Anda di halaman 1dari 11

Desain On Shore Flowline dan Analisis River-Crossing dengan Metode

Horizontal Directional Drilling di Kalimantan Utara


On-Shore Flowline Design and River-Crossing Analysis with Horizontal Directional
Drilling Method in North Kalimantan

Alexander B. Pradanto 1 dan Rildova2


1, 2
Program Studi Teknik Kelautan
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Institut Teknologi Bandung
Jl Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia
(E-mail: 1apradanto@gmail.com, 2rildova@ocean.itb.ac.id)

Abstract: Flowline adalah sistem pipeline yang mentransmisikan fluida dari well menuju ke production
facility. Pipeline harus dilakukan pendesainan berdasarkan kode dan standar yang berlaku. Sistem
pipeline yang dirancang adalah gas flowline dari sumur SSB-9 menuju ke gas processing facility di
Sembakung Selatan, Kalimantan Utara, daerah perhutanan yang melewati sungai Tanjung Keramat.
Pada tugas akhir ini, perancangan tebal dinding pipa menggunakan kode ASME B31.8 dengan kondisi
desain yang menjadi pertimbangan adalah kondisi instalasi, kondisi hidrotes, dan kondisi operasi.
Pengecekan buckling dan ovalitas juga termasuk dalam koridor desain dengan penggunaan standar
ASCE: Design for Buried Steel Pipes (ALA). Dengan bantuan perangkat lunak CAESAR II 2014,
analisis tegangan akan dilakukan pada setiap segmen sepanjang pipa transmisi gas tersebut.
Hasil desain dari analisis yang dilakukan memiliki kesimpulan bahwa pipa 6 inci yang didesain
menggunakan material API 5L X52 – PSL 2 dengan ketebalan 5.56 mm, dengan cladding SS 304
dengan tebal 2 mm dan lapisan luar berupa 3 LPE dengan tebal 2.7 mm. Pipa tersebut telah memenuhi
standar ASME B3.18 dan ASCE. Dengan ekspansi secara konservatif terdesain senilai 31.011 mm pada
bagian underground. Dengan alat berupa mesin rig JT24 dan reamer 10 inci, sudah terhitung cukup
untuk melakukan instalasi Horizontal Directional Drilling (HDD) dan memenuhi syarat tenangannya.

Abstract: Flowline is a pipeline system which transmit fluids from wellhead to production facility.
Pipeline is designed with the proper standards and codes. The designed pipeline is a gas flowline from
the SSB-9 well head to the gas processing facility in South Sembakung, North Kalimantan, a forest-
area route, that need to cross the Tanjung Keramat river.
In this thesis, the wall thickness is designed by the ASME B31.8 code with 3 design condition:
installation, hydrotest, and operating condition. Buckling and ovality are also checked in this paper
with ASCE: Design for Buried Steel Pipes (ALA). With the help of CAESAR II 2014 software, stress
analysis will be checked every segment along the flowlines.
The result for the 6-inch flowlines, that used API 5L X52 – PSL 2 Grade, needs 5.56 mm of wall
thickness. The designed cladding is SS304 with 2 mm of thickness and the designed external corrosion
coating is 3LPE with 2.7 mm of thickness. The flowlines are calculated fulfil the stress analysis for
ASME B31.8 and ASCE. The calculated expansion is around 31.011 mm for conservative analysis.
With Rig JT24 and 10-inch Reamer, the HDD installation can be done and already qualify for stress
checking.

Keywords: Flowline, Pipeline, River Crossing, ASME B31.8, ASCE 108, Buried Steel Pipes, Horizontal
Directional Drilling.
PENDAHULUAN sebagai suatu provinsi yang paling muda di
Latar Belakang Indonesia, memiliki rasio elektrifikasi yang
tergolong rendah. per tahun 2020, tercatat
Energi pada masa ini sudah menjadi rasio elektrifikasi di Kalimantan Utara hanya
kebutuhan dasar manusia untuk berkegiatan mencapai 77.74%. Di Kalimantan Utara,
dan beraktivitas. Tiga sumber energi dasar PLN telah menandatangi perjanjian beli gas
yang dipakai hingga saat ini adalah minyak, dari blok Simenggaris, yang menjadi syarat
gas, dan batu bara. Kalimantan Utara, suatu blok dan sumur gas dapat diproduksi
dan dioperasikan. Dengan adanya
keberadaan sumur ini, untuk dilakukan suatu
produksi juga dibutuhkan gas plant serta
dibutuhkan pipa penyalur dan transportasi

Tujuan
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah:
1. Menentukan Wall Thickness dari
onshore flowline di Sembakung
Selatan, Kalimantan Utara.
2. Menentukan panjang end expansion
onshore flowline di Sembakung
Selatan, Kalimantan Utara.
3. Menentukan pipeline stress analysis
pada onshore flowline di Sembakung
Selatan, Kalimantan Utara.
4. Melakukan analisis instalasi
Horizontal Directional Drilling
(HDD) yang akan dilakukan pada
river-crossing di Sembakung
Selatan, Kalimantan Utara.

Lingkup Bahasan
Batasan masalah dalam pengerjaan tugas
akhir ini adalah:
1. Material Mutu Pipa telah ditentukan
dengan material baja berdasarkan
API 5L Grade X52.
2. Desain ketebalan dinding pipa untuk
onshore flowline didasarkan standar
desain ASME B31.8 dan ASCE:
Guidelines for the Design of Buried
Steel Pipe. Gambar 1 Flowchart Metodologi
3. Analisis end expansion dihitung
pada data tanah konservatif. Pengerjaan tugas akhir ini dimulai dari
4. Pipeline stress analysis dilakukan pendesainan material induk, cladding, dan
dengan menggunakan perangkat lapisan korosi ekstnernal pipa. Dari data
lunak CAESAR II 2014. tersebut dilanjutkan untuk ke pendesainan
5. Analisis river-crossing dengan tebal dinding pipa berdasarkan ASME B31.8
metode instalasi Horizontal dan ASCE. Dari nilai tebal dinding tersebut
Directional Drilling (HDD) dilanjutkan untuk perhitungan end
didasarkan pada standar desain expansion dan analisis tegangan dengan
ASCE MOP 108. perangkat lunak CAESAR II. Setelah itu
dilakukan analisis khusus untuk kasus
TEORI DAN METODOLOGI perlintasan sungai dengan metode instalasi
horizontal directional drilling (HDD).
Metodologi tugas akhir ini dapat dilihat
dilakukan pendesainan sesuai Gambar 1. Desain Material Pipa
Perhitungan tugas akhir ini dimulai melalui
desain kebutuhan cladding yang dikethaui Minimum Yield Strength/SMYS.
melalui nilai laju korosi Untuk syarat tegangan longitudinal adalah
2320 sebagai berikut.
log r = 7.96 − + 0.0055𝑇
𝑇 + 273.15 (1)
+ 0.67 log(𝑝𝐶𝑂2 ) 𝑆𝐿 = 𝑆𝑋 + 𝑆𝑇 + 𝑆𝑃 + 𝑆𝐵 (5)

CA = 𝑟 ∙ 𝑆𝑒𝑟𝑣𝑖𝑐𝑒𝐿𝑖𝑓𝑒 (2) 𝑆𝐿 ≤ 0.9 ∙ 𝑆𝑦 ∙ 𝑇 (6)


Dengan nilai r adalah laju korosi CO2 (mpy), Dengan nilai SL adalah Tengangan
nilai T adalah temperatur dalam Celcius, Longitudinal, SX adalah Tegangan akibat
pCO2 adalah tekanan parsial dari CO2, dan beban aksial, ST adalah Tegangan akibat
Pd adalah tekanan desain pada pipa. Apabila beban termal, SP adalahTegangan akibat
nilainya lebih dari 6 mm per tahun untuk beban internal, SB adalahTegangan akibat
masa layan 20 tahun maka akan pembengkokan (bending).
menggunakan Corrosion Resistant Alloy Untuk syarat tegangan kombinasi adalah:
(CRA) (Shigley, 1986). Untuk nilai external 𝑆𝑒𝑞1 = max⁡{|𝑆𝐻 − 𝑆𝐿 |, |𝑆𝐻 |, |𝑆𝐿 |} (7)
corrosion coating akan diperhitungkan
berdasarkan temperatur.
𝑆𝑒𝑞2 = √𝑆𝐻 2 − 𝑆𝐻 𝑆𝐿 + 𝑆𝐿 2 (8)
Tabel 1 Desain Lapisan Luar Pipa
Coating Type Maximum 𝑆𝑒𝑞 = max{𝑆𝑒𝑞1 , 𝑆𝑒𝑞2 } (9)
Operating
𝑆𝑒𝑞 ≤ 𝑘 ∙ 𝑆𝑦 ∙ 𝑇 (10)
Temperature
Fusion Bonded Epoxy 85 – 90 oC Dengan nilai Seq1 adalah tegangan
(FBE) kombinasi definisi 1, Seq2 adalah tegangan
2-Layer Polyethylene 60 oC kombinasi definisi 2, Seq adalah Tegangan
(2LPE) kombinasi terpakai, dan k adalah konstanta
3-Layer Polyethylene 85 – 90 oC sebagai syarat batas tegangan kombinasi.
(3LPE) Apabila sudah memenuhi syarat,
3-Layer Polypropylene 110 – 140 oC pengecekan terhadap ovalitas dan buckling
(3LPP) dapat dilakukan berdasarkan standar ASCE:
Composite Coating 85 oC Guidelines for the Design of Buried Steel
(CC) Pipe. Nilai ovalitas harus berada dibawah
3% dengan perhitungan ovalitas dan
Desain Tebal Dinding Pipa tegangan bengkok akibat ovalitas sebagai
berikut.
Berdasarkan SNI 13-3474:2009 yang ∆𝑦 𝐷𝑙 𝐾𝑃
merujuk pada ASME B3.18, diketahui untuk = (11)
𝐷 𝐸𝐼
dinding pipa transmisi gas terdapat beberapa ( 3 + 0.061𝐸 ′ )
𝑅
tegangan yang diperhitungkan: tegangan ∆𝑦 𝑡
hoop, tegangan longitudinal, dan tegangan 𝜎𝑏𝑤 = 4𝐸 ( ) ( ) (12)
𝐷 𝐷
kombinasi. Syarat tegangan hoop adalah: Dengan nilai ∆𝑦 yaitu defleksi vertikal pipa
𝑃𝐷 akibat ovalitas(in), D adalah Diameter luar
𝑆𝐻 = (3)
2𝑡 pipa(in), Dl adalah Deflection Lag Factor
𝑆𝐻 ≤ 𝐹 ∙ 𝐸 ∙ 𝑇 ∙ 𝑆𝑦 (4) ( ̴1.0 - 1.5), K adalah Bedding Constant ( ̴
0.1), P adalah Tekanan eksternal pada pipa
Dengan nilai SH adalah Tegangan Hoop, P (psi), R adalah Jari-jari pipa(in), EI adalah
adalah Tekanan pada Pipa, t adalah Tebal Kekauan Dinding Pipa(in./lb.), E’ adalah
dinding pipa, F adalah Faktor Desain Modulus of Soil Reaction, dan t adalah tebal
Tegangan Hoop, E adalah Longitudinal dinding pipa. Untuk buckling crushing of
Joint Factor, T adalah Temperature wall sides memiliki syarat batas D/t harus
Derating Factor, dan Sy adalah Specified kurang dari 100 dan SMYS pipa harus lebih
dari 30000 psi. Sedangkan untuk ring proses pullback harus memenuhi syarat
buckling checking berdasarkan persamaan batas berikut.
berikut.
𝑇𝑡𝑜𝑡 = 𝑇1 + ∆𝑇2 + ∆𝑇3 … . +∆𝑇𝑛 (16)
1 𝐸𝐼 𝑆𝑀𝑌𝑆 ∙ 𝑓𝑙 𝐸 ∙ 𝐷𝑜
𝑃𝑐𝑟𝑏 = √32𝑅𝑤 𝐵 ′ 𝐸 ′ 3 (13) 𝐹 = [( )−( )] 𝐴𝑠 (17)
𝐹𝑆 𝐷 𝑓𝑠 24 ∙ 𝑅
Dengan Pcrb adalahTegangan Kritikal Ring Dengan F adalah Maximum Allowable Pull
Buckling,Rw adalah Water Bouyancy Factor, Force (pounds), R adalah Radius desain dari
dan B’ adalah Empirical Coefficient of lengkungan (ft), E adalah Modulus
Elastic Support. Elastisitas (psi), As adalah Luas cross-
sectional dari pipa (in2), Do adalah Diamter
End Expansion Analysis Luar dari Pipa (in), SMYS adalah Specified
Minimum Yield Stress (psi), fl adalah
Perhitungan dilakukan berdasarkan nilai maximum load factor, fs adalah Safety factor
regangan dan gaya yang bekerja pada pipa. dan Ttot adalah tegangan tarik pada sisi rig
Untuk mendapatkan virtual anchor point ketika HDD.
(VAP), berikut syarat yang harus dipenuhi. Untuk kondisi tidak terisi fluida (instalasi),
𝐹𝑎𝑥 𝑉𝐴𝑃 − 𝐹𝑟 𝑉𝐴𝑃 = 0 (14) beberapa yang harus dipenuhi adalah:
Tegangan tarik, tegangan bending, tegangan
Dengan nilai 𝐹𝑎𝑥 (𝑉𝐴𝑃) adalah gaya aksial
hoop eksternal, eksternal hoop buckling
total pada titik VAP, dan 𝐹𝑟 (𝑉𝐴𝑃) adalah
stress, dan tegangan kombinasi yang terdiri
gaya friksi pada titik VAP. Lokasi VAP
dari:
tersebut diperhitungkan dalam panjang
𝑓𝑡 𝑓𝑏
ujung ekspansi pipa dengan persamaan + ≤1 (18)
berikut. 0.9𝐹𝑦 𝐹𝑏
𝑉𝐴𝑃
𝐴2 + 𝐵 2 2𝑣|𝐴|𝐵 ≤ 1 (19)
∆𝐸𝑁𝐷 = ∫ 𝜀𝑇𝑂𝑇 𝑑𝑥 (15)
0
Dengan nilai ∆𝐸𝑁𝐷 adalah Panjang end Dengan ft yaitu Tegangan tarik, fb adalah
expansion dari pipa dan 𝜀𝑇𝑂𝑇 adalah Tegangan bending, fh yaitu Tegangan Hoop
Regangan total pada pipa Luar, v adalah Poisson’s Ratio, nilai A
(𝑓𝑡 +𝑓𝑏 −0.5𝑓ℎ )1.25
adalah [ ], nilai B adalah
𝐹𝑦
River-Crossing HDD Analysis
𝑓
1.5 (𝐹 ℎ ), dan Fhc adalah Critical Hoop
Gambaran river-crossing analysis dapat ℎ𝑐

dilihat berikut ini. Buckling Stress.


Untuk kondisi terisi fluida yang harus
dilakukan pengecekan adalah nilai hoop
stress, serta combined stress berupa
tegangan geser pada persamaan (20) yang
nilainya harus kurang dari 45% SMYS.
𝑓𝑐 − 𝑓𝑙
𝑓𝑣 = (20)
2
HASIL DAN ANALISIS
Gambar 2 Ilustrasi HDD River-Crossing Desain Material Pipa
Terdapat 3 kondisi yang diperhitungkan Material induk pipa, material lapisan luar,
dalam analisis ini: kondisi saat proses dan material cladding terdesain adalah
pullback, kondisi tidak ada fluida (sesaat sesuai pada Tabel 2.
setelah instalasi), dan kondisi ada fluida
(hidrotes dan operasi). Untuk kondisi saat
Tabel 2 Material Pipa Terpilih Deflection Lag 1.5
Parameter Nilai Factor
Bedding 0.1
Grade Material API 5L X52 – Constant
Pipa PSL2 6.29758E-05
Cladding Austenitic Ovalitas
0.006297577 %
Stainless-Steel
Syarat Batas 3%
Type 304: 2 mm
Ovalitas
External Corrosion 3LPE: 2.7 mm
Remarks OK
Coating
251.3223257 psi
Bending Stress
Tebal Dinding Pipa 1.732806889 MPa
Crushing of Wall Sides Checking
Tebal dinding pipa yang terpilih dapat
Rasio 30.26978417
dilihat melalui Tabel 3.
Diameter/Tebal
Tabel 3 Tebal Dinding Terpilih Specified 52068.5343 psi
Tebal Dinding Kondisi (mm) Minimum Yield
Required Instalasi Hidrotes Operasi Strength
Syarat Tegangan Syarat Batas 100
Hoop 0.08 4.76 3.45 Maksimum D/t
Syarat Tegangan Syarat Batas 30000 psi
Longitudinal 0.03 1.45 0.81 Minimum Yield
Syarat Tegangan Stress
Kombinasi 0.07 4.48 3.2
Remarks OK
Syarat Tegangan
Longitudinal Ring Buckling Checking
0.03 1.46 0.81
Dengan Bending Depth / 27.09447415
Stress Diameter
Syarat Tegangan
Empirical 0.592629533
Kombinasi
0.07 4.48 3.2 Coefficient of
Dengan Bending
Stress Elastic Support
Nilai Keperluan 4.76 mm Safety Factor 2.5
Maksimum
Critical Ring 271.6394762 psi
Tebal Dinding 5.355 mm 0.211 in
Minimum Buckling 1.872888747 MPa
Tebal Dinding 5.56 mm 0.219 in Unity Check 0.252294037
Berdasarkan
ASME B36.10M
Remarks OK

Sehingga berdasarkan perhitungan, nilai


tebal dinding yang diambil adalah 5.56 mm, End Expansion Analysis
dan nilai tersebut sudah terhitung memenuhi Analisis ini dilakukan pada kondisi yang
syarat pipa terkubur dari ASCE berdasarkan terjadi perubahan temperatur dengan
perhitungan pada Tabel 4. temperatur awal, yaitu kondisi hidrotes dan
Tabel 4 Pengecekan Buckling dan Ovalitas kondisi operasi. Untuk kondisi hidrotes,
dapat diketahui gaya efektif yang berlaku
Buried Pipelines ASCE Criteria
adalah sesuai Gambar 3.
Parameter Ovalitas
Parameter Nilai Satuan
Moment of 0.000874061 in4/in
Inertia
Pipeline Stress Analysis
Hasil analisis tegangan sepanjang pipa yang
dimodelkan melalui CAESAR II dilakukan
dalam 3 kondisi hidrotes, operasi, dan
sustain. Untuk kondisi hidrotes tegangan
sepanjang pipa dapat dilihat melalui
Feff(x) (kN) Gambar 6. Diketahui berdasarkan nilai
Gambar 3 Gaya Efektif Pipa Kondisi Hidrotes
tersebut bahwa nilai ratio maksimum senilai
93.3%, nilai tersebut dianggap memenuhi
Pada nilai tersebut diketahui bahwa VAP syarat.
terjadi ketika gaya longitudinal yang bekerja
pada pipa sama dengan gaya friksinya, dan Untuk kondisi operasi, ratio maksimum
terjadi pada 28.45 m. setelah pengecekan tegangan dikethaui
Untuk kondisi operasi, gaya efektif yang senilai 94.9%, dengan tegangan sepanjang
terjadi pada pipa sesuai Gambar 4. pipa dapat dilihat berdasarkan Gambar 7.

Untuk kondisi sustain, teranalisis bahwa


memiliki nilai rasio tegangan maksimum
sebesar 87%, dengan nilai tegangan
sepanjang pipa sesuai Gambar 8.

Feff(x) (kN) Maka nilai maksimum untuk setiap tegangan


dan setiap kondisi memiliki nilai kurang dari
Gambar 4 Gaya Efektif Pipa Kondisi Operasi 100% dengan nilai rangkuman sesuai Tabel
Pada kondisi ini VAP terjadi pada 131.213 6.
m. Sehingga ekspansi pada ujung pipa Tabel 6 Hasil Rekap Tegangan Maksimum
memiliki nilai sesuai Tabel 5.
Code Stress Maksimum Pada Setiap Load
Tabel 5 Hasil Ekspansi Ujung Pipa Comb
Nilai Kondisi Load Nilai Satuan %
Parameter Satuan Comb. Rasio
Hydrotest Operating
VAP 28.45 131.213 m Hidrotes HYD 48526.2 psi 93.3
∆END 1.458 31.011 mm Operasi OPE 44391.2 psi 94.9
Sustain SUS 40737.5 psi 87.0
Berikut ilustrasi ekspansi yang terjadi pada Stress Load Nilai Satuan %
Comb. Rasio
ujung pipa pada Gambar 5.
Axial HYD 12078.5 psi 23.3
Bending OPE 27681.9 psi 59.2
Torsion HYD, 0 psi 0
OPE,
SUS
Hoop HYD 37693.8 psi 72.5
Gambar 5 Ilustrasi Ekspansi Pipa Code OPE 44391.2 psi 94.9

Untuk output dari CAESAR II juga meliputi


Dengan adanya ekspansi tersebut harus
displacement yang terjadi sepanjang pipa.
dilakuan analisis lebih lanjut mengenai
Dengan kondisi hidrotes nilai perpindahan
solusi untuk ekspansi tersebut, dapat berupa
aksialnya adalah sesuai Gambar 9 dan
spool atau lainnya.
Gambar 10.
Pipeline Stress Hydrotest Condition
400

300
Stress MPa

200

100

0
0 100 200 300 400 500 600 700 800
-100
Node
Bending Stress lb./sq.in. Torsion Stress lb./sq.in. Hoop Stress lb./sq.in.
Axial Stress lb./sq.in. Code Stress lb./sq.in. Allowable Stress lb./sq.in.

Gambar 6 Tegangan Sepanjang Pipa Kondisi Hidrotes

Pipeline Stress Operating Condition


400

300
Stress MPa

200

100

0
0 100 200 300 400 500 600 700 800
-100
Node

Bending Stress lb./sq.in. Torsion Stress lb./sq.in. Hoop Stress lb./sq.in.


Axial Stress lb./sq.in. Code Stress lb./sq.in. Allowable Stress lb./sq.in.

Gambar 7 Tegangan Sepanjang Pipa Kondisi Operasi

Pipeline Stress Sustain Condition


350
300
250
Stress MPa

200
150
100
50
0
-50 0 100 200 300 400 500 600 700 800
Node
Bending Stress lb./sq.in. Torsion Stress lb./sq.in. Hoop Stress lb./sq.in.
Axial Stress lb./sq.in. Code Stress lb./sq.in. Allowable Stress lb./sq.in.

Gambar 8 Tegangan Sepanjang Pipa Kondisi Sustain


Perpindahan Aksial Pipa Kondisi Hidrotes
30 Upper Ground
Underground
25
Displacement (mm)

20
15
10
5
0
-5 0 100 200 300 400 500 600 700 800
Node

Gambar 9 Perpindahan Aksial Pipa Kondisi Hydrotest

Perpindahan Aksial Pipa Kondisi Operasi


250 Underground
Upper Ground
200
Displacement (mm)

150
100
50
0
-50 0 100 200 300 400 500 600 700 800
Node

Gambar 10 Perpindahan Aksial Pipa Kondisi Operasi


Pada grafik perpindahan Gambar 9 Terjadi sedikit perbedaan yang disebabkan
diketahui nilai maksimum untuk kondisi oleh asumsi yang berbeda, pada metode
hidrotes adalah 1.03 inci atau 33.02 mm dan perhitungan asumsi adalah pipa tersebut
pada kondisi operasi, pada Gambar 10, hanya bersifat lurus, serta menggunakan
senilai 9.19 inci atau 233.43 mm. Nilai data tanah yang paling lemah sehingga
tersebut tergolong besar dikarenakan terjadi nilainya lebih besar atau lebih konservatif.
pada bagian upper ground yang mana hanya
terdapat support untuk Y+. Sedangkan untuk River-Crossing HDD Analysis
perhitungan ujung ekspansi sebelumnya
Dengan bore profile untuk HDD pada lintas
hanya terhitung untuk bagian underground.
sungai adalah sesuai Gambar 11. Gaya tarik
Maka dari itu, perbandingan displacement
terhitung dengan cara menghitung
yang dibandingkan untuk bagian
perubahan gaya tarik yang terjadi pada
underground adalah sebagai berikut ini.
setiap segmen dengan memperhitungan gaya
Tabel 7 Hasil Rekap Displacement Pipa gesek antara pipa dengan drilling fluid,
Kondisi gesek pipa dengan tanah, serta beban berat
Metoda Hidrotes Operasi pipa itu sendiri. Hasil perhitungan gaya
(mm) (mm) tersebut adalah sesuai Tabel 8, dan diketahui
Perhitungan 1.458 31.011 bahwa nilai tersebut memenuhi syarat
Pemodelan 9.65 25.908 pullback.
Gambar 11 Bore Profile River-Crossing

Tabel 8 Hasil Rekap Gaya Tarik Pipa Pipa tegangan terbesar, yaitu segmen lengkung.
Tegangan pada segmen 2-3 telah memenuhi
Parameter Nilai Satuan syarat, sesuai yang tertulis pada Tabel 9.
Gaya Tarik Point 1 0 kN Tabel 9 Hasil Analisis Tegangan Segmen 2-3
Gaya Tarik Point 2 20.18 kN Kondisi Instalasi
Gaya Tarik Point 3 26.452 kN Parameter Nilai Satuan
Gaya Tarik Point 4 33.723 kN Tensile Stress
Gaya Tarik Point 5 44.578 kN Tegangan Tarik 9.305 MPa
Total Pull Back Load 65.575 kN Akibat Instalasi
Maximum Load 0.9 Allowable Tensile 322.675 MPa
Factor Stress
Safety Factor 1.2 Checking PASS
Radius Pipa 182.88 m Bending Stress
Minimum Tegangan Bending 93.408 MPa
Maximum Allowable 498.845 kN Allowable Bending
Pull Back Force 267.812 MPa
Stress
Remarks PASS Checking PASS
Hoop Stress
Dengan nilai pull back load sebesar 44.578
External Hoop Stress 4.767 MPa
kN, maka mesin rig yang terpilih untuk
melakukan instalasi tersebut adalah Ditch Allowable Hoop 258.14 MPa
Witch JT24 dengan maximum pullback force Stress
sebesar 107 kN. Selain itu, mesin ini juga Checking PASS
memenuhi kebutuhan pengeboran yang Critical Elastic Hoop
mana entry angle-nya adalah sebesar 15o. 194.967 MPa
Buckling Stress
Allowable Elastic
129.978 MPa
Hoop Buckling Stress
Checking PASS
Combined Stresses
Unity Check Load
0.378
Combination 1
Checking PASS
Gambar 12 Ditch Witch JT24 Unity Check Load
0.131
Untuk perhitungan tegangan pada kondisi Combination 2
tidak terisi fluida (instalasi), dilakukan Checking PASS
perhitungan pada segmen yang memiliki
Untuk perhitungan pada segmen 4-5 Parameter Nilai Satuan
diketahui juga memenuhi syarat dengan Allowable Internal
perhitungan pada Tabel 10. 258.14 MPa
Hoop Stress
Tabel 10 Hasil Analisis Tegangan Segmen 2-3 Checking PASS
Kondisi Instalasi
Thermal Stress 23.751 MPa
Parameter Nilai Satuan Total Longitudinal
Tensile Stress 190.018 MPa
Stress
Tegangan Tarik 15.862 MPa Shear Stress 26.422 MPa
Akibat Instalasi Allowable Shear
Allowable Tensile 322.675 MPa 161.337 MPa
Stress
Stress Checking PASS
Checking PASS
Bending Stress Untuk kondisi operasi, syarat tegangan
Tegangan Bending 93.408 MPa terhitung sudah memenuhi syarat sesuai
Allowable Bending pada Tabel 12.
267.812 MPa
Stress Tabel 12 Analisis Tegangan Kondisi Operasi
Checking PASS Parameter Nilai Satuan
Hoop Stress Tegangan Bending
External Hoop Stress 4.767 MPa 93.408 MPa
Maksimum
Allowable Hoop 258.14 MPa Internal Hoop Stress 173.473 MPa
Stress Allowable Internal
Checking PASS 258.14 MPa
Hoop Stress
Critical Elastic Hoop Checking PASS
194.967 MPa
Buckling Stress Thermal Stress -64.128 MPa
Allowable Elastic Total Longitudinal
129.978 MPa 81.322 MPa
Hoop Buckling Stress Stress
Checking PASS Shear Stress 46.075 MPa
Combined Stresses Allowable Shear
Unity Check Load 161.337 MPa
0.397 Stress
Combination 1 Checking PASS
Checking PASS
Unity Check Load KESIMPULAN
0.148
Combination 2 Kesimpulan dari pengerjaan tugas akhir ini
Checking PASS adalah sebagai berikut.
Berdasarkan pembahasan pada laporan tugas
Untuk perhitungan kondisi hidrotes, syarat akhir ini, maka dapat disimpulkan pipa
tegangan yang harus dipenuhi adalah sesuai untuk flowline dari sumur SSB-9 menuju gas
pada Tabel 11. processing facility:
Tabel 11 Analisis Tegangan Kondisi Hidrotes 1. Pipeline dengan profil:
a. Diameter: 6 inci
Parameter Nilai Satuan b. Material: API 5L X52 – PSL 2
Tegangan Bending Tebal Pipa: 5.56 mm.
93.408 MPa
Maksimum c. Material Cladding: Austenitic
Internal Hoop Stress 242.862 MPa Stainless Steel 304
Tebal Cladding: 2 mm. [4] Bai, Qiang & Yong Bai. 2014. Subsea
d. Material Lapisan Luar: 3LPE Pipeline Design, Analysis, and
Tebal Lapisan Luar: 2 mm. Installation. Inggris: Gulf Professional
2. Memiliki ekspansi pada ujung pipa Publishing, Elsevier, Oxford, III.
sebesar: [5] Buchanan, R & W. Hodgins. 2005)
a. Perhitungan Manual secara High Temperature Pipeline Coatings -
konservatif: Field Joint Challenges in Remote
i. Kondisi : Operasi Construction. Cyprus: BHR 16th
Ekspansi : 31.011 mm International Conference on Pipeline
ii. Kondisi : Hidrotes Protection.
Kontraksi : 1.458 mm [6] D’Eletto, D. 2015. Installation of
b. Perhitungan berdasarkan Pipelines by Horizontal Directional
pemodelan CAESAR II: Drilling (HDD). Inggris: National grid.
i. Kondisi : Operasi [7] Ditch Witch. 2021. JT24 Horizontal
Ekspansi : 25.908 mm Directional Drill Literature. USA:
ii. Kondisi : Hidrotes Oklahoma. Diakses pada tanggal 25 Juli
Ekspansi : 9.65 mm 2021 pk 16.00 melalui
c. Ekspansi Pipa Upperground dari https://www.ditchwitch.com/directiona
pemodelan: l-drills/directional-drills/jt24
i. Kondisi : Operasi [8] McCabe, Martin W. ASCE Task
Ekspansi : 233.43 mm Committee on Thrust Restraint Design
ii. Kondisi : Hidrotes of Buried Pipelines, “Soil Parameters
Ekspansi : 33.03 mm for Assessing Axial and Transverse
3. Telah memenuhi syarat ASME B31.8 Behavior of Restrained Pipelines Part 1:
sepanjang pemodelan flowline dengan Axial Behavior”, proceedings of
menggunakan perangkat lunak Pipelines 2014: From Underground to
CAESAR II 2014. the Forefront of Innovation and
4. Instalasi river-crossing dengan metode Sustainability, ASCE 2014, p 1844.
instalasi HDD dengan equipment reamer [9] Smith, Liane. 2012. Engineering with
10 inci dan mesin rig Ditch Witch JT24 Clad Steel. USA: Nickel Institute
telah memenuhi syarat gaya pull back Technical Series No 10 064.
dan syarat tegangan dalam kondisi [10] Stewart, M. 2016. Surface Production
instalasi, hidrotes, dan operasi. Operations: Facility Piping and
Pipeline Systems. Inggris: Gulf
DAFTAR PUSTAKA Professional Publishing, Elsevier,
Oxford, III.
[1] Anonim. 2018. Gas Tomori dan [11] Switzner, N.T. & Yu, Z. 2019.
Simenggaris Pasok Kebutuhan Austenitic Stainless Steel Cladding
Pembangkit PLN. Diakses pada tanggal Interface Microstructures Evaluated for
2 Maret 2021 pk 16.00 melalui Petrochemical Applications. Welding
https://www.dunia-energi.com/gas- Journal. 98. 50s.
tomori-dan-simenggaris-pasok- 10.29391/2019.98.004.
kebutuhan-pembangkit-pln/ [12] Willoughby, David. 2005. Horizontal
[2] ASCE. 2001. Guidelines for the Design Directional Drilling Utility and Pipeline
of Buried Steel Pipe. US: American Application. USA: McGraw Hill
Lifelines Alliance. Company.
[3] AWWA M11. 2004. Steel Water Pipe:
A Guide for Design and Installation, 4th
Ed.

Anda mungkin juga menyukai