PENDAHULUAN
Prinsip dasar dari pembentukan logam adalah proses pembuatan dengan mengubah bentuk
logm secara plastis dengan memberikan tegangan dari luar. Tegangan yang bekerja selama
proses pengubahan bentuk (deformasi) diberikan mencapai kondisi luluh bahan (kondisi
perubahan bentuk terkecil), kondisi luluh ini merupakan awal terjadinya perubahan bentuk secara
plastis, sehingga bentuk yang dihasilkan tidakakan berubah kembali apabila beban yang bekerja
dihilangkan. Tegangan yang bekerja ini dibatasi dengan kondisi tegangan ultimate (maksimum),
karena apabila tegangan melebihi dari kondisi ultimate, maka produk akan mengalami retak /
patah, sehingga kondisi deformasi bahan diusahakan terkontrol (sesuai dengan batasan luluh dan
ultimate strength). Salah satu proses pembentukkan yang banyak digunakan saat ini adalah
proses forging (tempa). Proses tempa merupakan proses pembentukkan suatu logam dengan cara
penekanan logam ke dalam suatu cetakan sehingga terbentuk suatu produk. Pada proses forging
ini cetakan yang digunakan adalah cetakan permanent yang terbuat dari material baja.
Coran dibuat dari logam yang dicairkan, dituang ke dalam cetakan, kemudian dibiarkan
mendingin dan membeku. Sejarah pengecoran dimulai ketika manusia mengetahui cara
mencairkan logam dan cara membuat cetakan. Kegiatan pengecoran meliputi pembuatan
cetakan, persiapan dan peleburan logam, penuangan logam cair kedalam cetakan, pembersihan
coran dan proses daur ulang pasir. Produk pengecoran disebut coran atau benda cor. Salah satu
proses pengecoran adalah dengan menggunakan sand casting. Yaitu penggunaan pasir cetak
dalam membuat produk. Kebanyakan pasir yang digunakan dalam pengecoran adalah pasir silika
(SiO2).. Tahapan pengecoran logam dengan cetakan pasir:Pembuatan pola, sesuai dengan bentuk
coran yang akan dibuat; Persiapan pasir cetak; Pembuatan cetakan; Pembuatan inti (bila
diperlukan); Peleburan logam; Penuangan logam cair ke dalam cetakan; Pendinginan dan
Manfaat yang diperoleh dalam penyusunan laporan penelitian adalah sebagai berikut :
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Dasar
Aluminium ditemukan oleh Sir Humprey Davy dalam tahun 1809 sebagai suatu unsur, dan
pertama kali direduksi sebagai logam oleh H. C. Oersted, tahun 1825. Secara industri Paul
Heroult di perancis dan C. M. Hall di amerika serikat secara terpsah telh memperoleh logam
aluminum dari alumina dengan cara elektrolisa dari garamnya yang terfusi. Sampai sekarang
Aluminium adalah logam yang paling banyak terdapat di kerak bumi, dan unsur ketiga
terbanyak setelah oksigen dan silikon. Aluminium terdapat di kerak bumi sebanyak kira-kira
8,07% hingga 8,23% dari seluruh massa padat dari kerak bumi, dengan produksi tahunan dunia
sekitar 30 juta ton pertahun dalam bentuk bauksit dan bebatuan lain (corrundum, gibbsite,
boehmite, diaspore, dan lain-lain). Sulit menemukan aluminium murni di alam karena aluminium
Aluminium murni adalah logam yang lunak, tahan lama, ringan, dan dapat ditempa
dengan penampilan luar bervariasi antara keperakan hingga abu-abu, tergantung kekasaran
permukaannya.
Aluminium murni 100% tidak memiliki kandungan unsur apapun selain aluminium itu
sendiri, namun aluminium murni yang dijual di pasaran tidak pernah mengandung 100%
aluminium, melainkan selalu ada pengotor yang terkandung di dalamnya. Pengotor yang
mungkin berada di dalam aluminium murni biasanya adalah gelembung gas di dalam yang
masuk akibat proses peleburan dan pendinginan/pengecoran yang tidak sempurna, material
cetakan akibat kualitas cetakan yang tidak baik, atau pengotor lainnya akibat kualitas bahan baku
yang tidak baik (misalnya pada proses daur ulang aluminium). Umumnya, aluminium murni
yang dijual di pasaran adalah aluminium murni 99%, misalnya aluminium foil.
Aluminium merupakan logam yang paling banyak ditemukan di kerak bumi (8.1%),
tetapi tidak pernah ditemukan secara bebas di alam. Selain pada mineral yang telah disebut di
atas, ia juga ditemukan di granit dan mineral-mineral lainnya. Aluminium ada di alam dalam
Sifat-sifat penting yang dimiliki aluminium sehingga banyak digunakan sebagai material
a. Berat jenisnya ringan (hanya 2,7 gr/cm³, sedangkan besi ± 8,1 gr/ cm³)
b. Tahan korosi
Sifat bahan korosi dari aluminium diperoleh karena terbentuknya lapisan aluminium
oksida (Al2O3) pada permukaan aluminium (fenomena pasivasi). Pasivasi adalah pembentukan
lapisan pelindung akibat reaksi logam terhadap komponen udara sehingga lapisan tersebut
melindungi lapisan dalam logam dari korosi. Lapisan ini membuat Al tahan korosi tetapi
Aluminium juga merupakan konduktor panas dan elektrik yang baik. Jika dibandingkan
dengan massanya, aluminium memiliki keunggulan dibandingkan dengan tembaga, yang saat ini
merupakan logam konduktor panas dan listrik yang cukup baik, namun cukup berat.
d. Mudah di fabrikasi/ditempa
Sifat lain yang menguntungkan dari aluminium adalah sangat mudah difabrikasi, dapat dituang
(dicor) dengan cara penuangan apapun. Dapat deforming dengan cara: rolling, drawing, forging,
Kekuatan dan kekerasan aluminium tidak begitu tinggi dengan pemaduan dan heat treatment
f. Kekuatan mekanik meningkat dengan penambahan Cu, Mg, Si, Mn, Zn, dan Ni.
g. Sifat elastisnya yang sangat rendah, hampir tidak dapat diperbaiki baik dengan
2.1 4 Pembuatan
Ada beberapa cara pembuatan ornamen besi untuk pagar, antara lain adalah sebagai berikut
dengan cara memukul-mukul, menekuk menggiling dan sebagainya sampai bentuk yang
dikehendaki terbentuk. Pemanasan dilakukan dengan membakarnya dalam bara api sampai
logam berwarna kemerah-merahan. Logam yang telah memerah dan kemudian dipindahkan
kelandasan, dipukul- 7 pukul dengan palu sampai dicapai bentuk yang dikehendaki
kemudian dicelupkan kedalam air untuk mengeraskannya lagi. Menempa telah dilakukan
manusia sejak jaman prasejarah untuk membuat peralatan perburuan atau pertanian dengan
logam. Berikut gambar tempa berupa ornament besi pagar. Gambar 2.1 Proses Tempa
Ornamen Pagar.
2. Cor (Casting)
Pengecoran logam adalah suatu proses manufaktur yang menggunakan logam cair dan
cetakan untuk mengasilkan bentuk yang mendekati bentuk geometri akhir produk jadi. Logam
cair akan dituangkan atau ditekan kedalam cetakan yang memiliki rongga cetak (cavity) sesuai
dengan bentuk desain yang diinginkan. Setelah logam cair memenuhi rongga cetak dan
tersolidifikasi, selanjutnya cetakan disingkirkan dan hasil cor dapat digunakan untuk proses
sekunder. Berikut gambar matras cetakan ornamen pagar untuk pengerjaan cor