Anda di halaman 1dari 8

NAMA: ELSAGITA SIAGIAN

NIM: 03111003038
SHIFT: Selasa Pagi
KELOMPOK: II (dua)


JENIS PROSES PEMBUATAN BIODIESEL
1. Metode Mikro Emulsi
Metode mikro emulsi merupakan salah satu upaya untuk menurunkan
viskositas minyak nabati kedalam lauran methanol, etanol atau 1-butanol, tetapi
menurut hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan alcohol yang
digunakan sebagai pengemulsi cukup besar, sehingga dapat menaikkan volatilitas
dan menurunkan titik nyala.
Proses mikroemulsifikasi ini merupakan suatu proses yang tepat untuk
mengurangi viskositas minyak nabati yang kemudian dapat digunakan sebagai
bahan bakar mesin diesel. Mikroemulsifikasi didefenisikan sebagai dispersi koloid
yang secara termodinamika stabil dengan diameter partikel fasa yang terdispersi
kurang dari 1-4 kali panjang gelombang cahaya yang tampak. Bahan bakar
mikroemulsi kadangkala disebut dengan bahan bakar hibrida. Kandungan utama
dari bahan bakar mikroemulsi ini adalah minyak nabati, metanol, 2-oktanol, dan
bahan untuk meningkatkan nilai setana. Reaksi ini terbentuk secara spontan dari
dua larutan yang secara normal larut sama lain dan dari satu atau lebih ampopil
ion atau ampopil non ion. Untuk waktu pengujian pembakaran dalam waktu
singkat, bahan bakar mikroemulsi menunjukkan kinerja yang hampir sama dengan
bahan bakar diesel konvensional.
2. Metode Pirolisis
Pirolisis yang banyak digunakan dalam industri kimia, misalnya untuk
menghasilkan arang, karbon aktif, metanoldan bahan kimia lainnya dari kayu
untuk mengubah etilen diklorida menjadi vinil klorida untuk membuat PVC,
untuk meproduksi kokas dari batubara, untuk mengubah biomassa menjadi gas
sintesis, untuk mengubah limbah menjadi bahan sekali pakai dengan aman, dan
untuk cracking hidrokarbon dari minyak bumi untuk diproduksi menjadi lebih
ringan seperti bensin.
Pirolisis adalah proses dekomposisi minyak nabati secara termal atau
dapat juga menggunakan bantuan katalis untuk memutuskan rantai hidrokarbon.
Pemutusan rantai minyak nabati secara katalik dilakukan dengan menggunakan
NAMA: ELSAGITA SIAGIAN
NIM: 03111003038
SHIFT: Selasa Pagi
KELOMPOK: II (dua)


katalis yang biasa digunakan pada pemutusan rantai minyak bumi, yaitu SiO
2
atau
Al
2
O
3
pada temperatur 450
0
C. Produknya kemudian difraksionasi untuk
menghasilkan biodiesel dan biogasoline. Pada pemutusan rantai katalik,
temperatur mempengaruhi selektivitas produk. Semakin tinggi temperatur maka
fraksi ringan yang dihasilkan semakin banyak dan akan menghasilkan banyak
produk yang sangat bermanfaat. Keuntungan produk biodiesel dari metode ini
adalah adanya kemiripan dengan struktur bahan bakar diesel dari minyak bumi,
tetapi kelemahan metodi ini adalah tidak boleh ada oksigen pada saat proses
berlangsun karena prosesnya tidak boleh terdapat oksigen, maka bahan bakar yang
dihasilkan tidak teroksigenasi dan peralatan yang digunakan pada metode ini
relatif mahal.
3. Metode Transesterifikasi
Proses transesterifikasi adalah suatu proses reaksi kimia yang
mempunyaisifat yang kuat dan umum dimana alkohol monohidroksi linier yang
bereaksi dengan trigliserida dari zat asam yang mengandung lemak, dimasukkan
kedalam katalisator. Unsur alkohol yang digunakan dalam proses ini adalah
methanol dan katalisatornya adalah NaOH. Kadar alkohol dalam proses
transesterifikasi penting untuk memutuskan gliserin dengan asam lemak. Reaksi
transesterifikasi dengan katalis alkali lebih cepat dan lebih sering digunakan
secara komersil dibandingkan dengan katalis asam.
Mekanisme reaksi transesterifikasi dibagi menjadi tiga tahap. Tahap
pertama adalah penyerangan ikatan karbonil pada trigliserida oleh anion dari
alkohol dan membentuk zat antara tetrahedral. Pada tahap kedua, zat antara
tetrahedral bereaksi dengan alkohol dan terbentuk anion dari alkohol. Pada tahap
akhir, zat antara tetrahedral mengalami transfer proton sehingga terbentuk ester
dan alkohol.
Pada reaksi transesterifikasi yang menggunakan katalis alkali, bilangan
asam dari minyak nabati yang digunakan harus kurang dari satu. Jika bilangan
asamnya lebih dari satu, maka minyak nabati yang harus dinetralisir terlebih
dahulu dengan menambahkan jumlah alkali sehingga basa yang digunakan dapat
NAMA: ELSAGITA SIAGIAN
NIM: 03111003038
SHIFT: Selasa Pagi
KELOMPOK: II (dua)


berfungsi sebagai katalis dan penatralisir asam. Bilangan asam yang tinggi
disebabkan oleh adanya kandungan asam lemak bebas pada minyak nabati.
4. Proses Transesterifikasi dengan Proses Batch
Proses ini menggunakan unit operasi dua tahap secara batch, tiap tahap
terdiri atas tangki reaktor dan tangki pengendapan sehingga sering disebut sistem
pencampuran dan pengendapan. Kelebihan proses ini adalah kualitas produk yang
didapat cukup baik, tetapi produksi methyl esternya tidak kontinyu.
5. Proses Transesterifikasi Kontinyu
Proses ini menggunakan kolom reaktor sentrifugal. Proses ini terdapat
dua siklus tertutup, yaitu tertutup alkohol dan siklus tertutup air untuk ekstraksi
gliserol dan pemurnian dengan pencucian dari ester.
6. Proses Transesterifikasi Henkel
Proses ini menggunakan reaktor dari tangki pengendapan. Kondisi
operasinya pada tekanan 9000 Kpa dan temperatur 240
O
C. Kelebihan proses ini
adalah kualitas methyl ester relatif baik dengan tingkat kemurnian tinggi dan
warna minyak yang terang. Kekurangannya adalah konsumsi energi yang besar.
Pada dasarnya, proses transesterifikasi bertujuan untuk menghilangkan
kandungan gliserin dalam minyak nabati karena jika dipanaskan, gliserin akan
membentuk senyawa akrolein dan terpolimerisasi menjadi senyawa plastis yang
agak padat dan proses ini bertujuan juga untuk menurunkan viskositas minyak
nabati. Dari beberapa metode pembuatan biodiesel dari minyak nabati, metode
transesterifikasi adalah metode yang sering digunakan karena relatif sederhana
tanpa membutuhkan peralatan yang rumit dan juga bahan bahan yang
diperlukan dapat diperoleh dengan mudah. Maka dari itu, perancangan pabrik-
pabrik biodiesel ini memilih proses transesterifikasi.
Proses transesterifikasi bila ditinjau dari penggunaan katalis, dapat
dibedakan atas tiga macam proses, yaitu sebagai berikut:
a) Proses transesterifikasi dengan menggunakan katalis asam
Proses ini menggunakan katalis asam-asam kuat seperti asam sulfonat
dan asam sulfat. Katalis ini menghasilkan hasil alkil ester yang tinggi, tetapi
NAMA: ELSAGITA SIAGIAN
NIM: 03111003038
SHIFT: Selasa Pagi
KELOMPOK: II (dua)


reaksinya lambat dan juga memerlukan temperatur operasi yang tinggi yaitu
diatas 100C dan dapat mencapai waktu operasi selama 3 jam. Alternatif lain
yang dapat digunakan dalam proses pembuatan biodisel selain menggunakan
katalis basa yaitu dengan menggunkan katalis asam. Penggunaan katalis
asam selain mampu mengkatalis reaksi transesterifikasi minyak tumbuhan
menjadi biodisel katalis ini juga mampu mengkatalis reaksi esterifikasi asam
lemak bebas yang terdapat didalam minyak yang menjadi bahan baku
pembuatan biodisel berdasarkan reaksi dibawah ini :
R-COOH + CH
3
OH R-COOCH
3
+ H
2
O
(Asam lemak bebas) (Metanol) (Biodisel) (Air)
Terdapat dua jenis katalis asam dalam pembuatan biodisel diantaranya
adalah katalis asam homogen dan katalis asam heterogen. Untuk jenis katalis
asam homogen yang biasa digunakan dalam pembuatan biodisel adalah jenis
katalis asam sulfat. Penggunaan katalis jenis ini memiliki beberapa
kekurangan diantaranya adalah katalis ini dapat menimbulkan korosi karena
meniliki sifat korosif yang sangat tinggi selain itu katalis ini juga sulit untuk
dipisahkan dari produk dan dapat ikut terbuang dalam proses pencucian, hal
itu menyebabkan akan terjadinya pencemaran lingkungan. Untuk jenis
katalis heterogen memiliki fase yang berbeda dengan reaktan dan produk
yang direaksikannya. Katalis asam heterogen misalnya seperti Zeolit,
La/Zeolit beta, MCm-41, Anverlyst-15, dan Nafion adalah jenis katalis yang
dapat digunakan untuk pembuatan biodisel (Shu et al., 2010).
Penggunaan katalis asam heterogen memang memiliki beberapa
keuntungan dalam pembuatan biodisel diantaranya katalis ini dapat
digunakan kembali, tidak terbentuk produk samping berupa sabun dari asam
lemak bebas, meningkatkan perolehan produk dan kemurnian produk,
pemurnian jauh lebih mudah dan dapat menekan biaya peralatan, karena
peralatan pemurnian dapat banyak berkurang selain itu juga tidak banyak
katalis yang hilang dalam proses pembuatan biodiesel (Shu et al., 2010).
Namun katalis ini juga memiliki kekurangan yang membuat peneliti harus
NAMA: ELSAGITA SIAGIAN
NIM: 03111003038
SHIFT: Selasa Pagi
KELOMPOK: II (dua)


mempertimbangkan kembali penggunaan katalis jenis ini mengingat harga
katalis ini relative cukup mahal. Katalis jenis ini juga biasanya bersifat
hidrofilik dan merupakan padatan senyawa asam oksida inorganik yang
memiliki gugus hidroksil OH dan berperan sebagai asam kuat Bronsted
yang pada akhirnya akan menggurangi keaktifan katalis ini karena akan
terjadi hidrasi OH oleh air yang terbentuk dari reaksi esterifikasi asam
lemak bebas.
b) Proses transesterifikasi dengan menggunakan katalis basa
Proses transesterifikasi ini berjalan lebih cepat dibandingkan dengan
menggunakan katalis asam, dan juga proses ini tidak memerlukan temperatur
operasi yang tinggi karena dapat dioperasikan pada temperatur kurang dari
100C. Tidak hanya katalis asam saja yang memiliki dua jenis katalis, untuk
katalis basa juga terdapat jenis katalis basa homogen dan katalis basa
heterogen. Pada katalis basa heterogen memiliki kelebihan yaitu dapat
dipisahkan dari campuran reaksi sehingga dapat digunakan kembali, hal itu
dapat menekan biaya pengadaan dan pengoprasian alat pemisah yang cukup
mahal serta mengurangi limbah bagi lingkungan. Beberapa jenis katalis basa
heterogen untuk pembuatan biodisel adalah CaZrO
3
, Al
2
O
3
-SnO, Li/MgO,
Al
2
O
3
/KI, KOH/Al
2
O
3
, KOH/NaY dan K
2
CO
3
tersuport alumina/silika.
Katalis basa memiliki kemampuan katalisator yang tinggi dan dapat
diperoleh dengan harga yang relatif murah dibandingkan dengan katalis asam
meskipun untuk memperoleh performa proses optimum, penggunaan katalis
basa memiliki beberapa persyaratan yaitu alkohol yang digunakan harus
dalam keadaan anhidrous dengan kandungan air < 0,1-0,5%. Kemudian
minyak yang digunakan harus memiliki kandungan asam lemak bebas
sebesar < 0,5% (Lotero et al., 2005). Pada reaksi transesterifikasi harus
diperhatikan kadar air yang terkandung didalamnya karena alkali ester yang
terbentuk akan terhidrolisis menjadi asam lemak bebas. Adanya asam lemak
bebas dalam system reaksi akan menimbulkan reaksi penyabunnan yang
NAMA: ELSAGITA SIAGIAN
NIM: 03111003038
SHIFT: Selasa Pagi
KELOMPOK: II (dua)


dalam proses pembuatan biodisel reaksi penyabunan ini sangat tidak
diinginkan.
Terjadinya reaksi penyabunan dikarenakan adanya kandungan asam
lemak bebas tinggi yang bereaksi dengan katalis basa ataupun dengan alkali
sehingga membentuk air dan sabun. Rekasi penyabunan seperti yang dapat
dilihat dibawah ini :
R-COOH + KOH R-COOK + H
2
O
(Asam Lemak Bebas) (Alkali) (Sabun) (Air)
Reaksi samping ini terjadi dan mengakibatkan katalis basa harus terus
ditambahkan selama proses bereaksi karena katalis basa akan habis bereaksi
dan akhirnya membentuk produk samping berupa sabun. Produk akhir
berupa sabun ini menyebabkan semakin meningkatnya pembentukan gel dan
viskositas pada produk biodisel serta menjadi penghambat proses pemisahan
produk biodisel dari campuran reaksi karena menyebabkan terbentuknya
emulsi. Bila terjadi hal tersebut maka akan menurunkan tingkat ekonomis
dari proses pembuatan produk biodisel dengan menggunakan katalis basa.
Jenis katalis basa homogen yang paling sering digunakan dalam
pembuatan biodisel adalah natrium hidroksida (NaOH) dan kalium
hidroksida (KOH). Produksi biodisel saat ini lebih sering menggunakan
katalis KOH, dengan reaksi yang dilakukan pada suhu ruang dan dengan
tingkat konversi 80-90% dapat dicapai hanya dalam waktu 5 menit. Tingkat
konversi metal ester bahkan bisa mencapai 99% pada proses transesterifikasi
dua tahap (Khothe., 2002). Katalis KOH dipilih juga karena harganya yang
cukup murah dibandingkan dengan katalis lainnya, alasan lainnya
penggunaan katalis KOH dan NaOH dikarenakan dapat digunakan pada
tempratur dan tekanan oprasi yang relative rendah serta memiliki
kemampuan katalisator yang tinggi.
c) Proses transesterifikasi dengan menggunakan katalis enzim
Proses transesterifikasi seperti ini belum dikembangkan secara komersil,
tetapi telah banyak dilakukan penelitian-penelitian dengan menggunakan
NAMA: ELSAGITA SIAGIAN
NIM: 03111003038
SHIFT: Selasa Pagi
KELOMPOK: II (dua)


katalis enzim. Aspek umum yang ditinjau dari reaksi ini adalah optimalisasi
kondisi utamanya yaitu pelarut, temperatur, pH, jenis mikroorganisme yang
mampu menghasilkan enzim, dan lain sebagainya, yang bertujuan untuk
menyusun karakteristik-karakterisitik yang sesuai untuk diaplikasikan di
bidang industri. Hal yang dihasilkan melalui proses yang rendah bila
dibandingkan dengan proses transesterifikasi dengan menggunakan katalis
basa.
7. Metode Esterifikasi
Pada umumnya pembuatan biodiesel dilakukan dengan proses
transesterifikasi, namun berdasarkan hasil penelitian sebelumnya menunjukkan
bahwa sebelum proses tranesterifikasi minyak jarak harus melalui tahap
esterifikasi terlebih dahulu. Proses esterifikasi ini digunakan untuk
menghilangkan asam lemak bebas dengan mengkonversikannya menjadi metil
ester. Kandungan asam lemak bebas minyak jarak sekitar 31 mg KOH/g minyak.
Katalis yang digunakan saat proses esterifikasi bukan katalis basa (KOH)
melainkan katalis asam (H
2
SO
4
2%) agar meminimalkan terjadinya reaksi asam
lemak dengan KOH yang nantinya akan membentuk sabun (safonifikasi). Reaksi
esterifikasi dapat dilihat dibawah ini.


Asam Lemak Metanol Metil Ester

NAMA: ELSAGITA SIAGIAN
NIM: 03111003038
SHIFT: Selasa Pagi
KELOMPOK: II (dua)


DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Proses Pembuatan Biodisesl dari CPO. http://ams-bloq. blogspot.
com/2008/10/1/pembuatan-biodiesel-dari-cpo.html. Diakses tanggal 04
September 2014 pukul 19.00.
Anonim. 2010. Apa Itu Pirolisis dan Bagaimana Proses Terjadinya?
http://arumaarifu.wordpress.com/2010/02/05/09/apa-itu-pirolisis/. Diakses
tanggal 04 September 2014 pukul 19.30.
Herlina, Idra. 2014. Reaksi Transesterifikasi Pada Pembuatan Biodiesel.
http://herlinaidra.blogspot.com/2014/03/reaksi-transesterifikasi-pada-
pembuatan.html. Diakses tanggal 04 September 2014 pukul 19.45.
Pakpahan, Aning. 2007. Formulasi dan Evaluasi Mikroemulsi Ketokonazol.
http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/552/jbptitbpp-gdl-romaulipak-27562-1-
2007ta-r.pdf. Diakses tanggal 04 September 2014 pukul 19.20.
Puspita, Anas. 2010. Kinetika Reaksi Esterifikasi Pada Proses Pembuatan
Biodiesel Dari Sisa-Sisa Dedak Padi/ Ampas Kulit Padi.
http://eprints.undip.ac.id/3488/1/Makalah_Penelitian.pdf. Diakses tanggal
04 September 2014 pukul 20.00

Anda mungkin juga menyukai