OLEH:
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era perkembangan teknologi yang semakin canggih membuat beragam
fasilitas berupa alat maupun komponen industri semakin berkualitas, demi
mempermudah berbagai macam kegiatan manusia sebagai pengguna teknologi
tersebut. Dalam dunia industri saat ini pemilihan bahan dan proses dalam
pembuatan sebuah produk yang di produksi oleh sebuah perusahaan harus
sesuai dengan fungsi dan tujuan diproduksinya produk tersebut. Dengan
demikian seorang konsumen akan merasa puas dalam menggunakan produk
hasil produksi perusahaan tersebut karena kualitas yang dicapai sesuai.
(Subagyo, 2017)
Ada berbagai jenis material yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam
pembuatan sebuah produk, salah satu material yang banyak diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari adalah aluminium. Pengaplikasian dari aluminum itu
sendiri tidak hanya dalam kebutuhan rumah tangga akan tetapi hingga kepada
kebutuhan otomotif maupun kebutuhan pesawat terbang yang selalu ditutut
memiliki teknologi yang semakin canggih. Hal ini disebabkan karena logam ini
mempunyai beberapa kelebihan, seperti : ratio terhadap beban yang tinggi (high
strength to weight ratio), ringan (light), tahan terhadap korosi dari berbagai
macam bahan kimia (resistence to coorosion by many chemicals), konduktifitas
panas dan listrik tinggi ( high thermal and electrical conductivity), tidak
beracun (non-toxicity), memantulkan cahaya (reflectivity), mudah dibentuk dan
dimachining (easy of formability and machinability) dan tidak bersifat magnet
(no magnetic). (Kurniawan dan Isranuri, 2014)
Aluminium itu sendiri adalah logam yang memiliki kekuatan yang relative
rendah dan lunak. Aluminium merupakan logam yang ringan dan memiliki
ketahanan korosi yang baik, hantaran listrik yang baik dan sifat – sifat lainnya.
Umumnya aluminium dicampur dengan logam lainnya sehingga membentuk
aluminium paduan. Penambahan unsur paduan terhadap alumunium dapat
dilakukan untuk meningkatkan kekuatan fisis dan mekanis logam tersebut.
(Subagyo, 2017)
Shadakshari melakukan riset mengenai CNT dan mengemukakan bahwa
CNT adalah penguat yang menjanjikan untuk komposit matriks logam untuk
mendapatkan kemampuan redaman yang tinggi pada suhu tinggi tanpa
menghilangkan kekuatan dan kekakuan mekanis. Ia mengilustrasikan prosedur
pencampuran untuk pembuatan bubuk Al-CNT bersamaan dengan
penggambaran hasil dispersi CNT dari teknik pencampuran yang berbeda.
(Shadakshari, 2012)
Muhammad Hayat Jokhio dkk mengatakan bahwa ia telah melakukan
pembuatan material komposit aluminium dengan menggunakan stir casting.
Pembuatan bahan komposit pengecoran paduan aluminium melalui metode stir
casting adalah salah satu rute yang menonjol dan ekonomis untuk
pengembangan dan pengolahan material komposit matriks logam. Banyak
sumber mengungkapkan bahwa sebagian besar peneliti menggunakan Al-Cu,
Al-Mg-Cu, dan Al-Zn yang diperkuat dengan partikel SiC untuk sifat kekuatan
yang tinggi. (Jokhio dkk, 2010)
Banyak penelitian yang membahas mengenai pengerasan aluminium
komposit menggunakan penguat CNT tetapi belum banyak yang membahas
mengenai pengaruh temperatur pada proses penguatannya. Maka dari uraian
diatas, perlu kiranya untuk mengadakan penelitian terhadap Aluminium hasil
dari proses daur ulang dengan metode stir casting, sehingga hasil dari penelitian
tersebut dapat digunakan sebagai pertimbangan oleh bahan industri pengecoran
untuk menghasilkan material atau produk yang baik dan siap pakai.
Berdasarkan alasan-alasan diatas yang mendorong penulis untuk
mengadakan penelitian sebagai tugas akhir dengan judul “Pengaruh Variasi
Temperatur Tuang Terhadap Kekuatan Mekanik Aluminium Seri 6061
Berpenguat CNT Dengan Metode Stir Casting”
2xx.x Cu (Extra low Fe) Heat treatable, high strength, mediocre corrosion resistance ;
pistons. Cylinder heads, valve bodies,gears.
3xx.x Si, with added Cu and/or The most widely used casting alloys, good castability,heat
Mg treatable, higher strength than 4xx.x machine tool
parts,aircraft wheels,pistons,transmission casings.
4xx.x Si General purpose casting alloys, best castability, non-
heat- treatable, good corrosion resistance; increcate
castings with thin sections, housings, frames, engine
parts.
5xx.x Mg Medium strength, non-heat-treatable, good corrosion
resistance; marine components, food-processing vessels,
architectural trim
8xx.x Sn
9xx.x Other element(s) Specialty alloys; bearings and bushings
(a)
(b)
(c)
Gambar 2.6. Beberapa Bentuk Struktur SWNT (a) Struktur Armchair (b)
Struktur Zigzag (c) Struktur Chiral
(a) (b)
Gambar 2 . 9. Struktur Yang Berbeda Dari MWNT (a) MWNT yang
terpisah 0.34 nm (b) Bentuk cone shaped end caps Yang Simetris Dan
Tidak Simetris
3. Torus
Bentuk struktur ini masih berupa teoritis. Bentuk torus
adalah bentuk struktur melingkar seperti donut. Struktur ini
memiliki beberapa sifat yang menonjol seperti momen magnetik
yang lebih besar, stabil dalam suhu, dan sebagainya. Sifat ini akan
bervariasi tergantung dari diameter torus dan diameter dari
nanotube.
4. Peapod
Struktur ini cukup unik karena terdapat molekul C60 yang
terbungkus di tengah nanotube.
2.3.2 Sifat-Sifat Carbon Nanotubes
1. Konduktivitas Listrik dan Panas
Sifat keelektrikan yang dimiliki oleh carbon
nanotube ditentukan oleh struktur yang dimilikinya.
Struktur ini menyangkut diameter dan bagaimana tube
”digulung” menjadi nanotube. Nanotube memiliki densitas
arus listrik 1000 kali lebih besar daripada logam seperti perak
dan tembaga.
Ketika nanotube bersifat sebagai konduktor,
nanotube memiliki konduktivitas yang sangat tinggi.
Diperkirakan pada saat nanotube bersifat sebagai konduktor
maka ia mempunyai konduktivitas listrik sebesar 1 milyar
(b)
Gambar 2.13. Metode Laser Ablation
2.4 Stir Casting
Proses stir casting merupakan salah satu proses pembuatan
komposit dalam kondisi cair yang paling sederhana. Prinsip dari proses
stir casting adalah penyatuan partikel penguat ke dalam logam cair
dengan pengadukan secara mekanik diatas garis liquidus, lalu
dituangkan ke dalam cetakan. Skema dari proses stir casting dilihat
pada gambar 2.14. (Kartaman, 2010)
Keuntungan dari proses ini adalah mampu menggabungkan
partikel penguat yang tidak dibasahi oleh logam cair. Bahan yang tidak
dibasahi tersebut terdistribusi oleh adanya gaya pengadukan secara
mekanik yang menyebabkan partikel penguat terperangkap dalam logam
cair.
Gambar 2.14. Proses stir casting
Metode pembuatan ini merupakan metode yang paling
sederhana, relatif lebih murah dan tidak memerlukan peralatan
tambahan. Namun proses stir casting ini kadangkala mengalami
beberapa kendala diantaranya adalah distribusi partikel yang kurang
homogen dan wettability aluminium terhadap beberapa jenis
keramik yang kurang baik. Ketidak homogenan mikrostruktur
disebabkan oleh penggumpalan partikel penguat (clustering) dan
pengendapan selama pembekuan berlangsung akibat perbedaan
densitas matrik dan penguat, terutama pada fraksi volume partikel
tinggi. Secara umum fraksi volume penguat hingga 30% dan ukuran
partikel 5 – 100 µ m dapat disatukan kedalam logam cair dengan
metode stir casting. Parameter yang dapat mempengaruhi dalam
proses stir casting yaitu : kecepatan pengadukan, temperatur
pengadukan, perlakuan panas terhadap penguatnya, waktu
pengadukan dan kecepatan penuangan serbuk. (Kartaman, 2010)
b. Metode Charpy
Menggunakan batang impat yang ditumpu pada ujung-ujungnya.
Benda uji Charpy mempunyai luas penampang lintang bujur sangkar
dan mengandung takik V- , dengan jari-jari dasar 0,25 mm dan
kedalaman 2 mm. Benda uji diletakkan pada tumpuan dalam posisi
mendatar dan bagian yang tidak bertakik diberi beban impact dengan
ayunan bandul. Benda uji akan melengkung dan patah pada laju
regangan yang tinggi.
Is = ∆E/A
𝜕
= W ℓ( cos β - cos α ) =𝐴 ………………………..(2.2)
Mulai
Studi Literatur
Pembuatan Cetakan
Pengujian
Kesimpulan
selesai
ssesele
sai
3.5 Prosedur Penelitian
Adapun tahap penelitian yang akan saya lakukan dalam rangka
mengumpulkan data hingga penyelesaian masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Proses pengecoran
a. Mempersiapkan bahan seperti Aluminium dan CNT.
b. Aluminium dipotong sesuai ukuran yang telah ditentukan.
c. Aluminium kemudian dibersihkan dan ditimbang
d. CNT diayak hingga didapatkan ukuran serbuk 350 mesh
e. Tungku dipersiapkan dan dinyalakan hingga temperature 670 oC.
f. Masukkan aluminium batangan terlebih dahulu hingga mencair.
g. Setelah Aluminium mulai mencair , suhu dipertahankan lalu
didegassing menggunakan gas Argon dan dimasukkan CNT dengan
persentase yang telah ditentukan
h. Kemudian pengaduk dinyalakan dan disetting pada putaran 500 rpm
dengan temperatur dipertahankan 670 oC
i. Setelah keduanya tercampur, aluminium kemudain diangkat dan
dituangkan ke dalam cetakan.
j. Setelah cetakan mengeras lalu dikeluarkan dari cetakan logam
k. Cetakan yang di buat sebanyak 3 buah untuk specimen uji kekerasan
rockwell ,uji impact, dan uji tarik dengan presentase campuran CNT dan
aluminium komposit (Al 6061) yaitu 95% Al - 5% CNT.
l. Mengulangi prosedur d – j dengan variasi suhu tungku 700 oC dan 730
o
C.
Dieter George E, 1988. Mechanical metallurgy. New York: McGraw- Hill Book
Company
James K. Wessel, 2004, Handbook of Advanced Materials, John Wiley & Sons,
Inc., New Jersey
Isranuri I., dan Kurniawan A. 2014. Studi Kekuatan Tarik Las Dari Bahan Plat
Dasar Aluminium – Magnesium. Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara
Kartaman, M., 2010, Fabrikasi Komposit Al/Al2O3 Coated dengan Metode Stir
Casting dan Karakterisasinya, Depok: Universitas Indonesia.
Subagyo, Nur Imam. 2017. Analisis Pengaruh Artificial Aging Terhadap Sifat
Mekanis Pada Aluminium Seri 6061. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Syam B., dan Mahadi B., 2005, Modifikasi Metoda Pengujian Kekuatan Helmet
Industri Akibat Beban Impak Kecepatan Tinggi, Program Studi Magister Teknik
Mesin, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatra Utara.