WEGA TRISUNARYANTI DAN CHAIRIL ANWAR VOL. 38, NO. 3, DESEMBER 2004: 41-49
40
PEMBUATAN BIODIESEL SEBAGAI BAHAN BAKAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
WEGA TRISUNARYANTI DAN CHAIRIL ANWAR VOL. 38, NO. 3, DESEMBER 2004: 41-49
natrium hidroksida p.a (Merck), natrium sulfat Terakhir, ditambahkan Na2SO4 anhidrous dan diikuti
anhindrous p.a (Merck), gliserin (Merck). dengan filtrasi. Prosedur di atas diulangi untuk
konsentrasi katalis NaOH 0,5%; 0,75%; 0,85% dan
Alat-alat penelitian: seperangkat alat gelas
1%. Keseluruhan prosedur di atas diulangi pada 75 oC.
laboratorium (Lab. Kimia Fisika FMIPA UGM);
seperangkat alat refluks (Lab. Kimia Fisika FMIPA Massa dan volume biodiesel diukur, kemudian
UGM); seperangkat alat ekstraksi (Lab. Kimia Fisika ditentukan karakter fisisnya berdasarkan metode tes
FMIPA UGM); seperangkat alat distilasi (Lab. Kimia ASTM dan dianalisis menggunakan kromatografi gas.
Fisika FMIPA UGM); kromatografi gas (GC) merk Konversi biodiesel (% b/b) ditentukan dengan
Hewlett Packard 5890 series II (Lab. Kimia Organik mengurangi massa biodiesel (mb) dengan massa minyak
FMIPA UGM); kromatografi gas-spektrometri massa kelapa yang tidak bereaksi (ms) kemudian dibandingkan
(GC-MS) merk Shimadzu QP 5000 (Lab. Kimia dengan massa minyak kelapa mula-mula (mm) seperti
Organik FMIPA UGM); metode tes ASTM D 1298, pada persamaan berikut:
D 445, D 189, D 93, D 95, D 97, D 130, D 473, D 482 mb − m s
dan D 1500 (Lab. Teknologi Minyak Bumi FT UGM). konversi = x100%
mm
Transesterifikasi minyak kelapa dengan
metanol menggunakan katalis NaOH. Metanol III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
(BM = 32,042 g mol-1; 6 mol) dimasukkan ke dalam Pada penelitian ini, variabel-variabel operasi yang
labu leher tiga berukuran 500 mL, ditambahkan NaOH dibuat tetap pada setiap percobaan adalah jenis alkohol
0,25% dari berat total metanol dan minyak kelapa sambil (metanol), jenis minyak (minyak kelapa), rasio molar
diaduk dengan pengaduk magnet. Setelah terlarut metanol/minyak kelapa (6:1) dan waktu reaksi (2 jam).
sempurna, dimasukkan minyak kelapa (BM = 1334,8 g Variabel-variabel yang dipelajari: temperatur (27 dan
mol-1; 1 mol) sedikit demi sedikit sambil diaduk, 75oC) dan konsentrasi katalis (0,25%; 0,50%; 0,75%;
kemudian direfluks pada 27oC selama 120 menit. 0,85% dan 1,0% dari berat total metanol dan minyak
Setelah didinginkan, ditambahkan gliserin hingga kelapa).
terbentuk lapisan atas berupa campuran metil ester dan
lapisan bawah berupa gliserin. Lapisan atas kemudian Analisis Bahan Baku
dimurnikan dengan distilasi pada 80 oC dilanjutkan Sampel minyak kelapa yang digunakan merupakan
dengan ekstraksi secara berturut-turut dengan akuades. minyak kelapa hasil proses pemanasan. Densitas
Tabel 1
Perbandingan karakter fisis dari minyak kelapa, minyak solar dan minyak diesel
N ila i m a ksim u m
M in ya k
P a ra m e te r M in ya k M in ya k
ke la p a
so la r +) d ie se l ++)
K erapatan s pes ifik 60/60 o F 0,920 0,870 0,920
N ilai pem bak aran bers ih, B TU /lb * * ) 17,735 17,856 17,735
Keterangan:
+) s pes if ikas i miny ak s olar, Keputus an Dirjen Migas No. 113 K/72/DJM/1999.
++) s pes if ikas i miny ak dies el, Keputus an Dirjen Migas No. 002/P/DM/MIGA S/1979.
*) dikonv ers ikan dari v is kos itas kinematis
**) dikonv ers ikan da ri k er ap at an sp e sifik p a da 6 0 /6 0 o F
41
PEMBUATAN BIODIESEL SEBAGAI BAHAN BAKAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
WEGA TRISUNARYANTI DAN CHAIRIL ANWAR VOL. 38, NO. 3, DESEMBER 2004: 41-49
minyak kelapa dan metanol ditentukan dengan metanol menggunakan katalis NaOH pada 27oC dan
piknometer, diperoleh masing-masing sebesar 0,918 g 75oC.
mL-1 dan 0,792 g mL-1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kenaikan
Harga kerapatan spesifik 60/60 oF (SG) minyak temperatur tidak diikuti oleh kecenderungan
kelapa terukur sebesar 0,920; apabila dikonversi bertambahnya konversi biodiesel. Secara lengkap,
menjadi nilai pembakaran diperoleh nilai pembakaran pengaruh temperatur terhadap konversi biodiesel
kotor (GHV) dan nilai pembakaran bersih (NHV) disajikan pada Gambar 1.
seperti pada Tabel 1. Minyak kelapa memiliki nilai Temperatur dengan konversi biodiesel tertinggi
pembakaran yang sama dengan minyak diesel, tetapi (90,26% b/b) ditunjukkan pada 75oC, konsentrasi
lebih rendah dibandingkan minyak solar. Hal ini katalis yang sama (0,75%) pada 27 oC konversi
menunjukkan bahwa minyak kelapa sangat potensial biodiesel hanya 87,73%. Kenaikan temperatur, 27oC
menggantikan minyak diesel. Sebaliknya, viskositas menjadi 75oC, tidak meningkatkan konversi biodiesel
minyak kelapa tampak sangat tinggi, sekitar empat secara signifikan. Pada interval waktu reaksi yang sama
hingga enam kali lebih besar dibandingkan viskositas (dua jam) tidak terjadi peningkatan reaktivitas yang
standar minyak solar maupun minyak diesel. berarti, konversi biodiesel yang sama juga dapat dicapai
Penggunaan secara langsung minyak kelapa pada 27oC dengan menambah waktu reaksi.
sebagai bakan bakar diesel akan menyebabkan aliran Kecenderungan penurunan konversi biodiesel
bahan bakar menjadi lambat dan sulit teratomisasi sebanding dengan kenaikan temperatur yang terjadi
sehingga pembakaran menjadi kurang sempurna, pada konsentrasi katalis 0,75% dan 0,85% dikarenakan
selanjutnya menghasilkan asap yang kotor serta adanya metanol yang teruapkan sebelum bereaksi
terbentuk deposit dalam ruang bakar maupun piston. dengan minyak kelapa sehingga reaksi terjadi kurang
Syarat mutlak agar minyak kelapa dapat digunakan sempurna. Akan tetapi konversi biodiesel yang tinggi
sebagai bahan bakar adalah viskositasnya harus masih diperoleh karena rasio molar metanol/minyak
diturunkan, salah satu cara yang efektif dan efisien kelapa yang dibuat berlebih (6:1). Adanya pemanasan
yaitu melalui transesterifikasi minyak kelapa dengan (75 oC) dapat mengurangi terjadinya emulsi dan
metanol menggunakan katalis NaOH. pembentukan gel yang akan menaikkan viskositas.
Konversi biodiesel pada konsentrasi katalis 1,00%
Pengaruh Temperatur
(65,62% b/b) dapat diperoleh walaupun dengan
Secara normal, transesterifikasi basa minyak nabati konversi biodiesel yang rendah dengan adanya
dilakukan pada temperatur mendekati pada titik didih pemanasan.
alkoholnya. Meskipun demikian, reaksi juga mungkin
Pengaruh temperatur terhadap beberapa karakter
dikerjakan pada temperatur kamar. Pada penelitian ini
fisis biodiesel pada 27oC dan 75oC dapat dilihat pada
dipelajari transesterifikasi minyak kelapa dengan
Tabel 2. Kenaikan temperatur tidak seiring dengan
peningkatan SG, nilai SG pada 27oC cenderung lebih
tinggi dibandingkan pada 75oC. Nilai SG akan lebih
bermakna jika telah dikonversi menjadi nilai
pembakaran. Kenaikan temperatur tidak dikuti oleh
peningkatan GHV, demikian pula dengan NHV. Nilai
pembakaran yang lebih tinggi dicapai pada 27oC,
peningkatan temperatur menjadi 75 o C tidak
meningkatkan nilai pembakaran biodiesel secara
signifikan. Hal ini dikarenakan pada setiap percobaan
digunakan pereaksi dan katalis yang sama, sehingga
menghasilkan biodiesel dengan karakter yang mirip dan
tingkat konversi yang tidak terlalu berbeda.
Kenaikan temperatur diikuti oleh kenaikan
Gambar 1 viskositas. Pada 75 oC, biodiesel yang diperoleh
Pengaruh konsentrasi katalis terhadap konversi memiliki viskositas yang lebih tinggi dibandingkan pada
biodiesel pada 27oC dan 75oC
27oC. Kenaikan viskositas merupakan hal yang harus
dihindari dalam parameter bahan bakar diesel. Pada
42
PEMBUATAN BIODIESEL SEBAGAI BAHAN BAKAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
WEGA TRISUNARYANTI DAN CHAIRIL ANWAR VOL. 38, NO. 3, DESEMBER 2004: 41-49
Tabel 2
Pengaruh temperatur terhadap karakter fisis biodiesel pada 27oC dan 75oC
Na OH
Na OH 0,25%*) Na OH 0,50%*) Na OH 0,75%*) Na OH 0,85%*)
Pa ram e te r 1,0%*)
27o C 7 oC 27o C 75o C 27o C 75o C 27o C 75o C 75o C
Kerapatan spesifik pada
0,893 0,906 0,884 0,893 0,882 0,899 0,895 0,891 0,897
60/60o F
Viskositas kinematis
5,889 12,197 4,026 6,270 3,890 7,193 4,612 5,617 4,665
pada 100o F, cSt
Nilai pembakaran kotor,
18,944 18,895 18,978 18,946 18,986 18,924 18,937 18,952 18,931
BTU/lb** )
Nilai pembakaran bersih,
17,801 17,769 17,822 17,802 17,828 17,787 17,796 17,856 17,792
BTU/lb** )
Viskositas Redwood
23,850 49,398 16,305 25,394 15,755 29,132 18,671 22,749 18,897
pada 100o F, cSt ** *)
Keterangan:
*) kons entras i NaOH m erupakan % berat NaOH terhadap berat total m etanol dan m inyak kelapa
**) dikonvers ikan dari kerapatan s pes ifik pada 60/60 oF
***) dikonvers ikan dari vis kos itas kinem atis
75oC, dengan adanya pemanasan, kenaikan viskositas meningkatkan viskositas dan menimbulkan
akibat terbentuknya emulsi (gel) ketika katalis yang terbentuknya gel sebelum waktu reaksi yang diinginkan
digunakan berlebih dapat dicegah, sehingga diperoleh tercapai. Hal ini menyulitkan dalam pemisahan gliserin,
biodiesel pada 75oC dengan konsentrasi NaOH 1%. sebagai konsekuensinya harus dilakukan pemanasan/
Berdasarkan konversi biodiesel yang dihasilkan, peleburan campuran metil ester, dan secara nyata
terlihat bahwa pada 75 oC memberikan konversi konversi metil ester yang dihasilkan akan berkurang.
biodiesel tertinggi (90,26%), akan tetapi karakter fisis Kenaikan konsentrasi katalis (0,25 – 0,75%) seiring
biodiesel yang dihasilkan pada 27 oC lebih baik. dengan pengurangan viskositas biodiesel baik viskositas
Berdasarkan dua pertimbangan yang bertolak belakang kinematis maupun viskositas Redwood, pengurangan
tersebut, direkomendasikan bahwa temperatur yang SG dan peningkatan nilai pembakaran. Sebaliknya, pada
terbaik dalam pembuatan biodiesel adalah pada 27 oC. konsentrasi katalis lebih tinggi terjadi kenaikan
Selain itu, ditinjau dari aspek ekonomi, energi dan viskositas serta penurunan nilai pembakaran dan SG.
industri maka akan terjadi penghematan energi karena Fakta ini menunjukkan bahwa penambahan jumlah dan
tidak perlu ada pemanasan. Dengan demikian akan konsentrasi katalis meningkatkan kecenderungan
menekan biaya produksi, dan akhirnya akan lebih pembentukan emulsi sehingga viskositas dan SG akan
menguntungkan. semakin bertambah. Kenaikan SG mengakibatkan
penurunan nilai pembakaran.
Pengaruh Konsentrasi Katalis
Pada 27oC, suatu katalis NaOH dengan interval Nilai terendah untuk viskositas adalah pada
konsentrasi katalis 0,25 - 0,85% dari berat total minyak konsentrasi katalis 0,75% (3,890 dan 15,755 cSt). Nilai
kelapa dan metanol menghasilkan 81,43 - 87,73% terbaik untuk SG dan nilai pembakaran juga ditunjukkan
konversi biodiesel, seperti yang teramati pada Gambar pada konsentrasi katalis 0,75%. Nilai GHV dan NHV
1. Konversi biodiesel tertinggi dicapai untuk konsentrasi terbesar dicapai pada konsentrasi NaOH sebesar
katalis 0,75% (87,73%). Pada konsentrasi katalis yang 0,75%, dengan nilai pembakaran 18,986 BTU/lb untuk
lebih tinggi, konversi biodiesel cenderung menurun. GHV, dan 17,828 BTU/lb untuk NHV.
Sejumlah katalis NaOH berlebih memberikan Pada 75oC, konsentrasi katalis dengan konversi
kecenderungan pada pembentukan emulsi sehingga biodiesel tertinggi (90,26% b/b) dicapai pada
43
PEMBUATAN BIODIESEL SEBAGAI BAHAN BAKAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
WEGA TRISUNARYANTI DAN CHAIRIL ANWAR VOL. 38, NO. 3, DESEMBER 2004: 41-49
konsentrasi NaOH 0,75% dari berat total metanol dan dengan metanol pada 27oC dan konsentrasi NaOH
minyak kelapa. Semakin bertambah konsentrasi katalis 0,75%.. Kedelapan senyawa metil ester yaitu metil
maka konversi biodiesel cenderung bertambah, namun kaprilat, metil kaprat, metil laurat, metil miristat, metil
pada batas penambahan konsentrasi katalis tertentu palmitat, metil linoleat, metil oleat dan metil stearat.
akan terjadi penurunan konversi biodiesel. Secara lengkap hasil interpretasi kromatogram GC-
Penurunan nilai SG terjadi seiring dengan kenaikan MS berdasarkan spektra massa metil ester yang
konsentrasi katalis, SG terbesar dicapai pada terbentuk disajikan pada Tabel 3.
konsentrasi NaOH 0,25% (0,906) dan nilai terkecil pada
Biodiesel yang sama dianalisis juga dengan GC
konsentrasi NaOH 0,85% (0,891). Secara tidak
Hewlett Packard 5890 series II, diperoleh kromatogram
langsung, kenaikan konsentrasi katalis berdampak pada
seperti pada Gambar 3.
kenaikan GHV maupun NHV. Nilai pembakaran
biodiesel tertinggi (18,952 BTU/lb dan 17,856 BTU/lb) Korelasi antara hasil analisis GC-MS Shimadzu QP
dicapai pada konsentrasi NaOH 0,85%. Kecen- 5000 dan GC Hewlett Packard 5890 series II secara
derungan penurunan viskositas kinematis maupun lengkap disajikan pada Tabel 4.
viskositas Redwood, juga
terlihat seiring dengan kenaikan
konsentrasi NaOH. Viskositas
Tabel 3
terendah (4,666 cSt dan 18,897
Hasil interpretasi kromatogram dan spektra massa GC-MS
cSt) dicapai pada konsentrasi
NaOH 1,00% W a ktu, Konse ntra si
Punca k Se nya w a BM
m e nit re la tif, %
Secara umum, hasil
percobaan transesterifikasi 1 3,333 11,70 metil kaprilat 158
minyak kelapa dengan metanol 2 6,857 4,86 metil kaprat 186
menggunakan katalis NaOH 3 10,458 43,72 metil laurat 214
pada 75oC dan 27oC mengindi-
kasikan dua fakta yang mirip, 4 13,067 18,00 metil miristat 242
sehingga dapat ditarik kesim- 5 15,292 9,89 metil palmitat 270
pulan bahwa konsentrasi katalis 6 16,917 0,70 metil linoleat 294
optimum dalam pembuatan
7 16,992 7,79 metil oleat 296
biodiesel adalah 0,75% dari
berat total metanol dan minyak 8 17,258 3,34 metil stearat 298
kelapa.
Analisis Biodiesel
dengan Kromatografi Gas-
Spektroskopi Massa (GC-
MS) dan Kromatografi Gas
(GC). Biodiesel yang telah
dimurnikan dianalisis dengan
kromatografi gas (GC), untuk
biodiesel pada kondisi optimum
dilengkapi dengan analisis
kromatografi gas-spektroskopi
massa (GC-MS).
Delapan puncak dengan
waktu retensi yang berbeda
terlihat pada kromatogram GC-
MS, puncak-puncak tersebut
menunjukkan adanya delapan
Gambar 2
metil ester yang terbentuk dari
Kromatogram GC-MS biodiesel (T = 27oC, [NaOH] = 0,75%)
transesterifikasi minyak kelapa
44
PEMBUATAN BIODIESEL SEBAGAI BAHAN BAKAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
WEGA TRISUNARYANTI DAN CHAIRIL ANWAR VOL. 38, NO. 3, DESEMBER 2004: 41-49
Gambar 3
Kromatogram GC biodiesel (T = 27oC, [NaOH] = 0,75%)
45
PEMBUATAN BIODIESEL SEBAGAI BAHAN BAKAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
WEGA TRISUNARYANTI DAN CHAIRIL ANWAR VOL. 38, NO. 3, DESEMBER 2004: 41-49
Tabel 4
Korelasi puncak kromatogram GC dan kromatogram GC-MS
46
PEMBUATAN BIODIESEL SEBAGAI BAHAN BAKAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
WEGA TRISUNARYANTI DAN CHAIRIL ANWAR VOL. 38, NO. 3, DESEMBER 2004: 41-49
47
PEMBUATAN BIODIESEL SEBAGAI BAHAN BAKAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
WEGA TRISUNARYANTI DAN CHAIRIL ANWAR VOL. 38, NO. 3, DESEMBER 2004: 41-49
Tabel 6
Perbandingan karakter fisis minyak kelapa dan biodiesel dengan spesifikasi bahan bakar diesel
Keterangan : +) spesifikasi minyak solar, Keputusan Dirjen Migas No. 113 K/72/DJM/1999.
++) spesifikasi minyak diesel, Keputusan Dirjen Migas No. 002/P/DM/MIGAS/1979.
*) dikonversikan dari viskositas kinematis
**) dikonversikan dari kerapatan spesifik pada 60/60 oF
48
PEMBUATAN BIODIESEL SEBAGAI BAHAN BAKAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
WEGA TRISUNARYANTI DAN CHAIRIL ANWAR VOL. 38, NO. 3, DESEMBER 2004: 41-49
konsentrasi katalis 0,75% dari berat total minyak Oils: Transesterification of Cynara cardunlus L.
kelapa dan metanol. Oils with Ethanol, Energy & Fuels. J. A. C. S. ,
3. Peningkatan temperatur (27 o C dan 75 o C) 16, 443-450.
berpengaruh pada tingkat konversi dan karakter 4. Freedman, B., Pryde, E. H., and Mounts, T. L.,
fisis biodiesel. Peningkatan temperatur cenderung 1984, Variable Affecting the Yields of Fatty Esther
dikuti dengan kenaikan konversi biodiesel, kenaikan from Transesterified Vegetables Oils, JAOCS, 61,
kerapatan spesifik 60/60oF, kenaikan viskositas 1636-1642.
kinematis, kenaikan viskositas Redwood,
penurunan nilai pembakaran kotor dan penurunan 5. Pasaribu, R., 2002, Pembuatan Biodiesel dari
nilai pembakaran bersih. Minyak Kelapa dengan Variasi Perbandingan
Pereaksi dan Waktu, Laporan Penelitian,
4. Metil laurat (43,72%), metil miristat (18,00%),
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,
metil kaprilat (11,70%), metil palmitat (9,89%), metil
Yogyakarta.
oleat (7,79%), metil kaprat (4,86%) dan metil
stearat (3,34%) merupakan ketujuh metil ester 6. Puppung, P. L., 1985, Beberapa Minyak Nabati
utama penyusun komposisi kimiawi biodiesel. yang Memiliki Potensial sebagai Bahan Bakar
5. Kondisi optimum pembuatan biodiesel dicapai pada Alternatif untuk Mesin Diesel, Lembaran
27 oC dan konsentrasi NaOH 0,75% dari berat Publikasi Lemigas, 4, 34-35.
total minyak kelapa dan metanol yang 7. Tedjojuwono, N. P., 1992, Metanolisis Minyak
menghasilkan konversi biodiesel 87,73%. Kelapa Sawit untuk Mendapatkan Gliserol,
6. Hasil biodiesel yang diperoleh memenuhi Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu
spesifikasi minyak diesel tetapi tidak memenuhi Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada,
minyak solar. Oleh karena itu hanya dapat diuji Yogyakarta.
penggunaannya pada mesin diesel berputaran
8. Usman, J., 1998, Penelitian Metanolisis Minyak
rendah, tetapi tidak pada mesin diesel otomotif.
Jarak dengan Katalisator Basa, Laporan
Penelitian, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah
KEPUSTAKAAN Mada, Yogyakarta.
1. Allinger, N. L, 1976, Organic Chemistry, 2nd edi- 9. Wiratni, 1995, Penelitian Hidrolisis Etanolisis
tion, Worth Publisher Inc., New York, hal 56–57, Minyak Jarak dengan Katalis, Laporan
512–518. Penelitian, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah
2. Anonim, 2003, Arang Tempurung Kelapa, http:/ Mada, Yogyakarta.
/www.kompas.com, diakses tanggal 6 Juli 2004. 10. Yulianti, N., 2002, Pembuatan Biodiesel-Oil dari
3. Encinar, J. M., Gonzales J. F., Rodriguez J. J., and Minyak Kelapa, Laporan Penelitian, Fakultas
Tejedor A., 2002, Biodiesel Fuels from Vegetable Teknik, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. •
49