Anda di halaman 1dari 9

BAHAN TEKNIK

WELDABILITY DAN HARDENABILITY

NAMA : MUHAMMAD IRFAN


NIM : 5201417014
PRODI : PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2017
WELDABILITY

A. PENGERTIAN
Weldability dapat didefinisikan sebagai kemampuan bahan, logam untuk dapat dilas tanpa
mengalami penurunan sifat yang dimilikinya secara berlebihan. Logam yang dilas dapat
mengalami penurunan mutu akibat terjadinya penggetasan, cacat atau retakan.
Mutu hasil lasan akan terkait langsung dengan sifat mampu las dari bahannya yang dilihat
dari sensitifitas sambungan las terhadap kemungkinan terjadinya penggetasan, cacat, atau retak.
Penggetasan, cacat atau retak berdampak langsung terhadap penurunan sifat mekanik dari logam
yang dilas.

B. PARAMETER MAMPU LAS


Mampu las dari baja yang akan dilas dapat diperkirakan dari karbon ekuivalen. Sebenarnya
nilai karbon ekuivalen menunjukan hubungan antara kepekaan baja terhadap timbulnya retak
dengan komposisi kimia baja. Jadi karbon ekuivalen pada dasarnya mengindikasikan pengaruh
unsure-unsur yang terkandung dalam baja terhadap kemungkinan terjadinya retak.
Formula untuk nilai karbon ekivalen adalah sebagai berikut :
Ceq = % C + 1/6(% Mn + % Si) + 1/5(%Cr+%Mo) + 1/15(% Ni+ % Cu)

Dari Formulanya dapat diketahui bahwa unsure-unsur utama yang terdapat pada baja
memberikan pengaruh terhadap nilai karbon ekuivalen. Peningkatan kandungan unsure-unsur
tersebut akan secara langsung meningkatkan nilai karbon ekuivalennya.
Pada kebanyakan baja, nilai karbon ekuivalen yang disarankan adalah kurang daripada 0,45.
Nilai karbon ekivalen berkorelasi positif dengan kesensitifan terjadinya retak. Artinya kepekaan
baja terhadap retak akan turun, jika nilai karbon ekivalen juga turun. Oleh karena itu, sedapat
mungkin gunakan baja yang memiliki nilai karbon ekivalen yang rendah.
Paduan atau unsure yang ditambahkan selama pembuatan baja, pada prinsipmya merupakan
usaha untuk mendapatkan sifat mekanik harus lebih tinggi, dan unsure paduan ditambahkan,
maka baja tersebut menjadi lebih sensitive terhadap munculnya retak.
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIFAT MAMPU LAS
(WELDABILITY) PADA MATERIAL

Kemampuan untuk dilas ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya:


Welding Metallurgy (Metalurgi las)
Welding Chemistry ( Kimia Pengelasan)
Kondisi Permukaan Sambungan
Geometri (bentuk) Sambungan

Welding Metallurgy, adalah perubahan yang terjadi dalam suatu logam yang mengalami
berbagai macam efek mekanis dan panas dalam suatu proses pengelasan. Welding Metallurgy
tergantung dari susunan atom dan bagaimana suatu susunan atom tersebut dipengaruhi oleh gaya
dan panas. Jenis susunan atom logam menyebabkan perbedaan sifat mekaniknya. Dengan
demikian kita dapat melihat hubungan perlakuan metalurgi terhadap logam yaitu
pemanasanawal, pemanasan akhir, pelepasan tegangan dll dengan kemampuan mekanis yang
diakibatkannya.

Welding Chemistry merupakan hubungan secara kimiawi diantara logam induk, logam
pengisi, dan bahan kimia lain yang ada pada proses pengelasan. Kemampuan logam induk dan
logam pengisi untuk berfusi tanpa menyebabkan suatu efek kimia yang buruk merupakan hal
yang penting dalam hubungannya dengan weld ability.

Joint Surface Condition(kondisi permukanan sambungan) dan Joint Geometry ( bentuk


sambungan) merupakan faktor akhir yang mempengaruhi kemapuan untuk dilas (weld ability).
Kondisi permukaan sambungan termasuk efek dari kekasaran dan kebersihan
permukaan sambungan. Bentuk/geometri dari sambungan juga mempengaruhi kemampuan dilas.
Jumlah tegangan juga mempengaruhi kemampuan dilas.

Meskipun persoalan weld ability dapat diatasi oleh para insinyur tetapi welding Inspector
harus tetap mengingat bahwa problem weld ability masih tetap ada. Cacat las yang berulang atau
bukan karena kesalahan welder harus dicatat dan dilakukan perbaikan. Dengan mengetetahui
metalurgi pengelasan dan kimiawi pengelasan Welding Inspector lebih mampu mengantisipasi
problem weldability dengan mengetahui tanda - tanda awal.
D. CONTOH SIFAT MAMPU LOGAM

No Bahan Sifat Mampu Las


a Baja Karbon Excellent untuk baja karbon rendah, baik untuk baja
karbon menengah dan kurang baik untuk baja karbon
tinggi.
b Baja Paduan Sifat mampu las seperti baja karbon menengah.
Rendah
c Baja Paduan Tinggi Pada umumnya sifat mampu las baik tetapi
berdasarkan control dan metoda yang baik.
d Stainless Pengelasan dilakukan cara khusus dan
stee beberapa fariasi pengelasan.

e Aluminium Aluminium mampu dilas dengan baik, tapi


Paduan konduktifitas panasnya tinggi, spt: tembaga
paduan.
HARDENABILITY

A. PENGERTIAN
Hardenability adalah sifat yang dimiliki oleh suatu material untuk dapat dikeraskan dengan
pembentukan martensite yang biasanya untuk metal baja. Pembentukan martensite didasari pada
proses pergeseran atom yang melibatkan penyusutan dari struktur Kristal. Struktur Martensite
merupakan konsekuensi langsung dari tegangan disekitar matriks yang timbul akibat mekanisme
geser. Dengan mengetahui hardenability baja dapat diketahui sifat sifat spesimen untuk dapat
menentukan penggunaanya dengan tepat. Kekerasan pada baja dapat dimodifikasi tanpa
menambahkan unsur lain namun dapat dengan perlakuan panas, karena pada proses tersebut
terjadi perubahan struktur didalam baja. Pada penggunaan material sering kali dibutuhkan
material yang memiliki tingkat kekerasan tinggi seperti baja. Baja memiliki sifat mampu keras
yang berbeda beda tergantung dari kadar karbon, laju pendinginan dan lian- lain. Hal ini
tergantung dari jenis baja yang akan ditingkatkan kekerasannya. Untuk itu perlu dilakukan
pengujian agar dapat diketahui sifat mampu keras dari baja tersebut. Hal ini dilakukan agar dapat
dilakukan tindakan yang tepat dalam pengolahannya sehingga dapat menurunkan biaya dalam
proses produksi tapi tetap mempertahankan kualitas yang diinginkan.

B. PERBEDAAN KEKERASAN dan KEMAMPUKERASAN ( HARDENABLITY)


Ada perbedaan pengertian antara kekerasan dan kemampukerasan dapat diasumsikan :
Laju Pendinginan sangat lambat
Laju pemanasan lambat
Terjadi mekanisme difusi ( perpindahan atom secara individual dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah )

Hardenability adalah kemampuan untuk mengeras sampai kekerasan tertentu pada suatu
bahan. Bila bahan tersebut dikenakan suatu perlakuan panas. Sedangkan kekerasan adalah
kemam-puan bahan untuk menahan penetrasi dari luar.
C. FAKTOR yang MEMPENGARUHI HARDENABILITY
Hal-hal yang mempengaruhi sifat mampu keras suatu material adalah:
1. Kecepatan pendinginan Setelah logam dipanaskan, lalu dilakukan pendinginan cepat, maka
logam akanmenjadi semakin keras. Proses pendinginan material dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu:
a. Annealing
Pemanasan material sampai suhu austenit ( 7270 C ) lalu diholding
kemudiandibiarkandingin didalam tungku. Proses ini menghasilkan material yanglebih
lunak dari semula.

b. Normalizing
Pemanasan material sampai suhu austenit ( 7270 C ) lalu diholding kemudian
didinginkan di udara.
c. Quenching
Pemanasan material sampai suhu austenit ( 7270 C ) lalu diholding kemudiandilakukan
pendinginan cepat, yaitu dicelupkan kedalam media. Medianyaadalah air, air garam dan
oli. Proses ini yang menghasilkan material yanglebih keras dari semula.

2. Komposisi kimia Komposisi kimia menentukan Hardenability Band. Karena komposisi


material menentukan struktur dan sifat material. Semakin banyak unsur kimia
yangmenyusun suatu logam, maka makin keras logam tersebut
3. Kandungan karbon Semakin banyak kandungan karbon dalam suatu material maka makin
keras material tersebut. Hal inilah yang menyebabkan baja karbon tinggi memiliki
kekerasan yang tinggi setelah proses pengerasan kerena akan membentuk martensit yang
memiliki kekerasan yang sangat tinggi.Untuk meningkatkan kadar karbon dari beberapa
material dapat dilakukan dengan beberapa perlakuan, yaitu:

a. Carborizing
Proses penambahan karbon pada baja, dengan menyemprotkan karbon pada permukaan
baja.

b. Nitriding
Proses penambahan nitrogen untuk meningkatkan kekerasan material.

c. Carbonitriding
Proses penambahan karbon dan nitrogen secara sekaligus untuk meningkatkan
kekerasan material.
Pengaruh komposisi paduan terhadap kemampuan paduan baja untuk ditransformasikan
martensit untuk perawatan pendinginan tertentu berhubungan dengan parameter yang disebut
kekerasan. Untuk setiap paduan baja yang berbeda ada hubungan yang spesifik antara sifat
mekanik dan laju pendinginan. Kekerasan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
kemampuan paduan yang harus dikeraskan dengan pembentukan martensit sebagai akibat
perlakuan panas yang diberikan. Kekerasan bukanlah "kekerasan", yang merupakan hambatan
terhadap indentasi; Sebaliknya, kemampuan mengeras adalah ukuran kualitatif tingkat di
kekerasan yang turun dengan jarak ke bagian dalam spesimen sebagai hasilnya dari kandungan
martensit yang berkurang. Paduan baja yang memiliki kemampuan mengeras tinggi adalah satu
yang mengeras, atau membentuk martensit, tidak hanya di permukaan tapi sampai tingkat yang
besar seluruh bagian dalam.
D. METODE PENGUKURAN HARDENABILITY MENGGUNAKAN JOMINY TEST

Hardenability dapat diukur dengan metode jominy. Dari metode ini akan mendapatkan kurva
antara harga kekerasan dengan jarak quenching dari pusat quench.

Kurva Hardenability dan Hardenability Band


1. Jominy Test
Pada uji Jominy ini, material dipanaskan dalam tungku dipanaskan sampai suhu transformasi
(austenit) dan terbentuk sedemikian rupa sehingga dapat dipasangkan pada aparatus Jominy
kemudian air disemprotkan dari bawah, sehingga menyentuh permukaan bawah spesimen.
Dengan ini didapatkan kecepatan pendinginan ditiap bagian spesimen berbeda-beda. Pada bagian
yang terkena air mengalami pendinginan yang lebih cepat dan semakin menurun kebagian yang
tidak terkena air. Setelah pendinginan, material diuji kekerasannya melalui proses ini, nilai
hardenability dapat ditemukan disepanjang permukaan material. Semakin jauh dari ujung yang
dipadamkan, maka semakin tinggi kemampuan pengerasan.

Jominy Test Dimensioning

Alat Jominy Test Contoh Sampel Hasil Uji Jominy


DAFTAR PUSTAKA

Surdia, Tata dan Shinroku Saito. 1999. Pengetahuan Bahan Teknik. Cetakan Ke-4. Jakarta: PT.
Pradnya Paramita

Jokosisworo, Sarjito. 2006. Weldability,. Welding Metallurgy,Welding Chemistry KAPAL, Vol.


3, No.3.(Jurnal)
ISO 642: Steel. Hardenability test by end quenching (Jominy test), ISO
Adawiyah, Rabiatul, Murdjani dan Ahmad Hendrawan. 2014. Pengaruh Perbedaan Media
Pendingin Terhadap Strukturmikro dan Kekerasan Pegas Daun dalam Proses Hardening.
Banjarmasin: Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 2, : 55 - 102

Anda mungkin juga menyukai