ALUMUNIUM MURNI
Untuk Memenuhi Tugas Kimia Dasar
DISUSUN OLEH:
ATIQAH PUTRI
SARI 2011-11-184
Kelas E
S1 Teknik Elektro
STT - PLN Jakarta
2012
Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas
petunjuk dan perlindungannya, makalah yang berjudul „Aluminium Murni dan
Paduannya’ dapat terselesaikan dengan baik.
Sebagai mahasiswa Departemen Teknik Elektro, pengetahuan terhadap bahan-
bahan keteknikan sangatlah penting dalam perancangan dan pembuatan alat dan mesin
listrik serta fasilitas penunjang listrik. Pengetahuan yang dibutuhkan antara lain sifat
dan struktur hingga aplikasi dan ketersediannya di pasar. Dengan disertai pengetahuan
tersebut, diharapkan lulusan Departemen Teknik Elektro dapat melakukan setiap
pekerjaan sesuai dengan tuntutan profesinya.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bimbingan Pak Ir.
H.M. Masgunarto Budiman M.Se dan pihak lain yang telah memperlancar penyusunan
makalah penulis demi kelancaran studi penulis. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi mahasiswa Departemen Teknik Elektro pada khususnya dan masyarakat
luas pada umumnya.
Penulis
Daftar Isi
Kata pengantar ii
Daftar isi iii
BAB 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Makalah 1
D. Sistematika Makala 2
BAB II Alumunium Murni
A. Pengertian 3
B. Kandungan Atom/Unsur dan Ikatan 6
C. Bentuk Struktur Mikro 7
D. Proses Pembuatan 9
E. Klasifikasi dan Penggolongan 15
F. Sifat-Sifat Teknis Bahan 27
G. Contoh Aplikasi 33
H. Standarisasi dan Kodifikasi 36
I. Bentuk, Ukuran, dan Harga 40
BAB III Penutup
A. Kesimpulan 43
Glosarium 45
Daftar Pustaka 49
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan ini terdiri atas beberapa bab. Bab 1 merupakan
pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, dan sistematika. Bab II menjelaskan tentang teori teori yang
mendukung apa itu alumunium murni. Bab III menjelaskan kesimpulan dari alumunium
murni. Selanjutnya glosarium dan daftar pustaka.
BAB II
ALUMUNIUM MURNI
A. Pengertian
Aluminium adalah logam berwarna putih keperakan yang lunak.
Gambar 1: Aluminium, dipotong setelah dicetak dari tanur tanpa perlakuan fisik maupun termal.
Aluminium adalah logam yang paling banyak terdapat di kerak bumi, dan unsur
ketiga terbanyak setelah oksigen dan silikon. Aluminium terdapat di kerak bumi
sebanyak kira-kira 8,07% hingga 8,23% dari seluruh massa padat dari kerak bumi,
dengan produksi tahunan dunia sekitar 30 juta ton pertahun dalam bentuk bauksit
dan bebatuan lain (corrundum, gibbsite, boehmite, diaspore, dan lain-lain) (USGS).
Sulit menemukan aluminium murni di alam karena aluminium merupakan logam
yang cukup reaktif.
Aluminium tahan terhadap korosi karena fenomena pasivasi. Pasivasi adalah
pembentukan lapisan pelindung akibat reaksi logam terhadap komponen udara
sehingga lapisan tersebut melindungi lapisan dalam logam dari korosi.
Selama 50 tahun terakhir, aluminium telah menjadi logam yang luas
penggunaannya setelah baja. Perkembangan ini didasarkan pada sifat-sifatnya yang
ringan, tahan korosi, kekuatan dan ductility yang cukup baik (aluminium paduan),
mudah diproduksi dan cukup ekonomis (aluminium daur ulang). Yang paling
1,5% Cu, dan 0,3% Cr. Aluminium 2014, yang umum digunakan dalam penempaan,
memiliki kandungan 4,5% Cu, 0,8% Si, 0,8% Mn, dan 1,5% Mg. Aluminium 5086
yang umum digunakan sebagai bahan pembuat badan kapal pesiar, memiliki
kandungan 4,5% Mg, 0,7% Mn, 0,4% Si, 0,25% Cr, 0,25% Zn, dan 0,1% Cu.
Unsur- unsur paduan dalam almunium antara lain:
1. Copper (Cu), menaikkan kekuatan dan kekerasan, namun menurunkan elongasi
(pertambahan panjang pangjangan saat ditarik). Kandungan Cu dalam alumunium
yang paling optimal adalah antara 4-6%.
2. Zink atau Seng (Zn), menaikkan nilai tensile.
3. Mangan (Mn), menaikkan kekuatan dalam temperature tinggi.
4. Magnesium (Mg), menaikkan kekuatan alumunium dan menurunkan nilai
ductility-nya. Ketahanan korosi dan weldability juga baik.
5. Silikon (Si), menyebabkan paduan alumunium tersebut bisa diperlakukan panas
untuk menaikkan kekerasannya.
6. Lithium (Li), ditambahkan untuk memperbaiki sifat tahan oksidasinya.
Gambar 2: Bauksit, sepanjang 4 cm dan ditambang di Little Rock, Arkansas, Amerika Serikat.
Isotop aluminium yang terdapat di alam adalah isotop 27Al, dengan persentase
sebesar 99,9%. Isotop 26Al juga terdapat di alam meski dalam jumlah yang sangat
kecil. Isotop 26Al merupakan radioaktif dengan waktu paruh sebesar 720000 tahun.
Isotop aluminium yang sudah ditemui saat ini adalah aluminium dengan berat atom
relatif antara 23 hingga 30, dengan isotop 27Al merupakan isotop yang paling stabil.
Difusi atom di tentukan oleh macam atom, tetapi pada umumnya sangat lambat
pada temperature biasa dengan pencelupan dingin kekosongan atom tetap ada, jadi
dengan berjalannya waktu struktur atom bisa berubah, yang menghasilkan perubahan
sifat-sifatnya. Perubahan sifat-sifat dengan berjalannya waktu pada umumnya di
namakan penuaan. Apabila proses itu berjalan pada temperature kamar di namakan
penuaan ilmiah, sedangkan apabila proses itu terjadi pada temperatur lebih tinggi
dinamakn penuaan buatan.
Gambar 5. Struktur mikro dari paduan aluminium-silikon. Gambar (a) merupakan paduan Al-
Si tanpa perlakuan khusus. Gambar (b) merupakan paduan Al-Si dengan perlakuan termal.
Gambar (c) adalah paduan Al-Si dengan perlakuan termal dan penempaan. Perhatikan bahwa
semakin ke kanan, struktur mikro semakin baik.
D. Proses pembuatan
Aluminium adalah logam yang sangat reaktif yang membentuk ikatan kimia
berenergi tinggi dengan oksigen. Dibandingkan dengan logam lain, proses ekstraksi
aluminium dari batuannya memerlukan energi yang tinggi untuk mereduksi Al 2O3.
Proses reduksi ini tidak semudah mereduksi besi dengan menggunakan batu bara,
karena aluminium merupakan reduktor yang lebih kuat dari karbon.
Proses produksi aluminium dimulai dari pengambilan bahan tambang yang
mengandung aluminium (bauksit, corrundum, gibbsite, boehmite, diaspore, dan
sebagainya). Selanjutnya, bahan tambang dibawa menuju proses Bayer.
Gambar 10: Diagram Proses Hall-Heroult yang disederhanakan. Perhatikan letak katoda yang berada di dasar
wadah, untuk mengantisipasi massa jenis aluminium cair yang lebih tinggi dibandingkan larutan cryolite-alumina
Ada beberapa proses yang dapat dilakukan untuk membuat alumunium murni dan
alumunium paduan, yaitu :
1. Proses Penambangan Alumunium
Alumunium ditambang dari biji bauksit yang banyak terdapat di permukaan bumi.
Bauksit yang ditambang untuk keperluan industry mempunyai kadar alumunium40-
60%. Setelah ditambang biji bauksit digiling dan dihancurkan secara halus dan
merata. Kemudian dilakukan proses pemanasan untuk mengurangi kadar air yang
ada. Selanjutnya bauksit mengalami proses pemurnian.
2. Proses Pemurnian Alumunium
Proses pemurnian bauksit dilakukan dengan metode bayer dan hasil akhir adalah
alumina.
Aluminium Paduan
Alumunium Murni Dan Page
Kimia Dan Bahan Listrik
Paduan Aluminium-Magnesium
Keberadaan magnesium hingga 15,35% dapat menurunkan titik lebur logam
paduan yang cukup drastis, dari 660 oC hingga 450 oC. Namun, hal ini tidak
menjadikan aluminium paduan dapat ditempa menggunakan panas dengan mudah
karena korosi akan terjadi pada suhu di atas 60 oC. Keberadaan magnesium juga
menjadikan logam paduan dapat bekerja dengan baik pada temperatur yang sangat
rendah, di mana kebanyakan logam akan mengalami failure pada temperatur
tersebut.
Paduan Aluminium-Tembaga
Paduan aluminium-tembaga juga menghasilkan sifat yang keras dan kuat,
namun rapuh. Umumnya, untuk kepentingan penempaan, paduan tidak boleh
memiliki konsentrasi tembaga di atas 5,6% karena akan membentuk senyawa CuAl 2
dalam logam yang menjadikan logam rapuh.
Paduan Aluminium-Mangan
Penambahan mangan memiliki akan berefek pada sifat dapat dilakukan
pengerasan tegangan dengan mudah (work-hardening) sehingga didapatkan logam
paduan dengan kekuatan tensil yang tinggi namun tidak terlalu rapuh.
Selain itu, penambahan mangan akan meningkatkan titik lebur paduan
aluminium.
Paduan Aluminium-Seng
Paduan aluminium dengan seng merupakan paduan yang paling terkenal karena
merupakan bahan pembuat badan dan sayap pesawat terbang. Paduan ini memiliki
kekuatan tertinggi dibandingkan paduan lainnya, aluminium dengan 5,5% seng dapat
memiliki kekuatan tensil sebesar 580 MPa dengan elongasi sebesar 11% dalam
setiap 50 mm bahan. Bandingkan dengan aluminium dengan 1% magnesium yang
memiliki kekuatan tensil sebesar 410 MPa namun memiliki elongasi sebesar 6%
setiap 50 mm bahan.
Paduan Aluminium-Lithium
Lithium menjadikan paduan aluminium mengalami pengurangan massa jenis
dan peningkatan modulus elastisitas; hingga konsentrasi sebesar 4% lithium, setiap
penambahan 1% lithium akan mengurangi massa jenis paduan sebanyak 3% dan
peningkatan modulus elastisitas sebesar 5%. Namun aluminium-lithium tidak lagi
diproduksi akibat tingkat reaktivitas lithium yang tinggi yang dapat meningkatkan
biaya keselamatan kerja.
Paduan Aluminium-Skandium
Penambahan skandium ke aluminium membatasi pemuaian yang terjadi pada
paduan, baik ketika pengelasan maupun ketika paduan berada di lingkungan yang
panas. Paduan ini semakin jarang diproduksi, karena terdapat paduan lain yang lebih
murah dan lebih mudah diproduksi dengan karakteristik yang sama, yaitu paduan
titanium. Paduan Al-Sc pernah digunakan sebagai bahan pembuat pesawat tempur
Rusia, MIG, dengan konsentrasi Sc antara 0,1-0,5% (Zaki, 2003, dan Schwarz,
2004).
Paduan Aluminium-Besi
Besi (Fe) juga kerap kali muncul dalam aluminium paduan sebagai suatu
"kecelakaan". Kehadiran besi umumnya terjadi ketika pengecoran dengan
menggunakan cetakan besi yang tidak dilapisi batuan kapur atau keramik. Efek
kehadiran Fe dalam paduan adalah berkurangnya kekuatan tensil secara signifikan,
namun diikuti dengan penambahan kekerasan dalam jumlah yang sangat kecil.
Dalam paduan 10% silikon, keberadaan Fe sebesar 2,08% mengurangi kekuatan
tensil dari 217 hingga 78 MPa, dan menambah skala Brinnel dari 62 hingga 70. Hal
ini terjadi akibat terbentuknya kristal Fe-Al-X, dengan X adalah paduan utama
aluminium selain Fe.
Gambar 16: Aluminium cair. Warna kemerahan adalah cetakan yang memanas, sedangkan aluminium
cair tidak menunjukkan perubahan warna walau dalam keadaan cair
Tabel 2. Sifat aluminium tempa pada tiga jenis paduan dengan komposisi yang berbeda-beda.
Perlu diperhatikan bahwa elongasi berbanding terbalik dengan kekuatan tensil.
Tabel 3. Sifat aluminium paduan dengan perlakuan panas pada beberapa jenis
paduan dengan komposisi yang berbeda-beda. Perlu diperhatikan bahwa elongasi
berbanding terbalik dengan kekuatan tensil.
Paduan Komposisi (%) Kekuatan tensil Elongasi (%)
(MPa) pada 50 mm
bahan
2014 4,4 Cu, 0,8 Si, 190-490 10-22
0,8 Mn, 0,4 Mg
2024 4,5 Cu, 0,6 Mn, 190-525 6-20
1,5 Mg
6061 1,0 Mg, 0,6 Si, 125-410 6-25
0,2 Cr
7075 5,5 Zn, 2,5 Mg, 230-580 11-17
1,5 Cu, 0,3 Cr
Aluminium paduan jenis memiliki biaya produksi yang lebih tinggi karena
memerlukan teknik khusus dalam pembentukannya hingga aluminium siap untuk
dipakai. Teknik ini akan menghasilkan paduan dengan kekuatan tensil yang cukup
tinggi, yaitu di atas 400 MPa, sehingga pengurangan massa dapat dilakukan untuk
mengurangi biaya dan mendapatkan kekuatan yang sesuai untuk aplikasi tertentu.
Perlakuan termal yang umum dilakukan adalah:
Pengerjaan logam dengan menggunakan panas (misal: hot extrusion)
Memanaskan logam hingga mendekati titik leburnya, lalu didinginkan
secara perlahan. Proses ini disebut annealing, dan menghasilkan logam
yang lunak.
Pendinginan dengan cepat, baik dengan menggunakan es, air dingin,
ataupun air mendidih sesuai kebutuhan. Proses ini dinamakan quenching.
Disimpan pada temperatur tertentu (umumnya mendekati titik leburnya)
selama beberapa lama (antara 1 jam hingga 40 hari). Proses ini disebut
artificial age hardening.
Perlakuan termal dapat berupa kombinasi nomor dua, tiga, dan empat, namun ada
juga yang melakukan penyimpanan selama beberapa lama pada suhu kamar setelah
quenching sebelum siap digunakan. Ada juga yang ditempa pada suhu kamar
sebelum disimpan pada suhu tinggi.
Penyimpanan pada suhu tinggi bermanfaat untuk meningkatkan kekerasan dan
kekuatan tensil. Nilai peningkatan kekuatan tensil dapat mencapai tiga kalinya jika
dibandingkan dengan aluminium paduan tanpa perlakuan termal.
Tabel 4. Perlakuan panas yang berbeda-beda terhadap paduan 2014 (4,4 Cu, 0,8
Si, 0,8 Mn, 0,4 Mg) dan pengaruhnya terhadap sifat mekanik bahan
Paduan 7075 merupakan paduan Al-Zn yang paling terkenal. Jika diberi
perlakuan quenching, lalu disimpan dengan temperatur tinggi selama beberapa
waktu, logam paduan akan memiliki kekuatan tensil 580 MPa. Jika tidak diberikan
perlakuan termal, paduan hanya memiliki kekuatan tensil 230 MPa.
Pada penggunaan di lingkungan yang bersifat korosif, permukaan paduan Al-Cu
yang merupakan paduan yang mudah korosi, harus dilapisi dengan aluminium murni
dengan teknik "hot rolling". Hal ini akan mencegah oksidasi Al-Cu lebih jauh,
bahkan ketika logam terpotong karena aluminium bersifat anodik. Meski pelapisan
dengan aluminium dapat mengurangi kekuatan, hal ini umum dilakukan.
dan gas hidrogen. Aluminium cair, sepeti logam cair pada umumnya, dapat
melarutkan gas tersebut, dan ketika logam mulai mendingin dan menjadi padat,
gelembung-gelembung hidrogen akan terbentuk di dalam logam, menyebabkan
logam menjadi berpori-pori dan menyebabkan logam semakin rapuh.
Untuk mencegah keberadaan gas hidrogen dalam logam, pengecoran sebaiknya
dilakukan dalam keadaan kering dan tidak lembab serta logam tidak dilelehkan pada
temperatur jauh di atas titik lelehnya. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan
tanur listrik, namun hal ini akan meningkatkan biaya produksi.
Komposisi utama aluminium paduan cor pada umumnya adalah tembaga,
silikon, dan magnesium. Al-Cu memberikan keuntungan yaitu kemudahan dalam
pengecoran dan memudahkan pengerjaan permesinan. Al-Si memmberikan
kemudahan dalam pengecoran, kekuatan, ketahanan pada temperatur tinggi, dan
pemuaian yang rendah. Sifat pemuaian merupakan sifat yang penting dalam logam
cor dan ekstrusi, yang pada umumnya merupakan bagian dari mesin. Al-Mg juga
memberikan kekuatan, dan lebih baik dibandingkan Al-Si karena memiliki
ketahanan yang lebih tinggi hingga logam mengalami deformasi plastis (elongasi).
Namun konsentrasi lebih dari 10% dapat mengurangi kemudahan dalam pengecoran.
Kekuatan tensil
Kekuatan tensil adalah besar tegangan yang didapatkan ketika dilakukan
pengujian tensil. Kekuatan tensil ditunjukkan oleh nilai tertinggi dari tegangan pada
kurva tegangan-regangan hasil pengujian, dan biasanya terjadi ketika terjadinya
necking. Kekuatan tensil bukanlah ukuran kekuatan yang sebenarnya dapat terjadi di
lapangan, namun dapat dijadikan sebagai suatu acuan terhadap kekuatan bahan.
Kekuatan tensil pada aluminium murni pada berbagai perlakuan umumnya
sangat rendah, yaitu sekitar 90 MPa, sehingga untuk penggunaan yang memerlukan
kekuatan tensil yang tinggi, aluminium perlu dipadukan. Dengan dipadukan dengan
logam lain, ditambah dengan berbagai perlakuan termal, aluminium paduan akan
memiliki kekuatan tensil hingga 580 MPa (paduan 7075).
Kekuatan dan kekerasan aluminium tidak begitu tinggi. Namun, dengan
adanya pemaduan dan heat treatment dapat meningkatkan kekuatan dan
kekerasannya. Kebanyakan material aluminium ditingkatkan kekuatannya dengan
suatu mekanisme penguatan bahan logam yang disebut precipitation hardening.
Dalam precipitation hardening harus ada dua fasa, yaitu fasa yang jumlahnya lebih
banyak disebut matriks dan fasa yang jumlahnya lebih sedikit disebut precipitate.
Mekanisme penguatan ini meliputi tiga tahapan, yaitu solid solution treatment:
memanaskan hingga diatas garis solvus untuk mendapatkan fasa larutan padat yang
homogen, quenching: didinginkan dengan cepat untuk mempertahankan struktur
mikro fasa padat homogeny agar tidak terjadi difusi, dan aging: dipanaskan dengan
temperatur tidak terlalu tinggi agar terjadi difusi fasa alpha pada jarak membentuk
precipitate. Selain itu, ada beberapa cara pengujian kekerasan yang berstandar yang
digunakan untuk menguji kekerasan logam yaitu antara lain pengujian Brinell,
Rockwell, Vickers, Shore, dan Meyer.
Modulus Elastisitas
Aluminium memiliki modulus elastisitas yang lebih rendah bila dibandingkan
dengan baja maupun besi, tetapi dari sisi strength to weight ratio, aluminium lebih
baik. Aluminium yang elastis memiliki titik lebur yang lebih rendah dan kepadatan.
Dalam kondisi yang dicairkan dapat diproses dalam berbagai cara. Hal ini yang
memungkinkan produk-produk dari aluminium yang akan dibentuk pada dasarnya
dekat dengan akhir dari desain produk.
Kekerasan
Kekerasan gabungan dari berbagai sifat yang terdapat dalam suatu bahan yang
mencegah terjadinya suatu deformasi terhadap bahan tersebut ketika diaplikasikan
suatu gaya. Kekerasan suatu bahan dipengaruhi oleh elastisitas, plastisitas,
viskoelastisitas, kekuatan tensil, ductility, dan sebagainya. Kekerasan dapat diuji dan
diukur dengan berbagai metode. Yang paling umum adalah metode Brinnel, Vickers,
Mohs, dan Rockwell.
Kekerasan bahan aluminium murni sangatlah kecil, yaitu sekitar 65 skala
Brinnel, sehingga dengan sedikit gaya saja dapat mengubah bentuk logam. Untuk
kebutuhan aplikasi yang membutuhkan kekerasan, aluminium perlu dipadukan
dengan logam lain dan/atau diberi perlakuan termal atau fisik. Aluminium dengan
4,4% Cu dan diperlakukan quenching, lalu disimpan pada temperatur tinggi dapat
memiliki tingkat kekerasan Brinnel sebesar 135.
Ductility
Ductility didefinisikan sebagai sifat mekanis dari suatu bahan untuk
menerangkan seberapa jauh bahan dapat diubah bentuknya secara plastis tanpa
terjadinya retakan. Dalam suatu pengujian tensil, ductility ditunjukkan dengan
bentuk neckingnya; material dengan ductility yang tinggi akan mengalami necking
yang sangat sempit, sedangkan bahan yang memiliki ductility rendah, hampir tidak
mengalami necking. Sedangkan dalam hasil pengujian tensil, ductility diukur dengan
skala yang disebut elongasi. Elongasi adalah seberapa besar pertambahan panjang
suatu bahan ketika dilakukan uji kekuatan tensil. Elongasi ditulis dalam persentase
pertambahan panjang per panjang awal bahan yang diujikan.
Aluminium murni memiliki ductility yang tinggi. Aluminium paduan memiliki
ductility yang bervariasi, tergantung konsentrasi paduannya, namun pada umumnya
memiliki ductility yang lebih rendah dari pada aluminium murni, karena ductility
berbanding terbalik dengan kekuatan tensil, serta hampir semua aluminum paduan
memiliki kekuatan tensil yang lebih tinggi dari pada aluminium murni.
Fatigue (Kelelahan)
Bahan aluminium tidak menunjukan batas kepenatan, karena aluminium akan
gagal jika ditekan.
Recyclability (daya untuk didaur ulang)
Aluminium adalah 100% bahan yang didaur ulang tanpa downgrading dari
kualitas. Yang kembali dari aluminium, peleburannya memerlukan sedikit energy,
hanya sekitar 5% dari energy yang diperlukan untuk memproduksi logam utama yang
pada awalnya diperlukan dalam proses daur ulang.
Reflectivity (daya pemantulan)
Aluminium adalah reflektor yang terlihat cahaya serta panas, dan yang bersama-
sama dengan berat rendah, membuatnya ideal untuk bahan reflektor misalnya
perabotan ringan.
Kemurnian Al (%)
99,996 >99,0
Sifat-sifat
75% dirol
Dianil Dianil H18
dingin
Kekuatan tarik
4,9 11,6 9,3 16,9
2
(kg/mm )
Kekuatan mulur
1,3 11,0 3,5 14,8
2
(0,2%)(kg/mm )
Kekerasan Brinell 17 27 23 44
G. Contoh Aplikasi
Aluminium adalah logam non-besi yang paling banyak digunakan di seluruh
dunia. Produksi global dunia pada tahun 2005 mencapai 31,9 juta ton, melebihi
produksi semua logam non-besi lainnya (Hetherington et al, 2007).
Aluminium memiliki rasio kekuatan terhadap massa yang paling tinggi,
sehingga banyak digunakan sebagai bahan pembuat pesawat dan roket. Aluminium
juga dapat menjadi reflektor yang baik; lapisan aluminium murni dapat
memantulkan 92% cahaya .
Aluminium murni, saat ini jarang digunakan karena terlalu lunak. Penggunaan
aluminium murni yang paling luas adalah aluminium foil (92-99% aluminium).
Paduan aluminium-magnesium umumnya digunakan sebagai bahan pembuat
badan kapal. Paduan lainnya akan mudah mengalami korosi ketika berhadapan
dengan larutan alkali seperti air laut.
Paduan aluminium-tembaga-lithium digunakan sebagai bahan pembuat tangki
bahan bakar pada pesawat ulang-alik milik NASA.
Alumunium Murni Dan Page
Kimia Dan Bahan
Uang logam juga terbuat dari aluminium yang diperkeras. Hingga saat ini, sulit
dicari apa bahan paduan uang pembuat uang logam berwarna putih keperakan ini,
kemungkinan dirahasiakan untuk mencegah pemalsuan uang logam.
Velg mobil juga menggunakan bahan aluminium yang dipadu dengan
magnesium, silicon, atau keduanya, dan dibuat dengan cara ekstrusi atau dicor.
Beberapa jenis roda gigi menggunakan paduan Al-Cu. Penggunaan paduan Cu
untuk mendapatkan tingkat kekerasan yang cukup dan memperpanjang usia benda
akibat fatigue.
Gambar 20. Velg mobil, mengunakan paduan Al-Si, Al-Mg, atau Al-Si-Mg
Gambar 22. Pesawat terbang, dibuat dengan menggunakan paduan 7075, Al-Zn.
Pengkodean Alumunium
ALLO AST DIN INTER ISO JIS
Y M
USA Germany Intl. Japan
1050A (1050) Al99,5 1050A Al99,5 (A1050)
1200 Al99 1200 Al99,0 A1200
2007 AlCuMgPb 2007 (Al Cu4PbMg)
2011 2011 AlCuBiPb 2011 Al Cu6BiPb A2011
2014 2014 AlCuSiMn 2014 Al Cu4SiMg A2014
2014A (AlCuSiMn) 2014A Al
Cu4SiMg(A)
2017A (2017) AlCuMg1 2017A Al (A2017)
Cu4MgSi(A)
2024 2024 AlCuMg2 2024 Al Cu4Mg1 A2024
2030 (AlCuMgPb) 2030 Al Cu4PbMg
3003 3003 AlMnCu 3003 Al Mn1Cu A3003
3004 Al Mn1Mg1 Al Mn1Mg1
3005 Al Mn1Mg0,5 Al Mn1Mg0,5
3103 AlMn1 3103 Al Mn1
3105 Al Mn0,5Mg0,5 Al
Mn0,5Mg0,5
5005 5005 (AlMg1) 5005 Al Mg1(B) A5005
5005A AlMg1 5005A
5049 Al Mg2Mn0,8 Al Mg2Mn0,8
5052 5052 AlMg2,5 5052 Al Mg2,5 A5052
5083 5083 AlMg4,5Mn 5083 Al A5083
Mg4,5Mn0,7
5086 5086 AlMg4Mn 5086 Al Mg4 A5086
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aluminium merupakan logam yang ringan namun kuat dan tahan terhadap
karat. Aluminium merupakan bahan logam yang banyak digunakan dalam kehidupan
sehari-hari, material ini dipergunakan dalam bidang yang luas bukan saja untuk
peralatan alat-alat rumah tangga tapi juga dipakai untuk keperluan kontruksi pesawat
terbang, mobil, dan lain-lain.
Aluminium murni adalah logam yang lunak, tahan lama, ringan, dan dapat
ditempa dengan penampilan luar bervariasi antara keperakan hingga abu-abu,
tergantung kekasaran permukaannya. Kekuatan tensil aluminium murni adalah 90
MPa, sedangkan aluminium paduan memiliki kekuatan tensil berkisar 200-600 MPa.
Aluminium memiliki berat sekitar satu pertiga baja, mudah ditekuk, diperlakukan
dengan mesin, dicor, ditarik (drawing), dan diekstrusi.
Proses produksi aluminium dimulai dari pengambilan bahan tambang yang
mengandung aluminium (bauksit, corrundum, gibbsite, boehmite, diaspore, dan
sebagainya). Selanjutnya, bahan tambang dibawa menuju proses Bayer.
Sifat teknik bahan aluminium murni dan aluminium paduan dipengaruhi oleh
konsentrasi bahan dan perlakuan yang diberikan terhadap bahan tersebut.
Aluminium terkenal sebagai bahan yang tahan terhadap korosi. Hal ini
disebabkan oleh fenomena pasivasi, yaitu proses pembentukan lapisan aluminium
oksida di permukaan logam aluminium segera setelah logam terpapar oleh udara
bebas. Lapisan aluminium oksida ini mencegah terjadinya oksidasi lebih jauh.
Namun, pasivasi dapat terjadi lebih lambat jika dipadukan dengan logam yang
bersifat lebih katodik, karena dapat mencegah oksidasi aluminium.
Aluminium murni, saat ini jarang digunakan karena terlalu lunak. Penggunaan
aluminium murni yang paling luas adalah aluminium foil (92-99% aluminium).
Paduan aluminium-magnesium umumnya digunakan sebagai bahan pembuat badan
kapal. Paduan lainnya akan mudah mengalami korosi ketika berhadapan dengan
larutan alkali seperti air laut. Paduan aluminium-tembaga-lithium digunakan sebagai
bahan pembuat tangki bahan bakar pada pesawat ulang-alik milik NASA. Uang
logam juga terbuat dari aluminium yang diperkeras.
Glosarium
Daftar Pustaka