BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Perancangan pipa bawah laut merupakan salah satu hal yang kita kenal dalam teknologi lepas
pantai. Untuk mendapatkan nilai atau desain yang terbaik, agar sesuai dengan persyaratan yang
telah ditentukan. Maka dalam perancangan pipa bawah laut tersebut diperlukan parameter-
parameter dalam desain pipa yang sesuai antara lain yaitu ukuran maupun berat pipa beserta
beberapa analisisnya.
Untuk menentukan parameter-parameter dari perancangan pipa tersebut maka perlu untuk
diadakan analisis pada data lingkungan yang telah ada. Analisis berkaitan dengan data selama
masa operasi dari pipa yang telah didesain. Analisis-analisis tersebut antara lain; analisis
perhitungan inside diameter, analisis perhitungan wall thickness, analisis untuk berat minimal
dari pipa yang telah didesain, analisis perencanaan proteksi katodik, serta analisis proses instalasi
sampai analisis proteksi pipa setelah instalasi. Analisis-analisis tersebut cukup berperan penting
dalam menentukan apakah pipa yang telah dirancang memenuhi persyaratan atau tidak.
2. MASALAH
Adapun dengan melihat permasalahan yang timbul, maka dilakukan identifikasi masalah
sehingga dapat ditentukan proses penyelesaiannya. Permasalahan yang akan dibahas adalah
sebagai berikut:
3. TUJUAN
Dari permasalahan di atas maka tujuan yang ingin dicapai yaitu sebagai berikut:
a. Menganalisis perhitungan dari Inside Diameter
BAB II
DASAR TEORI
dengan
Qg = gas-flowrate
d = Inside Diameter pipa
P1 = Tekanan Hidrostatis
P2 = Tekanan Desain
L = Panjang pipa
S = Specific Gravity Gas
Z = Compressibility Factor Gas
T1 = Temperatur Gas
P d0
t= a
2 FET S Y
dimana
t = Ketebalan minimal desain pipa
P = Tekanan desain pipa
d0 = Outside diameter pipa
SY = minimal yield stress pipa
1
FD . .CD .D.V 2
2
1
FL . .CL .D.V 2
2
F
W FL D
( 2.4 )
Dengan keterangan :
Cd : koefisien drag
Cl : Koefisien lift
d : Diameter luar pipa (mm)
Fd : drag force (N/m)
Fl : Lift Force (N/m)
v : effectIIIe velocity (m/s)
Umumnya perhitungan pada perancangan pipa lepas pantai mnggunakan data sebagai berikut :
1. untuk harga koefisien Cd : 0,7 1,3
2. untuk harga koefisien Cl : 0,7 1,5
Pada umumnya selain dilapisi oleh concrete coating, pipa juga dilapisi oleh lapisan anti korosi,
seperti pada gambar di bawah ini.
B
Concrete Coating
Steel Pipe
Mousselli (1981) merumuskan persamaan untuk menghitung properti pipa yang sesuai sebagai
berikut:
2
Was 2.68( D 2 D1 )
( 2.5 )
c
Wac (( D 2t c ) 2 D 2 )
576 ( 2.6 )
w
Waw (( D 2t c 2t w ) 2 ( D 2t c ) 2 )
576 ( 2.7 )
B 0.35( D 2t c 2t w ) 2
( 2.9 )
Ws Wa B
( 2.10 )
Keterangan:
D : diameter luar steel pipe, in
Di : diameter dalam steel pipe, in
tc : tebal corrosion coating, in
Halliwell (1986) menyatakan bahwa densitas beton yang umum digunakan untuk melapisi pipa
berkisar antara 2250-3050 kg/m3. Densitas beton berbanding terbalik dengan dengan ketebalan
lapisan beton, semakin besar densitas beton, maka semakin tipis ketebalannya. PGN (2000)
menyatakan bahwa ketebalan lapisan concrete harus berada pada range 38-150 mm.
8760
m=I cm t dl
Dengan,
I cm = mean current design sesuaipersamaan 29 (A)
= utilization factor = 0,9 (bentuk cincin)
= electrochemical capacity bahan anode per kilogramnya (A jam/kg)
Nilai-nilai berikut akan digunakan untuk perhitungan perlindungan cathodic, menurut bentuk anode:
Keterangan:
Ra : tahanan anode,
: resistIIIitas lingkungan, .m
L : panjang dari stand-off anode, m
R : diameter anode, m
S : rata-rata aritmatik dari panjang dan lebar anode, m
Tahanan anode dihitung pada saat mendekati akhir service life-nya dengan mempertimbangkan
pengurangan jari-jari anode dan panjangnya campuran yang digunakan. Pada formula berikut
diasumsikan bentuk akhir anode adalah silinder, sehingga harus dihitung panjang dan jari-jari akhir
anode:
L f Lo .1 (0.1.u )
( 2.14 )
m final d2
rf
L final . . 4
( 2.15 )
m final m0 .1 u
( 2.16 )
Keterangan:
L0 : panjang anode awal, m
Lf : panjang anode akhir, m
Keterangan:
I : hasil arus anode, A
Ec : tingkat proteksi minimum (V.w.r.t.Ag/AgCl)
Ea : arus potensial aliran anode (V.w.r.t.Ag/AgCl pada air laut)
R : tahanan anode yang sesuai
BAB III
METODOLOGI
Dalam Tugas Perancangan Pipa Bawah Laut ini secara umum proses pengerjaannya meliputi :
Mulai
Data Lingkungan
Perencanaan Anoda
Memenuhi
Kriteria tidak
ya
SELESAI
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN
30312 17252
2500=1.1 d 2.67 ( 0.621 x 0.863 x 0.025 x 76 ) 1 /2
D = 4.465 inch
Masukkan D yang telah diketahui lewat perhitungan kedalam table NPS untuk menentukan NPS
pipa. Berikut table NPS:
dari table NPS didapatkan bahwa NPS yang memenuhi adalah NPS 5 inch, dengan OD 5,563 inch.
Asumsi:
F = 0,4 , dikarenakan desain pada pipa ini ditaruh pada daerah dengan aktIIIitas pelayaran yang
lumayan padat.(dari table design factor)
A = 0.125 in
MT = 0.12
5.563
t= x 5,563
2 x 1 x 0.4 x 1 x 70000
t=0.119 in
treq = 0.257 in
Selanjutnya mencari tebal plat dari schedule dengan data yang telah diketahui sebelumnya. Berikut
table schedule:
Didapatkan bahwa Tsel = 0,258 >= treq=0,257. Maka didapatkan bahwa tebal pipa memenuhi sesuai
standart.
FD
W FL sa n d
perhitungan didapatkan:
dengan
FL 1
2 . .Cm .D.U ef2
massa jenis air laut
U ef
2
0,778.U o .
2
D
yo
0 , 286
Untuk mendapatkan rumus Uo diatas terlebih dahulu menentukan teori gelombang dari grafik Region
of Validity dengan menghitung
d 45m
0,07
gT 2 9,81.82 s
H sign 2.4m
2
0.003
gT 9.81.8 2 s
Didapatkan teori gelombang stokes orde-2, untuk mendapatkan nilai L dilakukan dengan
memasukkan nilai d/Lo kedalam tabel C-1 pada buku SPM.
d
0.178
Lo
Berikut tabel C-1:
Maka
U ef
2
0,778.U o .
2
D
yo
0 , 286
U 0 1,817 ft / s
0, 286
2 246.06
U ef 0,778.(1.817) .2
0,463
Cd = 1.13
Cl = 0.96
Cm =2
sehingga
= 1.978
= 1.680
= -0.322092685
Sehingga dengan menggunakan persamaan , dapat diketahui besarnya berat minimum, dari
perhitungan didapatkan:
= 5.565 lb/ft
B 0.35( D 2t c 2t w ) 2
Ws Wa B
Dengan,
Asumsi :
Umur desain : 25 tahun
Tepi coating : 3LPP/Hss
Maka :
f c =f i + ( 0.5 f t dl )
f c =0,007+ ( 0.5 0,0003 25 )
f c =0,007+0,00375
f c =0,01075
Lalu untuk nilai i c didapatkan pada tabel 5-1 DNV RP F-103 :
Dalam kasus kami, kami memiliki data temperatur 95 derajat Celcius yang tidak terkubur,
sehingga nilai i c yang kami pakai adalah 0,07.
Maka nilai I cm dapat dicari : I cm= A c f c i c
OD
I cm=2 x x L x f c ic
2
5,563
I cm=2 x 3,14 x x 1700 x 0,01075 x 0,07
2
I cm=26,37 A
Tipe Anoda yang kami gunakan adalah berbahan Zinc yang berada pada sedimen bawah laut,
sehingga nilai = 580.
Maka nilai massa total anoda dapat dihitung :
8760
m=I cm t dl
8760
m=26,37 25
0,9 580
m=11603,28 kg
d Menghitung jumlah Anoda :
m
N=
ma
Dimana
m a = satuan unit massa yang tersedia di pasaran
Disini kami mengasumsusikan massa yang tersedia di pasaran adalah 50 kg, maka perhitungan
jumlah anoda :
m
N=
ma
11603,28
N=
50
N=221,26 buah
Jadi jumlah anoda yang dipakai untuk pipa sepanjang 1700 m adalah 222 buah.
e Menghitung Resistensi Anoda dan Arus Keluaran Anoda :
Dalam kasus ini kami mengasumsikan spesifikasi anoda yang kami gunakan adalah :
Dimana
Ra
= Resistensi Anoda
= sediment resistIIIity = 20 ohm.cm
L = Panjang anoda
r = radius anoda
Sebelum itu kita perlu mencari nilai r dengan cara :
Luas Anoda (A) = b x h
= 10 x 5
= 50 cm2
Radius1 =
A
= 3,14
50
= 15,92 cm
Radius2 = OD/2
= 10/2
= 5 cm
r=
0,6 x( ( R21R22 ) + R22)
= 0,6 x( ( 15,922 52 ) +52)
= 4,42 cm
Maka kita dapat menghitung resistensi dari anoda :
4L
R a=
2 L (ln
r
1 )
20 4 x 50
R a=
2 x 3,14 x 50 (
ln
4,42
1 )
Ra=0,179 ohm
Setelah kita mendapatkan Resistensi dari Anoda, kita dapat menghitung arus keluaran dari
Anoda :
I = V/ R
I = 0,1/0,179
I = 0,558 A
Dalam kasus yang didapatkan kelompok kami, kedalaman pipa pada 75 m yang termasuk
dalam perairan dangkal. Sehingga kelompok kami memilih Metode S-Lay dalam perencanaan
instalasi pipa ini. Metode S-Lay digunakan untuk perairan dengan kedalaman 500 ft atau
sama dengan 165 m. Selain itu, Metode S-Lay ini dapat digunakan untuk pipa berdiameter luar
hingga 60 inch. Dengan menggunakan barge yang terdapat stinger pada bagian belakang barge
untuk mengontrol bending bagian atas pipa dan tensioner untuk mengontrol bending bagian
bawah pipa. Tensioner yang berada pada barge akan menarik pipa yang akan dipasang ke arah
dalam dan memastikan tegangan dari semua pipa tidak melebihi tegangan ijin.
Dalam proses instalasi, setelah pipa ditempatkan pada roller, kemudian akan disambungkan
dengan pipa lain melalui proses las dalam welding station. Setelah proses pengelasan, kemudian
dilakukan proses pengecekan kekuatan las dengan menggunakan NDT (Non Distructed Test),
setelah itu dilakukan field joint coating atau memberikan perlindungan pada pengelasan antar
pipa. Setelah proses fabrikasi dalam welding station ini, pipa bisa diluncurkan menuju stinger dan
ke laut.
Dalam perlindungan pipa terdapat concrete dan perlindungan korosi. Selain itu, terdapat
perlindungan yang dapat dilakukan setelah proses instalasi. Dalam kasus ini kami menggunakan
trenching sebagai metode perlindungan pipa setelah instalasi. Trenching merupakan metode yang
membenamkan pipa ke dalam tanah atau ke bawah seabed. Trenching ini dilakukan dengan
membuat parit pada rute membentangnya pipa. Metode Trenching ini berguna untuk menghindari
terseretnya pipa akibat jangkar kapal dan menghindari adanya span pada pipa. Dalam metode
trenching pipa yang dijelaskan pada buku Mouselli, terdapat tiga peralatan yang digunakan yaitu
Jetting, Sand Fluidization, Mechanical Cutting atau Plowing.
BAB IV
Jurusan Teknik Kelautan - 25 -
Tugas
Perancangan Pipa Bawah Laut
KESIMPULAN
Dari penyelesaian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Inside diameter dari pipa didapatkan sesuai kriteria perhitungan yaitu NPS 5 inch
b. Wall thickness dari pipa tersebut aman sesuai kriteria ASME B31.8
c. Berat minimum pipa 5.565 lb/ft
d. Tebal concrete yang digunakan untuk melapisi pipa setebal 1,6 inch dan memenuhi
persyaratan stabilitas.
e. Jumlah anode yang dibutuhkan untuk proteksi katodik sebanyak 222 buah dengan berat
total anode 11603,28 kg
f. Metode instalasi yang digunakan adalah metode S-Lay
g. Metode proteksi pipa setelah instalasi menggunakan Trenching
DAFTAR PUSTAKA
Ikhwani, Hasan. 2003. Diktat Kuliah Perancangan Pipa Bawah Laut. Teknik Kelautan
ITS