“TRANSESTERIFIKASI”
Disusun Oleh:
Kelompok II (A2)
Biodisel adalah bahan bakar terbaru yang didefinisikan sebagai ester dari alkohol
suku rendah dan asam-asam lemak, dimana asam-asam lemak berasal dari minyak
nabati dan lemak hewani. Tujuan percobaan ini adalah melaksanakan proses
transesterifikasi untuk membuat Alkil Ester (biodiesel) dari minyak nabati,
mengukur perolehan kasar alkil ester yang dihasilkan, dan mengukur densitas dan
viskositas alkil ester yang diperoleh. Proses pembuatan biodiesel dari minyak
dengan kandungan FFA rendah secara proses keseluruhan terdiri dari reaksi
transesterifikasi, pemisahan gliserol dari etil ester, pemurnian etil ester (netralisasi,
pemisahan etanol, pencucian dan pengeringan), pengambilan gliserol sebagai
produk samping dan pemurnian etanol tak bereaksi secara destilasi.
Transesterifikasi juga menggunakan katalis dalam reaksinya, tanpa adanya katalis
konversi yang dihasilkan maksimum namun reaksi berjalan dengan lambat. Di
dapatkan hasil perhitungan kadar FFA didalam minyak pada percobaan ini adalah
1,580%. Densitas biodiesel pada run pertama yaitu 0,862 gr/ml dan pada run kedua
yaitu 0,846 gr/ml. Viskositas biodiesel pada run pertama yaitu 7,99966 kg/ms dan
run kedua didapatkan hasil yaitu 0,00739 kg/m.s. Yield yang didapat pada
percobaan ini yaitu pada run pertama sebesar 95,775% dan pada run kedua sebesar
81,82%. Hasil persen konversi yang didapat pada run pertama sebesar 96,02 % dan
pada run kedua sebesar 82,11 %. Dari percobaan ini dapat diambil kesimpulan
bahwa, semakin tinggi suhu reaksi maka persen konversi akan tinggi.
O O O
O R O R O O R
OH OH R O
OH O R O R
O O
Monoglyceride Diglyeride Triglyceride
Gambar 2.1 Struktur Molekul Monoglycewride, Diglyceride, dan Triglyceride
2.2.2 Transesterifikasi
Transesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholisis) adalah tahap konversi
dari trigliserida (minyak nabati) menjadi alkyl ester, melalui reaksi dengan alkohol,
dan menghasilkan produk samping yaitu gliserol. Di antara alkohol-alkohol
monohidrik yang menjadi kandidat sumber/pemasok gugus alkil, metanol adalah
yang paling umum digunakan, karena harganya murah dan reaktifitasnya paling
tinggi (sehingga reaksi disebut metanolisis). Jadi, di sebagian besar dunia ini,
biodiesel praktis identik dengan ester metil asam-asam lemak (Fatty Acids Metil
Ester, FAME). Reaksi transesterifikasi trigliserida menjadi metil ester dapat dilihat
pada Gambar 2.5.
O O
H2C O C R1 H2C O H H3C O C R1
O Katalis O
HC O C R2 + 3 CH3OH ↔ HC O H + H3C O C R2
O O
H2C O C R3 H2C O H H3C O C R3
Trigliserida Metanol Gliserol Metil Ester
(Mittlebach, 2004)
Gambar 2.2 Reaksi Transesterifikasi dari Trigliserida menjadi metil ester.
Transesterifikasi juga menggunakan katalis dalam reaksinya. Tanpa adanya
katalis, konversi yang dihasilkan maksimum namun reaksi berjalan dengan lambat.
Katalis yang biasa digunakan pada reaksi transesterifikasi adalah katalis basa,
karena katalis ini dapat mempercepat reaks i. Produk yang diinginkan dari reaksi
transesterifikasi adalah ester metil asam-asam lemak. Terdapat beberapa cara agar
kesetimbangan lebih ke arah produk, yaitu:
1. Menambahkan metanol berlebih ke dalam reaksi
2. Memisahkan gliserol
3. Menurunkan temperatur reaksi (transesterifikasi merupakan reaksi
eksoterm)
2. Waktu reaksi
Semakin lama waktu reaksi maka semakin banyak produk yang dihasilkan
karena ini akan memberikan kesempatan rektan untuk bertumbukan satu sama lain.
Namun setelah kesetimbangan tercapai tambahan waktu reaksi tidak akan
mempengaruhi reaksi. Penelitian yang menggunakan lama reaksi 3 jam.
3. Katalis
Katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi dengan menurunkan energi
aktivasi reaksi namun tidak menggeser letak kesetimbangan. Tanpa katalis rekasi
transesterifikasi baru dapat berjalan pada suhu sekitar 250°C. Penambahan katalis
bertujuan untuk mempercepat reaksi dan menurunkan kondisi operasi. Katalis yang
dapat digunakan adalah katalis asam, katalis basa ataupu penukar ion.
4. Pengadukan
Pada reaksi transesterifikasi reaktan-reaktan awalnya membentuk sistim
cairan dua fasa. Reaksi dikendalikan oleh difusi diantara diantara fase-fase yang
berlangsung lambat. Seiring dengan terbentuknya metil ester, ia bertindak sebagai
pelarut tunggal yang dipakai bersama oleh reaktan-reaktan dan sistim dengan fase
tunggalpun terbentuk. Dampak pengadukan ini sangat signifikan selama reaksi.
Setelah sistim tunggal terbentuk maka pengudukan menjadi tidak lagi mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap reaksi. Pengadukan dilakukan dengan tujuan
untuk mendapatkan campuran reaksi yang bagus. Pengadukan yang tepat akan
mengurangi hambatan antar massa. Pengadukan transesterifikasi 1500 rpm.
.
Tabel 2.1 Persyaratan kualitas biodiesel menurut SNI-04-7182-2006
Parameter dan satuannya Batas nilai Metode uji Metode
setara
Korosi bilah tembaga (3 jam, 50℃) Maks. no. 3 ASTM D 130 ISO 2160
5.2 Pembahasan
Dalam proses transesterifikasi, minyak dimasukkan kedalam labu leher tiga
dan dipanaskan pada suhu yang telah ditetapkan yaitu pada run pertama dengan
suhu 55ºC dan pada run kedua 55ºC. Pemanasan ini bertujuan untuk meningkatkan
kecepatan reaksi. Kecepatan reaksi akan meningkat sejalan dengan kenaikan
temperatur, yang berarti semakin banyak energi yang dapat digunakan reaksi untuk
mencapai energi aktivasi sehingga akan menyebabkan semakin banyak tumbukan
yang terjadi antara molekul-molekul reaktan (Hui,1996). Disaat memanaskan
minyak, untuk run pertama dilarutkan 1,44 gr KOH dengan 44 ml etanol dan untuk
run kedua dilarutkan 1,44 gr KOH dengan 48,37 ml etanol.
Setelah suhu minyak telah mencapai suhu yang diinginkan, kemudian
dimasukkan campuran 1,44 gr KOH dan 44 ml etanol kedalam labu leher tiga yang
telah berisi minyak tersebut dan kemudian dipanaskan selama 60 menit. Pada
pencampuran KOH dan etanol, kristal KOH harus larut secara sempurna karena jika
tidak larut sempurna dapat mempengaruhi reaksi pada percobaan ini. Setelah
dipanaskan selama 60 menit larutan dimasukkan kedalam corong pemisah untuk
dipisahkan dari gliserol pada bagian bawahnya. Didalam corong pemisah
didiamkan selama semalam. Setelah didiamkan selama semalam terdapat dua
lapisan yaitu lapisan atas berwarna kuning bening yang merupakan etil ester dan
pada bagian bawah berwarna kuning kecoklatan yang merupakan gliserol yang
telah mengeras seperti gel. Hal ini disebabkan karena etil ester memiliki densitas
yang lebih kecil dari pada gliserol. Larutan yang telah tersebut dipisahkan, larutan
metil ester dilakukan pencucian dengan menggunakan air panas yang bertujuan
untuk menghilangkan zat-zat pengotor yang ada pada larutan etil ester seperti
katalis dan sisa etanol yang tidak bereaksi.
Pada proses pencucian ini, air bekas cucian pertama berwarna keruh yang
menandakan bahwa terdapat gliserol (Meirly,2007), katalis dan sisaeetanol yang
larut didalam air tersebut. Pencucian dilakukan sampai bekas cucian menjadi
bening yang berarti sudah tidak terdapat zat pengotor pada larutan tersebut.
Kemudian larutan etil ester yang telah dicuci dimasukkan kedalam oven
dengan suhu 60ºC agar kandungan air didalam etil ester berkurang. Pengeringan
didalam oven dilakukaan selama 30 menit. Setelah dilakukan pengeringan
dilakukan pengujian densitas dan viskositas pada etil ester (biodiesel) yaitu densitas
untuk run pertama 0,862 gr/ml dan untuk run kedua 0,846 gr/ml. Setelah dihitung
densitasnya kemudian dilakukan uji viskositas yang hasilnya untuk run pertama
7.99966 kg/m.s dan run kedua didapatkan hasil viskositas yaitu 0,00739 kg/m.s.
Pada run pertama memiliki viskositas yang lebih tinggi dibandingkan run
dua. Sehingga, hubungan suhu dengan viskositas berbanding terbalik. Hal ini
dikarenakan pada suhu 65°C etanol menguap menyebabkan reaktan yang
terkonversi masih sedikit. Dengan demikian, proporsi trigliserida yang berbobot
molekul besar dalam produk lebih banyak dibanding etil ester dengan bobot
molekul lebih kecil (Ade, 2010).
Pengujian kadar FFA pada sampel minyak sania pada run pertama adalah
2,765% dan pada run kedua adalah 1,580%. Uji ini dilakukan untuk menentukan
jumlah kadar FFA pada sampel minyak sania. Apabila kadar FFA terlalu tinggi
makan akan terjadi proses safonifikasi (Keraten,1986) yaitu proses penyabunan
yang akan menyebabkan praktikum ini akan gagal.
BAB V
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Taransesterifikasi adalah tahap konversi dari trigliserida dengan alkohol
menjadi alkil ester dan gliserol.
2. Kadar FFA didalam minyak (sania) pada run pertama adalah 2,765% dan
pada run kedua adalah 1,580%.
3. Densitas biodiesel pada run pertama yaitu 0,862 gr/ml dan pada run kedua
yaitu 0,846 gr/ml.
4. Viskositas biodiesel pada run pertama yaitu 7.99966 kg/m.s dan run kedua
didapatka yaitu 0,00739 kg/m.s.
5. Yield yang didapat pada percobaan ini yaitu pada run I sebesar 95,775% dan
pada run II sebesar 81,82%.
6. Hasil persen konversi yang didapat pada run I sebesar 96,02% dan pada run
II sebesar 82,11%.
7. Semakin tinggi suhu reaksi maka persen konversi akan tinggi.
5.2 Saran
Pada praktikum ini katalis yang digunakan adalah KOH 0,1 N dengan waktu
reaksi selama 60 menit. Disarankan untuk praktikum transesterifikasi agar
menggunakan katalis lain yaitu katalis heterogen seperti CaO.
DAFTAR PUSTAKA
Ditanya :
1. Mol minyak
2. Mol etanol
3. Massa etanol
4. Volume etanol
5. Massa katalis (KOH 0,1 N)
Penyelesaian :
massa minyak
1. Mol minyak =
BM minyak
120 gr
=
790 gr/mol
= 0,151 mol
Massa etanol
4. Volume etanol (Run I) =
densitas etanol
34,73 gram
=
0,7893 gr/cm3
= 44 ml
Massa etanol
Volume etanol (Run I) =
densitas etanol
38,18 gram
=
0,7893 gr/cm3
= 48,73 ml
N × V × M
% Kadar FFA (Run II) =
Berat sampel
0,1 N × 1 ml × 790 gr/mol
=
5 gr
= 1,580 %
N × V × M
% Kadar FFA (Run II) =
Berat sampel
0,1 N × 2,05 ml × 790 gr/mol
=
5 gr
= 3,239 %
μ air
k =
sg × t alir air
0,008 kg/ms
=
943 × 6,37 s
0,008
=
6,0011.625
= 0,0013307 m2/s2
μ biodiesel = k × sg × t alir biodiesel
= 0,0013307 × 0,8575× 6,37 s
= 7,99966 kg/m.s
μ air
k =
sg × t alir air
0,008 kg/ms
=
925 × 6,66 s
0,008
=
6,160.5
= 0,0000012 m2/s2
Run I
mol biodiesel
% Konversi = × 100%
mol zat mula-mula
0,145 mol
= × 100%
0,151 mol
= 96,02 %
Run II
mol biodiesel
% Konversi = × 100%
mol zat mula-mula
0,124 mol
= × 100%
0,151 mol
= 82,11 %
LAMPIRAN IV
GAMBAR ALAT
NO Nama dan gambar alat Fungsi
1
Pipet volume berfungsi untuk
mengukur volume suatu bahan cair
Pipet volume
2
Bola penghisap digunakan untuk
memompa cairan agar masuk dalam
pipet volum
Bola hisap
3
Kondensor digunakan sebagai
pendingin uap panas, biasanya
digunakan dalam proses destilasi
Kondensor
4
Buret digunakan
untuk meneteskan sejumlah reagen
cair dalam eksperimen yang
memerlukan presisi, seperti pada
eksperimen titrasi
Buret
5
Erlenmeyer berfungsi untuk tempat
cairan/bahan,bisa juga digunakan
untuk medium titrasi
Erlenmeyer
6
Piknometer berfungsi sebagai alat
untuk menghitung densitas suatu zat
Piknometer
7
Viskometer digunakan untuk
mengukur viskositas fluida
Viskometer
8
Labu ukur digunakan untuk
mengencerkan zat tertentu hingga
batas leher labu ukur
Labu ukur
9
Hot plate berfungsi sebagai alat
untuk memanaskan suatu zat
biasanya cairan
Hot plate
10
Aluminium foil berfungsi untuk
menutup lubang erlenmeyer agar
cairan yang didalam tidak
menguap/terkontaminasi sama udara
luar
Aluminium foil
11
Labu leher tiga biasanya digunakan
dalam proses destilasi, dan untuk
jalan uap cairan yang akan
dilewatkan pada garis pendingin