Anda di halaman 1dari 10

TUGAS AKHIR MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

PERAN ALUMINIUM DALAM PERKEMBANGAN DUNIA OTOMOTIF GLOBAL

DOSEN PENGAMPU :

Woro Wiratsih, S.Pd., M.A.

DISUSUN OLEH:

Nugroho Mamayu H.B. (170609156)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

SEMESTER GENAP T.A. 2017/2018


I. Pendahuluan
Sejak penciptaan mesin pembakaran dalam (Internal Combustion Engine) oleh
Nikolaus Otto, Gottlieb Daimler , dan Wilhelm Maybach pada 1876 dilanjutkan
penciptaan mobil oleh Karl Benz pada 1886, kendaraan telah menjadi salah satu
kebutuhan dasar manusia. Baik motor maupun mobil ataupun kendaraan besar seperti
truk dan bus telah membantu menggerakkan setiap sendi kehidupan manusia. Jarak
yang dahulu ditempuh dalam beberapa hari hingga bulan sekarang bisa ditempuh
dalam beberapa jam. Sejak awal penciptaan kendaraan bermotor besi telah menjadi
bahan utama untuk pembuatan mesin, bodi, maupun sasis kendaraan. Faktor yang
membuat besi menjadi bahan utama dalam kendaraan bermotor adalah kuat, murah,
dan mudah didapatkan. Akan tetapi sejak isu pemanasan global mulai merasuk dalam
masyarakat dunia otomotif adalah salah satu pihak yang disalahkan karena
membuang karbon monoksida serta gas beracun lainnya ke atomosfer lalu melubangi
lapisan ozon.
Lalu pada 1993 Uni Eropa mengeluarkan peraturan tentang pembatasan jumlah
karbon yang bisa dikeluarkan oleh kendaraan bermotor. European Emission
Standards atau biasa kita kenal dengan istilah Euro memiliki beberapa tingkatan
mulai dari Euro I yang diterapkan pada 1993 hingga Euro VI yang diterapkan sejak
2014.
Pembatasan emisi karbon mau tidak mau membuat produsen otomotif harus
berinovasi jika mau tetap bertahan dalam industri otomotif. Beberapa langkah
ditempuh oleh beberapa produsen otomotif mulai dari penurunan kapasitas mesin,
memperbaiki sektor aerodinamika hingga pemasangan turbocharger atau
supercharger. Akan tetapi langkah-langkah yang ditempuh oleh produsen ternyata
belum cukup karena pada tahun 1997 Uni Eropa mengeluarkan standar keselamatan
kendaraan bermotor yang bernama European New Car Assessment Programme atau
biasa disebut Euro NCAP. Hal tersebut membuat produsen otomotif berpikir lebih
keras untuk berinovasi lagi.
Audi adalah salah satu produsen mobil yang melakukan hal radikal, pada 1997
mereka membuat bodi serta sasis dari mobil mereka dari aluminium. Atas inovasi
tersebut Audi dapat mengurangi bobot mobil hingga 239 Kg disbanding model
sebelumnya. Dan sejak saat itu para produsen otomotif berlomba-lomba untuk
mendesain dan membuat produk mereka dari aluminium karena aluminium dapat
mengurangi bobot yang baik untuk efisiensi bahan bakar serta sifat aluminium yang
mudah menyerap dan menyebarkan tekanan sehingga dapat lolos uji keselamatan.
Dari penjelasan diatas dapat diambil beberapa permasalahan yang dihadapi,
seperti:
a) Bagaimana perbandingan aluminium dengan besi?
b) Apa yang menyebabkan produsen otomotif beralih ke aluminium ?
c) Apa pengaruh aluminium dalam penggunaan sasis kendaraan?
d) Bagaimana masa depan dunia otomotif dengan aluminium?

Dengan beberapa masalah diatas, kita dapat menguraikan beberapa penjelasan


seperti: memberikan penjelasan mengenai aluminium, membandingkan sifat-sifat
dasar antara aluminium dengan besi, Menyajikan data tentang penggunaan sasis yang
berbahan aluminium, serta memberikan opini tentang masa depan dunia otomotif
dengan aluminium dan kaitannya dengan isu efisiensi dan keselamatan.

II. Perbandingan Aluminium dengan Besi.


Aluminium adalah logam yang paling berlimpah di bumi, aluminium memiliki
nomor atom 13 dan aluminium diperkirakan berjumlah 8% dari berat permukaan
bumi. Aluminium merupakan konduktor listrik yang baik, ringan, kuat serta tahan
korosi. Dapat dibentuk menjadi lembaran, ditarik menjadi kawat, maupun diekstrusi
menjadi batangan dengan bermacam-macam penampang.
Pada abad ke-17 aluminium pernah menjadi sebuah logam mulia karena proses
pembuatannya yang tidak efisien dan mahal. Napoleon III dari perancis pernah
menyuguhi tamu kenegaraannya menggunakan piring aluminium disamping emas
dan perak. Namun pada 1886 Charles Martin Hall dan Paul L.T. Heroult menemukan
proses elektrolisis yang membuat proses pemisahan aluminium dari biji bauksit
menjadi ekonomis dan terjangkau.
Sedangkan besi adalah sebuah logam dengan lambing Fe dan nomor atom 26.
Besi merupakan logam yang paling banyak digunakan di muka bumi, besi tersebar
di seluruh permukaan hingga ke inti bumi. Alasan penggunaan besi sebagai logam
paling populer adalah murah, kuat, dan mudah untuk dimodifikasi untuk kebutuhan
tertentu karena rentang oksidasinya yang lebar antara -2 hingga +6, selain itu
pemrosesan besi dari biji besi juga telah dikenal oleh manusia sejak jaman purba
sehingga manusia telah berpengalaman menggunakan besi sejak jaman dahulu kala.
Membandingkan antara aluminium dan besi sudah menjadi bahan perdebatan
antara ahli metalurgi dan insinyur sejak awal abad ke-20. Proses elektrolisis
aluminium atau biasa disebut proses Hall-Heroult telah menurunkan harga
aluminium sehingga aluminium lebih merakyat dan kelebihannya serta
kekurangannya dapat digunakan untuk bahan baku industri. Jika kita sama-sama
menggunakan aluminium murni dan besi murni maka perbandingan kekuatannya
akan tampak pada grafik dibawah:

Grafik 2.1
Dari grafik tersebut nampak bahwa aluminium terlihat lebih mudah patah dalam
menghadapi tekanan aluminium hanya tahan antara 120-130 MPa sebelum akhirnya
bengkok dan kemudian patah di tekanan 250 MPa. Sedangkan besi murni seperti
terlihat dalam grafik baru bengkok/mengalami degradasi di tekanan sebesar 225
MPa dan baru patah di tekanan sebesar 350 MPa.
Akan tetapi solusi untuk masalah aluminium tersebut adalah penambahan
material lain dan disebut aluminium alloy, campuran aluminium itu seperti Mangan,
Titanium, Zirconium, Tembaga, hingga Cadmiun. Bahan-bahan tersebut membantu
menguatkan aluminium sehingga dalam beberapa jenis aluminium alloy dapat
mengalahkan kekuatan besi seperti grafik dibawah ini
Grafik 2.2
Dapat dilihat bahwa aluminium alloy 5083-H34 yang dicampur dengan mangan
1%, chromium 0,25%, dan magnesium 4% dapat meningkatkan kekuatan tarik dari
aluminium itu sendiri, melebihi mild steel atau besi dengan kandungan karbon 2%.
Sifat aluminium alloy yang tetap ringan juga tahan terhadap perubahan temperature
yang ekstrem cocok untuk bahan utama pesawat terbang dan kebutuhan industri
yang membutuhkan material yang ringan serta kuat.

III. Produsen Otomotif Beralih ke Aluminium.


Gandara (2012:264) berkata “The auto industry is highly competitive and
increasingly global. Automakers are being challenged not only to meet the expectations
of shareholders and customers, but also to answer the growing environmental concerns
of society”. Oleh karena hal tersebut para produsen otomotif mencari material yang
ringan sekaligus kuat sebagai pengganti besi sebagai bahan utama kendaraan.
Perkembangan teknologi metalurgi yang semakin maju membuat
perkembangan aluminium sebagai bahan utama pembuatan mobil semakin massif.
Dalam produksi kendaraan konvensional besi masih menjadi bahan terbesar dan
terberat dalam sebuah kendaraan, grafik dibawah menunjukan bahwa lebih dari separuh
bahan utama kendaraan adalah cast iron sedangkan plastic menempati urutan kedua
dengan prosentase 11% baru disusul oleh aluminium alloy dengan 9% prosentase.
Grafik 3.1
Tetapi sejak awal abad ke-21 dimana isu lingkungan serta keamanan kendaraan
menjadi konsentrasi utama masyarakat maka produsen mobil pun mengubah strategi
dengan mereduksi bobot mobil itu dengan menggunakan aluminium agar lolos uji emisi
yang semakin ketat dan uji tabrak.

Grafik 3.2

Grafik 3.3
Dari grafik terlihat bahwa dalam industry otomotif semakin banyak
menggunakan aluminium sebagai bahan baku utama kendaraan mereka. Dan bagian
yang paling banyak dalam menggunakan aluminium sebagai bahan adalah body serta
chassis. Penggunaan aluminium pada kedua bagian tersebut adalah untuk
meningkatkan efisiensi karena mereduksi beban dan meningkatkan kekuatan dalam uji
tabrak kendaraan.

IV. Pengaruh Aluminium dalam Penggunaan Sasis Kendaraan


Seperti manusia kendaraan juga memiliki sebuah struktur untuk membentuk dan
menopang berat mobil. Sasis terbuat dari bahan yang kuat sehingga dapat menahan dan
tidak mengalami deformasi saat diberi beban berupa body,mesin,dll.
Saat ini ada beberapa jenis sasis mobil dengan berbagai bentuk dan kebutuhan
seperti: Ladder frame, monocoque, unibody, backbone tubular, dan space frame. Akan
tetapi yang paling populer adalah ladder frame dan monocoque, kedua sasis tersebut
paling banyak digunakan untuk mobil produksi massal dan kedua sasis tersebut ada di
sekitar kita.
Sasis monocoque adalah salah satu jenis sasis yang paling banyak digunakan, sasis
ini menggunakan struktur mobil sebagai penahan beban. Sasis ini terbuat dari lembaran
logam yang dibuat panel lalu disatukan melalui proses las. Sasis ini mempunyai
kelemahan karena hanya bisa menahan beban yang tidak terlalu berat, jadi sasis
monocoque sekarang telah dikembangkan lebih lanjut dan menggabungkannya dengan
sasis ladder frame. Sasis tersebut dinamai unibody, sasis ini punya kelebihan gabungan
antara ladder frame dan monocoque.

Gambar 4.1 Desain Sasis Unibody


Baik sasis ladder frame, monocoque, maupun unibody menggunakan besi sebagai
bahan utama. Hal tersebut karena besi adalah logam yang kuat, mudah dibentuk, serta
memiliki harga yang murah. Akan tetapi berat menjadi masalah utama dalam
penggunaan sasis berbahan dasar logam, sasis yang terbuat dari besi/baja terbukti kuat
dan tahan banting akan tetapi isu lingkungan dan keamanan telah membuatnya
dipandang sebagai teknologi yang harus di upgrade. Dalam hal itulah aluminium
datang sebagai sebuah solusi, dalam bab sebelumnya telah dibahas bagaimana alloy
atau campuran logam telah membuat aluminium lebih kuat daripada besi biasa.
Hirsch (2011:820) menyebutkan bahwa “Weight saving in the chassis can also
achieve 40% in comparison to conventional steel chassis. It has the additional benefit
of improving the driving dynamics, ride comfort, and safety due to the reduction of the
unsprung mass”. Aluminium juga terbukti mampu menyerap gaya pada saat terjadi
benturan sehingga dapat mengurangi resiko cedera dan struktur sasis yang rusak.

Gambar 4.2 Aluminium Menyerap Beban Tabrak.


Hal-hal diatas cukup meyakinkan produsen mobil untuk beralih menggunakan
sasis berbahan aluminium terutama aluminium alloy dan mulai meninggalkan besi yang
dianggap lebih “kuno”.

V. Masa Depan Otomotif dengan Aluminium


Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat dalam segala aspek
kehidupan, dunia otomotif tidak ketinggalan untuk meningkatkan efisiensi,
keselamatan, dan keamanan kendaraan untuk konsumen. Salah satunya adalah
penggunaan aluminium. Setiap kilogram penggunaan aluminium dalam kendaraan
dapat menghemat berat dadi kendaraan itu sendiri. Oleh karena kemampuan untuk
menghemat berat kendaraan para produsen tidak hanya menggunakan aluminium dalam
sasis akan tetapi mulai menjamah ke radiator, blok mesin, transmisi, bumper, dan
suspense kendaraan. Dalam body aluminium digunakan untuk kap mesin, pintu, dan
atap.
Para ahli memperkirakan bahwa produsen otomotif akan terus meningkatkan
penggunaan aluminium alloy yang punya massa jenis rendah dan memiliki kekuatan
yang tinggi dalam laju yang lebih cepat. Pada tahun 2015 rata-rata kendaraan punya
180 Kg aluminium akan tetapi pada 2028 rata-ratanya akan naik ke 250 Kg per
kendaraan. Sehingga aluminium akan punya 16% prosentase dari berat total kendaraan.

VI. Simpulan
Kita bisa menyimpulkan bahwa industri otomotif tidak hanya berkembang
karena kemauan konsumen yang mau kendaraan yang aman serta cepat. Dibutuhkan
perkembangan teknologi yang mengikuti dan memenuhi tuntutan jaman, salah satunya
adalah aluminium.
Aluminium telah menjelma dari bahan yang kurang dilirik menjadi salah satu
bahan penting dalam industri otomotif. Aluminium dicari karena massa jenisnya yang
hanya sepertiga besi, kekuatannya, fleksibilitas, sifat bahannya, dan ketahanan terhadap
korosi. Aluminium juga lebih aman disbanding besi karena bisa menyerap dua kali gaya
tabrak disbanding dengan besi.
DAFTAR PUSTAKA

Gandara, Maria J.F. 2012. Aluminium The Metal of Choice. Material and
Technology. 47(3). 261-265.
Hirsch, Jurgen. 2011. Aluminium in Innovative Light-Weight Car Design.
Materials Transaction. 52(5). 818-824.
P., Hovorun T., dkk. 2017. Modern Materials for Automotive Industry. Journal
of Engineering Sciences. 4(2). 8-18.

Anda mungkin juga menyukai