Anda di halaman 1dari 13

PERANAN DATA KARAKTERSTIK RESERVOIR PADA

HIDRAULIC FRACTURING UNTUK OPTIMASI PRODUKSI

PROPOSAL SEMINAR

DISUSUN OLEH :
IGILDO DOS SANTOS
07.0235 / TP

JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
2011
I. JUDUL
PERANAN DATA KARAKTERISTIK RESERVOIR PADA HIDRAULIC
FRACTURING UNTUK OPTIMASI PRODUKSI
II. LATAR BELAKANG
Sebagian kandungan hidrokarbon yang terdapat di dalam reservoir yang
memiliki cadangan cukup besar, sukar untuk dapat mengalir dan diproduksikan
kepermukaan yang ditunjukkan dengan rendahnya produktivitas dan laju produksi
dari suatu sumur. Hal ini disebabkan oleh sifat batuan formasi yang menghambat
fluida mengalir kepermukaan. Berdasarkan hal tersebut, maka dikembangkan
suatu usaha stimulasi (Perbaikan) untuk memperoleh kemungkinan fluida
mengalir dengan mudah dari formasi kedalam sumur dan kemudian diproduksikan
ke permukaan.
Guna mengatasi penurunan laju produksi pada suatu sumur minyak/gas
(khususnya pada sumur lama), maka dilakukan perbaikan, salah satunya adalah
dengan melakukan hydraulic fracturing pada formasi yang mengalami kerusakan
di sekitar lubang sumur tersebut. Langkah awal dilakukannya hydraulic
fracturing adalah dengan menganalisa tingkat kerusakan formasi yang
disimbolkan dengan faktor skin (s) dan permeabilitas (k). Pada umumnya
permeabilitas di sekitar sumur akan berkurang karena pengaruh skin yang
disebabkan oleh kerusakan yang timbul selama komplesi maupun produksi.
Dengan bertambahnya permeabilitas diharapkan akan dapat meningkatkan
produktivitas sumur. Peningkatan produktivitas dapat diperoleh dengan
melakukan stimulasi (Perbaikan) dengan hydraulic fracturing. Selain dapat
meningkatkan permeabilitas, hydraulic fracturing juga dapat menambah
permukaan kontak antara sumur dengan reservoir melalui rongga rekahan yang
terbentuk, sehingga memungkinkan fluida dapat mengalir dengan lebih mudah
kedalam sumur. Pertambahan produktifitas sumur sebagai akibat adanya rongga
rekahan dapat di identifikasikan dengan melakukan uji sumur yang ditunjukkan
dengan berkurangnya harga skin mencapai harga negatif. Keberhasilan suatu
operasi hydraulic fracturing bergantung pada banyak faktor, di antaranya adalah
pemilihan jenis fluida perekah, additive yang ditambahkan ke dalam fluida
perekah, dan pemilihan material pengganjal (Proppant). Pemilihan fluida perekah
dengan additivenya akan dipengaruhi oleh jenis formasinya dan material
pengganjal (Proppant) akan berpengaruh pada konduktivitas rekahan yang telah
diganjal nantinya.

III.MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud :
Dapat meningkatkan produktivitas sumur dengan memperbesar
permeabilitas di daerah skin serta menambah permukaan kontak antara sumur
dengan reservoir melalui rongga rekahan yang terbentuk menggunakan hydraulic
fracturing.
Tujuan :
 Mengetahui faktor-faktor yang diperlukan untuk keberhasilan
hydraulic fracturing.
 Mengetahui perubahan yang terjadi pada produktifitas sumur setelah
hydraulic fracturing dilakukan (sasaran hydraulic fracturing).

IV. TEORI DASAR HYDRAULIC FRACTURING


Hydraulic fracturing merupakan salah satu metode stimulasi reservoir
untuk meningkatkan produktivitas reservoir. Peningkatan produksi reservoir itu
dilakukan dengan memperbesar permeabilitas batuan di sekitar lubang sumur
melalui proses penginjeksian suatu fluida dengan tekanan yang melebihi tekanan
rekah formasi yang dimaksud.
Hydraulic fracturing tepat untuk diterapkan pada sumur cased hole yang
memproduksi minyak atau gas. Pada reservoir batupasir maupun karbonat,
hydraulic fracturing sangat berguna untuk memperbesar permeabilitas di sekitar
lubang sumur sehingga setelah pekerjaan hydraulic fracturing berhasil, maka
produktivitas sumur tersebut akan lebih tinggi daripada sebelumnya.
Pada pekerjaan hydraulic fracturing, peralatan-peralatan yang digunakan
antara lain:
 Tempat penampungan fluida
Untuk menampung fluida dasar dipakai tanki 50, 150, atau 500 barrel yang
diangkut dengan truk atau hanya berupa kolam /diletakkan di atas
platform.
 Peralatan penampung material pengganjal (proppant)
Alat ini berupa bak-bak yang menggunakan sistim gravitasi/ hidrolik
untuk memindahkan proppant ke tempat pencampuran.
 Peralatan pencampur
Peralatan pencampur dipakai untuk menyampur fluida dasar, proppant,
dan berbagai additivenya.
 Peralatan pompa bertekanan tinggi
Pompa yang digunakan berprinsip pada triplex pump. Pompa ini dipasang
pada sebuah truk atau platform.
 Peralatan pengontrol utama
Pengontrol ini berupa indikator-indikator pressure, densitas fluida,
kecepatan alir fluida, dan peralatan kontrol lainnya.
 Peralatan pipa-pipa di permukaan dan manifold

Pemilihan fluida hydraulic fracturing dan additivenya perlu


dipertimbangkan dan disesuaikan dengan karakteristik formasi yang dimaksud.
Fluida yang digunakan untuk hydraulic fracturing 95% adalah air (fresh water).
Bahan-bahan kimia digunakan sebagai additive dengan maksud untuk
memperbaiki/ mengoptimalkan sifat fluida perekah sehingga hasil pekerjaan
hydraulic fracturing sesuai dengan yang diprogramkan. Macam-macam additive
yang dipakai antara lain:
1. Polymers
2. Ph control chemicals
3. Gel breakers
4. Surfactants
5. Clay stabilizers
6. Alcohol
7. Biocides
8. Fluid loss additive

Selain fluida perekah, hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah material
pengganjal (proppant). Proppant dicampur dengan fluida perekah dan ikut
diinjeksikan ke dalam lubang sumur. Fungsi dari proppant ini nantinya adalah
untuk mengganjal hasil rekahan yang dibentuk oleh fluida yang diinjeksikan
sebelumnya sehingga rekahan tersebut tetap pada posisi membuka.
Pasir adalah material pertama yang digunakan sebagai proppant, kemudian
akhir tahun 1940-an beberapa material lain mulai digunakan. Proppant-proppant
tersebut antara lain:
1. Resin coated sand
2. Intermediet strength proppant (ISP) ceramics
3. High strength proppant (sintered bauxite, zirconium oxide)

Keberhasilan meningkatkan produksi sangat bergantung pada proppant


yang ditempatkan pada rekahan. Oleh sebab itu, perlu dipilih proppant dengan
karakteristik tertentu sehingga akan mempunyai konduktivitas yang tinggi.
Karakteristik suatu proppant dinilai dari sifat-sifat fisiknya, yaitu:
1. Roundness and sphericity
2. Specific gravity
3. Bulk density
4. Acid solubility
5. Silt and fine particels
6. Crush resistance
7. Fracture conductivity
Untuk perhitungan peningkatan produksi setelah dilakukannya hydraulic
fracturing, digunakan metode Mc. Guire dan Sikora yang disempurnakan oleh
Prats. Rumus umum yang dipakai adalah :

Q f ln ( Re/ Rw )
=
Q ln ( Re/ R ' w )
Di mana:
Qf / Q = perbandingan laju produksi setelah dan sebelum stimulasi
Re = jari-jari pengurasan, ft
Xf = panjang rekahan, ft
Rw = jari-jari sumur, ft
R’w = jari-jari efektif sumur yang didapat dari gambar berikut :

Di mana:
a = relative capacity parameter
π LXf
a=
2 ( KW )f
K = permeabilitas formasi, md
( KW)f = konduktifitas rekahan, md-in

Prats menggunakan kondisi-kondisi sebagai berikut:


1. Panjang rekahan Xf < (Re/2)
2. Fluida perekah incompressible
3. Rekahan berbentuk vertikal
4. Ketebalan rekahan dan formasi adalah sama
5. Mempunyai kapasitas relatif a ≤ 1

V. KESIMPULAN SEMENTARA
1. Meningkatkan produksi, faktor penting dan erat kaitannya dengan
hydraulic fracturing adalah permeabilitas.
2. Hydraulic fracturing dilakukan untuk memperkecil atau menghilangkan
hal-hal yang mengakibatkan permeabilitas mengecil, sehingga laju
produksi dapat meningkat.
3. Proppant yang baik adalah tidak mudah hancur, bundar dan seragam,
stabil dalam larutan asam dan bersih dari clay.
4. Fluida perekah yang baik adalah fluida yang bisa menyesuaikan dengan
formasi tanpa merusak formasi dan fluida formasinya, serta mempunyai
pressure loss dan fluid loss yang kecil.
5. Konduktifitas, panjang serta lebar rekahan yang besar merupakan hasil
yang diharapkan setelah dilakukannya hydraulic fracturing.

VI. RENCANA DAFTAR PUSTAKA


1. Amyx,J.W.,Bass,D.M.,Robert,L.W.”Petroleum Reservoir Engineering :
Physical Properties”.1973. New York: McGraw Hall Book Co.
2. Bambang Tjondrodipuro.”Acidizing and Hydraulic Fracturing
Intermediet”.1997.Jakarta.
3. Craft,B.C.,Hawkins,M.F.”Applied Petroleum Reservoir Engineering”.
1959.New Jersey: Prentice Hall Inc.
4. Dowell Schlumberger.”Fracturing Engineering Manual”. 1994.
Schumberger.
5. Michael J.Economides,Kenneth G.Nolte.”Reservoir Stimulation:Second
Edition”.1989.Houston,Texas.
6. John Lee.”Well Testing”.1982.Texas:SPE.
7. Yan Sudarmo.”Interpretasi Log”.2002.PT.Elnusa Geosains : Log Data
Management

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
BAB II KARATERISTIK BATUAN RESERVOIR
2.1. Karateristik Batuan Reservoir
2.1.1. Sifat Fisik Batuan Reservoir
2.1.1.1. Porositas
2.1.1.2. Wettabilitas
2.1.1.3. Tekanan Kapiler
2.1.1.4. Permeabilitas
2.1.1.5. Saturasi Fluida Batuan
2.1.1.6. Kompresibilitas Batuan
2.2. Karakteristik Fluida Reservoir
2.2.1. Sifat Fisik Fluida Reservoir
2.2.1.1. Sifat Fisik Gas
A. Viskositas Gas
B. Densitas Gas
C. Faktor Volume Formasi Gas
D. Kompresibilitas Gas
E. Faktor Deviasi Gas
2.2.1.2. Sifat Fisik Minyak
A. Viskositas Minyak
B. Densitas Minyak
C. Faktor Volume Formasi Minyak
D. Kompresibilitas Minyak
E. Kelarutan Gas Dalam Minyak
2.2.1.3. Sifat Fisik Air Formasi
A. Densitas Air Formasi
B. Viskositas Air Formasi
C. Kelarutan Gas Dalam Air Formasi
D. Faktor Volume Formasi Air
Formasi
E. Kompresibilitas Air Formasi
2.3. Kondisi Reservoir
2.3.1. Tekanan Reservoir
2.3.1.1. Tekanan Hidrostatis
2.3.1.2. Tekanan Overburden
2.3.1.3. Tekanan Kapiler
2.3.2. Temperatur Reservoir
2.4. Heterogenitas Reservoir
2.4.1. Pengertian Heterogenitas Reservoir
2.4.2. Klasifikasi Heterogenitas Reservoir
2.4.2.1. Heterogenitas Reservoir Skala
Megaskopis
2.4.2.2. Heterogenitas Reservoir Skala
Makroskopis
2.4.2.3. Heterogenitas Reservoir Skala
Mikroskopis
2.4.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Heterogenitas Reservoir
2.4.3.1. Sedimentasi Tektonik Regional
2.4.3.2. Komposisi dan Tekstur Batuan
2.4.3.3. Geometri Pori-Pori
2.4.4. Jenis-jenis Heterogenitas Reservoir
2.4.4.1. Heterogenitas Reservoir Arah
Horizontal
2.4.4.2. Heterogenitas Reservoir Arah Vertikal
2.4.5. Tingkat Heterogenitas Reservoir
2.4.5.1. Penetuan Koefisien Lorenz
2.4.5.2. Penetuan Koefisien Dykstra-Person

BAB III PRODUKTIVITAS SUMUR


3.1. Aliran Fluida Dalam Media Berpori
3.1.1. Persamaan Darcy Untuk Aliran Satu Fasa
3.1.2. Persamaan Darcy Untuk Aliran Multi Fasa
3.2. Indeks Produktivitas
3.2.1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Indeks
Produktivitas
3.3. Inflow Performance Relationship
3.4 Teori Dasar Penyebab Kerusakan Formasi
3.4.1. Kerusakan Formasi Sebelum Tahap Produksi
3.4.1.1. Pengaruh Infasi Filtrat Fluida
3.4.1.2. Pengaruh Invasi Partikel Padat
3.4.2. Kerusakan Formasi Selama Tahap Produksi
3.4.2.1. Endapan Scale
3.4.2.2. Endapan Parrafin
3.4.2.3. Endapan Aspalt

BAB IV DASAR TEORI HYDRAULIC FRACTURING


4.1. Pengertian Hydraulic Fracturing
4.2. Mekanika Batuan
4.2.1 Asumsi Mekanika Batuan Untuk Perhitungan
Hydraulic Fracturing
4.2.1.1. Elastisitas Batuan
4.2.1.2 Homogenitas Batuan
4.2.1.2. Isotropis
4.2.2. Manfaat Mekanika Batuan Untuk Hydraulic
Fracturing
4.2.3. Besaran-besaran Mekanika Batuan Untuk
Hydraulic Fraturing
4.2.3.1. Stress Dan Strain
4.2.3.2. Poisson Ratio
4.2.3.3. Modulus Shear
4.2.3.4. Modulus Bulk
4.2.3.5. Modulus Young
4.2.3.6. Tekanan Overburden
4.3. Geometri Rekahan
4.3.1. Model Rekahan Dua Dimensi
4.3.1.1. PAN American Model
4.3.1.2. PKN Dan KGD
4.3.2. Model Horizontal
4.4. Fluida Perekah dan Additive
4.4.1. Rheologi Fluida Perekah
4.4.2. Jenis – Jenis Fluida Perekah
4.4.3. Pemilihan Fluida Dasar
4.4.4. Leak Off Fluida
4.4.5. Zat Tambahan Lain (Additive)
4.5. Material Pengganjal (Proppant)
4.5.1. Jenis- Jenis Proppant
4.5.2. Sifat Fisik Proppant
4.5.3. Spesifikasi Ukuran Propant
4.5.4. Konduktifitas Rekahan
4.5.5. Transportasi Proppant
4.6. Perencanan Hydraulic Fracturing
4.6.1. Formation Breakdown
4.6.2. Data Perekahan Yang Lalu
4.6.3. Step Rate Test
4.6.4. Shut in Decline Test
4.6.5. Back Flow Test
4.6.6. Mini Frac
4.6.7. Leak Off Test
4.7. Operasi Perekahan Hidraulik
4.7.1. Pemompaan Fluida Perekah
4.7.2. Analisa Tekanan Perekahan
4.8. Pengukuran Tinggi Rekahan
4.8.1 Temperature Logging
4.8.2 Gamma Ray Logging
4.8.3. Spectral Gamma Ray
4.8.4. Multiple Isotop Tracking
4.8.5. Metode Seismik
4.8.6. Borehole Televiewer
4.8.7 Formation Microscanner
4.9. Perhitungan Peningkatan Produktivitas (Evaluasi
Hydraulic Fracturing)
4.9.1 Analisa Kenaikan Indeks Produktivitas
4.9.2. Perbandingan Indeks Produktivitas
4.9.2.1. Metode Prats
4.9.2.2. Metode Tinsley, Van Poollen, dan
Saunders
4.9.2.3. Metode McGuire dan Sikora
4.9.2.4. Metode Tannich dan Nierode
4.9.2.5. Metode Raymond dan Binder
4.9.2.6. Metode Morse dan von Gonten
BAB V PEMBAHASAN
BAB VI KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai