UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
MALANG
Disusun oleh :
Semester Genap
Tahun Ajaran 2017 / 2018
Latar Belakang
Semakin meningkatnya perkembangan hidup manusia maka jamanpun ikut
berkembang dengan pesat. Karena perkembangan manusia bertambah maju maka bidang
teknologipun ikut berkembang sangat pesat dengan harapan segala kebutuhan. Segala
kebutuhan manusia tidak lepas dari unsur logam. Kerena hampir semua alat yang digunakan
manusia terbuat dari unsur logam. Sehingga logam mempunyai peranan aktif dalam
kehidupan manusia dan menunjang teknologi dijaman sekarang. Oleh karena itu timbul
usaha – usaha manusia untuk memperbaiki sifat – sifat dari logam tersebut. Yaitu dengan
merubah sifat mekanis dan sifat fisiknya. Adapun sifat mekanis dari logam antara lain :
kekerasan, kekuatan, keuletan, kelelahan dan lain – lain. Sedangkan dari sifat fisiknya yaitu
dimensi, konduktivitas listrik, struktur mikro, densitas, dan lain – lain. Karena banyaknya
permintaan yang bermacam – macam maka diadakan pemilihan bahan. Pemilihan bahan
tersebut dapat dipersempit sesuai dengan kegunaannya. Seperti misalnya pada baja karbon.
Baja karbon mendapat prioritas yang utama untuk dipertimbangkan. Karena baja karbon
mudah diperoleh, mudah dibentuk atau sifat permesinannya baik dan harganya relatif murah.
Baja karbon mendapat prioritas utama maka dituntut untuk memodifikasi atau memperbaiki
sifatnya seperti kekerasan, kekerasan pada permukaan, tahan aus akibat gesekan. Karena hal
tesebut maka perlu diadakan proses perlakuan panas guna menambah kekerasan dari bahan
tersebut.
Di dunia teknik kita sudah tidak asing lagi dengan istilah heat treatment atau sering
juga disebut perlakuan panas. Perlakuan panas adalah suatu perlakuan (treatment) yang
diterapkan pada logam agar diperoleh sifat – sifat yang diiginkan. Dengan cara pemanasan
dan pendinginan dengan kecepatan tertentu yang dilakukan terhadap logam dalam keadaan
fase padat sebagai upaya untuk memperoleh sifat – sifat tertentu dari logam. Pada umumnya
proses perlakuan panas biasa digunakan untuk mendapatkan sifat mekanik suatu logam atau
paduan sesuai dengan yang diinginkan. Selain itu, proses perlakuan panas juga dimanfaatkan
untuk homogenisasi struktur mikro, memperhalus butir-butiran, menaikkan kekerasan,
menambah keuletan, dan meningkatkan machinability pada baja. Misalnya, pada industri
otomotif proses perlakuan panas yang dilakukan
terhadap baja digunakan untuk mendapatkan kualitas baja yang keras dan kuat agar mudah
dibentuk pada saat proses pengerjaan mesin berlangsung dalam pembuatan komponen-
komponen suatu mesin.
Rumusan Maasaah
Berdasarkan paparan di atas, maka dirumuskan masalah yang akan dibahas pada
makalah ini dirinci sebagai berikut
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas yang telah dirimusakan Diatas dapat
disimpulakan tujuan dari penulisan dari makalah
b. Karbonitridasi
Karbonitridasi adalah proses pengerasan permukaan baja karbon rendah (o 0,2%) dengan
cara memanaskan nya kedalam lingkungan gas karbon-nitrogen. Proses karbonitridasi adalah
proses pengerasan permukaan dengan memanfaatkan penyerapan unsur C dan N. Unsur N
dalam hal ini menaikkan kekerasan lapisan karburasi.
Karbonitridasi merupakan suatu proses pengerasan permukaan baja dengan cara pemanasan
baja diatas temperatur kritis menggunakan metode penyemprotan gas. Selama proses
karbonitridasi berlangsung, atom karbon dan nitrogen terintitisi secara bersamaan kedalam
baja melalui penyemprotan media gas ke permukaan baja saat baja mengalami pemanasan.
Proses karbonitridasi ini sering juga disebut dengan istilah “Sianida kering” Proses
karbonitridsi biasanya digunakan untuk meningkatkan kekerasan permukaan baja karbon
rendah, dengan jalan memanaskannya dalam lingkungan gas karbon-nitrogen dengan suhu
yang lebih rendah dari temperatur karburasi yaitu sekitar 750 s.d. 890oC, dengan kedalaman
lapisan sekitar 0,7 mm. Pada rentang suhu tersebut, baja berada dalam fasa austenit. Dengan
demikian, proses karbonitridasi termasuk ke dalam perlakuan thermokimia austenitik.
Karbon dan nitrogen bebas yang terbentuk akibat pemanasan akan terdifusi kepermukaan
baja bereaksi dengan ferit atau paduan lainnya. Lapisan karbonitridasi lebih tahan terhadap
pelunakan sewaktu temper dibanding lapisan hasil karbur
Proses karbonitridasi yang menggunakan medium cair pada hakekatnya sama dengan proses
karburasi yang menggunakan medium cair; karena proses-proses ini menggunakan garam
yang sama. Karena itu dalam beberapa literatur penerapan nama proses nama proses
karbonitridasi hanya diberikan pada proses
yang menggunakan medium gas. Dengan perkataan lain proses karbonitirdasi adalah proses
karburasi gas dimana pada saat yang sama terjadi juga proses nitridasi.
Sianida merupakan proses penyerapan unsur karbon dan nitrogen pada baja karbon rendah
untuk memperoleh tingkat kekerasan yang tinggi pada permukaan baja dalam jangka waktu
tertentu. Metode sianida ini dilakukan dengan menggunakan rendaman larutan garam yang
terdiri dari senyawa natrium bikarbonat (NaHCO3) dan natrium sianida (NaCN) dengan
pencampuran senyawa natrium klorida (NaCl) dan barium klorida (BaCl2) sebagai unsur
pereaksi pada saat proses sianida berlangsung. Metode sianida biasanya dilakukan dengan
suhu yang lebih rendah dari temperatur karburasi yaitu sekitar 750 s.d. 890oC, dengan
kedalaman lapisan sekitar 0,7 mm. Karbon dan nitrogen bebas yang terbentuk akibat
pemanasan akan terdifusi kepermukaan baja bereaksi dengan ferit atau paduan lainnya.
Lapisan karbonitridasi lebih tahan terhadap pelunakan sewaktu temper dibanding lapisan
hasil karburasi.
Sianida merupakan proses penyerapan unsur karbon dan nitrogen pada baja karbon rendah
untuk memperoleh tingkat kekerasan yang tinggi pada permukaan baja dalam jangka waktu
tertentu. Metode sianida ini dilakukan dengan menggunakan rendaman larutan garam yang
terdiri dari senyawa natrium bikarbonat (NaHCO3) dan natrium sianida (NaCN) dengan
pencampuran senyawa natrium klorida (NaCl) dan barium klorida (BaCl2) sebagai unsur
pereaksi pada saat proses sianida berlangsung. Metode sianida biasanya dilakukan dengan
suhu 450 - 5900C. Pada suhu tersebut fasa baja adalah sebagian besar ferit. Karena itu proses
nitroc disebut sebagai proses perlakuan thermokimia feritik. Pelaksanaannya dapat dilakukan
dengan menggunakan medium cair atau gas. Hasil dari proses nitroc adalah adanya lapisan
berfasa tunggal yang sangat tipis. Lapisan ini merupakan senyawa terner heksagonal antara
Fe, N dan C yang terbentuk pada rentang suhu 450 - 5900C. Sifat dari lapisan ini adalah
ketahanan aus yang tinggi tanpa ada risiko mengelupas dan kemungkinan timbulnya distorsi
sangat kecil. Lapisan ini dapat diterapkan pada baja lunak yang relatif murah., sehingga baja
tersebut dapat ditingkatkan karakteristik ketahan aus dan fatiknya.
Pemeriksaan dan pengukuran tebal lapisan pengerasan
a. Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik dilakukan terhadap test coupon yang diproses bersama- sama
benda kerja.
b. Pemeriksaaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik dapat dilakukan terhadap benda kerja sebelum dan sesudah benda
kerja tersebut diproses. Pemeriksaan ini, dapat pula dilakukan dengan alat coupon.
c. Pengukuran kekerasan
Pengukuran tebal lapisan dapat dilakukan dengan jalan mengukur kekerasan lapisan. Karena
tebal lapisan relatif kecil, maka pengukuran kekerasan dilakukan dengan alat pengukur
kekerasan mikro. Pengukuran dilakukan dari sisi luar bagian dalam dari benda kerja.
Menurut standar ISO no. 2639 – 1973; tebal lapisan diidentifikasikan sebagai jarak dari
permukaan benda kerja ke suatu bidang yang memiliki kekerasan sebesar 550 HV. Jadi
menurut ISO, pengukuran kekerasan dilakukan dengan metoda Vicker dengan pembebanan
sebesar ikp.
2. Thermal/Selective Heat Treatment
a. Flame Hardeninig
Flame hardening dilakukan dengan menggunakan peralatan berupa burner dan semprot air,
serta campuran gas berupa oksigen dan gas alam.
Proses ini dilakukan dikarenakan beberapa alasan sebagai berikut:
- Bentuk material yang besar sehingga tidak ekonomis jika menggunakan dapur
- Hanya bagian-bagian tertentu dari material yang ingin dilakukan pengerasan
- Dapat dilakukan pada komponen-komponen yang memilkiki bentuk yang kompleks
Kekurangan dari flame hardening adalah tidak dapat mengontrol over heating dan sulit
mendapatkan case depth yang lebih kecil dari 1,5 mm.
b. Induction Hardening
Proses ini dilakukan dengan memanfaatkan listrik yang diubah menjadi medan magnet dan
panas yang digunakan untuk merubah permukaan komponen. Induction hardening dapat
mempersingkat waktu heat treatment dan juga dapat digunakan untuk mengeraskan lokasi
tertentu. Selain itu, karena menggunakan listrik, proses ini lebih ramah lingkungan dan
lebih efisien.
Penutup Kesimpulan
Proses karbonitridsi biasanya digunakan untuk meningkatkan kekerasan permukaan baja
karbon rendah, dengan jalan memanaskannya dalam lingkungan gas karbon-nitrogen dengan
suhu yang lebih rendah dari temperatur karburasi yaitu sekitar 750 s.d. 8900C, dengan
kedalaman lapisan sekitar 0,7 mm.
Karbon dan nitrogen bebas yang terbentuk akibat pemanasan akan terdifusi kepermukaan
baja bereaksi dengan ferit atau paduan lainnya. Lapisan karbonitridasi lebih tahan terhadap
pelunakan sewaktu temper dibanding lapisan hasil karburasi.
Saran
1. Waktu dan temperatur setiap material supaya diperhatikan selama proses Heat Treatment.
2. Pada saat proses pendinginan setelah heat treatment, supaya diperhatikan temperatur setiap
perlakuan pada material tersebut.
3. Sebelum digunakan, alat harus dikalibrasi terlebih dahulu agar hasil sesuai dengan standar.
4. Perhatikan juga proses pengukuran dan kehalusan permukaan benda saat proses
pengamplasan.
5. Praktikan seharusnya sungguh–sungguh dalam pelaksanaan praktikum, teliti dalam
pengamatan dan cermat dalam pengukuran maupun perhitungan
6. Praktikan harus jeli dan teliti serta harus mengingat spesimen yang sedang diamati sehingga
tidak terjadi kekeliruan atau tertukarnya spesimen
Daftar Rujukan
ASM Metals Handbook. (1990-1, 2005-2), “Vol 01 : Properties and Selection Irons,
Steels, and High-Performance Alloys”, ASM International. ASM Metals
Handbook. (2005), “Vol 04 : Heat treating”, ASM
International.
Dieter, George E., Engineering Design A Materials and Processcing
Approach, McGraw-Hill Book Company, singapore, 1987.
Smallman, R.E., Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasan Material, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 1999.
Budianto, Arief (2012). Heat Treatment. Dari
http://ariffbudianto.wordpress.com/2012/04/08/heat-treatment/, Diakses tanggal 07 Maret
2017
Rohib. (2014). Surface Hardening. Dari http://dari-
rohib.blogspot.co.id/2014/02/surface-hardening.html, Diakses tanggal 03 Mei 2017