Saat proses pengecoran ditambahkan sulfur dan posfor untuk meningkatkan mampu
alir. Pada baja cor, kandungan sulfur dibatasi maksimum 0,06% dan posfor 0,05%
untuk mencegah terjadinya inklusi[2].
Kadar karbon dalam baja akan menentukan sifat fisik, sifat mekanik dan sifat
teknologi serta kemampuan baja untuk di heat treatment. Sebagai contoh, baja cor
dengan kadar karbon yang rendah mempunyai kekuatan yang rendah, perpanjangan
(elongation) yang tinggi dan kekuatan impak serta mampu las (weldability) yang
baik. Pada Gambar II.1 dan Gambar II.2 ditunjukkan pengaruh kadar karbon dan
proses perlakuan panas terhadap sifat mekanik baja karbon cor.
(a)
Gambar II.1
(b)
(a)
Gambar II.2
(b)
Berdasarkan banyaknya unsur paduan yang ditambahkan maka baja cor paduan dapat
dikelompokkan menjadi:
1. Baja cor paduan rendah, apabila unsur paduan yang ditambahkan sebesar (1%
2%).
2. Baja cor paduan menengah, apabila unsur paduan yang ditambahkan sebesar
(2% 5%).
3. Baja cor paduan tinggi, apabila unsur paduan yang ditambahkan lebih besar
dari 5%.
Kadar paduan pada baja juga mempengaruhi sifat fisik, sifat mekanik dan sifat
teknologinya. Salah satu contohnya adalah baja cor paduan khrom 25% yang
mempunyai sifat ketahanan korosi dan ketahanan aus yang baik tetapi keuletan dan
mampu lasnya rendah.
- Cr 24,5%
- Mo 0,2% - Cu 0,1%
- Si 0,5%
- Mn 0,5%
- Ni 0,6%
- V 0,1%
- Fe balance
Baja cor khrom 25% termasuk dalam kelompok baja feritik. Di Politeknik
Manufaktur Bandung, baja ini digunakan untuk membuat bucket elevator yang akan
digunakan pada pabrik semen dengan kondisi lingkungan operasi yang korosif dan
tingkat keausan yang cukup tinggi. Oleh sebab itu sifat yang diinginkan dari
komponen ini adalah ketahanan korosi dan ketahanan aus yang baik.
Kadar karbon yang cukup tinggi pada baja ini akan meningkatkan kekerasan dan
kekuatan baja tetapi akan menurunkan keuletan dan sifat mampu lasnya. Hal ini
mengakibatkan baja menjadi sulit untuk dilas. Sedangkan kandungan khrom pada
baja akan memperbaiki sifat ketahanan korosi yaitu dengan membentuk lapisan pasif
(Cr2O3) pada permukaan baja. Selain itu khrom juga akan meningkatkan ketahanan
aus pada baja ini karena khrom akan menstabilkan karbida sehingga karbida mudah
terbentuk. Pada Gambar II.3 ditunjukkan gambar struktur mikro baja cor khrom 25%.
Fasa-fasa yang terbentuk adalah ferit dan karbida (M23C6).
Ferit
Karbida
25% Cr
25% Cr
Dari diagram fasa Gambar II.5 dapat disimpulkan bahwa kemungkinan terjadinya
fasa martensit pada baja cor khrom 25% sangat kecil karena fasa austenit yang tejadi
saat proses pembekuan hanya 0,19%[Thermo Calc].
10
11
0.28 0.35
120 200
0.35 0.45
150 260
0.45 0.55
260 370
0.55 0.6
260 370
Untuk mengurangi difusi hidrogen pada pengelasan baja cor dengan proses SMAW
maka harus dipilih elektroda dengan kandungan hidrogen rendah dan pengelasan
sebaiknya dilakukan pada lingkungan atmosfir yang berkadar hidrogen rendah. Dan
bila kekuatan logam las diharuskan sama dengan kekuatan logam induk maka proses
pengelasannya menjadi sukar dan pemilihan elektrodanya pun harus tepat.
Kenyataan di lapangan, elektroda yang dapat menghasilkan sambungan dengan
kekuatan dan sifat yang sama dengan logam induk tidak dapat ditemukan.
Pengerasan pada pengelasan baja cor selain disebabkan oleh pendinginan cepat juga
dipengaruhi oleh komposisi kimianya. Komposisi kimia akan menentukan harga
karbon ekivalen (Cek) dari baja. Pengaruh karbon ekivalen terhadap pengerasan pada
daerah pengaruh panas (HAZ) ditunjukkan pada Gambar II.6. Persamaan untuk
menentukan besarnya karbon ekivalen adalah sebagai berikut: [8]
C ek = C +
1
1
1
1
1
Mn +
Si +
Ni + Mo + V (%)
6
24
40
4
14
(2.1)
Keterangan:
Cek
= karbon ekivalen
Gambar II.7 Hubungan Karbon Ekivalen (Cek) Dengan Kekerasan Pada HAZ Hasil
Pengelasan Baja Cor[8]
Pengerasan pada daerah pengaruh panas tersebut dapat menyebabkan terjadinya retak
las.
Tegangan sisa yang terjadi pada pengelasan banyak dipengaruhi oleh rancangan las
dan proses pengelasan yang dipilih. Tegangan sisa terjadi karena adanya penyusutan
pada waktu pendinginan. Untuk mengurangi terjadinya tegangan sisa saat pengelasan
dapat dilakukan dengan cara antara lain menurunkan masukan panas dan mengurangi
banyaknya logam las yaitu dengan memperkecil sudut alur dan celah akar lasan.
Penghalang luar juga menyebabkan terjadinya tegangan sisa, maka hal ini harus
dihindari yakni dengan cara menentukan urutan pengelasan yang baik. Pembebasan
tegangan sisa dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara mekanik dan cara
termal. Contoh-contoh dari kedua cara tersebut dapat dilihat pada Tabel II.2. Dalam
praktek cara termal lebih banyak digunakan yakni dengan proses anil atau lebih
dikenal dengan post weld heat treatment (PWHT).
13
Tabel II.2
Peregangan
Penjelasan
Keuntungan
Kerugian
- Tidak dapat
diterapkan pada
logam getas
- Untuk konstruksi
- Tidak dapat
bejana berbentuk bola diterapkan untuk
dapat dilakukan
bentuk-bentuk yang
dengan mudah
rumit
menggunakan tekanan
hidrostatis
- Tidak bisa
diterapkan pada
konstruksi besar dan
sulit dilakukan
dilapangan
Anil
- Tidak dapat
diterapkan pada
konstruksi besar
karena hasilnya
akan tidak merata
Cara Termal
Getaran
Cara Mekanik
Pemukulan
Cara
14
Dengan banyaknya kesulitan yang ditemukan pada proses pengelasan pada baja
karbon cor maka perlu dikembangkan metode baru yang dapat mengurangi kesulitan
tersebut. Dan penemuan metoda turbulence flow casting (TFC) memberikan harapan
baru pada proses pengelasan untuk dapat menghasilkan sambungan yang memiliki
kekuatan dan sifat yang sama dengan logam induk karena logam pengisi yang
dipakai pada TFC sama dengan logam induk.
6
7
4
3
Keterangan gambar:
1. Pemanas Listrik (with castable cover)
2. Spesimen
3. Rongga Cacat
4. Rongga Untuk Aliran Berulang
5. Pouring Cup
6. Saluran Masuk
7. Saluran Keluar
8. Cetakan Pasir
Untuk menurunkan laju pendinginan pada daerah yang diperbaiki harus dilakukan
preheating. Dengan pemberian preheating maka penggetasan pada sambungan (weld
pool) dapat dihilangkan. Sedangkan untuk menghilangkan tegangan sisa dan
tegangan termal pada saat pembekuan logam pengisi dilakukan dengan cara
pemberian postheating.
Metode TFC yang telah diterapkan untuk perbaikan cacat permukaan pada
komponen yang terbuat dari besi cor kelabu, menghasilkan sambungan yang sifat
dan strukturnya menyerupai dengan logam induk sehingga kekuatannya tidak
berubah. Kelebihan-kelebihan metode TFC lainnya adalah:
1. Logam pengisi sama dengan logam induk.
2. Tanpa porositas.
3. Logam induk yang mencair sangat tipis (very thin layer of mixing).
4. Kekuatan sambungan tinggi.
5. Tidak terjadi perbedaan tampilan setelah proses perbaikan.
6. Tidak diperlukan antioksidan.
16
7. Permukaan cacat tidak perlu dibersihkan dari kotoran, karat, air, atau
minyak.
8. Peralatan murah dan prosesnya sangat sederhana.
9. Tidak perlu keahlian khusus kecuali pada saat preparasi.
Bahan baku dan peralatan yang digunakan pada TFC antara lain:
1. Pasir silika (green sand).
2. RCS (Resin Coated Sand).
3. Tungku heat treatment.
4. Pola kayu.
5. Rangka cetak (flask).
6. Pemanas (heating coil).
7. Tungku induksi kapasitas 250 kg di Politeknik Manufaktur Bandung
(POLMAN).
Proses pembuatan cetakan menggunakan dua buah flask yang berfungsi sebagai cup
dan drag. Hal ini dimaksudkan agar pemasangan pola saluran dan pola rongga cacat
dapat dilakukan dengan mudah. Sistem saluran pada cetakan dan spesimen di
rancang sehingga akan menghasilkan aliran turbulen logam cair yang akan
dimanfaatkan untuk menghilangkan lapisan oksida pada permukaan cacat. Sketsa
cetakan dan spesimen tersebut dapat dilihat pada Gambar II.9.
17
Gambar II.9 Cetakan, Rangka Cetak dan Spesimen Pada Proses TFC [18]
Dengan bantuan rangkaian termal dan kelompok bilangan tak berdimensi maka
diperoleh hubungan fungsional dari setiap parameter yang terkait. Laju perpindahan
panas per satuan luas melalui tahanan-tahanan yang diberikan oleh aliran logam cair
di daerah pencairan (melting) dan di daerah padat sebagai akibat potensial temperatur
(T-Tpr) adalah:
qtot = q c + q k =
T0 T pr
T T0
+
1/ h
/ k + / k
...(2.2)
Keterangan:
qtot = laju perpindahan panas total oleh logam cair (W/m2)
qc = laju perpindahan panas konveksi per satuan luas (W/m2)
qk = laju perpindahan panas konduksi per satuan luas (W/m2)
T = temperatur penuangan logam cair (pouring) (C)
Tm = temperatur cair (melting) logam (C)
T0 = temperatur permukaan logam cair setelah dituangkan (C)
Tpr = temperatur preheat (C)
h
Dari hukum kekekalan energi dapat dibuat persamaan energi yaitu laju perpindahan
panas persatuan luas (2.2) sama dengan besarnya energi yang diperlukan untuk
mengubah fasa padat menjadi fasa cair dan untuk menaikkan temperatur di daerah
cair-padat (mushy zone). Energi tersebut adalah sebesar:
20
d ( + )
dt
...(2.3)
T Tpr
T T0
d ( + )
+ 0
= (L + C p (T0 Tm ) + C p (Tm Tpr ))
/ k + / k
1/ h
dt
...(2.4)
Keterangan:
dqcp = energi yang dibutuhkan untuk mengubah fasa padat menjadi fasa cair dan
menaikkan temperatur di daerah cair-padat (W/m2)
Cp
t =
h( + )
k
d =
hd ( + )
k
T =
(T T0 )
(T
Tpr )
h 2 (T0 Tpr )t
k (L + C p (T0 Tm ) + C p (Tm Tpr ))
Dengan proses integrasi dan iterasi diperoleh persamaan kedalaman penetrasi panas
komulatif ( ) dalam fungsi t* dan T* atau = f(t*, T*) yaitu:
21
= KPe(t )
KPa
...(2.5)
Keterangan:
KPe = 2,4704T* - 0,0192
KPa = 0,775 (T*)-0,0834
Tl
(t )
Ts
= L + C p (T0 Tm )
k s x kl x
dt
x = (t )
...(2.6)
22
...(2.7)
x
h
h
x
(T T0 ) + (T0 Tm ) +
(T T0 )
Ts = T0
kl
kl
...(2.8)
Keterangan:
Tl
Ts
h 2t
Tpr = Tm 1,0933(T Tm ) 2
k
0 , 256
...(2.9)
Keterangan:
23
Pada Gambar II.13 di perlihatkan grafik hubungan antara temperatur preheat dan
waktu penuangan pada proses TFC besi cor kelabu yang dibandingkan antara hasil
penurunan persamaan dengan hasil eksperimen [17].
24
Re =
VD
...(2.10)
Keterangan:
Re
= bilangan Reynold
Dalam proses TFC aliran logam cair ke dalam rongga cacat harus turbulen.
Turbulensi aliran tersebut berfungsi untuk mengelupas lapisan oksida pada rongga
cacat sehingga akan terjadi sambungan yang baik. Sedangkan kecepatan aliran dan
energi panas logam cair akan memberikan aliran panas dari logam cair ke logam
induk. Bila logam cair mempunyai energi yang cukup untuk mencairkan logam
induk maka akan terjadi lapisan yang sangat tipis (very thin layer) pada logam induk
yang ikut mencair.
25
Pr =
Cp
=
...(2.11)
Keterangan:
Pr
= bilangan Prandtl
Bilangan Prandtl menentukan ketebalan dari lapisan batas panas (thermal boundary
layer) dan lapisan batas momentum (momentum boundary layer). Pada bilangan
Prandtl besar lapisan batas panas lebih tipis dibandingkan dengan lapisan batas
momentum. Sebaliknya pada bilangan Prandtl kecil lapisan batas panas akan lebih
tebal dari pada lapisan batas momentum. Hal ini seperti yang terjadi pada aliran
logam cair pada logam induk dalam proses TFC. Ilustrasi dari pengaruh bilangan
Prandtl terhadap ketebalan lapisan batas panas dan momentum diperlihatkan pada
Gambar II.14.
Gambar II.14 Lapisan Batas Panas dan Lapisan Batas Momentum Untuk Bilangan
Keterangan:
Karena pada TFC lapisan batas panas lebih tebal dibandingkan dengan lapisan batas
momentum maka difusi yang dipengaruhi oleh energi panas lebih dominan dari pada
difusi akibat momentum.
27
[17]
dengan logam pengisinya menggunakan besi cor kelabu. Baja karbon bertitik cair
1600C sedangkan besi cor kelabu hanya 1250C dan dengan temperatur penuangan
1400C maka tidak ada bagian dari logam induk yang ikut mencair selama
eksperimen TFC. Dan hasil penyambungan yang terjadi sangat bagus. Eksperimen
ini membuktikan bahwa proses penyambungan berlangsung secara full-diffusion.
Kemudian dari hasil uji tarik diperoleh patahan pada daerah weld pool bukan pada
sambungan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kekuatan tarik hasil difusi lebih
kuat dibandingkan dengan kekuatan tarik weld pool. Gambar struktur mikro pada
eksperimen tersebut dapat dilihat pada Gambar II.16.
Interface
Gambar II.16 Struktur Mikro Hasil TFC Dengan Logam Induk Baja Karbon dan
Logam Pengisi Besi Cor Kelabu[18]
28