,edisi 3 Penerbit
Erlangga,Halaman 568-570.
Van Vlack, L. H., 1989, Ilmu dan Teknologi Bahan-bahan Logam dan Bukan Logam,
Edisi kelima, Erlangga, Jakarta.
Violeta JP.,2001,Tensile Strengh of Fine Grained Slag Concrete,E-journalnet,volume
02,ISSN 1311-8978.
2009h. Wikipedia.Silicon Carbide,http://www.en
wikipedia.org/wiki.(Diakses 2 Pebruari 2009).
Worral,D,1998.,Sintering Process,Handbook of Material,Academic Press Volume 4
New York,(Halaman 1104-1115).
Zheng Ren and Sammy Lap Ip Chan., 2000, Mechanical Properties of Nanometric
Particulate Reinforced Aluminium Composites, School of Materials
Science and Engineering, UNSW
Zhongliang Shi,2001, The Oxidation of SiC Particle and Its Interfacial
Characteristics in Al-Matrix Composites, Journal of Material Science 36,
pp. 2441 2449, Kluwer Academic Publisher
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
A. Data Pengukuran Densitas
0 % SiC
Temperatur
(
0
C)
Massa
Kering
(ms)
(g)
Massa setelah
setelah direndam
(mb)
(g)
Massa
digantung
dalam air
(mg)
(g)
Massa kawat
penggantung
(mk)
(g)
Densitas
(g/cm
3
)
500 120.050 172.378 111.056 0.053 1.956
550 118.256 158.011 102.125 0.053 2.114
600 113.264 146.388 100.286 0.053 2.454
650 105.621 138.315 96.654 0.053 2.532
700 MELT
2 % SiC
Temperatur
(
0
C)
Massa
Kering
(ms)
(g)
Massa setelah
setelah direndam
(mb)
(g)
Massa
digantung
dalam air (mg)
(g)
Massa kawat
penggantung
(mk)
(g)
Densitas
(g/cm
3
)
500 125.030 169.402 114.521 0.053 2.276
550 121.060 153.639 106.236 0.053 2.551
600 116.520 144.003 102.352 0.053 2.794
650 111.080 138.016 98.623 0.053 2.816
700 105.230 131.521 94.205 0.053 2.816
5 % SiC
Temperatur
(
0
C)
Massa
Kering
(ms)
(g)
Massa setelah
setelah direndam
(mb)
(g)
Massa
digantung
dalam air (mg)
(g)
Massa kawat
penggantung
(mk)
(g)
Densitas
(g/cm3)
500 125.030 168.570 114.521 0.053 2.311
550 121.060 150.690 106.236 0.053 2.720
600 116.520 143.750 102.352 0.053 2.811
650 111.080 137.614 98.623 0.053 2.845
700 105.230 131.127 94.205 0.053 2.846
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
10 % SiC
Temperatur
(
0
C)
Massa
Kering
(ms)
(g)
Massa setelah
setelah direndam
(mb)
(g)
Massa
digantung
dalam air (mg)
(g)
Massa kawat
penggantung
(mk)
(g)
Densitas
(g/cm
3
)
500 130.226 170.915 118.542 0.053 2.484
550 126.412 156.229 112.005 0.053 2.855
600 121.233 148.689 107.238 0.053 2.921
650 116.841 141.609 102.335 0.053 2.971
700 110.213 136.661 99.605 0.053 2.970
15 % SiC
Temperatur
(
0
C)
Massa
Kering
(ms)
(g)
Massa setelah
setelah direndam
(mb)
(g)
Massa
digantung
dalam air (mg)
(g)
Massa kawat
penggantung
(mk)
(g)
Densitas
(g/cm
3
)
500 130.226 170.705 118.542 0.053 2.494
550 126.412 155.229 112.005 0.053 2.921
600 121.233 147.623 107.238 0.053 2.998
650 116.841 141.203 102.335 0.053 3.002
700 110.213 136.265 99.605 0.053 3.002
Contoh perhitungan untuk menentukan densitas (Archimedes method) sampel 0 %
SiC sebagai berikut:
Densitas =
air
k g b
s
m m m
m
) (
Dimana:
m
s
= Massa sampel kering (g)
m
b
= Massa sampel setelah direndam air (g)
mg = Massa sample digantung di dalam air (g)
m
k
= Massa kawat penggantung (g)
air
= 1 g/cm
3
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
Densitas =
) (
Dimana:
m
s
= Massa sampel kering (g)
m
b
= Massa sampel setelah direndam air (g)
m
g
= Massa sample digantung di dalam air (g)
m
k
= Massa kawat penggantung (g)
air
= 1 g/cm
3
Porositas = 1
) 053 . 0 215 . 178 ( 625 . 180
960 . 164 625 . 180
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
Porositas = 6.36 %
C. Data Pengukuran Kuat Tekan
0% SiC
Temperatur
(
0
C)
Diameter
(mm)
Luas
(mm
2
)
Gaya
(N)
Kuat Tekan
(MPa)
500 5.10 20.42 2015.24 98.70
550 5.20 21.23 2112.03 99.50
600 5.10 20.42 2066.29 101.20
650 5.20 21.23 2194.81 103.40
700 MELT
2% SiC
Temperatur
(
0
C)
Diameter
(mm)
Luas
(mm
2
)
Gaya
(N)
Kuat Tekan
(MPa)
500 5.30 22.05 2213.89 100.40
550 5.20 21.23 2213.91 104.30
600 5.30 22.05 2399.11 108.80
650 5.10 20.42 2354.18 115.30
700 5.00 19.63 2466.86 125.70
5% SiC
Temperatur
(
0
C)
Diameter
(mm)
Luas
(mm2)
Gaya
(N)
Kuat Tekan
(MPa)
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
500 5.20 21.23 2258.49 106.40
550 5.20 21.23 2373.11 111.80
600 5.30 22.05 2606.39 118.20
650 5.00 19.63 2488.45 126.80
700 5.10 20.42 2766.62 135.50
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
10% SiC
Temperatur
(
0
C)
Diameter
(mm)
Luas
(mm
2
)
Gaya
(N)
Kuat Tekan
(MPa)
500 5.30 22.05 2482.90 112.60
550 5.20 21.23 2612.97 123.10
600 5.20 21.23 2825.23 133.10
650 5.10 20.42 2909.54 142.50
700 5.00 19.63 2873.10 146.40
15% SiC
Temperatur
(
0
C)
Diameter
(mm)
Luas
(mm
2
)
Gaya
(N)
Kuat Tekan
(MPa)
500 5.30 22.05 2659.31 120.60
550 5.30 22.05 3042.99 138.00
600 5.30 22.05 3303.19 149.80
650 5.20 21.23 3326.18 156.70
700 5.20 21.23 3321.93 156.50
Contoh perhitungan untuk menentukan kuat tekan sampel 0 % SiC sebagai berikut
Kuat Tekan =
A
P
Dimana:
A = Luas Penampang =
4
) 1 . 5 .(
4
.
2 2
=
d
= 20.42 mm
2
P = Gaya = 2015.24 N
Kuat Tekan
2
. 42 . 20
. 24 . 2015
mm
N
= = 98.70 MPa
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
Catatan: 1 MPa = 1 N/mm
2
D. Data Pengukuran Kuat Patah
0% SiC
Temperatur
(
0
C)
Diameter
(mm)
Span
(mm)
Gaya
(N)
Kuat Patah
(MPa)
500 10.00 80.00 907.66 185.00
550 10.10 80.00 1004.77 198.77
600 10.30 80.00 1148.90 214.30
650 10.40 80.00 1182.42 214.25
700 MELT
2% SiC
Temperatur
(
0
C)
Diameter
(mm)
Span
(mm
2
)
Gaya
(N)
Kuat Patah
(MPa)
500 10.20 80.00 989.87 190.12
550 10.30 80.00 1083.55 202.11
600 10.30 80.00 1276.55 238.11
650 10.10 80.00 1213.43 240.05
700 10.10 80.00 915.55 181.12
5% SiC
Temperatur
(
0
C)
Diameter
(mm)
Span
(mm2)
Gaya
(N)
Kuat Patah
(MPa)
500 10.40 80.00 1188.98 215.44
550 10.20 80.00 1226.87 235.64
600 10.20 80.00 1485.12 285.24
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
650 10.30 80.00 1550.19 289.15
700 10.10 80.00 946.38 187.22
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
10% SiC
Temperatur
(
0
C)
Diameter
(mm)
Span
(mm
2
)
Gaya
(N)
Kuat Patah
(MPa)
500 10.20 80.00 1177.77 226.21
550 10.20 80.00 1441.23 276.81
600 10.30 80.00 1705.93 318.20
650 10.30 80.00 1706.57 318.32
700 10.40 80.00 1054.54 191.08
15% SiC
Temperatur
(
0
C)
Diameter
(mm)
Span
(mm
2
)
Gaya
(N)
Kuat Patah
(MPa)
500 10.20 80.00 1193.19 229.17
550 10.20 80.00 1557.49 299.14
600 10.10 80.00 1649.47 326.31
650 10.10 80.00 1649.57 326.33
700 10.40 80.00 1055.43 191.24
Contoh perhitungan untuk menentukan kuat patah sampel 0 % SiC sebagai berikut
Kuat Patah =
3
.
. . 8
d
l P
Dimana:
P = Gaya = 907.66 N
l = Panjang span = 80 mm
d = diameter = 10 mm
Kuat Patah
. ) 10 (
. 80 . 66 . 907 8
3
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
Kuat Patah = 185 MPa
E. Data Pengukuran Kuat Tarik
0% SiC
Temperatur
(
0
C)
Diameter
(mm)
Luas
(mm
2
)
Gaya
(N)
Kuat Tekan
(MPa)
500 5.00 19.63 1872.23 95.40
550 5.20 21.23 2351.46 110.78
600 5.30 22.05 3141.56 142.47
650 5.10 20.42 3159.87 154.76
700 MELT
2% SiC
Temperatur
(
0
C)
Diameter
(mm)
Luas
(mm
2
)
Gaya
(N)
Kuat Tekan
(MPa)
500 5.00 19.63 2256.88 115.00
550 5.10 20.42 2695.16 132.00
600 5.20 21.23 3210.71 151.26
650 5.30 22.05 3792.71 172.00
700 5.40 22.89 3982.96 174.00
5% SiC
Temperatur
(
0
C)
Diameter
(mm)
Luas
(mm2)
Gaya
(N)
Kuat Tekan
(MPa)
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
500 5.20 21.23 3735.85 176.00
550 5.00 19.63 3611.00 184.00
600 5.10 20.42 3899.81 191.00
650 5.20 21.23 4224.05 199.00
700 5.00 19.63 4082.00 208.00
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
10% SiC
Temperatur
(
0
C)
Diameter
(mm)
Luas
(mm
2
)
Gaya
(N)
Kuat Tekan
(MPa)
500 5.40 22.89 5451.63 238.16
550 5.20 21.23 6049.52 285.00
600 5.10 20.42 6635.80 325.00
650 5.20 21.23 7198.08 339.11
700 5.00 19.63 6674.07 340.08
15% SiC
Temperatur
(
0
C)
Diameter
(mm)
Luas
(mm
2
)
Gaya
(N)
Kuat Tekan
(MPa)
500 5.00 19.63 5554.07 283.01
550 5.20 21.23 6496.34 306.05
600 5.20 21.23 7176.65 338.10
650 5.30 22.05 7651.58 347.00
700 5.10 20.42 7146.25 350.00
Contoh perhitungan untuk menentukan kuat tarik sampel 0 % SiC sebagai berikut
Kuat Tarik =
A
P
Dimana:
A = Luas Penampang =
4
) 0 . 5 .(
4
.
2 2
=
d
= 19.63 mm
2
F = Gaya = 1872.23 N
Kuat Tarik =
2
. 63 . 19
23 . 1872
mm
N
A
F
=
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
Kuat Tarik = 95.40 MPa
F. Data Pengukuran Kekerasan
Prosentase 500 550 600 650 700
0 % SiC 55.00 58.70 64.77 69.80 MELT
2% SiC 66.42 69.21 71.34 74.51 74.53
5% SiC 71.71 75.22 78.45 80.30 80.30
10% SiC 74.25 77.00 81.20 81.67 81.70
15% SiC 77.33 79.50 82.87 83.11 83.15
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
G. Data Pengukuran Koefisien Ekspansi Termal
0 % SiC 500
o
C 550
o
C 600
o
C
Suhu
(
o
C)
% Ekspansi
Suhu
(
o
C)
% Ekspansi
Suhu
(
o
C)
%
Ekspansi
30 0.000
30 0.000
30 0.000
72 0.047
72 0.047
72 0.047
89 0.080
89 0.073
89 0.081
104 0.100
104 0.107
104 0.108
114 0.119
114 0.122
114 0.120
125 0.146
125 0.153
125 0.152
134 0.167
134 0.166
134 0.161
142 0.178
142 0.175
142 0.181
150 0.196
150 0.194
150 0.192
157 0.215
157 0.205
157 0.211
164 0.231
164 0.226
164 0.223
168 0.243
168 0.235
168 0.236
176 0.254
176 0.254
176 0.250
181 0.263
181 0.261
181 0.272
188 0.296
188 0.279
186 0.281
192 0.306
192 0.309
192 0.300
201 0.330
201 0.348
201 0.351
CTE = 21.0 x 10
-6
/
0
C
CTE = 20.3 x 10
-6
/
0
C
CTE = 20.0 x 10
-6
/
0
C
CTE = Coefficient Thermal Expansion
( Koefisien Ekspansi Termal )
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
650
o
C
CTE = Coefficient Thermal Expansion
( Koefisien Ekspansi Termal )
Suhu
(
o
C)
% Ekspansi
30 0.000
72 0.047
89 0.075
104 0.103
114 0.121
125 0.144
134 0.163
142 0.177
150 0.187
157 0.202
164 0.216
168 0.222
176 0.239
183 0.252
186 0.273
192 0.298
201 0.356
CTE = 19.0 x 10
-6
/
0
C
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
2 % SiC 500
o
C 550
o
C 600
o
C
Suhu
(
o
C)
% Ekspansi
Suhu
(
o
C)
% Ekspansi
Suhu
(
o
C)
%
Ekspansi
30 0.000
30 0.000
30 0.000
72 0.039
72 0.047
72 0.039
89 0.065
89 0.065
89 0.055
104 0.080
104 0.080
104 0.080
114 0.102
114 0.087
114 0.087
125 0.119
125 0.101
125 0.101
134 0.127
134 0.112
134 0.112
142 0.134
142 0.124
142 0.118
150 0.142
150 0.132
150 0.128
157 0.149
157 0.146
157 0.137
164 0.154
164 0.150
164 0.144
168 0.165
168 0.156
168 0.149
176 0.169
176 0.166
176 0.159
181 0.175
181 0.174
181 0.164
186 0.182
186 0.184
186 0.178
192 0.191
192 0.198
192 0.195
205 0.250
207 0.252
201 0.212
CTE = 13.2 x 10
-6
/
0
C
CTE = 13.0 x 10
-6
/
0
C
CTE = 12.4 x 10
-6
/
0
C
CTE = Coefficient Thermal Expansion
( Koefisien Ekspansi Termal )
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
650
o
C 700
o
C
Suhu
(
o
C)
% Ekspansi
Suhu
(
o
C)
% Ekspansi
30 0.000
30 0.000
72 0.047
72 0.038
89 0.065
89 0.052
104 0.080
104 0.069
114 0.087
114 0.077
125 0.101
125 0.091
134 0.112
134 0.102
142 0.118
142 0.112
150 0.128
150 0.120
157 0.137
157 0.128
164 0.144
164 0.134
168 0.149
168 0.140
176 0.159
176 0.148
181 0.164
181 0.155
186 0.183
186 0.159
192 0.191
192 0.169
201 0.209
206 0.197
CTE = 12.0 x 10
-6
/
0
C
CTE = 11.0 x 10
-6
/
0
C
CTE = Coefficient Thermal Expansion
( Koefisien Ekspansi Termal )
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
5 % SiC 500
o
C 550
o
C 600
o
C
Suhu
(
o
C)
% Ekspansi
Suhu
(
o
C)
% Ekspansi
Suhu
(
o
C)
%
Ekspansi
30 0.000
30 0.000
30 0.000
72 0.037
72 0.038
72 0.047
89 0.065
89 0.065
89 0.065
104 0.080
104 0.085
104 0.080
114 0.087
114 0.090
114 0.087
125 0.101
125 0.100
125 0.101
134 0.112
134 0.120
134 0.112
142 0.118
142 0.118
142 0.118
150 0.128
150 0.128
150 0.128
157 0.137
157 0.137
157 0.137
164 0.144
164 0.144
164 0.144
168 0.149
168 0.149
168 0.149
176 0.159
176 0.159
176 0.159
181 0.164
181 0.164
181 0.164
186 0.171
186 0.171
186 0.171
192 0.180
192 0.180
195 0.180
201 0.185
206 0.191
201 0.191
CTE = 11.4 x 10
-6
/
0
C
CTE = 11.2 x 10
-6
/
0
C
CTE = 11.0 x 10
-6
/
0
C
CTE = Coefficient Thermal Expansion
( Koefisien Ekspansi Termal )
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
650
o
C 700
o
C
Suhu
(
o
C)
% Ekspansi
Suhu
(
o
C)
% Ekspansi
30 0.000
30 0.000
72 0.029
72 0.047
92 0.042
89 0.065
104 0.057
104 0.080
114 0.062
114 0.087
125 0.069
125 0.101
134 0.076
134 0.112
142 0.089
142 0.118
150 0.095
150 0.128
157 0.104
157 0.137
164 0.110
164 0.144
168 0.114
168 0.142
176 0.124
176 0.150
181 0.126
181 0.157
186 0.132
186 0.160
200 0.140
196 0.172
201 0.191
201 0.191
CTE = 10.5 x 10
-6
/
0
C
CTE = 10.4 x 10
-6
/
0
C
CTE = Coefficient Thermal Expansion
( Koefisien Ekspansi Termal )
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
10 % SiC 500
o
C 550
o
C 600
o
C
Suhu
(
o
C)
% Ekspansi
Suhu
(
o
C)
% Ekspansi
Suhu
(
o
C)
% Ekspansi
30 0.000
30 0.000
30 0.000
72 0.047
72 0.041
72 0.047
89 0.065
89 0.065
89 0.065
104 0.080
104 0.080
104 0.080
114 0.087
114 0.087
114 0.087
125 0.101
125 0.101
125 0.101
134 0.112
134 0.112
134 0.112
142 0.118
142 0.118
142 0.118
150 0.128
150 0.128
150 0.128
157 0.137
157 0.125
157 0.137
164 0.144
164 0.135
164 0.144
168 0.149
168 0.138
168 0.149
176 0.159
176 0.148
176 0.159
181 0.164
181 0.155
181 0.164
186 0.171
186 0.161
186 0.171
192 0.180
192 0.166
192 0.180
201 0.160
201 0.181
201 0.181
CTE = 10.3 x 10
-6
/
0
C
CTE = 10.1 x 10
-6
/
0
C
CTE = 10.0 x 10
-6
/
0
C
CTE = Coefficient Thermal Expansion
( Koefisien Ekspansi Termal )
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
650
o
C 700
o
C
CTE = Coefficient Thermal Expansion
( Koefisien Ekspansi Termal )
Suhu
(
o
C)
% Ekspansi
Suhu
(
o
C)
% Ekspansi
30 0.000
30 0.000
72 0.030
72 0.033
89 0.053
89 0.055
104 0.067
104 0.066
114 0.077
114 0.080
125 0.088
125 0.087
134 0.098
134 0.092
142 0.107
146 0.107
150 0.113
152 0.111
168 0.120
157 0.118
174 0.129
164 0.126
176 0.134
168 0.130
182 0.142
176 0.137
181 0.143
186 0.145
193 0.151
186 0.147
201 0.157
201 0.159
205 0.166
207 0.150
CTE = 9.4 x 10
-6
/
0
C
CTE = 9.3 x 10
-6
/
0
C
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
15 % SiC 500
o
C 550
o
C 600
o
C
Suhu
(
o
C)
% Ekspansi
Suhu
(
o
C)
% Ekspansi
Suhu
(
o
C)
% Ekspansi
30 0.000
30 0.000
30 0.000
72 0.072
73 0.035
72 0.030
89 0.087
89 0.052
92 0.042
104 0.101
104 0.067
104 0.051
114 0.109
114 0.077
119 0.060
127 0.124
135 0.101
125 0.069
134 0.128
134 0.098
137 0.078
142 0.133
142 0.109
148 0.087
150 0.142
150 0.111
154 0.094
157 0.146
157 0.110
157 0.100
164 0.153
164 0.117
164 0.108
168 0.161
168 0.120
177 0.111
176 0.163
176 0.126
176 0.116
181 0.164
181 0.130
181 0.123
186 0.171
186 0.135
186 0.127
192 0.175
198 0.138
192 0.131
207 0.179
206 0.191
201 0.137
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
CTE = 9.2 x 10
-6
/
0
C
CTE = 9.0 x 10
-6
/
0
C
CTE = 8.4 x 10
-6
/
0
C
CTE = Coefficient Thermal Expansion
( Koefisien Ekspansi Termal )
650
o
C 700
o
C
Suhu
(
o
C)
% Ekspansi
Suhu
(
o
C)
% Ekspansi
30 0.000
30 0.000
72 0.030
72 0.030
89 0.042
89 0.042
104 0.051
109 0.057
114 0.060
114 0.062
125 0.069
128 0.075
134 0.078
134 0.078
142 0.087
142 0.087
150 0.094
150 0.094
157 0.100
157 0.100
164 0.108
164 0.108
168 0.111
168 0.111
176 0.116
176 0.116
Khairul Sakti : Pembuatan Komposit Metal Al Alloy Nano Keramik Sic Dan Karakterisasinya, 2009
USU Repository 2008
CTE = Coefficient Thermal Expansion
( Koefisien Ekspansi Termal )
H. Data Hanawalt XRD File
181 0.123
181 0.123
186 0.127
186 0.127
192 0.131
194 0.131
201 0.137
201 0.137
CTE = 8.2 x 10
-6
/
0
C
CTE = 8.0 x 10
-6
/
0
C