Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada sebuah mesin, connecting rod merupakan sebuah komponen berupa

batang penghubung antara piston dan crankshaft. Connecting rod mempunyai

fungsi untuk meneruskan daya dari piston ke poros engkol dengan mengubah

gerak translasi pada piston menjadi gerak rotasi pada poros engkol. Gaya yang

bekerja pada connecting rod dihasilkan dari sistem pembakaran yang terdapat di

ruang silinder akibat reaksi udara dan gas pembakaran. Oleh karena itu connecting

rod harus mampu menahan beban tarik, tekan dan tegangan lentur yang muncul

akibat gaya dorong maksimum piston dan gaya sentrifugal (Latief et al. 2019).

Secara umum pengaplikasian connecting rod di aplikasikan pada mesin-mesin

pembakaran dalam, seperti mesin mobil, motor, dan mesin uap, namun connecting

rod dapat juga di aplikasikan pada mesin-mesin pembakaran luar, seperti stirling

engine, dan flame licker engine. Connecting rod pada mesin-mesin pembakaran

dalam biasanya terbuat dari baja, namun pada mesin-mesin pembakaran luar

mesin seperti stirling engine dan flame licker engine, connecting rod terbuat dari

logam paduan aluminium, dikarenakan material paduan aluminium sangat ringan

dan mempunyai harga yang relatif sangat terjangkau.

Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini, banyak kalangan dunia

industri yang menggunakan logam sebagai bahan baku produksinya. Permintaan

logam aluminium di seluruh dunia berkembang sebesar 29 juta ton per tahunnya,

untuk 22 juta ton aluminium baru dan 7 juta ton daur ulang atau scrap aluminium.

1
2

Penggunaan aluminium daur ulang secara ekonomis dan lingkungan sangatlah

menarik (Senthil, Raguraman, and Manalan 2020). Material yang kuat serta tahan

korosi sangat diperlukan dalam dunia otomotif dan industri, para produsen

berlomba-lomba mengembangkan inovasi material dengan berbagai metode,

mulai dari komposisinya, sampai dengan perlakuan panas pada material tersebut

(Fuady et al. 2019).

Pada penelitian yang dilakukan oleh (Senthil, dkk 2020) mengungkapkan

bahwa Aluminium Metal Matrix Composites (MMC) paduan Aluminium-Silicon

Carbide dapat menghasilkan karakteristik pengurangan massa reciprocating,

kekuatan dan kukakuan spesifik yang tinggi, dan koefisien ekspansi ternal yang

rendah. Paduan aluminium ini dapat diaplikasikan pada connecting rod dan

turbocharger.

Dengan demikian, beberapa inovasi telah dikembangkan dalam pembuatan

connecting rod diantaranya. Perlakuan panas (holding time) dan kompaksi yang

menunjukan bahwa semakin besar kompaksi maka porositas yang terjadi sedikit,

semakin sedikit porositas yang terdapat pada spesimen, maka akan semakin keras

dan padat (Mazahery and Shabani 2013). Pengaruh posisi saluran masuk (in-gate)

dalam proses pengecoran sand casting membuahkan hasil porositas tertinggi

berada pada posisi small end, kemudian diikuti posisi big end, dan porositas

terendah terjadi pada posisi rod (Fuady et al. 2019). Pengaruh parameter proses

pada microstructure dan sifat mekanik dalam proses semi-solid squeeze casting

menghasilkan peningkatan dalam sifat mekanik dari connecting rod namun, saat

suhu tuang lebih dari 300 , partikel rata-rata diameter (APD) meningkat
3

sedangkan faktor bentuk rata-rata (APS) tiba-tiba menurun, akibatnya sifat

mekanis connecting rod menurun.

Berdasarkan penelitian yang sudah ada pengecoran aluminium (Al) yang

dicampurkan dengan silikon karbida (SiC) sebesar 15% mendapatkan nilai

densitas sebesar 2,79 (g/cm3), kekuatan tarik sebesar 282,0 (MPa), nilai rasio

kekuatan terhadap berat 1,74 dan koefisien muai panas sebesar 13,8 (10-6/ )

(Sujan et al. 2012).

Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa Penambahan Silikon karbida

(SiC) dapat meningkatkan kekerasan pada material aluminium. Kekerasan

tertinggi diperoleh pada komposisi SiC 3,5% sebesar 62,03 BHN. Penambahan

Silikon karbida (SiC) dapat meningkatkan ketangguhan pada material aluminium.

Daya serap impact tertinggi diperoleh pada komposisi SiC 3,5% sebesar 45,42

joule, dan nilai impact sebesar 0,454 Joule/mm². Hasil uji keausan dapat dilihat

bahwa pada bahan raw material memiliki laju keausannya sangat besar yaitu

sebesar 0,401 mm³/s secara teori dan secara eksperimen sebesar 0,415 mm³/s.

semakin banyak penambahan Silikon maka semakin rendah laju keausannya, yaitu

pada Al-SiC 3,5% memlilik laju keausan yang paling rendah yaitu sebesar 0,311

mm³/s secara teori dan secara eksperimen sebesar 0,320 mm³/s (Harahap,

Tugiman, and Suprianto 2015).

Menurut (Singh 2018) mengungkapkan bahwa penelitian karakteristik pada

paduan aluminium (Al) 6063 hybrid dengan penambahan bahan penguat silikon

karbida (SiC), red mud, dan fly ash menghasilkan peningkatan kekuatan tarik

secara signifikan.
4

Menurut (Simanjuntak and Abda 2013) menyimpulkan bahwa karakterisasi

komposit matriks logam AI-SiC menunjukkan kondisi optimum yang diperoleh

dari komposisi 18% SiC dengan suhu sintering 600 menghasilkan nilai

kekerasan 88,96 HRB, keausan 2.575 x 10-5 gram/mm2.s, dan kuat tarik sebesar

19,77 Kgf/mm2.

Berdasarkan penjelasan di atas, material yang unggul bisa didapatkan dari

penggabungan dua jenis material yaitu aluminium (AI) dan silikon karbida (SiC).

Material komposit tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif untuk

mendapatkan sifat yang lebih baik seperti high strength/modulus dan densitas

rendah yang sangat sesuai diterapkan dalam connecting rod.

Oleh karena itu, kekuatan dan modulus material komposit ini meningkat

secara signifikan dan komposit yang diusulkan dapat diterapkan sebagai bahan

ringan potensial dalam komponen connecting rod. Dalam penelitian ini akan

difokuskan pada pembuatan connecting rod dari aluminium (AI) dengan

penambahan silikon karbida (SiC) menggunakan metode sand casting.


5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat

diidentifikasi beberapa masalah, yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh variasi konsentrasi silikon karbida pada

aluminium terhadap nilai uji kekerasan?

2. Bagaimana pengaruh variasi konsentrasi silikon karbida pada

aluminium terhadap nilai uji porositas?

3. Bagaimana pengaruh variasi konsentrasi silikon karbida pada

aluminium terhadap hasil mikrostruktur?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi silikon karbida pada

aluminium terhadap nilai uji kekerasan

2. Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi silikon karbida pada

aluminium terhadap nilai uji porositas

3. Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi silikon karbida pada

aluminium terhadap hasil mikrostruktur

1.4 Batasan masalah

1. Pengaruh cetakan diabaikan

2. Pengaruh lingkungan sekitar diabaikan

3. Pengaruh unsur kimia diabaikan

4. Temperatur tuang di asumsikan sama sebesar 750

5. Holding time 30 menit

6. Bahan komposit yang digunakan silikon karbida (SiC)


6

1.5 Manfaat

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu membuat inovasi baru dalam

merekayasa material connecting rod, dimana secara umum material dari

connecting rod tersebut terbuat dari baja, dalam penelitian ini material baja di

gantikan oleh material aluminium (Al) yang di campurkan dengan komposit

silikon karbida (SiC). Pada aplikasi industri baik industri otomotif dan lainnya,

pemakaian logam ringan dapat meningkatkan efisiensi mesin dan mengurangi

konsumen energi atau bahan bakar. Sedangkan bahan komposit tersebut

dikembangkan sebagai bahan alternatif untuk mendapatkan sifat yang lebih baik

seperti high strength/modulus, ketahanan korosi, konduktivitas panas tinggi dan

densitas rendah, dimana sangat sesuai diterapkan dalam industri otomotif.

Anda mungkin juga menyukai