Anda di halaman 1dari 28

BAB I

DATA PERENCANAAN

1.1.Ketentuan Konstruksi
1. Panjang bentang = 15 meter
2. Kemiringan atap = 26°
3. Jarak antar rangka = 4 meter
4. Penutup rangka = Seng
5. Tipe sambungan = Baut
6. Jumlah Rangka =7
7. Mutu baja = BJ 34 (tegangan leleh fy = 210 Mpa)
(tegangan putus fu = 340 Mpa)

1.2.Tipe Konstruksi
Tipe yang direncanakan adalah tipe C.

Konstuksi Atap Tipe C


1.3.Bentuk Kuda - kuda
Bentuk Kuda - kuda disajikan dalam bentuk gambar berikut :

Gambar 1.2 Jumlah Titik Buhul

Gambar 1.3 Penomeran Rangka Batang


Gambar 1.4 Tampak atas Rangka Atap

1.1. Panjang Batang


Berdasarkan gambar rencana, tinggi rangka dan panjang kuda-kuda dihitung sebagai
berikut:

1. Tinggi Atap
Diketahui :
Bentang kuda-kuda : 15 meter
Sudut kemiringan : 26°
tinggi atap
tan26 ° =
Tinggi atap : 1
bentang kuda−kuda
2
1
tinggi atap ¿ tan 26 ° × bentang kuda−kuda
2
1
tinggi atap ¿ tan 26 ° × bentang kuda−kuda
2
tinggi atap=0,487732588× 7,5=3,6579 ≈ 3,66 meter
2. Panjang Batang sisi miring

Diketahui :

Bentang kuda-kuda : 15 meter

Tinggi atap : 3,66 meter

Panjang kuda-kuda :

2
1

panjangkuda−kuda ¿ tinggi atap 2 + bentang
2

panjang kuda−kuda ¿ √ 3,662 +7,52=8,34 m

Gambar 1.5 Panjang Rangka Batang


Tabel 1.1. Rekapitulasi Panjang Setiap Batang

No No batang Panjang Batang


(cm)
1 2,3,4,5,6,7,10,11,12,13,14,15 119,21
2 18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,29, 119,2
3 17,30 107,14
4 1, 8,9,16,31,33,35,37,39,41,43,44,46,48,50, 59,61
52,54,56
5 32,34,36,38,40,42,,45,47,49,51,53,55 94,94
Sumber : Hasil Analisis
BAB II
KRITERIA PERENCANAAN

Pada perencanaan ini penutup atap yang digunakan adalah Seng, Seng yang digunakan
yaitu Seng Gelombang Bulat . Nama kodok berasal dari bentuk bidang melingkar di bagian
depan Seng yang menyerupai kodok. Berat Seng Gelombang Bulat kurang lebih 1,75kg per
buah dan setiap meter persegi membutuhkan 21-25 buah. Seperti Seng plentong, Seng ini
juga sangat umum dijumpai di rumah pemukiman serta cocok untuk yang memiliki anggaran
keuangan ketat.

Kelebihan Seng Gelombang Bulat adalah:

1. Harganya relatif murah


2. Berat yang ringan sehingga meminimalkan beban atap.
3. Memiliki kuat tekan sehingga dapat diinjak.

Sementara kekurangannya adalah:

1. Diperlukan ketelitian pada saat pemasangan reng sehingga hasilnya rapi karena akan
mempengaruhi peletakan Seng.
2. Mudah berlumut atau berjamur bila tidak dicat atau diglasur
3. Menggunakan pola pemasangan zig-zag dengan sistem sambungan interlock yaitu
adanya celah untuk mengaitkan Seng yang satu dengan lainnya.

2.1 Karakteristik Baja

Berikut adalah karakteristik dari material baja.

1. Sifat Mekanis Baja.

Sifat-sifat mekanis baja struktural untuk maksud perencanaan ditetapkan sebagai


berikut berdasarkan SNI 03-1729-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Baja
Untuk Bangunan Gedung.
 Modulus elastisitas : E = 200.000 Mpa
 Modulus geser : G = 80.000 Mpa
 Nisbah poisson : μ = 0,3
 Koefisien pemuaian : α = 12 × 10-6 /ºC

Tabel 2. 1 Sifat Mekanis Baja Struktural

Tegangan Tegangan Pereganga


Jenis Putus Leleh n
Baja Minimum, fu Minimum, fy Minimum
(MPa) (MPa) (%)
BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13

2.2 Jenis – jenis Beban

1) Beban Mati

Beban mati adalah berat seluruh bahan konstruksi bangunan gedung yang terpasang,
termasuk dinding, lantai, atap, plafon, tangga, dingding partisi tetap, fisihsing, klading
gedung dan komponen arsitektural lainnya serta peraltan layan terpasang lain termasuk berat
keran. Berdasarkan PPIUG Untuk Komponen Gedung Beban penutup seng per m2 adalah 10
kg/m².

(SNI-1726-2013).
2) Beban Hidup

Beban hidup adalah beban yang diakibatkan oleh penggunaan dan penghuni bangunan
gedung atau struktur lain yang tidak termasuk beban kontruksi dab beban lingkungan seperti
angina, beban hujan, beban gempa, beban banjir, atau beban mati.
(SNI-1726-2013)

3) Beban Hujan

Setiap bagian dari suatu atap harus dirancang mampu menahan beban dari semua air
hujan yang terkumpul apabila ditambah beban mereta yang disebabkan kenaikan air diatas
lubang masuk ke system draunase sekunder pada aliran rencana.

(SNI-1726-2013)

R=0,0098(ds +dh)

Keterangan:

R = Beban air hujan pada atap (Kn/m2)

dh = tambahan kedalaman air (mm)

ds =kedalam pada air atap (mm)

4) Beban Angin

Beban yang diakibatkan oleh angin, termasuk dengan memperhitungkan bentuk


erodinamika bangunan dan peninjauan terhadap pengaruh angin topan, puyuh dan tornado,
bila diperlukan.

2.3 Kombinasi Dasar

Berdasarkan SNI 1727:2013 tentang Beban Minimum Untuk Perancangan Bangunan


Gedung Dan Struktur Lain, kombinasi dasar untuk stuktur, komponen dan fondasi harus
dirancang sedemikian rupa sehingga kekuatan desainnya sama atau melebihi efek dari beban
terfaktor dalam kombinasi berikut.
1. 1,4D
2. 1,2D + 1,6L + 0,5 (Lr atau S atau R)
3. 1,2D + 1,6 (Lr atau S atau R) + (L atau 0,5W)
4. 1,2D + 1,0W + L + 0,5 (Lr atau S atau R)
5. 1,2D + 1,0E + L + 0,2S
6. 0,9D + 1,0W
7. 0,9D + 1,0E
Keterangan:
a. D adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk
dinding, lantai atap, plafon, partisi tetap, tangga dan peralatan layan tetap
b. L adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk kejut,
tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan dan lain-lain. Faktor
beban L boleh direduksi sebesar 0,5 apabila besarnya kurang atau sama dengan 4,79
kPa, dengan pengecualian pada area garasi parkir, daerah yang digunakan untuk
pertemuan umum
c. Lr adalah beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja,
peralatan dan material atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda bergerak
d. R adalah beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air
e. W adalah beban angin
(Sumber SNI 1726:2013)

2.4 Desain Komponen Struktur Untuk Lentur

Berikut adalah ketentuan untuk komponen struktur untuk lentur berdasarkan SNI
1729:2015 tentang Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural.

1. Ketentuan Umum

Ketentuan lentur desain, ∅ bMn dan kekuatan lentur yang diizinkan, Mn / Ωb harus
ditentukan sebagai berikut.

∅ b = 0,90 (DFBK) Ωb = 1,67 (DKI)


Untuk komponen struktur simetris tunggal dalam lengkungan tunggal dan semua
komponen struktur simetris ganda :

12,5 M maks
Cb = ……………………...………………… (hal 50)
2,5 M maks +3 M A +4 MB +3 M C

2. Komponen Struktur Kompak

Ketentuan ini untuk profil yang memiliki badan atau sayap kompak.

A. Pelelehan

Mn = Mp = fy Zx ………………………..………………… (hal-50)

B. Tekuk Torsi-Lateral
1) Bila Lb ≤ Lp keadaan batas dari tekuk torsi lateral tidak boleh
digunakan.
2) Bila Lp ≤ Lb ≤ Lr

Lb−Lp
[
M n = Cb M p−( M p −0,7 f y S x )
( Lr−Lp )] ≤ Mp

3) Bila Lb > Lr

Mn = Fcr Sx ≤ Mp

Pembatasan panjang Lp dan Lr ditentukan sebagai berikut.

E
Lp =1,76 r y
√ fy

2.5 Desain Komponen Struktur Untuk Geser

Berikut adalah ketentuan untuk komponen struktur untuk geser berdasarkan SNI
1729:2015 tentang Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural.
1. Ketentuan Umum

Kekuatan geser desain, ∅ vVn dan kekuatan geser izin, Vn / Ωv harus ditentukan sebagai
berikut.

∅ v = 0,90 (DFBK) Ωv = 1,67 (DKI)

2. Komponen Struktur Dengan Badan Tidak diperkaku Atau Diperkaku.


A. Kekuatan Geser

Vn = 0,6 fvAwCv …………..……………………………… (hal-73)

1) Koefisien geser badan Cv ditentukan sebagai berikut.


kvE
a) Bila h/tw ≤ 1,10
√ fy

Cv = 1,0

kvE k E
b) Bila 1,10
√ fy
< h/tw ≤ 1,37 v
fy √
kv E

Cv =
1,10
√ h
fy

tw

kvE
c) Bila h/tw > 1,37
√ fy

1,51 k v E
2
Cv = h
( )f
tw y

2.6 Desain Komponen Struktur Untuk Tekan

Berikut adalah ketentuan untuk komponen struktur untuk tekan berdasarkan SNI 1729:2015
tentang Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural.
1. Ketentuan Umum

Kekuatan tekan desain, ∅ cPn dan kekuatan tekan tersedia, Pn / Ωc harus ditentukan sebagai
berikut.

∅ c = 0,90 (DFBK) Ωc = 1,67 (DKI)

2. Panjang Efektif

KL/r < 200

3. Tekuk Lentur Dari Komponen Struktur

Pn = Fcr Ag

Tegangan kritis Fcr ditentukan sebagai berikut :

KL E fy
A. Bila
r
≤ 4,71
fy √ (atau
fe
≤ 2,25)

fy
[
Fcr = 0,658f e
]
KL E fy
B. Bila
r
> 4,71
fy √ (atau
fe
> 2,25)

Fcr = 0,877fe

Tegangan tekuk kritis elastis fe ditentukan sebagai berikut.

π2 E
2
fe = KL
( )
r

4. Kekakuan Pelat Kopel


Ip I1
≥10
a L1

2.7 Desain Komponen Struktur Untuk Tarik

Berikut adalah ketentuan untuk komponen struktur untuk tarik berdasarkan SNI
1729:2015 tentang Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural.

1. Pembatasan Kelangsingan

Untuk komponen struktur yang dirancang berdasarkan tarik, rasio kelangsingan


L/r lebih baik tidal lebih dari 300

2. Kekuatan Tarik

Kekuatan tarik desain ∅ tPn dan kekuatan tarik tersedia Pn / Ωt dari komponen
struktur tarik, harus nilai terendah yang diperoleh sesuai dengan keadaan batas dari leleh
tarik pada penampang bruto dan keruntuhan tarik pada penampang neto.

A. Untuk Leleh Tarik Pada Penampang Bruto.

Pn = fy Ag

∅ t = 0,90 (DFBK) Ωt = 1,67 (DKI)

B. Untuk Keruntuhan Tarik Pada Penampang neto.

Pn = fu Ag

∅ t = 0,75 (DFBK) Ωt = 2,00 (DKI)

3. Luas Neto Efektif

Ae = AnU ………………………………………………………(hal 29)

2.8 Sambungan Las

Kekuatan desain, ØRn untuk kelompok las linear dengan suatu ukuran kaki yang
seragam, dibebani melalui titik berat:
Rn =F nw × A we

Untuk mencari tegangan nominal dari logam las:


F nw =0,60 F EXX

Untuk mencari luas efektif las:


w
A we=
√2
Dengan :
Fnw = Tegangan nominal logam
FEXX = Kekuatan elektroda logam pengisi/las, (MPa)
Awe = Luas efektif las (mm2)
w = Tebal las
Untuk mencari panjang las:
Pu
Lreq =
∅ Rn

Dengan :
Lreq = Panjang las (mm)
Pu= Gaya batang (N)
Ø = Throat efektif (0,80)
Tabel 2. 2 Ukuran Minimum Las Sudut

Tabel 2. 3 Kekuatan Elektroda Las


BAB III
PEMBEBANAN

3.1. Beban Mati


Beban mati yang bekerja pada gording merupakan beban mati akibat penutup atap,
plafon, penggantung dan rangka plafon. penutup atap menggunakan Seng Gelombang Bulat.

3.1.1. Data Seng

a. Jenis Seng = Seng Gelombang Bulat


b. Tebal seng = 0,20 mm
c. Panjang seng = 1,8,m
d. Lebar Seng = 750 mm
e. Berat seng = 10 kg/ m2

Maka, beban mati = Berat Seng

= 10 kg/m2
3.1.2. Plapon dan Rangka Plapon
1. Data Plafon
a. Jenis : Gypsum
b. Dimensi : 1.2 m x 2.4 m
c. Tebal : 9 mm
d. Berat : 5.1 kg/m2

2. Rangka Plafon
a. Jenis : Hollow Galvanis
b. Dimensi : 40mm x 40mm
c. Tebal : 2mm
d. Berat : 14.45 kg untuk 6m, maka untuk 1m = 2.408 kg
e. Jumlah rangka per m2 : 6 buah (jarak antar rangka adalah 50 cm)
f. Berat rangka per m2 : 6 x 2.408 = 14.45 kg/m2

3. Berat total plafon dan rangka plafon


Total : 14.45 + 5.1 = 19.55 kg/m2

Maka, beban mati = Berat Seng + Plafon dan Rangka Plafon.

= 10 kg/m2 + 19.55 kg/m2


= 29,55 Kg/m2

Maka beban mati per grid :


Tabel 3.1 Beban Mati
Grid Beban Mati Berat Total Beban Mati
2
(Kg/m ) (Kg/m2)

A dan Q 29,55 Beban Mati x ½. Jarak gording 8,807


B, P, C, O, D, N, E, M, F Beban Mati x Jarak gording
29,55 35,23
,L, G ,K, H,dan J
I 29,55 Beban Mati x ½. Jarak gording 8,807

Sumber: Analisa Perhitungan.

Gambar 3.1 Beban Mati

3.2. Beban Hidup


Beban hidup pada atap adalah beban yang diakibatkan oleh pelaksanaan
pemeliharaan oleh pekerja, peralaran dan material dan selama masa layan struktur yang
diakibatkan oleh benda bergerak seperti tanaman atau benda dekorasi kecil yang tidak
berhubungan dengan penghunian. Berdasarkan table 4-1 SNI 1727-2013 (halaman 25)
untuk beban semua permukaan atap dan beban pekerja pemeliharaan atap adalah sebesar
1,33 KN atau sebesar 135,714 Kg.

Gambar 3.2 Beban Hidup

3.3. Beban Hujan


Beban hujan adalah beban yang diakibatkan oleh air hujan yang mengalir di atap.
Berdasarkan SNI 1723-2013 beban hujan dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
R = 0.0098 (ds + dh)
Dimana : R = Beban air hujan pada atap (kN/m2)
ds = Kedalaman air pada atap (mm)
dh = Tambahan kedalaman air (mm)
Direncanakan ds = 10mm dan dh = 10mm
R = 0,0098 (10 + 10)
= 0,0098 (20)
= 0,196 kN/m2 = 19,986 kg/m2
Dari perhitungan tersebut didapat beban air hujan sebesar 19,986 kg/m2. Untuk beban
hujan pada gording beban yang bekerja adalah beban merata besarnya sebagai berikut :
Dari perhitungan diatas maka untuk beban mati yang bekerja pada gording adalah
sebagai berikut :

Untuk Grid A, I, & Q

Beban Air Hujan = 19,986 kg/m2

Jarak antar gording = 0,5961 m

Berat total beban air hujan dirumuskan


= beban mati x (½ jarak antar gording)
= 19,986 kg/m2 x (½ x 0,5961 m)

= 5,9568 kg/m2

Untuk Grid B, P, C, O, D, N, E, M, F ,L, G ,K, H,dan J

Beban Air Hujan = 19,986 kg/m2

Jarak antar gording = 1,1921 m

Berat total beban air hujan dirumuskan


= beban mati x jarak gording
= 19,986 kg/m2 x 1,1921 m
= 23,825 kg/m2
Tabel 3.2 Beban Air Hujan

Grid Beban Air Hujan Jarak Total


kg/m2 (m) (Kg/m2)
19,986
A&Q 0,5961 5,9568
19,986 23,825
B&P 1,1921
19,986 23,825
C&O 1,1921
19,986 23,825
D&N 1,1921
19,986 23,825
Gambar 3.3 E&M 1,1921 Beban
Hujan 19,986 23,825
F&L 1,1921
19,986 23,825
G&K 1,1921
19,986 23,825
H&J 1,1921
3.4. 19,986 Beban
I 0,5961 5,9568
Angin

Beban angin adalah beban yang disebabkan oleh angin termasuk dengan
memperhitungkan aerodinamika bangunan dan peninjauan pengaruh angin topan, puyuh dan
tornado, bila diperlukan sesuai dengan SNI 1727 : 2013.

1. Menentukan kategori risiko bangunan

Bangunan diasumsikan berupa gedung dan struktur lain yang merupakan risisko
rendah untuk kehidupan manusia dalam kejadian kegagalan dengan kategori risiko I.

2. Menentukan kecepatan angin dasar, V


Tentukan kecepatan angin dasar V, untuk kategori risiko yang sesuai.Kecepatan
angin dasar, Va = 38.3 m/s

Gambar 3.3 Kecepatan Angin


3. Tentukan parameter beban angin.
a. Faktor arah angin, Kd sesuai tabel 3.2 Digunakan faktor arah angin, Kd = 0,85
Tabel 3. 4 Faktor Arah Angin, Kd

Sumber: SNI 1727- 2013

b. Kategori Eksposur
Tinggi atap rata” = Tinggi bangunan + ½ kemiringan atap

= 12 + ½ . 8,344

= 16,172 meter

Digunakan kategori eksposur C karena tinggi atap rata- rata lebih dari 9,1 meter.
(Pasal 26.7.3, SNI 1727-2013)

c. Faktor topografi, Kzt


Digunakan faktor topografi, Kzt = 1,0 (Berdasarkan SNI 1727-2013 Pasal 26.8.2)

d. Faktor efek tiupan angin, G


Faktor efek tiupan angin untuk suatu bangunan gedung dan struktur lain yang aku
boleh diambil sebesar 0,85 (SNI 1727-2013 Pasal 26.9.1)

e. Klasifikasi Ketertutupan
Diasumsikan bagunan adalah bangunan tertutup
Koefifien tekanan internal, GCpi sesuai dengan tabel 3.3 Digunakan GCpi = + 0,18
menuju − 0,18 menjauhi

Tabel 3.5 Koefisien Tekanan Internal, Gcpi

Sumber : SNI 1727- 2013

Tabel 3.6 Koefisien Eksposur Tekanan Velositas, Kz dan Kh

Sumber : SNI 1727 – 2013

4. Tentukan koefisien eksposur tekanan velositas, Kz atau Kh sesuai tabel 3.6 Tinggi
atap = 6,25 meter
Diasumsikan bangunan 3 lantai dengan tinggi = 12 meter
Jadi, tinggi diatas level tanah, z = tinggi atap + tinggi bangunan

z = 3,66 + 12

z = 15,66 m

Berdasarkan table 26.9-1 pada SNI 1727:2013 untuk eksposur kategori C, didapat
nilai α = 9.5 dan nilai Zg = 274.32.

z ∝2
K z=2.01( )
Zg

2
15,66
K z=2.01 ( 274.32 ) 9.5

K z=1.100

z dan α ditentukan berdasarkan tabel 3.6


Tabel 3.7 Koefisien Eksposur Tekanan Velositas, Kz dan Kh

Sumber: Beban Minimum Untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain, SNI
1727- 2013

5. Tentukan tekanan velositas, q

Tekanan velositas q, dievaluasi pada ketinggian z harus dihitung dengan


persamaan berikut:

Dari hasil interpolasi data dalam table 3.7, Kzt =1,097

qz = 0,613 × Kz × Kzt × Kd × V2

qz = 0,613 × 1,100 × 1,097 × 0,85 × 38.32


qz = 922,3086 N/m2 = 94,049Kg/m2

6. Penentuan koefisien tekanan eksternal, GCp,

Berdasarkan SNI 1729:2013 nilai koefisien eksternal GCp, berdasarkan qz didapat


sebesar 0.8

7. Menghitung tekanan angin, p untuk setiap permukaan bangunan

Karena bangunan diasumsikan sebagai bangunan kaku dan tertutup maka besar nilai
tekanan angin, p, untuk setiap permukaan adalah:

a. Untuk angin tekan:


 = q × GCp − q(GCpi)

 = 922,3086 × 0,8 − 922,3086 × 0,18

 = 571,831 N/m2

 = 58,311kg/m2

b. Untuk angin hisap:


 = q × GCp − q(GCpi)

 = 922,3086 × (−0,8) − 922,3086 x (−0,18)

 = − 571,831 N/m2

 = − 58,311 kg/m2
a. Beban angin tekan pada setiap gording adalah sebagai berikut:
Untuk titik buhul A, K, dan F

Beban Angin Tekan = 571,831 N/m2

Jarak antar gording = 0,5961 m

Berat total beban angin tekan:

= beban angin tekan x 0.5 x jarak antar gording


= 571,831 N/m2 x 0.5 x 0,5961 m

= 170,434 N/m = 17,379 Kg/m

Untuk titik buhul B, P, C, O, D, N, E, M, F ,L, G ,K, H,dan J

Beban Angin Tekan = 571,831 N/m2

Jarak antar gording = 1,1921 m

Berat total beban angin:

= beban angin x jarak antar gording

= 571,831 N/m2 x 1,1921 m

= 681,6797 N/m = 69,512 Kg/m

b. Beban angin Hisap pada setiap gording adalah sebagai berikut:


Untuk titik buhul A, K, dan F

Beban Angin Tekan = − 571,831 N/m2

Jarak antar gording = 0,5961 m

Berat total beban angin Hisap:

= beban angin Hisap x 0.5 x jarak antar gording

= − 571,831 N/m2 x 0.5 x 0,5961 m

= −170,434 N/m = −17,379 Kg/m

Untuk titik buhul B, P, C, O, D, N, E, M, F ,L, G ,K, H,dan J

Beban Angin Hisap = 571,831 N/m2

Jarak antar gording = 1,1921 m

Berat total beban angin:

= beban angin x jarak antar gording


= −571,831 N/m2 x 1,1921 m

=− 681,6797 N/m = −69,512 Kg/m

Table 3.3 Beban Angin Tekan AtapX

Titik Buhul Beban Angin Tekan Jarak Total


(N/m2) (m) (Kg/m)
58,311 17,379
A&Q 0,5961
58,311 1,1921 69,512
B&P
58,311 1,1921 69,512
C&O
58,311 1,1921 69,512
D&N
58,311 1,1921 69,512
E&M
58,311 1,1921 69,512
F&L
58,311 1,1921 69,512
G&K
58,311 1,1921 69,512
H&J
58,311 0,5961 17,379
I
Gambar 3.4 Beban angin tekan

Table 3.4 Beban Angin Hisap Atap

Titik Buhul Beban Angin Tekan Jarak Total


(N/m2) (m) (Kg/m)
-58,311 0,5961 -17,379
A&Q
-58,311 1,1921 -69,512
B&P
-58,311 1,1921 -69,512
C&O
-58,311 1,1921 -69,512
D&N
Gambar
-58,311 1,1921 -69,512
3.5 Beban E&M Angin
Hisap -58,311 1,1921 -69,512
F&L
-58,311 1,1921 -69,512
G&K
-58,311 1,1921 -69,512
H&J
-58,311 0,5961 -17,379
I

Anda mungkin juga menyukai