Anda di halaman 1dari 5

Kelas 6C Keperawatan

Kelompok 1
Anggota Kelompok :
1. Afiatin Mas’ula
2. Ainunnia Lutfie Saputri
3. Ella Rahmadani Permono Putri
4. Laylatul Mukharomah
5. Mahfudho Indah Yusriana
6. Putri Dwi Anjani
7. Wilujeng Puspita Sari

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Bronkhopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronkhi dan
meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Sofyan et al., 2012)
Bronkhopneumoni adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di
bronkeoli terminal.Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang
membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobuli yang berdekatan.Penyakit ini sering bersifat
sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan
penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.Kesimpulannya bronkhopneumoni adalah jenis
infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar
alveoli.(Maulidya et al., 2016).

2.2 Etiologi
Secara umum bronkhopneumoni diakibatkan penurunan mekanisme pertahanan
tubuh terhadap virulensi organisme pantogen. Orang normal dan sehat mempunyai
mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan
batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ,
dan sekresi humoral setempat (Rahman et al., 2017).
Timbulnya bronkhopneumoni disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,
mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia(Ziba et al., 2013). Antara lain :
1) Bakteri : streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
2) Virus : legionella pneumoniae
3) Jamur : aspergillus spesies, candida albicans, hitoplasma
4) Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam pari-paru
5) Terjadi karena kongesti paru yang lama

2.3 Patofisiologi

Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman pathogen


masuk ke cairan mukus dalam jalan nafas. Kuman tersebut berkembang biak di saluran nafas
atau sampai di paru-paru. Bila mekanisme pertahanan seperti sistem transport mukosilia
tidak adekuat, maka kuman berkembang biak secara cepat sehingga terjadi peradangan di
saluran nafas atas, sebagai respon peradangan akan terjadi hipersekresi mukus dan
merangsang batuk. Mikroorganisme berpindah karena adanya gaya tarik bumi dan alveoli
menebal. Pengisian cairan alveoli akan melindungi mikroorganisme dari fagosit dan
membantu penyebaran organisme ke alveoli lain. Keadaan ini menyebabkan infeksi meluas,
aliran darah di paru sebagian meningkat yang diikuti peradangan vaskular dan penurunan
darah kapiler (Desnita, 2018).
Edema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan mengurangi kapasitas
paru, penurunan produksi cairan surfaktan lebih lanjut, menurunkan compliance dan
menimbulkan atelektasis serta kolaps alveoli. Sebagai tambahan proses bronkopneumonia
menyebabkan gangguan ventilasi okulasi partial pada bronkhi dan alveoli, menurunkan
tekanan oksigen arteri, akibatnya darah vena yang menuju atrium kiri banyak yang tidak
mengandung oksigen sehingga terjadi hipoksemia arteri(Khayati et al., 2019).
Efek sistemik akibat infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia yang disebut
endogenus pirogen. Bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampai hipotalamus, maka
suhu tubuh akan meningkat sehingga terjadi demam dan menggigil, hal tersebut juga
menyebabkan meningkatnya kecepatan metabolisme(Nurul & Tri, 2019). Pengaruh dari
meningkatnya metabolisme adalah penyebab takhipnea dan takhikardia, tekanan darah
menurun sebagai akibat dari vasodilatasi perifer dan penurunan sirkulasi volume darah
karena dehidrasi, panas dan takhipnea meningkatkan kehilangan cairan melalui kulit
(keringat) dan saluran pernafasan sehingga menyebabkan dehidrasi. Terdapat cairan
purulen pada alveolus juga dapat mengakibatkan peningkatakan tekanan pada paru
sehingga dapat berakibat penurunan kemampuan mengambil oksigen dari luar juga
mengakibatkan berkurangnya kapasitas paru. Penderita akan berusaha melawan tingginya
tekanan tersebut menggunakan otot – otot bantu pernapasan (otot interkosta) yang
menimbulkan retreksi dada sehingga gerakan dada tidak simetris(R.A. Nawawi, Fitriani, B.
Rusli, 2016).
Takipnea pernafasan abnormal cepat dan dangkal, biasanya di definisikan lebih
dari 60 hembusan permenit. Pernafasan abnormal cepat adalah gejala yang sering di
sebabkan oleh penumpukan karbon dioksida dalam paru-paru. Setiap kali kemampuan
untuk membuang karbon dioksida (CO2) menurun terjadi penumpukan CO2 darah.
Hasilnya adalah asidosis pernapasan, yang merangsang pusat pernapasan di otak untuk
meningkatkan frekuensi napas dalam upaya menormalkan pH darah. Kontras dengan
bradipnea. Ronchi bunyi gaduh yang dalam, terdengar selama ekspirasi, penyebab gerakan
udara melewati jalan napas yang menyempit akibat obstruksi napas. Obstruksi sumbatan
akibat sekresi, odema, atau tumor. Contoh : suara ngorok(Pranowo et al., 2016).

Virus, bakteri ataupun jamur yang menjadi penyebab dari penyakit


bronkopneumonia ini masuk lalu mengiritasi saluran nafas bagian bawah sehingga
menimbulkan inflamasi dan suhu tubuh pun meningkat (hipertermi). Adanya hipertermi
tersebut menyebabkan suplai O2 dalam darah pun menurun dan terjadi hipoksia.
Persediaan O2 dalam darah yang semakin menurun, akan menyebabkan fatique sehingga
mengganggu aktivitas sehari-hari. Selain masuk menuju saluran nafas bawah, kuman juga
menuju ke saluran cerna sehingga terjadi infeksi. Adanya infeksi tersebut menyebabkan
flora normal usus dan gerak peristaltiknya meningkat, karena hal tersebut membuat
terjadinya malabsorpsi sehingga menyebabkan frekuensi BAB bertambah per
harinya(Natalia et al., 2019)
DAFTAR PUSTAKA

Desnita, R. (2018). Pemijatan Pada Titik Li-4 Untuk Mengurangi Nyeri. Jurnal Kesehatan
Mercusuar, 1, 1–7. http://jurnal.mercubaktijaya.ac.id/index.php/mercusuar/article/view/5/3

Khayati, F. N., Nabilla, N., & Suparti, S. (2019). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan
Media Lembar Balik Terhadap Tingkat Pengetahuan Orangtua Tentang Perkembangan
Anak Kejang Demam. Jurnal Ilmu Keperawatan Anak, 2(1), 1.
https://doi.org/10.32584/jika.v2i1.221

Maulidya, N., Arifin, M., & Yuliana, I. (2016). Gambaran Jenis Anemia Menggunakan Mean
Corpuscular Hemoglobin (Mch) Pada Gagal Ginjal Kronik. Berkala Kedokteran, 12(2),
187. https://doi.org/10.20527/jbk.v12i2.1866

Natalia, D., Susilawati, S., & Safyudin, S. (2019). Hubungan Laju Filtrasi Glomerulus dengan
Derajat Anemia pada Penderita Penyakit Ginjal Kronik. Sriwijaya Journal of Medicine,
2(3), 168–177. https://doi.org/10.32539/sjm.v2i3.78

Nurul, W., & Tri, W. (2019). Analisa Praktik Klinik Keperawatan pada Pasien Chronic Kidney
Disease (CKD) dengan Intervensi Inovasi Pemijatan pada Titik Large Intestinum 4 untuk
Menurunkan. https://dspace.umkt.ac.id/handle/463.2017/876

Pranowo, S., Prasetyo, A., & Handayani, N. (2016). Pengaruh kompres dingin terhadap
penurunan nyeri pasien saat kanulasi ( inlet akses femoral) hemodialisis. Ejurnal
Keperawatan, IX(2), 50–60.

R.A. Nawawi, Fitriani, B. Rusli, H. (2016). CLINICAL PATHOLOGY AND Majalah Patologi
Klinik Indonesia dan Laboratorium Medik CLINICAL PATHOLOGY AND Majalah
Patologi Klinik Indonesia dan Laboratorium Medik. 2 Indonesian Journal of Clinical
Pathology and Medical Laboratory, 14(2), 1–4. https://doi.org/10.24293/ijcpml.v18i2.1003

Rahman, S. A., Handayani, A., Sumarni, S., & Mallongi, A. (2017). Penurunan Nyeri Persalinan
Dengan Kompres Hangat Dan Massage Effleurage. Media Kesehatan Masyarakat
Indonesia, 13(2), 147. https://doi.org/10.30597/mkmi.v13i2.1986

Sofyan, A. M., Sihombing, I. Y., & Hamra, Y. (2012). Hubungan Umur, Jenis Kelamin, dan
Hipertensi dengan. Medula, 1(1), 24–30.

Ziba, F. N., Soltanpoor, F., & Mohammadi, N. (2013). Effect of huko point ice massage on pain
degree during arteriovenous fistula puncture in hemodialysis patients. Regional Anesthesia
and Pain Medicine, 38 (4. http://resolver.library.ualberta.ca/resolver?
sid=OVID:embase&id=pmid:&id=doi:&issn=10987339&isbn=&volume=38&issue=4&spa
ge=&pages=&date=2013&title=Regional+Anesthesia+and+Pain+Medicine&atitle=Effect+
of+huko+point+ice+massage+on+pain+degree+during+arteriov

Anda mungkin juga menyukai