Anda di halaman 1dari 7

Analisa Laju Korosi Baja Galvanis

ANALISA LAJU KOROSI PADA BAJA GALVANIS MENGGUNAKAN


METODE ASTM G31 – 72 PADA MEDIA AIR NIRA (KELAPA)

Fuad Yanuar
S1 Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya
Email: fuad.yanuar@gmail.com
Dwi Heru Sutjahjo
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya
Email: dwiheru.c2h5oh@gmail.com

Abstrak
Korosi adalah suatu peristiwa dimana reaksi terjadi diantara logam dengan lingkungannya. Reaksi tersebut dengan
mudah terjadi karena tingkat keadaan yang sedemikian rupa ingin merubah keadaan dirinya ke bentuk lain. Hasil yang
diperoleh dari reaksi adalah bentuk dan keadaan logam tersebut cocok dengan lingkungan korosif. Baja galvanis adalah
baja lapis seng (Zn) yang mengandung bahan seng tingkat kemurnian tinggi (99,7%) ditambah dengan sejumlah timah
hitam dan alumunium dalam jumlah tertentu diproses dengan kondisi bebas oksidasi sehingga menghasilkan baja lapis
seng dengan kualitas handal. Mengacu baja galvanis sebagai media penyimpanan nira perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut untuk mengetahui seberapa besar laju korosi agar supaya bisa mengantisipasi waktu terkorosinya baja galvanis
serta mencegah kandungan nira tidak tercampur dengan unsur logam. Penelitian ini dilakukan menggunakan plat baja
galvanis dengan ukuran panjang = 20 mm, lebar = 10 mm, dan tinggi = 2 mm, menggunakan metode kehilangan berat
sesuai dengan ASTM G31 – 72 dengan pemilihan volume 0,4 dari permukaan spesimen didapat volume minimal 208 ml
dan sesudah perendaman baja galvanis di lakukan uji EDX (Energy Dispersive X-ray Spectroscopy) untuk mengetahui
kandungan struktur dari baja galvanis dan dilakukan uji SEM (Scanning Electron Microscope) bertujuan untuk analisis
material dengan perbesar struktur yang terdapat di baja galvanis tersebut. Dari penelitian yang dilakukan menggunakan
metode weight loss diharapkan bisa mengetahui laju korosi baja galvanis pada media nira, mengetahui pengaruh kadar
keasaman air nira terhadap terjadinya korosi dan lamanya waktu penyimpanan. Air nira dengan pH 4,8. Laju korosi
terbesar ada pada waktu 48 jam dan terjadi pada spesimen dengan pengujian pada suhu 110 o C besar laju korosinya
adalah 2,617 mm/year, dan nilai terkecil terjadi pada waktu 16 jam dengan suhu 25 o C dengan nilai 1,478 mm/year.
Semakin besar temperatur semakin besar laju korosinya, ini dikarenakan temperatur akan merusak struktur permukaan
pada logam, sehingga akan cepat masuk zat pengkorosifnya.

Kata kunci : laju korosi, nira kelapa, baja galvanis

Abstract
Corrosion is a natural process which a reaction occurs between the metal with it’s environment. This reaction easily
happened because the level of the circumstances in such a way wants to change the situation itself into another form. The
result from the reaction is it’s form and it’s metal circumstances are matched with corrosion environtment. Galvanized
steel is a zinc coated steel (Zn) which contain a high purity zinc material (99,7%) coupled with a number of lead and
aluminum in a certain amount processed by free oxidation conditions to produce a zinc coated steel with reliable quality.
Refer to galvanis steel as nira storage media further research is needed to determine how much the corrosion rate in order
to be able to anticipate the time of galvanized steel to get corroded also prevent the contain of nira to get mixed with
metal element. This research done using galvanis steel with the dimension of the metal sheet of 20 mm length, 10 mm
width, and 2 mm height, using loss weight method as ASTM G31 – 72 with the election of a 0.4 volume of specimen
surface obtained a minimum volume of 208 ml And after the immersion of the galvanized steel EDX (Energy Dispersive
X-ray Spectroscopy) test were done to find out the structure of galvanized steel and then SEM (Scanning Electron
Microscope) test were done to do material analysis to enlarge the structure contained in the galvanized steel. From the
research using weight loss method is expected to determine the corosion rate of galvanized steel over nira media,
determine the influence of nira water acidity to corrosion and the storing time needed. The nira solvent with pH 4,8, the
largest value is at 48 hours and happen at specimen with temperature 110 o C in the amount of 2,617 mm/year, and the
lowest corrosion rate value is at 16 hours and temperature of 25 o C in the amount 1,478 mm/year. The greater the
temperature the greater the corrosion rate, this is because the temperature will damage the surface of the metal structure,
so that the corrosion substances will quickly get inside.

Keywords : corrosion rate, coconut nira, galvanized steel

1
engaruh Model Quantum Writingdengan Media Rubrik Cartoon Jawa Pos Terhadap Kreativitas Menulis Teks Anekdot
Siswa Kelas X IPA SMAN 1 Mojosari

PENDAHULUAN 5,6 dan kandungan senyawa kimia yang mampu


Baja galvanis adalah baja lapis seng (Zn) yang mempercepat terjadinya proses korosi.
mengandung bahan seng tingkat kemurnian tinggi Fitra Amirul Anas (2011:01), bahwa tangki
(99,7%) ditambah dengan sejumlah timah hitam dan penampung bbm terbuat dari baja galvanis pada media
alumunium dalam jumlah tertentu. Mengacu pada premium dan pertamax mengalami korosi, besar laju
kegunaan baja galvanis yaitu sebagai bejana masakan dan korosi pada temperatur pengujian 1000 C dan waktu 1
media penyimpanan, hal ini lah yang membuat korosi jam, laju korosi pada media premium maksimal sebesar
pada baja galvanis apabila berkontak langsung dengan 0,2442 mm/year. Pada media pertamax maksimal sebesar
media nira yang bersifat asam. Belum diketahui seberapa 0,1832 mm/year.
cepat laju korosi baja galvanis pada media air nira yang Athanasius P. Bayuseno (2009:36), analisa ketahanan
menyebabkan korosi pada bejana masak dan media korosi pada plat baja yang biasa dipakai sebagai material
penyimpanan, padahal nira merupakan bahan utama dari kapal dengan mengamati perubahan massa yang hilang
pembuatan gula kelapa, sehingga perlu dilakukan sesuai dengan ASTM G31 - 72. Pengendalian korosi plat
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui seberapa besar baja dilakukan dengan melapiskan cat kedalam
laju korosi agar supaya bisa mengantisipasi waktu permukaan baja selanjuntnya di tempatkan didalam
terkorosinya baja galvanis serta mencegah kandungan lingkungan korosif. Spesimen ST 45 dengan hasil tanpa
nira agar tidak tercampur dengan unsur logam. Bahan – pengecatan sebesar 207,569 mpy dan dengan pengecatan
bahan yang terkontaminasi dengan logam tersebut yang paling kecil adalah 20 mpy.
berbahaya bagi kesehatan karena pada peralatan tersebut Berdasarkan uraian hasil penelitian diatas, maka perlu
mengandung unsur logam dalam masakanannya. Namun dilakukan penelitian mengenai analisa laju korosi pada
sayangnya masih terdapat beberapa industri di Indonesia baja galvanis menggunakan metode ASTM G31-72
terutama industri pengelolahan nira yang masih belum (2004) pada media nira. Tujuan dari penelitian ini untuk
sadar mengenai betapa besar kerugian akibat korosi, mengetahui laju korosi pada baja galvanis dengan media
sehingga masalah – masalah mengenai korosi mulai ini nira yang digunakan pada bejana masak dan
masih belum terlalu diperhatikan dan dibahas secara penyimpanan pembuatan gula kelapa. Manfaat dari
mendalam. penelitian ini adalah memberikan sumbangan pemikiran
Secara bahasa karat (rust) adalah sebutan yang mengenai laju korosi pada baja galvanis yang biasa
belakangan ini hanya dikhususkan bagi korosi pada besi, digunakan pada bejana masak dan penyimpanan dengan
sedangkan korosi sendiri adalah sebagai gejala destruktif media pengkorosi air nira yang diasumsikan sebagai
yang mempengaruhi hampir semua logam. Terutama lingkungan yang sangat korosif dan hasil penelitian yang
karena hampir semua pabrik – pabrik di bidang industri diperoleh dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk
banyak menggunakan logam baik besi, baja, alumunium penelitian yang sejenis.
dan banyak jenis logam dan paduan lainya. Karena itu
tidak bisa diingkari bahwa permasalahan korosi ada di
setiap industri tersebut baik industri menengah dan
industri besar.
Berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai laju
korosi yang dilakukan oleh Lingga Bayu Permadi
(2014:01), untuk uji rendam skala laboratorium
menggunakan ASTM G31-72. Perendaman dalam larutan
HCl konsentrasi 16% laju korosi terbesarnya adalah
22802,38 mpy. Sedangkan untuk perendaman dalam
larutan HCl konsentrasi 32% laju korosi terbesarnya
adalah 73595,09 mpy.
Sita Diantini Kusuma Wardani (2011:01), bahwa laju
korosi yang terjadi pada Stasiun Gilingan berada pada
klasifikasi Medium Severity Corrosion sampai High
Severity Corrosion dengan laju korosi antar 4,59 mmpy
pada cane cutter dan hammer head unigrator 5,97 mmpy
pada roll gilingan 1 dan 5,12 mmpy pada roll gilingan 2.
Hal ini disebabkan karena larutan nira yang melewati
peralatan-peralatan di stasiun gilingan ini memiliki pH
Analisa Laju Korosi Baja Galvanis

METODE PENELITIAN  Variabel terikat dalam penelitian ini adalah laju


Rancangan Penelitian korosi baja galvanis yang telah mendapatkan
proses degradasi/korosi di lingkungan korosif
Mulai
seperti air nira.
 Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah:
Survei - ASTM G31 – 72
Perumusan masalah Studi pustaka
pendahuluan
- Volume air nira sama untuk setiap sampel
yaitu 208 ml.
Merumuskan tujuan - Variasi temperatur air nira yaitu 25°C dan
110°C.
- Variasi waktu uji rendam 16 jam, 32 jam, dan
Persiapan alat dan bahan
48 jam.
- Mengunakan nira dengan pH 4,8.
Pembuatan spesimen - Material yang digunakan baja galvanis.
- Media pengkorosi yaitu air nira.

Penimbangan berat awal sampel Bahan, Peralatan, dan Instrumen Penelitian


 Bahan
- Baja Galvanis didapatkan di toko bangunan
- Air nira didapatkan dari penyadap nira di
Perendaman Wadah Perendaman Wadah daerah Pasuruan, Jawa Timur
A1 (110o C) B1 (25o C) - Aseton
pH 4,8 pH 4,8
16 jam, 32 jam, 48 16 jam, 32 jam, 48
- Amplas
jam jam  Peralatan
- Bak / wadah perendaman spesimen
- Gunting baja
Proses pickling & rinsing - Gerinda potong
- Amplas
 Instrumen Penelitian
Penimbangan berat akhir - Scanning Electron Microscope – Energy
Dispersive X-Ray (SEM-EDX)
Uji mikrostruktur dengan SEM dan EDX - Penggaris
- Timbangan digital (AND HL-100)
- Gelas ukur
Analisa hasil dan pembahasan - Jam ukur
Ya - Oven
Tidak - PH meter
Simpulan dan Saran
Teknik Pengumpulan Data
Selesai Dengan metode eksperimen penelitian ini meneliti
kandungan mikrostruktur baja galvanis dengan EDX,
mengetahui gambar struktur baja galvanis yang sudah
Gambar 1. Diagram Alur Penelitian terkorosi oleh air nira dengan SEM, dan menganalisa laju
korosi dengan metode kehilangan berat sesuai dengan
Penelitian ini dilakukan di ASTM G31-72 yang menggunakan diagram nilai laju
 Laboratorium rekayasa energi dan bahan bakar korosi.
alternatif jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri
Surabaya untuk pemotongan, penimbangan dan Prosedur Penelitian
perendaman sampel.  Persiapan Penelitian
 Laboratorium Sentral FMIPA Universitas Negeri - Persiapan bahan
Malang untuk foto Scanning Electron Mikroscope - Persiapan alat-alat
– Energy Dispersive X-Ray (SEM-EDX).  Proses pembersihan awal
Dibersihkan dari noda korosi yang menempel
Variabel Penelitian pada baja galvanis sebelum dilakukan pengujian
 Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi laju korosi.
temperatur air nira 25o C dan 110o C, lama  Proses Penimbangan Berat Awal Spesimen
penyimpanan air nira di suhu ruang dalam hal ini Tujuannya untuk mengetahui perbedaan
kosentrasi keasaman [pH] 4,8, dan waktu sebelum dan sesudah dilakukan perendaman.
perendaman sampel 16 jam, 32 jam, dan 48 jam.

3
JTM. Volume 4 Nomor 1 Tahun 2015, 1-7

 Proses Perendaman / Uji Rendam dalam Larutan spesimen yang direndam dalam larutan nira dengan pH
Nira 4,8 didapatkan data laju korosi sebagai berikut:
- Mempersiapkan bak / wadah yang sudah
disiapkan. Tabel 2. Data Laju Korosi
- Terdapat empat bak berisi air nira, tiap bak pH
berisi satu spesimen potongan baja galvanis 4,8
Waktu
dan perendaman batas atas 0,4 dari (jam) Wadah
permukaan sampel, dengan volume bak
A1 (110 oC) B1 (25 oC)
208 ml.
Laju Korosi
- Setiap bak / wadah diberi penomoran 16 1,658 1,478
(mm/year)
dengan perlakuan yang berbeda setiap
nomornya. Laju Korosi
32 2,330 1,548
- Persiapkan jam ukur untuk mengukur (mm/year)
waktu perendaman. Karena tiap 16 jam di Laju Korosi
48 2,617 1,645
periksa laju korosinnya dengan mengetahui (mm/year)
ΔW (berat awal – berat akhir tiap uji)
 Pengangkatan spesimen Untuk lebih jelasnya disajikan dalam bentuk diagram
hasil laju korosi pada variasi temperatur 110 o C dan 25o
 Penimbangan spesimen dan Perhitungan Laju
C, dari grafik tersebut diketahui laju korosi terbesar pada
Korosi
saat uji rendam dengan variasi waktu perendaman 16
Spesimen ditimbang dengan menggunakan
jam, 32 jam, dan 48 jam serta temperatur 110 o C dan 25o
timbangan elektrik untuk mengetahui berat akhir
C.
setelah proses perendaman dan selanjutnya
dilakukan perhitungan laju korosi dengan
metode weight loss sesuai dengan ASTM G31 –
72. diambil satu contoh spesimen untuk
dilakukan uji bahan menggunakan SEM dan
EDX, untuk melihat spesimen yang terkorosi
sehingga dapat mengetahui bentuk korosi pada
spesimen tersebut. Daerah untuk uji bahan yaitu
pada permukaan dari spesimen.

Teknik Analisis Data


Data dari hasil pengujian dimasukkan sesuai dengan
lembar pengujian berupa data bersifat deskripsi
kuantitatif, untuk menerjemahkan dalam bentuk Gambar 2. Diagram Pengujian Uji Korosi Dengan Suhu
kesimpulan atau deskripsi, perlu dilakukan tafsiran 110o C
dengan metode kualitatif.
Berdasarkan gambar diagram pengujian laju korosi
dengan pH 4,8 dan variasi suhu 110 o C, pada lama
HASIL DAN PEMBAHASAN perendaman dengan waktu 16 jam laju korosinya sebesar
Laju Korosi 1,658 mm/year, untuk waktu 32 jam laju korosinya
Table 1. Data Perubahan Berat Spesimen sebesar 2,330 mm/year, dan untuk waktu perendaman 48
jam laju korosinya 2,617 mm/year. Laju korosi terbesar
Berat Berat
Wa- Suhu Waktu 2,617 mm/year ada pada waktu 48 jam dan terkecil 1,658
No (pH) Awal akhir ΔW mm/year ada pada waktu 16 jam. Pengujian ini bersifat
dah (oC) (jam)
(gram) (gram) statis jadi dengan mempertahankan temperatur 110 o C dan
1 16 2.53 2.52 0,02 pH 4,8 akan diperoleh besar laju korosi tersebut.
2 A1 110 32 2.75 2.72 0,03
3 48 2.72 2.67 0.05
4,8
4 16 2.79 2.78 0,01
5 B1 25 32 2.72 2.70 0,02
6 48 2.56 2.53 0.03

Setelah diketahui perubahan kehilangan berat yang


terjadi (ΔW), masa jenisnya (D), waktu (T), luas
permukaan (A), maka masukan nilai ke rumus yang
sudah ditentukan dengan melihat nilai faktor konstanta
(K) sesuai dengan ASTM G31-72. Berdasarkan hasil uji
korosi dan perhitungan laju korosi yang dilakukan pada
Analisa Laju Korosi Baja Galvanis

Pengaruh Temperatur
Laju korosi terbesar ada pada suhu 110 o C, pada waktu
perendaman 16 jam sebesar 1,658 mm/year, waktu 32
jam 2,330 mm/year, dan waktu 48 jam 2,617 mm/year,
sesuai dengan gambar 4. Jadi berdasarkan data dan
gambar diagram nilai terbesar korosi ada pada temperatur
110o C, semakin besar temperatur semakin besar potensi
korosinya bisa dilihat dari nilai korosi yang paling besar
ada pada temperatur 110o C dengan nilai 2,617 mm/year
tentunya sifat pengujian ini statis. Struktur mikro yang
ada di bahan yang terkena zat pengkorosi akan cepat
terdegradasi dengan meningkatnya suhu, sehingga akan
Gambar 3. Diagram Pengujian Uji Korosi Dengan Suhu mudah cepat masuk zat pengkorosi pada bagian dalam
25o C logam tersebut.

Berdasarkan gambar diagram pengujian laju korosi Pengaruh Waktu


dengan pH 4,8 dan variasi suhu 25o C, pada lama Berdasarkan data dan diagram menjelaskan bahwa waktu
perendaman dengan waktu 16 jam laju korosinya sebesar sangat mempengaruhi laju korosi, semakin lama
1,478 mm/year, untuk waktu 32 jam laju korosinya perendaman laju korosi akan semakin naik dilihat dari
sebesar 1,548 mm/year, dan untuk waktu perendaman 48 pengujian perendaman pada waktu 16 jam, 32 jam, dan
jam laju korosinya 1,645 mm/year. Laju korosi terbesar 48 jam. Sesuai dengan gambar 4 untuk variasi suhu 110 o
1,645 mm/year ada pada waktu 48 jam dan terkecil 1,478 C lonjakan kenaikan laju korosi sangat drastis bisa dilihat
mm/year ada pada waktu 16 jam. Pengujian ini bersifat dari waktu perendaman 16 jam di awal laju korosinya
statis jadi dengan mempertahankan temperatur 25o C dan 1,658 mm/year ke 32 jam pada pengujian yang kedua
pH 4,8 akan diperoleh besar laju korosi tersebut. menjadi 2,330 mm/year ke 48 jam pada pengujian
terakhir menjadi 2,617 mm/year, begitu juga dengan
variasi suhu 25o C semakin lama waktu perendaman
semakin meningkat nilai laju korosinya, akan tetapi untuk
besaran laju korosi pada variasi suhu 110o C lebih besar
dari pada 25o C lebih dipengaruhi karena faktor
temperatur.
Pada uji SEM kali ini spesimen yang diteliti yaitu
spesimen dengan nilai korosi yang terbesar. Uji SEM
bertujuan untuk mengetahui bentuk korosi dan jenis
korosi. Pembagian wilayah / zona uji SEM dan EDX
dibedakan menjadi 3 bagian: zona yang tidak korosi,
zona trasparan, dan zona noda/bintik hitam, dibedakan
agar mudah dalam pengambilan gambar dan
Gambar 4. Diagram Pengujian Uji Korosi Dengan Variasi penjelasannya, untuk uji EDX ada dalam lampiran
Suhu 110o C dan 25o C skripsi.

Berdasarkan gambar diagram pengujian laju korosi


dengan pH 4,8 dan variasi suhu 110 o C dan 25o C. Pada
lama perendaman dengan waktu 16 jam dan suhu 110 o C
laju korosinya sebesar 1,658 mm/year, untuk waktu 16
jam dan suhu 25o C laju korosinya sebesar 1,478
mm/year jadi laju korosi terbesar ada pada variasi suhu
110o C sebesar 1,658 mm/year.
Pada lama perendaman dengan waktu 32 jam dan suhu
110o C laju korosinya sebesar 2,330 mm/year, untuk
waktu 32 jam dan suhu 25o C laju korosinya sebesar
1,548 mm/year jadi laju korosi terbesar ada pada variasi
suhu 110o C sebesar 2,330 mm/year.
Pada lama perendaman dengan waktu 48 jam dan suhu
110o C laju korosinya sebesar 2,617 mm/year, untuk
waktu 48 jam dan suhu 25o C laju korosinya sebesar
1,645 mm/year jadi laju korosi terbesar ada pada variasi
suhu 110o C sebesar 2,617 mm/year. Laju korosi paling Gambar 5. Foto SEM yang tidak korosi
besar ada pada variasi waktu 48 jam.

5
JTM. Volume 4 Nomor 1 Tahun 2015, 1-7

Menunjukan permukaan spesimen yang tidak akan merusak struktur logam sehingga membentuk jarum
terkorosi pada awalnya terlihat halus ketika diperbesar berupa lubang.
1000x terlihat struktur permukaan logam yang tidak
merata terlihat kerusakan akibat pengaruh penyebab
korosi. Daerah yang tidak terkorosi dominan ada di
tengah spesimen.

Gambar 8. foto SEM bintik – bintik hitam/Noda Hitam

Pada gambar 8 menunjukan permukaan spesimen


Gambar 6 foto SEM zona trasparan yang paling terkorosi yang berupa bintik – bintik hitam
ketika diperjelas dengan 2000x terlihat jelas kerusakan
Menunjukan permukaan spesimen yang terkorosi pada logam akibat dari korosi. Hal ini menyimpulkan
membentuk jurang atau jarum yang merusak permukaan betapa bahayanya logam yang terkorosi dan dampaknya
spesimen. Jenis korosi yang terlihat pada gambar 6 cukup besar.
adalah korosi sumuran/ pitting corrosion. Pada wilayah
korosi ini paling dominan ada di samping – samping
sampel, akan tetapi bukan daerah dengan bintik – bintik PENUTUP
hitam atau daerah yang parah terkena paparan korosi, Simpulan
untuk lebih memperjelas korosi sumuran selanjutnya Berdasarkan hasil penelitian dari uji laju korosi dengan
akan diperbesar pada area yang sudah di tandai dengan variasi waktu perendaman 16 jam, 32 jam, dan 48 jam
kotak tersebut, terlihat pada gambar 7 dengan memberikan variasi temperatur 25o C dan 110o C,
dengan mengalami uji rendam dalam larutan air nira
dengan pH 4,8 dan diperoleh simpulan sebagai berikut:
 Berdasarkan data dan diagram dijelaskan bahwa
larutan air nira dengan pH 4,8. Variasi suhu 110 o C
dan 25o C, untuk variasi suhu 110 o C waktu
perendaman 16 jam di awal laju korosinya 1,658
mm/year ke 32 jam pada pengujian yang kedua
menjadi 2,330 mm/year ke 48 jam pada pengujian
terakhir menjadi 2,617 mm/year, begitu juga
dengan variasi suhu 25o C semakin lama waktu
perendaman semakin meningkat nilai laju
korosinya dan laju korosi terbesar terjadi diakhir
proses perendaman.
 Laju korosi terbesar ada pada waktu 48 jam dan
terjadi pada spesimen dengan pengujian pada suhu
Gambar 7. Korosi Sumuran 110o C besar laju korosinya adalah 2,617
mm/year, dan nilai terkecil terjadi pada waktu 16
Dilakukan perbesaran sampai 5000x terlihat beberapa jam dengan suhu 25o C dengan nilai 1,478
jarum yang menandakan bahwa spesimen tersebut telah mm/year.
terkorosi. Pada pitting corrosion zat pengkorosif  Laju korosi terbesar ada pada suhu 110o C, pada
sebelumnya akan merusak lapisan pelindung dari waktu perendaman 16 jam sebesar 1,658
permukaan baja galvanis yang penyusunya adalah seng mm/year, waktu 32 jam 2,330 mm/year, dan
(Zn) ditambah dengan pengaruh temperatur akan semakin waktu 48 jam 2,617 mm/year. Jadi berdasarkan
besar kesempatan untuk merusak lapisan pelindung data dan gambar diagram nilai terbesar korosi ada
tersebut dan akibatnya pori-pori dari baja galvanis akan pada temperatur 110o C, semakin besar temperatur
membuka, sehingga masuk ke dalam dan zat pengkorosif semakin besar potensi korosinya bisa dilihat dari
Analisa Laju Korosi Baja Galvanis

nilai korosi yang paling besar ada pada temperatur Skripsi tidak diterbitkan. Depok: Universitas
110o C dengan nilai 2,617 mm/year. Struktur Indonesia
mikro yang ada di baja galvanis yang terkena zat Priyotomo, Gadang. 2008. Kamus Saku Korosi
pengkorosi akan cepat terdegradasi dengan Material. Vol 1. No 1 2008.
meningkatnya suhu, sehingga akan mudah cepat Sinly, Evan Putra. 2008. Kelapa Sebagai Bioindustri
masuk zat pengkorosi pada bagian dalam baja Potensial Indonesia. (online), (http://www.chem-
galvanis tersebut. is-try.org/artikel_kimia/kimia_pangan/kelapa-
sebagai-bioindustri-potensial-indonesia/). Diakses
Saran pada tanggal 08 April 2015.
 Untuk larutan dengan waktu perendaman yang Supardi, Rahmat. 1997. Korosi. Bandung: Tarsito.
lama dan menggunakan suhu tinggi, perlu Tim Penulis. 2014. Buku Pedoman Penulisan dan
diperhatikan dalam penggunaan pemasakan Ujian Skripsi. Surabaya: Universitas Negeri
perendaman larutan tersebut. Surabaya.
 Untuk penelitian selanjutnya tidak boleh Wardani, Sita Diantini Kusuma. 2011. Pemetaan
menggunakan variasi waktu perendaman 16 jam, Korosi pada Stasiun Gilingan Di Pabrik Gula
32 jam, dan 48 jam, tidak menggunakan jenis air Watoe Toelis. Surabaya : ITS (Jurnal).
nira kelapa dan baja galvanis, serta tidak
menggunakan variasi temperatur 110 o C dan 25o
C.

DAFTAR PUSTAKA
Anas, Fitra Amirul. 2011. Analisa Laju Korosi
Terhadap Baja Galvanik pada Media Premium
dan Pertamax. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya
ASTM Internasional. 2004. ASTM G31-72: Standard
Practice for Laboratory Immersion Corrosion
Testing of Metals. United State
Bayuseno, Athanasius P. 2009. Analisa Laju Korosi
pada Baja untuk Material Kapal dengan dan
Tanpa Perlindungan Cat. Volume 11 Nomor 3 –
Juli 2009
Furqan, Muhammad. 2013. Perhitungan Laju Korosi.
(online),
http://m10mechanicalengineering.blogspot.com/2
013/11/laju-korosi.html. Diakses pada tanggal 19
April 2015
Handayani, Sri. 2009. Potensi Nira dari Kelapa.
Yogyakarta: Tim PPM Jurdik Kimia FMIPA UNY.
Imaningastuti. 2012. Analisa Laju Korosi Sambungan
Las Pipa Stainless Steel 316 pada Kondensor Di
dalam Media Larutan NaCl. Skripsi tidak
diterbitkan. Semarang: Universitas Diponegoro
Mars, G. Fontana. Corrosion Engineering, 3 rd edition.
1967. New York: Mc Graw-Hill Book Company.
NACE International. 2005. NACE Standard RP0775-
2005 Item No. 21017 Standard Recommended
Practice Preparation, Installation, Analysis, and
Interpretation Corrosion Coupons In Oilfield
Operation. Texas.
Permadi, Lingga Bayu. 2014. Analisa Laju Korosi
pada Baja Karbon Ringan (Mild Steel) dengan
Perlakuan Bending pada Media Pengkorosi
Larutan Asam. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya.
Praweswari, Bunga. 2008. Studi Efektifitas Lapis
Galvanis Terhadap Ketahanan Korosi Pipa Baja
ASTM A 53 Di dalam Tanah (Underground Pipe).

Anda mungkin juga menyukai