HALAMAN JUDUL
Oleh:
Agus Kurniawan
21030112130110
21030112140161
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL PENELITIAN
Nama/NIM
: Agus Kurniawan
21030112130110
Nama/NIM
21030112140161
Judul
RINGKASAN
Biodiesel adalah bahan bakar alternatif dari minyak nabati atau lemak
hewani yang dapat digunakan langsung untuk mesin diesel atau dicampur dengan
petroleum diesel. Kemiri Sunan (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) adalah
tanaman penghasil minyak dari tanaman ini. Minyak nabati yang dihasilkan
tanaman ini merupakan sumber bahan bakar nabati (BBN) yang sangat potensial
dengan berbagai variasi derivasinya seperti bahan bakar nabati, biobriket, biogas,
pupuk organik, dan pakan ternak (Dibyo, 2009). Kandungan minyaknya yang
relatif tinggi merupakan potensi utama seperti gliserol, asam lemak bebas, dan
bahan oleokimia lainya. Program pemerintah tentang penanaman kemiri sunan yang
sedang berkembang saat ini akan meningkatkan produksi minyak kemiri sunan
dalam jumlah besar di masa mendatang. Oleh karena itu, kebutuhan bahan baku
biodiesel dapat dipasok dari minyak kemiri sunan yang ketersediaannya semakin
banyak.
Biodiesel merupakan alternatif terbaik pengganti bahan bakar diesel yang
bersumber dari fosil. Penelitian ini dilakukan untuk mengarahkan pembuatan
biodiesel dari bahan non-edible yang salah satunya adalah kemiri sunan. Proses
yang digunakan yaitu melalui transesterifikasi dua tahap, sedangkan katalis yang
digunakan yaitu katalis heterogen CaO dari limbah kulit telur supaya dapat
menghasilkan yield biodiesel yang besar.
Dalam penelitian ini akan dikaji pembuatan biodiesel dari minyak kemiri
sunan melalui proses transesterifikasi dua tahap dengan katalis CaO dari limbah
kulit telur. Selain itu akan dikaji pengaruh variabel perbandingan mol campuran
minyak dengan metanol pada tahap transesterifikasi tahap kedua yaitu 1:3, 1:4, 1:5,
1:6, 1:7, kemudian suhu pemanasan campuran metanol dengan minyak pada tahap
kedua yaitu 30oC, 40oC, 50oC, 60oC, 70oC, dan waktu reaksi yaitu 30 menit, 45
menit, 60 menit, 75 menit, 90 menit, pada tahap kedua transesterifikasi terhadap
karakteristik biodiesel yang dihasilkan. Karakteristik biodiesel yang diuji pada
penelitian ini adalah viskositas, densitas. yield biodiesel, nilai asam, angka iodin,
angka penyabunan dan angka setana. Dalam penelitian ini akan didapatkan kondisi
operasi terbaik untuk mendapatkan yield biodiesel tertinggi dan karakteristik
biodiesel yang diharapkan sesuai dengan standar SNI dan ASTM.
Kata Kunci : biodiesel, minyak kemiri sunan, transesterifikasi dua tahap, katalis
CaO dari kulit telur.
SUMMARY
Biodiesel is an alternative fuel from vegetable oils or animal fats that can
be used directly in diesel engines or blended with petroleum diesel. Hazelnut Sunan
(Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) is a plant that produces oil from the
seeds. Vegetable oils produced by plants is a source of biofuel (BBN) potential with
a variety of derivatives such as biofuels, biobriket, biogas, organic fertilizer, and
fodder (Dibyo, 2009). Relatively high oil content is a major potential such as
glycerol, free fatty acids, and other oleochemicals material. Government program
of planting trees that are being developed at this time will increase oil production
in large quantities in the future. Therefore, the need for biodiesel feedstock can be
supplied from the availability Sunan pecan oil more.
Biodiesel is the best alternative diesel fuel substitute derived from fossils.
This study was conducted to direct the manufacture of biodiesel from non-edible
materials, one of which is the Sunan pecan. The process used is through
transesterification two stages, while the catalyst used is a heterogeneous catalyst
CaO from waste eggshells in order to produce biodiesel yield great.
In this study will be reviewed biodiesel production from Sunan pecan oil
through a two-stage process of transesterification with CaO catalyst of waste
eggshells. Additionally, it will be assessed the effect of variable mole ratio mixture
of oil with methanol in the transesterification of the second stage is 1: 3, 1: 4, 1: 5,
1: 6, 1: 7, then the temperature of heating a mixture of metanol with oil in the
second stage is 30oC, 40oC, 50oC, 60oC, 70oC, and the reaction time is 30 minutes,
45 minutes, 60 minutes, 75 minutes, 90 minutes, the second stage
transesterification of the characteristics of biodiesel produced. Characteristics of
biodiesel tested in this study is the viscosity, density. yield of biodiesel, acid value,
iodine number, saponification number and cetane number. In this study we will get
the best operating conditions to obtain the highest yield of biodiesel and biodiesel
characteristics expected in accordance with ISO and ASTM standards.
Keywords: biodiesel, Sunan pecan oil, two-stage transesterification, CaO catalyst
of eggshells.
PRAKATA
Puji dan syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karuniaNya, sehingga kami mampu menyelesaikan proposal penelitian ini.
Proposal penelitian yang berjudul Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Kemiri
Sunan (Reutealis Trisperma (Blanco) Airy Shaw) Melalui Proses Transesterifikasi
Dua Tahap Menggunakan Katalis Heterogen (Cao) Dari Kulit Telur bertujuan
untuk mendapatkan kondisi operasi yang sesuai untuk mendapatkan biodiesel
berstandar ASTM dan SNI dari minyak kemiri sunan dan katalis . Begitu banyak orang
yang terlibat dalam pembuatan proposal ini, maka dari itu kami mengucapkan terima
kasih dengan tulus kepada:
1. Dr. Ir. Budiyono,M.Si, selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia Universitas
Diponegoro.
2. Dr. Andri Cahyo Kumoro, S.T., M.T. sebagai koordinator penelitian yang
telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
3. Ir. Diyono Ikhsan,S.U. selaku dosen pembimbing.
4. Semua pihak yang telah membantu terselesainya proposal penelitian ini yang
tidak bisa disebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari proposal penelitian ini masih banyak kekurangan, untuk itu
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.Peneliti berharap semoga proposal
penelitian ini dapat bermanfaat. Amin.
Semarang,
Februari 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................................ii
RINGKASAN..................................................................................................................iii
SUMMARY.......................................................................................................................iv
PRAKATA.........................................................................................................................v
DAFTAR ISI....................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL............................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1.
1.2.
Rumusan Masalah................................................................................... 3
1.3.
Tujuan Penelitian.................................................................................... 3
1.4.
Manfaat Penelitian.................................................................................. 3
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Syarat Mutu Biodiesel Alkil Ester.....................................................................8
Tabel 2.2 Persebaran Kemiri Sunan Di Indonesia...........................................................10
Tabel 2.3 Karakteristik Minyak Kemiri Sunan...............................................................11
Tabel 2.4 Komponen Minyak Kemiri Sunan...................................................................11
Tabel 3.1 Rancangan Percobaan......................................................................................21
Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan..........................................................................24
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Reaksi Transesterifikasi antara Trigliserida dan Metanol............................12
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kemiri...........17
Gambar 3.2 Rangkaian Alat Transesterifikasi.................................................................18
Gambar 3.3 Rangkaian Alat Distilasi..............................................................................19
Gambar 3.4 Rangkaian Alat Titrasi.................................................................................19
I
PENDAHULUAN
1.1.
dari
buangan biodiesel tidak hitam, asap gas buang berkurang 75% dibanding solar
biasa, cetane number lebih tinggi (>57) sehingga efisiensi pembakaran lebih baik
dibandingkan dengan minyak solar. Bahan baku biodiesel umumnya masih
menggunakan CPO (Cude Palm Oil) dari kelapa sawit, tetapi hal ini akan terus
menimbulkan masalah ketahanan pangan. Perlu dicari alternatif bahan baku lain, dan
biji buah kemiri sunan (Reutealis trisperma)
pembuatan
biodiesel
dengan
reaksi
esterifikasi
dan
transesterifikasi membutuhkan waktu selama 16 jam pada suhu 50-65 0C. Proses
transesterifikasi digunakan dalam pembuatan biodiesel dari minyak biji kemiri sunan
karena kandungan minyaknya terdiri dari 99,6 % trigliserida dan 0,4 % FFA (Ditjen
Migas, 2011). Transesterifikasi adalah reaksi antara trigliserida dengan alkohol
sehingga terbentuk metil ester (biodiesel) dan gliserol sebagai produk samping dengan
menggunakan katalis basa
Penelitian yang dilakukan Pranowo (2009) melakukan metode transesterifikasi
dalam pembuatan biodiesel minyak biji kemiri sunan, dan diperoleh biodiesel yang
mampu memenuhi 6 syarat SNI. Penelitian lanjutan dikembangkan metode
transesterifikasi 2 tahap dengan katalis KOH sintesis pabrik oleh Aunillah dan
Pranowo (2012), dihasilkan biodiesel yang mampu memenuhi kriteria baku mutu SNI
dan standar USA. Inovasi penelitian ini, akan menggunakan metode transesterifikasi
dua tahap dengan katalis CaO dari limbah kulit telur. Katalis CaO dapat diperoleh dari
cangkang telur dalam bentuk CaCo3. Katalis CaO dapat dibuat melalui proses
kalsinasi CaCO3.(Herry et al., 2013).
1.2.
Rumusan Masalah
Biodiesel adalah bahan bakar terbaharui yang tidak akan habis selama masih ada
penanaman pohon minyak nabati. Selama ini, sebagian besar bahan baku yang
digunakan untuk pembuatan biodiesel masih mengggunakan bahan edible oil,
sehingga untuk dilakukan produksi biodiesel dalam skala besar sulit terealisasikan
karena bahan baku tersebut juga banyak digunakan dalam bidang pangan. Oleh
karena itu digunakanlah bahan non edible oil sebagai gantinya, dan salah satu yang
sangat potensial yaitu minyak kemiri sunan. Proses yang digunakan untuk
pembuatan biodiesel dari minyak kemiri sunan yaitu transesterifikasi. Pada penelitian
ini akan dilakukan inovasi dengan mengombinasikan metode transesterifikasi dua
tahap dan
pemakaian katalis CaO dari limbah kulit telur. Melalui proses ini
diharapkan minyak biji kemiri sunan dapat menghasikan biodiesel dengan yield
tinggi, harga relatif murah dan tidak mengganggu ketahanan pangan.
1.3.
Tujuan Penelitian
1
yang dihasilkan.
Mengkaji pengaruh suhu reaksi transesterifikasi terhadap yield (% volume) yang
dihasilkan.
1.4.
Manfaat Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Biodiesel
Biodiesel adalah bahan bakar diesel alternatif yang terbuat dari sumber daya
hayati terbarukan seperti minyak nabati atau lemak hewani (Ma dan Hanna, 2001)
sedangkan petroleum diesel atau solar adalah hidrokarbon yang dihasilkan dari .
Minyak nabati memiliki potensi sebagai sumber bahan bakar yang terbarukan,
sekaligus sebagai alternatif bahan bakar minyak yang berbasis petroleum
(petrodiesel). Biodiesel mempunyai sifat kimia dan fisika yang serupa dengan
petroleum diesel sehingga dapat digunakan langsung untuk mesin diesel atau
dicampur dengan petroleum diesel. Penggunaan biodiesel murni 100% biasa
dikenal dengan B100. Namun harus diperhatikan bahwa biodiesel merupakan ester
yang dapat melunakkan komponen polimer karet, sehingga komponen tersebut
harus diganti dengan bahan yang tahan terhadap ester. Sebagai alternatif dilakukan
pencampuran antara solar dan biodiesel dengan perbandingan antara 95% solar dan
5% biodiesel (B5) hingga 80% solar dan 20% biodiesel (B20) . Campuran ini dapat
digunakan secara langsung tanpa memerlukan penggantian komponen mesin yang
terbuat dari bahan karet (Setyadji dan Susiantini, 2007).
2.1.1. Perbedaan Biodiesel dengan Petroleum Diesel (Solar)
Biodiesel mempunyai rantai karbon antara 12 sampai 20 serta
mengandung oksigen. Adanya oksigen pada biodiesel membedakannya
dengan petroleum diesel (solar) yang komponen utamanya hanya terdiri dari
hidrokarbon. Jadi komposisi biodiesel dan petroleum diesel sangat berbeda.
Biodiesel terdiri dari metil ester asam lemak nabati, sedangkan petroleum
diesel adalah hidrokarbon. Biodiesel mempunyai sifat kimia dan fisika yang
serupa dengan petroleum diesel sehingga dapat digunakan langsung untuk
mesin diesel atau dicampur dengan petroleum diesel. Energi yang dihasilkan
oleh biodiesel relatif tidak berbeda dengan petroleum diesel, sehingga engine
torque dan tenaga kuda yang dihasilkan juga sama. Walaupun kandungan
tumbuhan seperti minyak sawit, juga diarahkan pada sifat bahan bakunya
yang dapat diperbaharui. Disamping itu, penggunaan biodiesel juga dapat
mengurangi emisi karbon monoksida, hidrokarbon total, partikel, dan sulfur
dioksida. Emisi nitrogen oksida juga dapat dikurangi dengan penambahan
konverter katalitik. Kelebihan lain dari segi lingkungan adalah tingkat
toksisitasnya yang 10 kali lebih rendah dibandingkan dengan garam dapur
dan kemampuan untuk terurainya sama dengan glukosa, sehingga sangat
cocok digunakan di perairan untuk bahan bakar kapal. Biodiesel tidak
menambah efek rumah kaca seperti halnya petroleum diesel karena karbon
yang dihasilkan masih dalam siklus karbon (Sipangkar, 2012).
Selain mereduksi efek rumah kaca, penggunaan biodiesel juga akan
meningkatkan kualitas udara dengan mereduksi emisi gas berbahaya, seperti
karbon monooksida (CO), ozon (O3) dan hidrokarbon reaktif lainnya, serta
asap dan partikel yang dapat terhirup. Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa kadar emisi gas buang seperti CO, CO 2, NOx, SO2, dan hidrokarbon
dari bahan bakar campuran biodiesel dan solar lebih rendah dibandingkan
dengan bahan bakar solar murni. Penggunaan biodiesel juga dapat
Titik tuang (Pour Point) adalah suhu terendah yang menunjukkan mulai
terbentuknya kristal parafin yang dapat menyumbat saluran bahan bakar.
Titik ini dipengaruhi oleh derajat ketidakjenuhan (angka iodin). Semakin
tinggi ketidakjenuhan, titik tuang akan semakin rendah. Titik tuang juga
dipengaruhi panjang rantai karbon. Semakin panjang rantai karbon maka
semakin tinggi titik tuangnya.
7. Kadar air (Water Content)
Kadar air (Water Content) yang nilainya diatas ketentuan akan
menyebabkan reaksi yang terjadi pada konversi minyak tidak sempurna
(terjadi penyabunan). Bila terjadi hidrolisis pada biodiesel akan
meningkatkan bilangan asam, menurunkan pH dan meningkatkan sifat
korosif.
8. Gliserol bebas (Free Gliserol)
Gliserol bebas (Free Gliserol) adalah gliserol yang hadir sebagai molekul
gliserol dalam bahan bakar biodiesel. Gliserol bebas ada karena proses
pemisahan antara ester dan gliserol yang tidak sempurna.
9. Gliserol Total (Total Glycerol)
Gliserol Total (Total Glycerol) adalah jumlah gliserol bebas dan gliserol
terikat. Gliserol terikat (bonded glycerol) adalah gliserol yang dalam
bentuk molekul mono-, di- dan trigliserida.
10. Angka Asam Total (Total Acid Number)
Angka Asam Total (Total Acid Number) adalah banyaknya miligram
KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam-asam bebas di dalam 1
gram contoh biodiesel. Angka asam yang tinggi merupakan indikator
biodiesel masih mengandung asam lemak bebas, berarti biodiesel bersifat
korosif dan dapat menimbulkan jelaga atau kerak di injektor mesin
diesel.
11. Angka penyabunan (Saponification Number)
Angka penyabunan (Saponification Number) adalah banyak miligram
KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram contoh biodiesel.
12. Angka Iodin (Iodine Number)
Angka Iodin digunakan sebagai indikator dari kejenuhan biodiesel atau
untuk mengukur jumlah ikatan rangkap dalam biodiesel. Bahan bakar
dengan angka Iodin yang tinggi cenderung terjadi polimerisasi dan
membentuk deposit pada lubang injektor ketika dipanaskan.
13. Kadar Ester (Ester Content)
Kadar ester (Ester Content) adalah banyak kadar ester dalam persentase.
Spesifikasi biodiesel ditentukan oleh Badan Standardisasi Nasional
melalui Standar Nasional Indonesia (SNI 04-7182-2006) dan Standar
ASTM D6751-06.
Parameter
Satuan
ASTM
SNI
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Kg/m3
Mm2/s
860 900
1,9 6,0
Min. 47
Min. 130
-3 s.d. 12
-15 s.d. 10
Maks. 0,02
0,02
0,24
Maks. 115
10,0
Maks. 0,5
261,26
850 - 890
2,3 6,0
Min. 51
Min. 100
Maks. 18
Maks. 0,05
Maks. 0,02
Maks. 0,24
Maks. 115
Maks. 10
Maks. 0,8
261,26
C
C
0
C
% massa
% massa
% massa
% massa
mg I2/g
mg.kg
mg KOH/g
mg KOH/g
0
setelah berumur lebih dari 3 tahun, namun tanaman yang berumur lebih dari 10
tahun menghasilkan buah yang lebih banyak (Aguilar dan Oyen, 2002). Ditinjau
dari potensi hasil buah dan bijinya, kemiri sunan memiliki potensi hasil yang relatif
tinggi dibandingkan dengan kemiri sayur (Aleurites moluccana). Bijinya banyak
mengandung minyak dengan rendemen berkisar 4060%.
Kandungan minyaknya yang relatif tinggi merupakan potensi utama dari
tanaman ini. Minyak nabati yang dihasilkan tanaman ini merupakan sumber bahan
bakar nabati (BBN) yang sangat potensial dengan berbagai variasi derivasinya
seperti gliserol, asam lemak bebas, terpenting, dan bahan oleokimia lainya. Potensi
lainnya yang dimiliki tanaman ini adalah dari kulit buah dan bungkil sisa
ekstraksinya yang berpotensi sebagai sumber atau bahan dasar dalam pembuatan
pupuk organik dan pakan ternak. Sesuai dengan nama umumnya, yaitu kemiri racun
maka buah dari tanaman ini mengandung bahan yang bersifat racun sehingga
mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai bahan dasar
biopestisida.
Untuk menunjang pengembangan kemiri sunan secara luas, telah dilepas
dua varietas kemiri sunan, yaitu Kemiri Sunan 1 sesuai dengan Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 4000/Kpts/SR.120/9/2011 dan Kemiri Sunan 2 sesuai dengan
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 4044/Kpts/SR.120/ 9/2011. Kedua varietas
tersebut memiliki keunggulan spesifik masing-masing. Kemiri Sunan 1 memiliki
rendemen sebesar 38,10- 42,00%. Nilai ini lebih kecil dari rendemen minyak
Kemiri Sunan 2, yaitu sebesar 47,21-56,00 %. Selain itu, kualitas minyak Kemiri
Sunan 1 memiliki karakter yang kurang baik untuk digunakan sebagai bahan dasar
biodiesel, dilihat dari lebih tingginya asam lemak bebas dibanding Kemiri Sunan 2.
Tingginya asam lemak bebas pada minyak, dapat mempengarui biaya produksi
biodiesel. Oleh karena pengembangan kemiri sunan 1 hanya ditujukan untuk
konservasi lahan, namun jika ingin mengembangkan untuk konservasi sekaligus
digunakan untuk menghasilkan bahan baku biodiesel, disarankan menggunakan
varietas Kemiri Sunan 2. (Pranowo et al.,2014)
Staf Khusus Presiden Bidang Pangan dan Energi tahun 2012 menginformasikan
data sebaran pohon kemiri sunan di Indonesia yang tercantum dalam tabel berikut :
Tabel 2.2 Persebaran Kemiri Sunan Di Indonesia
No
Kota
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jakarta
Bekasi
Kuningan
Majalengka
Jati Gede
Bandung
Ngawi
Lamongan
Nusa Penida Bali
Lombok
Parameter
Komposisi Asam Lemak Bebas (%)
Asam Stearat
Nilai
9 %
10
2
3
4
5
1
2
3
4
5
6
Asam Palmitat
Asam Oleat
Asam Linoleat
Asam -eleostearic
Sifat Fisiko Kimia
Densitas (25 OC)
Bilangan Iod
Bilangan Asam
Bilangan Penyabunan
Titik Leleh
Titik Beku
10 %
12 %
19 %
50 %
0,89
160
1,7
192-200
2- 4 OC
-6, 5 OC
(Vossen dan Umali, 2002)
%
99,6
0,4
(Ditjen Migas, 2011)
2.3. Transesterifikasi
Transesterifikasi atau alkoholisis adalah reaksi pertukaran gugus alkohol
dari suatu ester dengan ester lain. Penambahan katalis basa akan mempercepat
reaksi transesterifikasi dalam pembentukan ester. Minyak nabati dan hewani
dikenal dengan nama trigliserida. Trigliserida adalah ester dari tiga molekul asam
lemak dan mengandung sejumlah atom oksigen dalam strukturnya, sedangkan
asam-asam lemak tersebut mempunyai perbedaan dalam panjang rantai karbonnya
dan jumlah ikatan gandanya (Istadi, 2011). Alkohol-alkohol yang dapat digunakan
pada proses transesterifikasi trigliserida adalah metanol, etanol, propanol, butanol,
dan amil alkohol.
Biodiesel dapat berupa metil ester atau etil ester tergantung jenis alkohol
yang digunakan. Tetapi yang paling sering diproduksi adalah metil ester karena
metanol mudah didapat dan tidak mahal. Metanol lebih reaktif dibandingkan
dengan etanol, sehingga penggunaan metanol menghasilkan mono dan diasilgliserol
yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan etanol pada kondisi
reaksi yang sama (Utami dan Solikhah, 2011). Secara umum reaksi transesterifikasi
antara trigliserida dan alkohol (metanol) dapat digambarkan sebagai berikut:
11
Trigliserida
alkohol
gliserida
ester-asam lemak
menggeser
posisi
keseimbangan
ke
arah
tertentu
yang
akan
12
4) Pada tahap akhir akan terjadi deprotonasi dari katalis, yang selanjutnya
menghasilkan katalis aktif yang baru, katalis tersebut bereaksi kembali
dengan molekul alkohol lainnya, sampai terbentuk monogliserida dan
mengalami reaksi yang sama hingga menghasilkan alkil ester dan gliserol
katalis
basa.
Pengaruh
negatif
katalis
basa
pada
reaksi
transesterifikasi minyak yang memiliki kandungan asam lemak bebas tinggi akan
mengakibatkan asam lemak bebas bereaksi dengan katalis yang ditambahkan
selanjutnya akan bereaksi menghasilkan sabun, disamping itu sebagian katalis akan
dinetralisasi. Jika terdapat air dalam reaksi, sabun akan terbentuk terlebih dahulu
membentuk emulsi dengan metanol dan minyak, sehingga reaksi metanolisis tidak
dapat terjadi. Adanya sabun akan mengakibatkan naiknya koefisien viskositas dan
pembentukan gel yang akan mengganggu jalannya reaksi transesterifikasi serta
berpengaruh terhadap proses pemisahan gliserol.
13
Sebagai bahan bakar alternatif, biodiesel terdiri dari Fatty Acid Methyl Ester
(FAME). Selama bahan baku memiliki kandungan trigliserida tinggi, maka bahan
tersebut dapat dikonversi menjadi biodiesel melalui proses transesterifikasi.
Namun, bilangan asam yang tinggi membutuhkan persiapan terlebih dahulu melalui
proses esterifikasi untuk menghilangkan kadar FFA sebelum melalui proses
transesterifikasi. Penetralan dilakukan untuk menghilangkan FFA yang kadarnya
kurang dari 2,5%, sedangkan untuk kadar FFA lebih dari 2.5 % dibutuhkan proses
esterifikasi asam lemak (Leung et al., 2010).
14
permanen. Peningkatan laju reaksi ini diakibatkan oleh adanya jalur reaksi baru
yang diciptakan dengan energi aktivasi yang lebih rendah, sehingga katalis dapat
berfungsi mengarahkan reaksi ke arah reaksi yang diinginkan. Katalis tersebut
dapat mengarahkan reaksi untuk mendapatkan produk yang diinginkan dengan
selektivitas yang lebih tinggi (Istadi, 2011). Pada dasarnya katalis dibagi menjadi
tiga bagian yaitu katalis homogen, katalis heterogen dan katalis enzim.
1. Katalis Homogen
Pada sistem katalis homogen, katalis mempunyai fasa yang sama dengan
reaktan dan produk reaksi. Sebagai contoh adalah hidrolisis ester dengan asam
(cair-cair). Proses katalitis terjadi melalui perubahan senyawa komplek dan
terjadi pengubahan susunan molekul dan ligan katalis. Reaksi kimia dapat pula
spesifik dengan yield produk yang tinggi. Saat ini hampir seluruh reaksi
pengolahan biodiesel skala komersial menggunakan katalis basa homogen.
Katalis basa lebih umum digunakan pada reaksi transesterifikasi karena
menghasilkan metil ester yang tinggi dan waktu yang cepat. Konsentrasi katalis
yang umum digunakan adalah 0,5 4% dari berat minyak (Mittelbach dan
Remschmidt, 2004).
2. Katalis Heterogen
Pada sistem katalis heterogen, katalis dan pereaktan berbeda fasanya.
Biasanya katalis adalah berupa padatan dengan reaktan berupa cairan atau gas,
atau kadang-kadang fasa cair-gas. Dengan perbedaan fasa antara katalis dan
pereaktan, maka mekanisme reaksi menjadi sangat kompleks. Fenomena
antarmuka menjadi sesuatu yang sangat penting dan berperan. Laju reaksi
dikendalikan oleh fenomena-fenomena adsorbsi, absorbsi dan desorbsi (Istadi,
2011).
3. Katalis Enzim
Enzim adalah molekul-molekul protein dengan ukuran koloid yang
berada diantara ranah homogen molekular dan heterogen makroskopik. Enzim
merupakan gaya penggerak di dalam reaksi-reaksi biokimia. Biasanya enzim
merupakan katalis yang sangat efisien dan selektif (Istadi, 2011). Namun, enzim
hanya dapat bereaksi pada rentang suhu tertentu dikarenakan apabila terlalu
tinggi maka protein akan terdenaturasi dan enzim tidak dapat bekerja secara
optimal.
15
BAB III
METODE PENELITIAN
Transesterifikasi I
1 Jam (60 OC)
iJam
Katalis (CaO)
Filtrasi Katalis
Dekantasi
20 Jam
Metanol
Destilasi
Transtesterifikasi II
( suhu dan waktu sesuai variabel)
Filtrasi
Katalis (CaO)
Dekantasi
20 jam
Lapisan bawah
Metanol
Destilasi
Lapisan atas (Metil ester)
4. Aquadest
5. Kloroform
6. Indikator phenolphtalein
5. Pendingin balik
3. Thermometer
4. Magnetic stirrer
8. Water bath
9.
18
10.
Gambar 3.3 Rangkaian Alat Distilasi
11.
Keterangan :
Labu Distilasi
Pendingin Balik
Termometer
Heater
Kompok Listrik
12.
3. Rangkaian Alat Titrasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Erlenmeyer
Kaki Tiga
Statif dan Klem
Waterbath
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
Buret
Erlenmeyer
Klem
Statif
13.
19
Variabel tetap:
15.
16.
Tahap Transesterifikasi I
27.
30. Suhu
31. Waktu
(oC)
(menit)
metanol)
33. 34. 35. 36. 37.
48. 49.
64.
80.
66.
83.
61.
73.
77.
89.
93.
20
96.
105.
100.
112.
109.
117.
128.
121.
125.
130.
140.
129.
T
ERBAIK
152.
137.
143.
156.
164.
161.
170.
176.
173.
178.
183.
177.
190.
TERBAIK
186.
195.
197.
203.
204.
3.4. Prosedur Pelaksanaan
a. Pre Treatment bahan baku
i Minyak kasar kemiri sunan:
-
Pembuatan biodiesel
i Proses transesterifikasi tahap I
1 Minyak biji Kemiri Sunan yang telah siap, sebanyak 200 ml dimasukkan ke
2
21
yaitu 1:6
Panaskan pada suhu reaksi 60 OC dan waktu 60 menit lalu nyalakan
sesuai variabel.
Panaskan metanol dengan perbandingan mol sesuai variabel dan katalis
CaO sebanyak 1% w/w hingga suhu sesuai variabel lalu campurkan ke
hingga terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas berupa metil ester dan lapisan
6
7
8
varabel terbaik.
Masukkan metanol yang telah di panaskan sesuai dengan perbandingan mol
22
7
8
BAB IV
219. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN
220.
221.
Bula 226.
n1
Bula 227.
n2
Bula 228.
n3
Bula 229.
n4
Bula
n5
23
224.
231.232.233.
BEN
1 2 3
T
U
K
K
234.235.236.237.238.239.240.241.242.243.244.245.246.247.248.249.250.
4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
GI
A
T
A
251.
N
Stu
di literatur
272. Pen
yiapan
bahan,
peralatan,d
an
perancanga
n
293.
Per
cobaan
utama
314. Pen
golahan
data
335.
Pe
nyusunan
336.
lapora
n
ak
hir
24
357.
Evaluasi
dan seminar
378.
379.
380.
381.
382.
383.
384.
385.
DAFTAR PUSTAKA
386. Aunillah, Asif., Pranowo, Dibyo., 2012. Karakteristik Biodiesel Kemiri Sunan [Reutealis
trisperma (Blanco) Airy Shaw] Menggunakan Proses Transesterifikasi Dua Tahap. Bulletin
of Research on Spice and Industrial Crops. ISSN: 2085-1685
387. Aguilar, NO& Oyen, LPA. 2002. Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw. In van
der Vossen HAM, Umali BE (Editors): Plant Resources of South-East Asia No.14.
Vegetable Oils and Fats. Bogor (ID): PROSEA. p112-115.
388. BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi)., 2013. Outlook Energi Indonesia
2013: Pengembangan Energi dalam mendukung Sektor Transportasi dan Industri., Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi: Jakarta.
389. Chen, Kang-Shin., Y Lin., K Hsu., H Wang, 2012. Improving biodiesel yields from
waste cooking oil by using sodium methoxide and a microwave heating system.
Energy, Sun Yat-sen University, Kaohsiung 804, Taiwan
390.
391. Gerpen, J. Van, Shanks, B., Pruszko, R., Clements, D., & Knothe, G. 2004.
Biodiesel Production Technology. National Renewable Energy Laboratory,
Colorado.
392. Herman, Maman., N. Heryana, dan H. Supriadi. 2009. Prospek Kemiri Sunan
Sebagai Penghasil Minyak Nabati. Kemiri Sunan Penghasil Biodiesel. Bunga
Rampai, Solusi Masalah Energi Masa Depan. Unit Penerbitan dan Publikasi
Balittri. Sukabumi. Hlm. 5-12
25
393. Istadi. 2011. Teknologi Katalis untuk Konversi Energi; Fundamental dan Aplikasi
(1sted.). Yogyakarta: Graha Ilmu.
394. Kumar, D. & Ali, A., 2012. Nanocrystalline KCaO for the transesterification of a
variety of feedstocks: Structure, kinetics and catalytic properties. Biomass and
Bioenergy, Thapar University, India
395. Leung, D.Y.C., Wu, X. & Leung, M.K.H., 2010. A review on biodiesel production
using catalyzed transesterification. Applied Energy, 87(4), pp.10831095.
396. Lotero, E., Liu, Y., Lopez, D.E., Suwannakarn, K., Bruce, D.A., & Goodwin, J.G.,
Jr., 2005, Synthesis of Biodiesel via Acid Catalysis, Industrial & Engineering
Chemistry Research, 44(14), 5353-5363
397. Ma F, Hanna MA. Biodiesel production: a review. Biores Technol 1999;70(1):1e15
398. Maman, Herman., Syakir Muhammad., Pranowo Dibyo., Saefudin, Sumanto.
2013. Kemiri Sunan (Reutealis Trisperma (Blanco) Airy Shaw) Tanaman Penghasil
Minyak Nabati Dan Konservasi Lahan, Jakarta: IAARD Press,
399.
Mendow, G., N.S. Veizaga, B.S. Sanchez, and C.A. Querini. 2011. Biodiesel production
by two-stage transesterication with ethanol. Elsevier: Bioresource Technology 102
(2011)
400. Mittelbach, M., Remschmidt, C., 2004. Biodiesel: The Comprehensive Handbook.
Boersedruck Ges. M.B.H, Vienna.
401. Moch. Setyadji, E.S., 2007. Pengaruh Penambahan Biodiesel Dari Minyak Jelantah
Pada Solar Terhadap Opasitas Dan Emisi Gas Buang Co, Co 2 Dan HC. Batan
402. Obadiah, Asir., G Ajji, Swaroopa., Samuel V Kumar., 2012. Biodiesel production
from palm oil using calcined waste animal bone as catalyst. Bioresource
technology, 116, pp.5126.
403. Pranowo, D. 2009. Proses Pembuatan Biodiesel. Dalam: Bunga Rampai, Kemiri Sunan
Penghasil Biodiesel Solusi Masalah Energi Masa Depan. Unit Penerbitan dan Publikasi
Balittri. Sukabumi. Hlm. 137-144.
404. Pranowo, D., 2012. Penampilan Sifat Agronomi Tanaman Kemiri Sunan
[ Reutealis Trisperma ( Blanco ) Airy Shaw ] Yang Berasal Dari Grafting Dan Biji
Agronomic Performance Of [ Reutealis Trisperma ( Blanco ) Airy Shaw ].
`pp.251256.
26
405. Rachmaniah O. 2009. Produksi Biodiesel Berkemurnian Tinggi Dari Crude Palm
Oil ( CPO ) Dengan Tertrahidrofuran- Fast Single-Phase Process. Fakultas
Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember : Surabaya
406.
27