Anda di halaman 1dari 30

TM 4217 - TEKNIK GAS BUMI

TUGAS AKHIR

LAPORAN ANALISIS DAN EVALUASI LAPANGAN TM


Nama

: Mochamad Zaky Faisal

12211009

Muhamad Zevni Kurniadi

12211013

Luthfan Nur Azhim

12211038

Nadira Octavia Wisesa

12211054

Aldiano Falah Hardama

12211070

Dosen

: Prof Dr. Ir. Doddy Abdassah Ph.D. M.Sc.

Tanggal pengumpulan

: Selasa, 19 Mei 2015

PRODI TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur akan selalu tim penyusun panjatkan kepada
Allah SWT karena hanya berkat rahmat dan karunia-Nya tim penyusun memperoleh
kesempatan untuk dapat menyelesaikan Tugas Akhir Mata Kuliah Teknik Gas Bumi TM4217
berupa Laporan Analisis dan Evaluasi dalam perencanaan pengembangan proyek
LAPANGAN TM.
Laporan ini disusun sebagai syarat kelulusan Mata Kuliah Teknik Gas Bumi TM4217.
Penyusun juga berharap agar laporan ini dapat membantu dalam mendeskripsikan,
memaparkan skenario pengembangan optimum, dan prediksi performa LAPANGAN TM,
sehingga mungkin juga dapat menjadi sumber informasi dan referensi bagi civitas akademika
lain yang mungkin membutuhkan.
Pada kesempatan kali ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih pada Prof Dr. Ir.
Doddy Abdassah selaku pengajar Mata Kuliah Teknik Gas Bumi TM4217, serta kepada Dr.
Dedy Irawan ST. MT. yang juga telah membagi ilmu beliau kepada kami, dan tidak lupa
semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna baik dari segi isi
maupun bentuk, oleh karena itu penyusun terbuka dalam penyampaian kritik dan saran yang
bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan laporan ini.Mohon maaf atas
segala kekurangan, semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca dan penyusun.

Bandung, Mei 2015

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
I.

Latar Belakang Lapangan


Lapangan TM merupakan sebuah lapangan gas yang terletak di Provinsi ITB dan

merupakan bagan dari ITB PSC Block. Komposisi gas pada Lapangan TM yaitu 99%
metana. Tipe reservoir berupa four-way dip closure of Globigerina Limestone seluas 2.200
acre. Telah dilakukan pemboran sebanyak 4 sumur dan telah dilakukan test dengan Early
Pliocene GL Formation sebagai tujuan utama. Lapangan TM belum pernah dikembangkan
sebelumnya sehingga ITB Ltd. berencana untuk mengajukan POD kepada SKK MIGAS.

II.

Tujuan

Tujuan dari tugas ini adalah sebagai berikut:


1. Melakukan analisa data reservoir yang telah di peroleh sebelumnya untuk menentukan
kuaitas reservoir. Analisis yang dilakukan terdiri dari RCAL, SCAL, PVT dan DST
(Well Test).
2. Melakukan proses pengembangan lapangan gas dengan melakukan penambahan
sumur infill dan kompresor.
III.

Manfaat

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Memberi saran mengenai spesifikasi sumur infill tambahan pada lapangan tersebut
sebagai bahan pertimbangan perusahaan dalam proses pengembangan lapangan
tingkat lanjut.
2. Melakukan proses analisis kualitas dari reservoir tersebut yang dihasilkan dari hasil
analisis data reservoir.

IV.

Penjelasan Software

Dalam melakukan tugas ini, kami menggunakan beberapa software perminyakan berikut:

1. ECLIPSE
Digunakan untuk melakukan simulasi pengembangan lapangan.
2. PVTP
Digunakan untuk menentukan jenis fluida reservoir (melalui phase envelope).
3. PETREL
Digunakan untuk menentukan karakteristik fluida reservoir (Bg, viskositas gas, dll).
4. SAPHIRE
Digunakan untuk analisa DST untuk memperoleh Absolute Open Flow.

BAB II
Routine Core Analysis (RCAL)
Routin Core Analysis (RCAL) sering disebut dengan Conventional Core Analysis.
Analisa ini umumnya digunakan untuk mengukur permeabilitas udara, permeabilitas
horizontal, porositas dan saturasi gas, air atau minyak.
I.

Hubungan Permeabilitas dan Porositas


Dari RCAL Lapangan TM diperoleh data permeabilitas terhadap udara (Ka),

permeabilitas Klikenberg (Kl) yang telah dikoreksi, Porositas terhadap Helium, Densitas butir
dan deskripsi sampel. Sampel yang diambil sebanyak 50 buah sidewall core dari kedalaman
3.630 4.294 ft. Data diambil pada berbagai Net Overburden (NOB) yaitu pada tekanan
ambien, 1900 psig, 2700 psig dan 3200 psig. Hal ini dilakukan untuk merepresentasikan
tekanan overburden yang diterima core dalam reservoir. Dari dua data permeabilitas, kami
menggunakan permeabilitas Klikenberg (Kl) yang telah dikoreksi untuk perhitungan dan
simulasi.

Gambar 1 Kurva Hubungan Permeabilitas dan Porositas


Berdasarkan kurva diatas dapat dilakukan analisa litologi. Jika dilihat dari persebaran
nilai porositas-permeabilitas kemudian dibandingkan dengan gambar dibawah, diperkirakan
bahwa litologi berupa unconsolidated sandstone dengan campuran karbonat.

Gambar 2 Plot Permeabilitas-Porositas yang Menunjukkan Litologi Batuan

II.

Analisis Statistik
Berdasarkan data RCAL menggunakan data Klinkenberg Permeability dan NOB Dengan

mengacu pada Tabel 1, maka diambil sample core lalu dikalikan dengan pressure gradien dari
Limestone.

Tabel 1 Pressure Gradient Berdasarkan Litologi

Ambil sampel core ID nomor 7 pada kedalaman 3690 ft, dengan menggunakan tabel di atas
dikalikan pressure gradient untuk limestone sebesar 1.15 psi/ft diperoleh tekanan overburden
4243.5 psi. Untuk mengetahui NOB maka harus dikurangi oleh formation pressure yang
diperoleh dari kedalaman yang sama dari data MDT. Ditemukan formation pressure sebesar
1822.5 psi. Maka NOB = 4243.5 psi 1822.5 psi = 2421.05 psi. Mendekati data pada NOB
2700 psi. Maka untuk klinkenberg permeability dan helium porosity gunakan NOB 2700
psig.

BAB III
Special Core Analysis (SCAL)

Special Core Analysis digunakan untuk mengembangan data yang diperoleh dari Routine
Core Analysis, dan menentukan karakteristik batuan yang lebih representative pada kondisi
reservoir. Data SCAL biasaya digunakan untuk mendukung data log dan well testing untuk
memahami karakteristik suatu sumur atau keseluruhan reservoir. Akan tetapi harga yang
diperlukan untuk melakukan analisa dengan metode ini jauh lebih mahal dibandingkan
dengan Routine Core Analysis.
Kegunaan Special Core Analysis (SCAL)

Mengukur tekanan kapiler

Mengukur resistivity factor

Mengukur resistivity index

Mengukur cation exchange capacity

Mengukur acoustic velocity

Mengukur permeabilitas relatif gas minyak

Mengukur permeabilitas relatif minyak - air

Mengukur permabilitas dan porositas fungsi tekanan overburden

Mengukur kompresibilitas pori

Mengidentifikasi adanya clay

Mengukur wettability

Mengidentifikasi kompatibilitas injeksi air

Skematik Pengukuran dengan metode Special Core Analysis

Gambar 3.1 Coring, Preservation, and Handling


Sejumlah besar uang diinvestasikan dalam melakukan RCAL dan SCAL pada sampel core.
Akan tetapi, core dari suatu reservoir yang akan dievaluasi sangat mahal untuk didapatkan.
Oleh karena itu, sample core yang digunakan dalam RCAL dan SCAL haruslah representasi
dari reservoir. Untuk memperoleh sample core dari suatu reservoir dan fluida yang
terkandung didalamnya, kita harus melakukan serangkaian proses untuk mendapatkannya.
Secara umum proses tersebut dimulai dengan melakukan coring, recovery, wellsite handling,
shipment, storage, hingga preparation for experimentation.
Pengukuran permeabilitas relative di laboratorium terdapat 2 cara

Unsteady state Test


Pada cara ini pengukuran digunakan dengan prinsip menggantikan fasa fluida yang
ada dengan fluida yang lain. Berikut gambar kerja prinsip ini

Gambar 3.2 Unsteady State Procedur

Steady State Test


Pada pengukuran dengan menggunakan cara ini, digunakan aliran 2 fasa yang
diinjeksikan secara serempak. Berikut gambar alur kerja prinsip ini

Gambar 3.3 Steady state Procedure


Pada metode untuk pengukuran permeabilitas relative pada fasa gas dan air ini lebih umum
digunakan metode unsteady state method, karena sulitnya untuk menangani injeksi gas untuk

periode yang sangat panjang dalam steady state method. Pada sampel yang diperoleh pun
metode uji laboratorium menggunakan metode unsteady state.
I.

Normalisasi dan Denormalisasi

Hasil yang diperoleh dari tes permeabilitas relatif kadangkala menghasilkan hasil yang
bervariasi. Sehingga diperlukan perata-rataan dari masing masing sampel yang telah
didapatkan. Untuk melakukan perata-rataan ini diawali dengan proses normalisasi untuk
menghilangkan efek dari perbedaaan initial water saturation dan critical water saturation
pada masing masing sampel. Dan kemudian dilakukan proses denormalisasi kembali.
Proses normalisasi dan denormalisasi dari kurva permeabilitas relatif diambil dari dua sampel
yang terdapat pada data, yaitu sampel S-20 dan S-39. Data awal sampel dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
Tabel 3.1 Gas-Water Relatif permeability sampel 20
Gas
Saturation,
fraction Vp

Gas-Water Relative
Permeability
Ratio

0.000
0.065
0.074
0.120
0.196
0.300
0.345
0.395
0.434
0.474
0.494
0.524
0.560
0.580
0.605
0.619
0.639

0.0000
0.0487
0.0542
0.0870
0.1960
0.7395
1.4093
3.0447
5.8468
12.2470
18.4285
36.6292
78.1784
133.7346
260.1466
384.4123

Relative Permeability
to Gas*,
fraction
Krg
0.0000
0.0390
0.0417
0.0537
0.0761
0.1249
0.1535
0.1903
0.2221
0.2571
0.2754
0.3034
0.3379
0.3573
0.3816
0.395
0.421

Relative Permeability
to Water*,
fraction
Krw
1.0000
0.7996
0.7696
0.6167
0.3882
0.1689
0.1089
0.0625
0.0380
0.0210
0.0149
0.0083
0.0043
0.0027
0.0015
0.0010

Tabel 3.2 Gas-Water Relatif Permeability sampel 39


Gas
Saturation,
fraction Vp

Gas-Water Relative
Permeability
Ratio

Relative Permeability
to Gas*,
fraction
Krg

Relative Permeability
to Water*,
fraction
Krw

0.000
0.066
0.102
0.160
0.194
0.269
0.309
0.343
0.383
0.438
0.471
0.490
0.533
0.569
0.600
0.622
0.659

0.0000
0.0564
0.1130
0.2899
0.4879
1.5104
2.7600
4.6292
8.6019
20.8883
36.6802
51.4638
104.0477
196.9622
348.0002
557.8127

0.0000
0.0250
0.0347
0.0525
0.0660
0.1089
0.1410
0.1743
0.2211
0.3006
0.3572
0.3931
0.4834
0.5693
0.6510
0.7135
0.8087

1.0000
0.4431
0.3073
0.1811
0.1354
0.0721
0.0511
0.0376
0.0257
0.0144
0.0097
0.0076
0.0046
0.0029
0.0019
0.0013

Prosedur proses normalisasi yang dilakukan berdasarkan referensi yag terdapat pada buku
Tarek Akhmed-Reservoir enginnering Handbook. Persamaan yang digunakan untuk proses
normalisasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Gambar 3.4 Persamaan proses normalisasi


Hasil tabulasi perhitungan dari proses normalisasi dapat dilihat pada grafik 3.1 dibawah ini

Kurva Normalisasi
1.2
1

Relative Permeabiity*

0.8

Krg* Sampel 20

0.6

Krw* Sampel 20

0.4

Krw* Sampel 39

Krg* Sampel 39

0.2
0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.2

Sw*

Grafik 3.1 Kurva Normalisasi Permeabilitas Relatif

Dari hasil grafik tersebut, maka telah diperoleh hasil permeabilitas relatif air-gas yang
merupakan hasil gabungan dari kedua sampel core.

Permeabilitas hasil normalisasi ini

merupakan representatif dari reservoir yang sedang ditinjau, tetapi masih belum merupakan
harga aslinya, sehingga perlu dilakukan denormalisasi untuk mengembalikan permeabilitas
ke nilai aslinya. Persamaan yang digunakan untuk proses denormalisasi dapat dilihat pada
gambar dibawah ini

Gambar 3. 5 Persamaan proses denormalisasi


Hasil perhitungan proses denormalisasi dapat dilihat pada Grafik 3.2 dibawah ini

Kurva Denormalisasi
0.8
0.7
0.6
0.5

Relative Permeability (mD)

0.4
Exponential ()

0.3
0.2
0.1
0
0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9

Water Saturation (Sw)

Grafik 3.2 Kurva Denormalisasi permeabilitas relatif


Berdasarkan grafik 3.2 kita dapat menentukan data irreducible water saturation dan critical
gas saturation yang dibutuhkan untuk prediksi performa reservoir kedepannya. Dari data
tersebut pula kita dapat menentukan recovery factor maksimum yang dapat diperoleh dari
reservoir gas lapangan ini.
Dari grafik 3.2 diperoleh critical water saturation sebesar 0.38175 dan critical gas saturation
sebesar 0.0678. sehingga besar recovery factor yang mungkin didapatkan hingga sebesar
89,16%
II.

Evaluasi Model Saturasi Air Menggunakan J Function

Data tekanan kapiler yang didapatkan dari sampel core hanya merepresentasikan bagian kecil
suatu reservoir, sehingga dibutuhkan penggabungan seluruh data sampel core untuk
mengevaluasi keseluruhan karakteristik suatu reservoir. Terdapat dua metode untuk
menggabungkan data tekanan kapiler, yaity dengan menggunakan J Function dan
menggunakan pendekatan statistic yang dikembangkan oleh Guthrie.
Untuk melaukan evaluasi data tekanan kapiler, digunkan persamaan J Function dibawah ini

Dalam meakukan evaluasi model J Function ini digunakan asumsi besar interfacion tension
yaitu 50 dynes/cm, karena tidak ada data interfacial tension yang diberikan dari data yang
tersedia.
Data core yang diambil dari reservoir, terdiri dari nilai permeabilitas kecil sampai sedang
untuk masing masing sampel. Proses evaluasi dilakukan dengan melakukan perhitungan JFunction untuk seluruh sampel yang tersedia dan melakukan plot antara J-Function dan
saturasi air untuk seluruh sampel. Plot antara J-Function dan saturasi air ini dilakukan untuk
mengetahui distribusi persebaran seluruh sampel. Setelah diketahui data distribusi sampel,
dilakukan pendekatan berdasarkan kecenderungan suatu sampel. Hasil evaluasi dapat dilihat
pada grafik 3.3 dibawah ini

J-Function Graph
5
4.5
4
3.5
f(x) = -2.61 ln(x) + 11.11
R = 0.63

J(Sw)

2.5
2
1.5
1
0.5
0
0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

80.0

90.0

Water Saturation (Sw), %

Grafik 3.3 Grafik J-Function


Persamaan yang didapatkan dari grafik ini yaitu, Y=-2.631 ln X +11.108. berdasarkan grafik
3.3 pada grafik ini sekaligus menjelaskan jenis batuan yang dimiliki oleh reservoir, yaitu

100.0

limestones. Jenis batuan limestone akan menghasilkan data yang sangat bervariasi ketika
saturasi air rendah.
Perata-rataan kurva Pc Vs Sw setelah proses perata-rataan J-function dapat dilihat di grafik
3.4

Kurva Pc Vs Sw
160
140
120
100

Capillarry Pressure (Psia)

80
60
40
20
0

10

20

30

40

50

60

70

Water Saturation (Sw), %

Grafik 3.4 Kurva Pc Vs Sw hasil perata-rataan

80

90

100

BAB IV
PVT
I.

Prediksi Phase Envelope

II.

Penentuan Jenis Fluida

III.

Evaluasi Impurities

IV.

Prediksi Kandungan Uap Air dalam Gas

BAB V
DST (Well Test)
I.

Interpretasi DST

II.

Prediksi AOFP

III.

Prediksi Critical Rate

IV.

Rekomendasi Laju Alir Gas

Analisa Transien Tekanan


Pada TM Field dilakukan analisa transien tekanan pada dua kedalaman yang
berbeda. Kedalaman pertama, posisi penentuan bottom hole pressure berada
pada kedalaman 3883.28 ft MD (Depth 1). Sedangkan untuk kedalaman kedua,
posisi penentuan bottom hole pressure berada pada kedalaman 3573.28 ft MD
(Depth 2). Berikut hasil dari analisa transien tekanan pada TM Field.
DEPT

DEPT

Hasil analisa transien tekanan Depth 1 menunjukkan bahwa TM Field pada Depth
1 memiliki nilai skin sebesar 12.7. Nilai skin yang bernilai positif menunjukkan
bahwa sumur pada Depth 1 mengalami damage. Damage ini bisa diakibatkan

oleh tertahannya solid yang terkandung pada lumpur pemboran yang masuk ke
formasi sehingga dapat menurunkan permeabilitas di sekitar sumur. Sama
halnya dengan hasil analisa transien tekanan pada Depth 2. Pada kedalaman
tersebut, didapatkan nilai skin sebesar 11.4. Nilai skin tersebut juga
menunjukkan bahwa pada kedalaman tersebut telah terjadi damage yang
penyebabnya juga sama dengan penyebab damage di Depth 1.

Uji Sumur
Uji sumur yang digunakan pada TM Field adalah flow after flow test. Flow after
flow test adalah uji sumur yang berdasarkan kestabilan. Uji ini dilakukan dengan
prinsip pemberian tekanan balik yang berbeda-beda. Pelaksanaan tes ini diawali
dengan cara menstabilkan tekanan menuju ke tekanan reservoir dengan cara
menutup sumur. Setelah itu, sumur dibuka dan dilakukan beberapa kali
perubahan laju alir. Setiap melakukan perubahan laju alir, sumur dibiarkan
berproduksi sampai stabil, setelah itu dilakukan perubahan tekanan kembali.
Hasil pengujian flow after flow test untuk Depth 1 dan Depth 2 adalah sebagai
berikut.

Setelah didapatkan hasil flow after flow test diatas, dapat dicari nilai AOFP dari
sumur ini. Metode yang digunakan untuk mencari AOFP adalah LIT untuk Depth 1
dan C and n untuk Depth 2. Hasil uji deliverabilitas untuk menentukan AOFP
disajikan pada grafik dibawah ini.

Nilai AOFP didapatkan saat Pwf bernilai 0. Berdasarkan grafik di atas, didapatkan
nilai AOFP dari Depth 1 sebesar 74.177 MMSCF/D dan Depth 2 sebesar 0.707
MMSCF/D. Perbedaan nilai AOFP antara Depth 1 dan Depth 2 cukup besar. Hal itu
diakibatkan karena Depth 1 memiliki nilai permeabilitas yang lebih besar
daripada permeabilitas pada Depth 2. Depth 1 memiliki permeabilitas sebesar
124 mD, sedangkan Depth 2 memiliki permeabilitas sebesar 0.189 mD.
Permeabilitas Depth 1 yang lebih besar membuat fluida hidrokarbon lebih mudah
mengalir daripada Depth 2, sehingga menyebabkan AOFP Depth 1 lebih besar
daripada Depth 2.

Setelah itu, dengan menggunakan data uji deliverabilitas yang ada, dapat dicari
kurva IPR dari sumur ini. Data uji deliverabilitas yang digunakan adalah data
Depth 1 karena Depth 1 memiliki permeabilitas yang bagus jika dibandingkan
dengan Depth 2. Model reservoir yang digunakan adalah Multi Rate Jones yaitu
dengan menginput beberapa test point antara Q vs Pressure untuk membuat
kurva IPR. Berikut adalah kurva IPR yang dihasilkan.

BAB VI
Optimasi Pengembangan Lapangan
I.

Analisa Laju Alir Gas dan Plateu Time

II.

Prediksi Jumlah Sumur Optimum

III.

Penggunaan Kompresor

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan keseluruhan uraian yang telah disusun, dapat disimpulkan menjadi beberapa
poin berikut ini:
1. Dari hubungan permeabilitas dan porositas dianalisa bahwa litologi Lapangan TM
2.
3.
4.
5.

adalah unconsolidated sandstone dengan campuran karbonat.


Tekanan overburden Lapangan TM sebesar 2700 psig.
Model saturasi air.....
Phase envelope.....
Berdasarkan phase envelope dan data DST lapangan TM merupakan lapangan dry gas

dilihat dari kandungan methana yang mencapai 90%.


6. Impurities gas bisa diterima di pasar karena...
7. Kandungan uap air dalam gas dari reservoir sebesar....
8. Initial Gas In Place (IGIP) lapangan TM sebesar..........
9. Driving mechanism lapangan TM adalah..........
10. Besar absolute open flow yaitu....
11. Critical rate dari Lapangan TM adalah...
12. Laju alir gas persumur yang aman yaitu sebesar...
13. Laju alir gas optimum yaitu...
14. Jumlah sumur optimum yaitu sebanyak.
15. Jika tekanan di wellhead sebesar 100 psi, maka kompressor perlu dipasang pada
tanggal..
16. Kompresor yang dibutuhkan harus memiliki HP sebesar...

17.

DAFTAR PUSTAKA

18. http://www.spec2000.net/10-pressure.htm
19. Diktat Kuliah Perencanaan Pengembangan Lapangan

Anda mungkin juga menyukai