I. PERLAKUAN PANAS
TUJUAN
Tujuan Instruksional Umum :
1.1. Mahasiswa akan dapat menggunakan/mengaplikasikan teori perlakuan
panas (Heat Treatment) dalam praktek yang sesungguhnya.
1.2. Mahasiswa akan dapat memilih suatu proses perlakuan panas untuk
produk tertentu.
1.1. PENDAHULUAN
Perlakuan panas atau heat treatment adalah suatu metode yang
dipergunakan untuk merubah sifat-sifat mekanik dari suatu baja, seperti
misalnya kekerasan, kekuatan atau keuletannya. Komponen/perkakas yang
diproses perlakuan panas ada bermacam-macam, ada yang sederhana
bentuknya tetapi ada pula yang rumit seperti moulds, matres, komponen
mesin. Biaya pembuatan memang tinggi; hal ini disebabkan lamanya waktu
yang diperlukan untuk membuat perkakas itu serta upah yang tinggi dari
tenaga yang terampil dan perlengkapan-perlengkapan presisi yang diperlukan.
Dalam hal ini ada suatu jaminan untuk tidak gagal terlalu awal, yaitu
penggunaan material yang baik sesuai dengan Jenis perkakas yang dibuat dan
yang tidak kalah pentingnya ialah perlakuan panas yang benar dari material
tersebut.
Mengeraskan suatu perkakas memang mudah, tetapi memberikan
kekerasan yang paling sesuai untuk fungsi suatu perkakas adalah sulit. Untuk
memperoleh sifat-sifat yang paling baik dari baja yang dipilih dengan benar
memang diperlukan perlengkapan yang memadai. Sekurang-kurangnya harus
ada temperature control yang bekerja dengan baik pada dapur-dapur
pemanasnya. Selanjutnya diperlukan pula fasilitas pengujian kekerasan untuk
benda-benda yang sudah diproses perlakuan panas.
Gambar 1.a. Diagram Suhu Perlakuan Panas (Heat Treatment) Untuk Baja
Karbon
Perlakuan Material
4
1.2.1. Annealing
Annealing adalah salah satu proses perlakuan panas (heat treatment) yang
digunakan untuk.
a. Mengurangi kekerasan.
b. Menghilangkan tegangan sisa.
c. Memperbaiki kekuatan.
d. Memperbaiki ductility.
e. Menghaluskan ukuran butiran.
Macam-macam proses annealing
a. Full annealing
b. Recrystallisation annealing
c. Stress relief annealing.
d. Spheroidization
e. Dan lain-lain
a. Full Annealing
Tujuan:
Untuk mengubah bentuk lapisan sementit di dalam-pearlit dan
sementit pada batasan-batasan butiran dari baja karbon tinggi menjadi
bentuk spheroidical (bentuk bola).
Proses :
Untuk baja hypoeutectoid (<0,83% C)
Baja dipanaskan 30 - 60°C (50 - 100°F) di atas temperatur A3, kemudian
ditahan beberapa saat, baru didinginkan di dalam dapur dengan
kecepatan pendinginan 10 - 30°C/jam sampai temperatur 30 oC di
bawah A1, kemudian didinginkan di udara.
Untuk baja hyper eutectoid (>0,83%C)
Perlakuan Material 6
b. Recrystallisation Annealing
Tujuan:
Melunakkan baja hasil pengerjaan, karena adanya rekristalisasi
dan pengembangan bentuk strukturnya.
Penggunaan :
Untuk baja hasil pengerjaan dingin yang berat.
Proses:
Baja dipanaskan pada suhu kira-kira 700°C (sedikit di bawah
temperatur A1), tahan pada temperatur tersebut untuk mencapai
kelunakan, kemudian didinginkan dengan kecepatan tertentu
(biasanya d udara).
Hasil:
· Menghasilkan baja/benda kerja dengan permukaan yang halus
(tidak bersisik).
· Mempermudah pengerjaan cold working tanpa mengalami
keretakan.
c. Stress-Relief Annealing
(Annealing untuk menghilangkan tegangan dalam)
Tujuan:
Untuk menghilangkan tegangan sisa (tegangan dalam) dalam
baja tuang yang tebal, juga pada logam yang sudah mengalami
pengelasan.
Perlakuan Material 7
Proses:
Benda kerja dipanaskan sampai suhu di bawah Al (550 650)oC
dipertahankan beberapa saat kemudian didinginkan perlahan-lahan.
Hasil:
Memperbaiki sifat mampu di mesin.
d. Spheroidization
Tujuan:
Membentuk/menghaluskan struktur sementit dengan
menghancurkan bentuk sphreoids (bulatan kecil) dalam kandungan
ferrit.
Proses:
1. Memperpanjang waktu pemanasan pada suhu tepat di bawah A1,
diikuti dengan pendinginan yang lambat.
2. Memperpanjang periode di sekitar suhu A1 yaitu sedikit di atas dan
di bawahnya.
3. Untuk tool steel dan high alloy steel, pemanasan antara 750 - 8000
atau lebih tinggi dan dipertahankan pada suhu tersebut untuk
beberapa jam, diikuti oleh pendinginan yang perlahan-lahan.
Hasil:
Benda mudah di mesin
1.2.2 Normalizing.
Tujuan:
Untuk mendapatkan struktur butiran yang halus dan seragam, juga
untuk menghilangkan tegangan dalam.
Perlakuan Material 8
Pemakaian:
Untuk baja-baja konstruksi, baja rol, material yang mengalami
penempaan, tidak mempunyai . struktur yang sama karena jumlah beban
tidak sebanding dan karena perubahan bentuk pada tahap-tahap
pendinginan yang tidak merata untuk benda yang ketebalannya tidak
sama.
Proses:
Memanaskan sampai sedikit di atas suku kritis (± 60 oC di atas suhu
kritis atas), kemudian setelah suhu merata didinginkan di udara.
Hasil :
Diperoleh sifat mampu di mesin
1.2.3. Hardening
1.2.3.1. Direct Hardening
Umumnya hanya disebut hardening, bertujuan untuk merubah struktur
baja sedemikian rupa sehingga diperoleh struktur martensit yang keras
dari permukaan hingga inti benda kerja.
Proses:
Baja dipanaskan sampai Suhu tertentu antara 770–830°C
Perlakuan Material 9
Hasil :
Kekerasan tinggi, kekenyalan (ductility) rendah
b) Flame hardening
c) Nitriding/penambahan nitrogen
a) Carburizing
Proses karburizing didasarkan atas kemampuan baja untuk
menyerap karbon pada temperatur antara 900 - 9 50oC. Carburizing
adalah salah satu metoda yang digunakan untuk menghasilkan
permukaan keras padat baja yang berkadar karbon rendah (0,3 %).
Dengan proses ini didapat lapisan baja dengan kadar karbon
0,3-1%, dengan tebal antara 0,1-2,5 mm tergantung lamanya
pemanasan (lihat Gambar 4).
Proses Carburizing :
Baja yang akan diproses dimasukkan ke dalam peti yang berisi
arang kayu atau batu bara dan barium karbonat. Setelah suhu dan waktu
pemanasan tercapai (tergantung ketebalan dan kekerasan yang
diinginkan), dapur kemudian dimatikan, setelah mencapai suhu kira-kira
350oC, kotak kemudian dikeluarkan dan selanjutnya didinginkan di udara.
Perlakuan Material 11
b) Flame Hardening
Proses ini sangat cepat untuk menghasilkan permukaan keras
dari baja yang kandungan karbonnya lebih dari 0,4%.
Permukaan baja dipanaskan dengan Cepat hingga suhu kritisnya
dengan perantaraan semburan api Flame atau dengan induction coil
frekuwensi tinggi, kemudian diquenching untuk mendapatkan struktur
martensit. Setelah quenching, perambatan panas dari inti ke
permukaan baja sudah cukup untuk tempering lapisan permukaan.
Proses ini banyak digunakan terutama untuk mempererat
poros-poros pendukung.
Perlakuan Material 12
c) Nitriding
Baja yang dinitriding adalah baja paduan rendah yang
mengandung chromium dan molibdeniuri1 dan kadang-kadang disertai
kandungan nikel dan vanadium.
Beberapa baja nitriding mengandung kira-kira 1 % aluminium. Baja
tersebut dipanaskan pada 500oc. Selama 40 hingga 90 jam dalam kotak
gas yang diisi sirkulasi gas ammonia. Permukaan baja akan menjadi
sangat keras karena terbentuknya nitrida, sedangkan inti bahan tetap
tidak terpengaruh.
1.2.4. Tempering
Tempering adalah memanaskan kembali baja yang telah dikeraskan
untuk menghilangkan tegangan dalam dan mengurangi kekerasan.
Proses:
Memanaskan kembali berkisar pada suhu 150 - 650°C dan
didinginkan secara perlahan-Iahan tergantung sifat akhir baja tersebut.
Perlakuan Material 13
1.5.1.1. Preheating
Preheating bertujuan untuk memperkecil beda temperatur antara
permukaan benda kerja dan intinya (terutama untuk benda yang tebal),
sehingga dapat mengurangi kemungkinan rusak akibat thermal stress.
I. Tanpa preheating
II. Dengan preheating (2 x)
1.5.1.2. Austenitizing
Austenitizing, pemanasan yang diperlukan untuk mencapai temperatur
Austenit, dimana tinggi temperatur tersebut tergantung dari jenis
materialnya.
Perlakuan Material 22
38 15 25 35 22 30 30 10 30
50 15 35 40 25 35 35 40
75 15 40 45 35 45 40 40
100 15 40 50 40 45 45 40
125 15 45 50 40 45 45 40
150 15 45 60 40 45 50 40
175 15 45 60 45 45 50 40
200 15 45 60 45 45 50 40
24
Perlakuan Material 25
Gambar 21. Pada water quenching, laju arus panas dari permukaan ke
dalam air jauh lebih cepat daripada laju arus dari core ke
kulit/permukaan. Hal ini akan menimbulkan perbedaan suhu
yang besar.
Gambar 22. Pada oil quenching, laju arus panas dari kulit ke dalam minyak
memang lebih lambat bila dibandingkan dengan water
quenching, tetapi yang dari core ke kulit masih sama.
Perlakuan Material 26
Gambar 23. Laju arus panas dari air quenching dari core ke kulit kira-kira
sama dengan yang dari kulit ke udara. Hal ini membuat
perbedaan-perbedaan suhu hanya kecil saja.
1.6. Gangguan yang Terjadi Pada Proses Perlakuan Panas (Heat Treatment)
Gangguan-gangguan yang timbul pada suatu benda kerja yang di
heat-treat biasanya disebabkan oleh :
1 6.1. Machining Stresses
Machining stresses selalu timbul pada benda kerja yang dibubut, dibor,
digerinda, disekrap ataupun diffais. Bahkan hal ini juga berlaku pada benda
kerja yang mengalami operasi-operasi cold working seperti misalnya
shearing, bending dan drawing.
Kalau ada tegangan-tegangan yang cukup besar yang telah terjadi dalam
benda kerja, tegangan-tegangan tadi dapat dihilangkan dengan jalan
memuaskannya. Karena adanya pemanasan ini maka terjadi perubahan-
perubahan bentuk pada benda kerja.
Pemanasan yang dimaksud dapat berupa operasi hardening, apabila baja
dipanaskan maka ultimate stress dan yield point-nya menjadi rendah
sehingga dengan mudah dapat terjadi deformasi karena adanya stress yang
relatif rendah saja. Kalau setelah di mesin, benda kerja dipanaskan sampai
suhu annealing yang disarankan untuk bahan tersebut maka tegangan-
tegangan yang telah timbul akan dapat dihilangkan. melalui perubahan
bentuk dari benda kerjanya. (Deformasi) Stress relief annealing adalah
Perlakuan Material 28
secara perlahan-lahan. (d) Grade dari pada bajanya harus benar/sesuai. (e)
Dalam hardening benda kerja hendaknya didinginkan/dikejutkan secara
perlahan-lahan. d) Tempering harus dilaksanakan pada temperatur yang
sesuai.
ROUGH MACHINING
STRESS RELIEVING
SEMI FINISHING
HARDENING
TEMPERING
FINISHING
Tujuan Khusus
Tujuan mempelajari dan melakukan praktek pelapisan logam dengan
metoda Electroplating adalah :
a. Memperoleh kekerasan bahan yang lebih tinggi dari sebelum dilakukan
pelapisan
b. Melindungi bahan dari peristiwa korosi dalam jangka waktu tertentu
c. Menimbulkan sifat logam yang barn
d. Proteksi permukaan logam atau dekoratif
e. Menunjang pekerjaan maintenance
2.1 PENDAHULUAN
Logam adalah unsur yang paling banyak digunakan dalam bidang
teknik, mulai dari industri besar, menengah, kecil sampai barang rumah
tangga semuanya tidak pemah lepas dari suatu logam. Logam sendiri
Perlakuan Material 38
memiliki sifat yang mudah dibentuk dan mudah didapatkan sehingga segala
jenis peralatan produksi maupun peralatan dapur terbuat dari logam.
Namun struktur lapisan awal yang mudah terkorosi oleh air, asam , air laut ,
maupun air hujan membuat logam jenis baja mulai ditinggalkan dan
digantikan oleh jenis stainless steel yang lebih tahan terhadap korosi, karena
baja jenis stainless steel tersebut memiliki harga yang relative mahal
sehingga bahan yang terbuat dari baja biasa tetap digunakan tetapi untuk
mempertahankan agar terbebas dari korosi dilakukan suatu proses yang
biasa disebut pelapisan. Dalam hal ini pelapisan yang dilakukan dapat
berupa pelapisan dengan menggunakan cat, maupun dengan poses
Electroplating. Proses Electroplating paling banyak digunakan karena dari
segi ketahanan terhadap korosi hasil proses tersebut memiliki beberapa
kelebihan selain warna yang mengkelat sifat dari logam dasar yang dilapisi
menjadi lebih keras, menunjang pekerjaan maintenance dan lebih tahan
terhadap korosi dibandingkan dengan proses pengecatan.
5. Electrodes
Adalah suatu metode pelapisan logam yang dilakukan dengan cara
mengalirkan arus listrik pada bahan uji kemudian dicelup cepat.
6. Coating
Suatu proses pelapisan logam dengan bahan pelapis. Proses ini dapat
dilakukan dengan cara menyemprotkan bahan pelapis yang berbentuk
powder dengan bantuan udara (oksigen) bertekanan pada permukaan
benda kerja. Campuran antara powder pelapis, oksigen dan asitilyne
komposisinya diatur pada blander seperti pada proses pengelasan.
7. Electroplating
Adalah suatu proses pelapisan logam dengan cara mencelupkan bahan uji
ke dalam larutan elektrolit
2.4.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam proses Electroplating antara lain:
1. Sand Blasting Machine
2. Electroplating Machine
3. Amplas
4. Lap pembersih
Pengamplasan
Benda Kerja Dibersihkan
Sand blasting
Cuci
Pengasaman/Pickling
Finishing dengan
Cuci Panas
karena akan terkotaminasi dengan udara sekitar dan akan timbul korosi
baru.
Kalau semua sudah siap, maka benda kerja siap dicelupkan kelarutan
elektrolit sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Jangan diangkat
atau digoyang - goyang sewaktu pencelupan ke dalam larutan elektrolit.
Setelah diangkat dari larutan elektrolit, benda kerja direndam
menggunakan air panas, supaya lapisan benar - benar menyatu dengan
benda kerja.
Setelah diangkat dari air panas, benda kerja dibersihkan lagi
menggunakan air bersih dengan sedikit menggosok - gosok dengan kain
halus supaya lebih mengkilat, ingat jangan sekali - kali menggosok
dengan menggunakan amplas atau benda lain yang tajam karena dapat
merusak lapisan logam.
Langkah pengoperasian
Langkah Pengoperasiannya sama dengan pengoperasian lapis nikel tetapi
kondisi operasi sesuaikan di atas.
korosi kurang baik dan bila dianodisasi tidak akan menghasilkan lapisan
oksida yang baik untuk melindunginya.
Perbedaan karakteristik ini umumnya disebabkan oleh unsur logam
paduannya yang akan mempengaruhi pula pada warna lapisan anodis. unsur
silikon dapat mempengaruhi warna lapisan oksida besi menjadi abu-abu
sampai coklat. Unsur Khrom dan Tembaga memberikan warna biru tua
keemasan, sedang unsur mangan akan membuat lapisan anodis menjadi
merah kehitaman sampai coklat.
Aluminium yang tidak murni akan memberikan lapisan anodis yang
tidak rata karena potensial oksidasi dari bahan dasar ( matriks) dengan
unsure pengotornya berbeda. Oleh karena itu Aluminium cor dari bahan
bekas blok mesin tidak akan baik untuk dianodisasi.
Rapat
Senyawa Konsentrasi Suhu Arus Waktu
OC A/dm Menit
ANORGANIK
Asam Sulfat 230 g/l 18 - 1.5 15 -
20 60
(18oBe, 15% vol)
Asam Borat 90/g1 90 2-3 a)
Perlakuan Material 52
0.1 -
ORGANIK
24 -
Asam Oksalat 5 -10% 25 1,3 a)
Asam Sulfanat 5 - 10% 49 2,5 a)
20 - 1,5 -
Asam Salisilat 90 g/l 30 3 a)
Dimetil 15 -
2. Persiapan Permukaan
Sebelum dianodisasi, benda kerja perlu mendapat pengerjaan
persiapan permukaan. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh permukaan
yang bersih dan mengkilap.
Dua cara untuk membersihkan permukaan besi, yaitu (lihat gambar
1) :
1. Melalui jalur pencucian alkalin yang diikuti dengan etsa dalam soda
setelah pembilasan, dan kemudian dibilas lagi dengan air baru menuju
bak anodisasi.
2. Melalui jalur pencucian lemak dan oli dengan bensin diikuti dengan
pencucian detergen ( alkalin ) dan setelah dibilas bisa langsung
dianodisasi.
Cara pertama dipakai bila benda kerja tidak mengandung begitu banyak
oli dan lemak dari proses pengolahan bentuk sebelumnya, dan dipakai
untuk warna yang tidak mengkilap ( dop ).
a. Alkali b. Alkali
Dibilas Bensin
Soda Alkalin
Dibilas
Dibilas
Alupol V Phosbrite
Asam Nitrat
Perlakuan Material 58
Asam Asetat
Tembaga Nitrat
Asam
ALZAK hodroflouroborat 2,5 24 - 26 5–8
2.6.1.5 Pewarnaan
1. Pewarnaan
selain dari warna yang dihasilkan oleh elektrolit tertentu, seperti
telah diterangkan pada bab 3, pewarnaan pun dapat dilihat pada besi yang
Perlakuan Material 59
Gambar 2.3
Penampang Lapisan Anodis yang Diperoleh Dari Beberapa Elektrolit
2. Sealing
Maksud dari Saling ialah untuk mengurangi daya absorpsi lapisan
analisa dan menambah kemampuan sifat proteksinya.
Lapisan anodis yang diperolehnya dari anodisasinya adalah lapisan
oksidasi besi yang tidak mengandung molekul air (anhidrat). Sifat daripada
oksida besi yang lebih stabil, karena berkemampuan untuk menyerap
larutan (misalnya larutan zat warna, asam, air dan sebagainya). Oksida besi
yang lebih stabil ialah yang mengandung molekul air, dalam hal ini ialah
oksida besi monohidrat (Fe2O3.H2O).
Proses sealing ini bertujuan untuk menambahkan molekul air ke
dalam lapisan oksida besi anhidrat.
Kestabilan lapisan yang terakhir ini menambah sifat lapisan antara lain :
· Lebih tahan terhadap sinar matahari dan cuaca.
· Warna tidak akan berubah.
· Menambah daya isolasi listrik.
· Mengurangi porositas sehingga mengurangi daya adhesive.
Selain beberapa keuntungan yang diperoleh dari proses sealing ini,
ada kerugian sebagai akibat sampingan, yang man antara lain melunakkan
permukaan sehingga ketahanan terhadap erosi dan abrasi pun berkurang.
Penambahan molekul air ke dalam lapisan oksida besi yang dihasilkan oleh
proses anodisasi ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, antara
lain:
Perlakuan Material 61
Pada suhu yang lebih dan 95oC, molekul au lebih aktif sehingga
pembentukan oksida aluminium monohidrat akan lebih baik.
Yang paling berpengaruh dalam proses sealing ini ialah kemurnian air.
Sedangkan pH dapat dikontrol dengan penambahan Asam Asetat untuk
menurunkan pH dan penambahan amoniak untuk menaikkan pH.
Proses sealing ini bisa dilakukan dengan penambahan sedikit
bahan-bahan tambahan, seperti Nikel, Kobalt Asetat, Natrium, Kalium
Bikhromat, Timbal Asetat, Natrium Sulfat dan sebagainya.
Perlakuan Material 62
TUJUAN
3.1. PENDAHULUAN
Plastik ialah salah satu bahan baku yang diperoleh melalui proses
sintesis dari berbagai bahan mentah, yaitu : minyak bumi, gas bumi dan batu
bara. Plastik juga dapat dinamakan bahan organik karena terdiri dari
persenyawaan-persenyawaan karbon, kecuali plastik silikon yang mengandung
silicium sebagai pengganti karbon (silicium secara kimiawi mirip dengan karbon).
Plastik juga disebut sebagai bahan berstruktur makro molekuler karena bahan
tersebut terdiri dari molekul-molekul yang besar (makro). Susunan Kimiawi dan
Fabrikasi Plastik Semua plastik (kecuali plastik-silikon) terdiri dari persenyawaan
karbon yang membentuk molekul makro. Disamping karbon, masih terdapat
elemen-elemen lain yang terkandung di dalam plastik, yaitu : Hidrogen, Oksigen,
Nitrogen, Chlor dan Fluor. Oksigen dan Hidrogen berasal dari bahan mentah
(minyak bumi, gas bumi dan batubara). Udara dan air adalah sumber dari
Hidrogen, Oksigen dan Nitrogen. Sedangkan Chlor dan Fluor berasal dari garam-
Perlakuan Material 63
a. POLYPROPYLENE (PP)
Polypropylene merupakan polimer kristalin yang dihasilkan dari proses
polimerisasi gas propilena. Propilena mempunyai specific gravity rendah
dibandingkan dengan jenis plastic lain. Sebagai perbandingan terlibat pada Tabel
1.
Polypropylene mempunyai titik leleh yang cukup tinggi (190 - 200oC),
sedangkan titik kristalisasinya antara 130 – 135 C. Polypropylene mempunyai
ketahanan terhadap bahan kimia ( hemical Resistance) yang tinggi, tetapi
ketahanan pukul (impact strength) nya rendah.
b. POLYSTIRENE (PS)
Polistirene adalah hasil polimerisasi dari monomer-monomer stirena,
dimana monomer stirena-nya didapat dari hasil proses dehidroge nisasi dari etil
benzene (dengan bantuan katalis), sedangkan etil benzene-nya sendiri
merupakan hasil reaksi antara etilena dengan benzene (dengan bantuan katalis).
Sifat-sifat umum dari poli stirena :
1. Sifat mekanis
Sifat – sifat mekanis yang menonjol dari bahan ini adalah kaku, keras,
mempunyai bunyi seperti metallic bila dijatuhkan.
2. Ketahanan terhadap bahan kimia
Ketahanan PS terhadap bahan-bahan kimia umumnya tidak sebaik
ketahanan yang dipunyai oleh PP atau PE. PS larut dalam eter, hidrokarbon
aromatic dan chlorinated hydrocarbon. PS juga mempunyai daya serap air yang
rendah, di bawah 0,25 %.
3. Abrasion resistance
PS mempunyai kekuatan permukaan relative lebih keras dibandingkan
dengan jenis termoplastik yang lain. Meskipun demikian, bahan ini mudah
tergores.
4. Transparansi
Sifat optis dari PS adalah mempunyai derajat transparansi yang tinggi,
Perlakuan Material 66
dapat melalui semua panjang gelombang cahaya (90%). Disamping itu dapat
memberikan kilauan yang baik yang tidak dipunyai oleh jenis plastic lain, dimana
bahan ini mempunyai indeks refraksi 1,592.
5. Sifat elektrikal
Karena mempunyai sifat daya serap air yang rendah maka PS digunakan
untuk keperluan alat-alat listrik. PS foil digunakan untuk spacers, slot liners dan
covering dari kapasitor, koil dan keperluan radar.
6. Ketahanan panas
PS mempunyai softening point rendah (90°C) sehingga PS tidak
digunakan untuk pemakaian pada suhu tinggi, atau misalnya pada makanan yang
panas. Suhu maksimum yang boleh dikenakan dalam pemakaian adalah 75°C.
Disamping itu, PS mempunyai sifat konduktivitas panas yang rendah. PS dibuat
dalam berbagai grade yang dapat digunakan untuk membuat produk jadi.
Pemilihan grade sangat penting dan disesuaikan dengan prod uk jadinya. Grade-
grade PS yang umum dipakai adalah: general purpose, light stabilized, heat
resistance, Impact grade. Polistrena dapat diproses dengan cara pengolahan
yang umum digunakan untuk PP atau PE, yaitu: cetak injeksi, extrusion.
Penggunaannya :
1. Peralatan : Karena keunggulan sifat-sifatnya maka banyak digunakan
membuat peralatan seperti : hair dryer, korek api gas, telepon, intercom,
body dan komponen mesin ketik elektronik maupun mekanik, mesin hitung,
dan lain-lain.
2. Otomotif: Karena sifatnya yang ringan, tidak berkarat, tahan minyak bumi,
maka ABS digunakan untuk radiator grill, rumah-rumah lampu, emblem,
horn grill, tempat kaca spion, dan lain-lain.
3. Barang – barang tahan lama: ABS dengan grade tahan nyala api digunakan
untuk cabinet TV, kotak penutup video, dan lain-lain.
Grade tahan pukul pada suhu rendah dan tahan fluorocarbon dapat
digunakan untuk pintu dan body kulkas. Penggunaan lain: komponen AC,
kotak kamera, dudukan kipas angina meja, dan lain-lain.
4. Bangunan dan perumahan: dudukan kloset, bak air, frame kaca, cabinet,
kran air, gantungan handuk, saringan, dan lain-lain.
5. Electroplated ABS : regulator knob, pegangan pintu kulkas, pegangan
payung, spareparts kendaraan bermotor, tutup botol, dan lain-lain.
Perlakuan Material 68
(flexural fatique) yang tinggi sehingga baik digunakan sebagai bahan baku
pegas.
2. Toughness
Resin ini umumnya liat, tahan pukul meskipun pada suhu rendah,
kemulurannya pada suhu kamar mencapai 12% dan pada suhu yang lebih
tinggi mencapai 18%.
3. Thermal
Titik leleh homopolimer asetal lebih rendah daripada engineering
thermoplastic lainnya.
4. Elektrikal
Sifat elektrikalnya dipengaruhi oleh kandungan uap air. Konstanta
dielektrikalnya bervariasi dari frekuensi 102-106 Hz, dan dielectric strength-
nya tinggi.
5. Chemical
Tahan terhadap bermacam-macam pelarut, eter, minyak pelumas, minyak,
bensin, bahan baker dari methanol, dan lain-lain.
6. Friksi/umur pakai
Sifat pakai dan friksi baik karena permukaannya lebih keras dan koefisien
gesekannya rendah.
7. Flameability
Resin asetal homopolimer ini merupakan material yang terbakar pelan-pelan
dan berasap sedikit.
8. Stabiliants dimensi
Karena asetal menyerap sangat sedikit uap air, maka perubahan dimensinya
pun sangat kecil.
g. POLIAMIDA (NYLON)
Nylon merupakan istilah yang digunakan terhadap poliamida yang
mempunyai sifat- sifat dapat dibentuk serat, film dan plastic. Struktur nylon
ditunjukkan oleh gugus amida yang berkaitan dengan unit hidrokarbon ulangan
Perlakuan Material 71
a. Blow Molding
Blow molding merupakan suatu metode mencetak benda kerja
berongga dengan cara meniupkan atau menghembuskan udara ke dalam
material/bahan yang menggunakan cetakan yang terdiri dari dua belahan mold
yang tidak menggunakan inti (core) sebagai pembentuk rongga tersebut.
Perlakuan Material 74
Material plastik akan keluar secara perlahan secara perlahan akan turun dari
sebuah Extruder Head kemudian setelah cukup panjang kedua belahan akan
mold akan di jepit dan menyatu sedangkan bagian bawahnya akan dimasuki
sebuah alat peniup (blow Pin) yang menghembuskan udara ke dalam pipa plastik
yang masih lunak, sehingga plastik tersebut akan mengembang dan membentuk
seperti bentuk rongga mould-nya. Material yang sudah terbentuk akan mengeras
dan bisa dikeluarkan dari mold hal ini karena Mold dilengkapi dengan saluran
pendingin di dalam kedua belahan mold. Untuk memperlancar proses peniupan
proses ini dilengkapi dengan pisau pemotong pipa plastik yang baru keluar dari
extruder head.
Contoh hasil produksi yang dapat dikerjakan dengan metode ini adalah bentuk
Gelas dan boto1. Proses tersebut seperti gambar di bawah ini:
1. Proses Pengisian butiran Plastik dari Hopper ke dalam Heater. Oleh motor
Srew berputar sambil menarik butiran plastik mengisi ruang Heater.
3. Proses peniupan udara. Saat plastik menempel pada dinding mold seperti
pada tahap ke II maka udara dengan tekanan tertentu ditiupkan kedalam
Perlakuan Material 75
mold.
2. Di dalam silinder Heater atau pemanas, butiran plastik berubah menjadi cair,
lalu dengan tekanan tertentu dimasukkan melalui sebuah forming die
(extroder head atau hole), yaitu suatu lubang dengan bentuk.
FORMING
3. Produk ditarik atau dikeluarkan dan diterima oleh sebuah conveyor dan
dijalankan/ditarik sambil didinginkan, sehingga profil yang terbentuk akan
Perlakuan Material 78
mengeras
Gambar 3.3 Cetakan Extrusion Molding (no. 1 – 3)
Gambar 3.7 Waktu satu siklus yang diperlukan pada proses Injection Molding
Untuk mempercepat proses pengerasan/pembekuan material yang
telah Injeksi ke dalam cavity maka mold selalu didinginkan sehingga produk
cepat dikeluarkan dari mold tanpa rusak/cacat, dengan demikian berarti
memperpendek cycle time-nya. Hal ini dikerjakan dengan mengalirkan cooling
yang mengelilingi cavity dalam mold plate dengan suhu cooling antara 30 derajat
hingga 70 derajat. Untuk pekerjaan-pekerjaan khusus kadang-kadang juga
diperlukan perlakuan panas mold plate (menjaganya pada suhu tertentu) sampai
dengan 170 derajat Celcius. Pembuatan mold injeksi membutuhkan tooling cost
atau biaya peralatan yang tinggi namun memiliki "cylce time" atau waktu
produksi yang lebih cepat dibandingkan dengan proses yang lainnya. Dengan
pertimbangan waktu produksi yang cepat maka biaya tiap bagiannya akan
menjadi lebih murah apalagi jika yang diproduksi lebih banyak.
Proses cetakan plastik metode injeksi ini menggunakan mesin dan
cetakan plastik seperti terlihat pada gambar 3.8 dan 3.9 berikut :
Perlakuan Material 82
1. Cavity
2. Runner
3. Gate
4. Sprue
5. Sprue bush
6. Sprue puller
7. Ejector
DAFTAR PUSTAKA
Anoname, 1982. Diklat I Bahan, TEDC, Bandung.
Assab, 2000. Toolsteel Katalog, PT. Assab Austenite Ind, Jakarta
Avner, 1986. Introduction to Physical Metalurgy, Fong & Sons Printers PTe Ltd,
Singapore.
Herman W. Pollack, Materials Science and Metallurgy, 3rd edition, Reston
Publishing Company Inc, Virginia, 1981.
H.R. Luch Singer, Tool Design 3, Poly Teknik Mekanik Swiss, Institut Teknologi
Bandung, Bandung, 1982.
J. Harry Dubois and Wayne L. Pribble, Plastics Mold Enginering Handbook, Van
Nostrand, Reinold Company, New York, 1978.
Fx. Srimartono, 1980. Pengolahan Panas dari Bahan-Bahan Perkakas Potong,
Surakarta.
Wahit Suhermat, Prinsip-Prinsip Perlakuan Panas, Teknik Mesin, FTI-ITS,
Surabaya.