Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

SISTEM TRANSPORTASI II

(MEREVIEW JURNAL)

OLEH :

NAMA : NI KOMANG DEWI FORTUNA TRIALITA

NIM : 1861122023

KLS : E

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK DAN PERECANAAN

UNIVERSITAS WARMADEWA

TAHUN AJARAN 2020


JURNAL 2

Judul PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG SEBELUM DAN


SESUDAH PENETAAN KAWASAN PERKOTAAN
SARBAGITA DI KECAMATAN KUTA UTARA
Jurnal Jurnal Planoearth
Penulis I Putu Windhu Sanjaya dan Agam Marsoyo
Volume 4, No 1
Tahun 2019
Link Jurnal https://www.researchgate.net/publication/334776726_PERUBAHA
N_PEMANFAATAN_RUANG_SEBELUM_DAN_SESUDAH_PENETAPA
N_KAWASAN_PERKOTAAN_SARBAGITA_DI_KECAMATAN_KUTA_U
TARA

Latar Kecamatan Kuta Utara merupakan wilayah pinggiran Kota


Belakang Denpasar yang saat ini mengalami perkembangan pesat terutama
pada pemanfaatan ruangnya. Sejak tahun 2011, Kecamatan Kuta
Utara ditetapkan sebagai bagian wilayah pengembangan kawasan
perkotaan Sarbagita yang merupakan kawasan strategis nasional.
Kajian ini terkait perubahan pemanfaatan ruang untuk
menggambarkan perubahan pemanfaatan ruang yang terjadi
sebelum dan sesudah penetapan kawasan perkotaan Sarbagita
Kecamatan Kuta yang merupakan pusat pariwisata di
Bali Selatan dengan Pantai Kuta sebagai obyek wisata
pavorit, dan Kota Mangupura pada wilayah administrasi
Kecamatan Mengwi yang merupakan pusat pemerintahan
Kabupaten Badung. Kondisi ini membuat Kecamatan Kuta
Utara yang berada pada posisi strategis bagi pengembangan
wilayah kekotaan
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan adanya
perubahan pemanfaatan ruang yang pesat sejak periode tahun
2011 sampai 2017 yang ditunjukkan dengan perubahan lahan
tidak terbangun menjadi lahan terbangun.

Metode Untuk mengetahui perubahan pemanfaatan ruang,


Penelitian dilakukan analisis terhadap kondisi fisik menggunakan
analisis spasial dengan teknik overlay secara time series
Subjek Perubahan Pemanfaatan Ruang Sebelum Dan Sesudah
Penelitian Penetapan Kawasan Perkotaan Sarbagita di Kecamatan Kuta
Utara
Hasil dan Kecamatan Kuta Utara pada mulanya memiliki
Pembahasan pemanfaatan ruang yang beroreintasi pada kegiatan pertanian.
Lahan pertanian yang ada di Kecamatan Kuta Utara adalah
berupa lahan sawah dan lahan tegalan. Dominasi lahan sawah
ini mencerminkan bahwa saat itu masyarakat di Kecamatan
Kuta Utara yang memiliki profesi sebagai petani.
Perkembangan yang terjadi di Kecamatan Kuta Utara
mengakibatkan perubahan pemanfaatan ruang yang
ditunjukkan dengan adanya perubahan bentuk penggunaan
lahan tidak terbangun menjadi lahan terbangun yang
menunjang kebutuhan akan ruang kekotaan. Selain terjadi
perubahan pada bentuk lahan juga terjadi perubahan fungsi
bangunan terutama pada bangunan rumah tinggal yang
berfungsi ganda (tempat tinggal dan tempat usaha).
Pembahasan perubahan pemanfaatan ruang di Kecamatan
Kuta Utara dibahas dalam dua periode yaitu periode I ( Tahun
2003 sampai 2011) dan periode II (Tahun 2011 sampai 2017)

JURNAL 3

Judul TATA GUNA LAHAN BUKIT LAWANG SEBAGAI


KAWASAN WISATA BERKELANJUTAN
Jurnal Jurnal Energy & Engineering (EE)
Penulis Nurlisa Ginting dan I Putu Selly Veronica
Volume 2, No 1
Tahun 2019
Link Jurnal https://www.researchgate.net/publication/334272506_Tata_Guna
_Lahan_Bukit_Lawang_sebagai_Kawasan_Wisata_Berkelanjutan

Latar Bukit Lawang merupakan bagian dari kawasan


Belakang konservasi Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang
menjadi tujuan wisata di Kabupaten Langkat. Aktivitas
wisata dan konservasi yang terdapat di Bukit Lawang
harus diakomodasi dengan adanya perencanaan tata guna
lahan yang tepat. Tata guna lahan Bukit Lawang sebagai
kawasan konservasi yang tidak direncanakan dengan
mempertimbangkan adanya aktivitas wisata dapat
menyebabkan gangguan terhadap kelestarian kawasan.
Sebagai bagian dari kawasan konservasi maka perecanaan tata
guna lahan yang paling tepat dilakukan untuk memaksimalkan
potensi wisata Bukit Lawang adalah dengan konsep wisata
berkelanjutan.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan
dampak sosial, ekonomi dan lingkungan yang terjadi akibat
adanya pengembangan pariwisata di Desa Petitenget Kuta
Utara Badung terhadap alih fungsi lahan sawah.

Metode Penelitian tata guna lahan Bukit Lawang ini


Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dimana data yang
digunakan adalah data hasil observasi lapangan dan kajian
literature
Subjek Perencanaan tata guna lahan Bukit Lawang sebagai
Penelitian kawasan wisata berkelanjutan
Hasil dan Konsep perancangan tata guna lahan yang diterapkan
Pembahasan oleh Swan Hill Riverfront, Victoria, Australia sangat tepat
jika diterapkan di kawasan kajian. Pengembalian fungsi
Sungai Bahorok dan pengoptimalan fungsi lahan di kawasan
Bukit Lawang dapat dilakukan dengan menjadikan area
tepi sungai sebagai zona ruang publik. Analisa pada
perencanaan tata guna lahan di Bukit Lawang dilakukan
berdasarkan tiga aspek yaitu (1) pembatasan zona; (2)
pembagian fungsi; dan (3) peningkatan nilai kawasan.

JURNAL 4

Judul DAMPAK PEMBANGUNAN JALAN TOL


BALIMANDARA TERHADAP EKOSISTEM MANGROVE
DI TELUK BENOA BALI
Jurnal Jurnal Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Penulis Ida Bagus Made Baskara Andika, Cecep Kusmana dan I
Wayan Nurjaya
Volume 9, No 3
Tahun 2019
Link Jurnal https://www.researchgate.net/publication/336247310_Dampak_P
embangunan_Jalan_Tol_Bali_Mandara_Terhadap_Ekosistem_Man
grove_di_Teluk_Benoa_Bali

Latar Ekosistem mangrove tersebut berada di kawasan


Belakang strategis pariwisata Bali, mengakibatkan ekosistem mangrove
Teluk Benoa mengalami tekanan yang sangat besar. Tahura
Ngurah Rai berada di kawasan yang sangat strategis karena
terletak diantara tiga pusat pariwisata di Bali yaitu Nusa Dua,
Kuta, dan Sanur. Selain itu ekosistem mangrove Teluk Benoa
Bali juga terletak di dua pintu masuk Pulau Bali, yaitu
Bandara Internasional Ngurah Rai dan Pelabuhan Laut Benoa
Seiring dengan berkembangnya pariwisata di
Bali, kebutuhan terhadap infrastruktur pembangunan
pariwisata juga semakin meningkat. Melihat letak Tahura
Ngurah Rai yang berada pada kawasan pariwisata yang
strategis, maka pembangunan di sekitarnya pun berkembang
sangat pesat. Menurut Wiradharma et al. (2010), telah terjadi
pengalihan fungsi hutan mangrove seperti reklamasi Pulau
Serangan, pembangunan estuari dam di muara Sungai
Badung, pembangunan fasilitas air bersih, tempat
pembuangan limbah, alih fungsi menjadi pabrik, dan
perbengkelan, pembuatan jalan tol, serta perluasan pacu
bandara dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Selain
permasalahan di atas, pada tahun 2012 Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Provinsi Bali melakukan pembangunan Jalan Tol
Bali Mandara. Jalan tol tersebut adalah jalan tol pertama di
Bali, dan merupakan jalan tol atas laut pertama di Indonesia.
Pembangunan jalan tol yang berada di wilayah perairan Teluk
Benoa Bali tersebut dikhawatirkan dapat merusak ekosistem
mangrove yang berada di Tahura Ngurah Rai, baik saat proses
pembangunan maupun setelah Jalan Tol Bali Mandara
beroperasi. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
melihat dampak yang ditimbulkan dari pembangunan Jalan
Tol Bali Mandara terhadap ekosistem mangrove di Teluk
Benoa Bali.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dampak
pembangunan jalan tol Bali Mandara menuju ekosistem
mangrove di Taman hutan Ngurah Rai..

Metode Penelitian dengan metode kualitatif diterapkan


Penelitian dalam rangka untuk membandingkan parameter lingkungan
ekosistem mangrove sebelum dan sesudah pembangunan jalan
Raya
Subjek Dampak Pembangunan Jalan Tol Bali Mandara
Penelitian Terhadap Ekosistem Mangrove di Teluk Benoa Bali
Hasil dan Pembangunan jalan tol Bali Mandara mempengaruhi
Pembahasan beberapa parameter fisik ekosistem mangrove. Salinitas, nilai
pH dan DO konten adalah parameter fisik yang menurun
setelah contruction. Penurunan juga diidentifikasi untuk
kecepatan saat ini, selama arus pasang kecepatan tinggi
menurun menjadi 0-0,44 m/s sementara saat air surut turun ke
0-0,84 m/s. Di sisi lain, daerah sedimentasi meningkat sebesar
485,62 ha yang menyebabkan silting. Analisis vegetasi
menunjukkan bahwa Bali Mandara Highway tidak berdampak
signifikan terhadap keragaman jenis mangrove di Taman
hutan Ngurah Rai. Di daerah tersebut masih mendominasi
tanaman bakau.

JURNAL 5

Judul TATA GUNA LAHAN JALUR LINTAS SELATAN (JLS)


UNTUK PENYELAMATAN TAMAN NASIONAL MERU
BETIRI (TNMB) DI PERBATASAN KABUPATEN
JEMBER DAN BANYUWANGI DENGAN METODE IRAP
Jurnal Jurnal Teknik Sipil
Penulis Taufan Abadi dan Irawati
Volume 10, No 2
Tahun 2016
Link Jurnal http://prokons.polinema.ac.id/index.php/PROKONS/article/view/1
13/111

Latar Rencana pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS)


Belakang disekitar kawasan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB)
Kabupaten Jember dan Banyuwangi akan merubah tata guna
lahan. Disamping itu, dengan terealisasinya pembangunan
JLS akan memberi dampak pada masyarakat sekitar kawasan
TNMB. Jalur JLS sekitar kawasan TNMB hendaknya benar-
benar diperhatikan. Hal ini agar jalur JLS tidak masuk ke
kawasan TNMB yang nantinya akan merusak konservasi alam
dan ekosistemnya. Dari data Kantor TNMB Jember, kawasan
TNMB mempunyai 642 spesies Flora dan 246 spesies Fauna.
Data berikutnya, TNMB yang luasnya 58.000 Hektar
mempunyai elevasi ketinggian 0 – 1.223 meter DPL. Selain
hutan lindung, kawasaan TNMB sebagai tempat wisata dan
penelitian. Rencana pembagunan JLS hendaknya terealisasi
secepatnya, karena akses transportasi (prasarana) untuk
masyarakat sekitar kawasan TNMB sangat kurang. Kabupaten
Jember, jalur JLS disekitar TNMB sepanjang 30,567
kilometer melintasi 2 (dua) kecamatan, yaitu Kecamatan
Tempurejo (Desa Curahnongko dan Sanenrejo) dan
Kecamatan Silo (Desa Mulyorejo). Pada Kabupaten
Banyuwangi, jalur JLS sepanjang 17.80 kilometer melintasi
Kecamatan Kalibaru (Desa Kebonrejo). Penggunaan lahan
JLS disekitar TNMB terdapat tanah masyarakjat (11%),
Tanah Perkebunan PTPN XII (23%) dan tanah Perhutani
(56%
Tujuan Penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan
dan keharusan dalam perencanaan JLS dan Jalan local (sirip)
disekitar TNMB dan Menjaga pelestarian Taman
Nasional Meru Betiri (TNMB) yang kaya flora dan fauna di
perbatasan Kabupaten Jember dan Banyuwangi.
Metode Metode IRAP Metode IRAP (Integrated Rural
Penelitian Accesbility Planning) merupakan alat atau metode yang
digunakan dalam proses indifikasi dalam prioritas
perencanaan kebutuhan pembangunan di wilayah pedesaan
(rural) dengan mempertimbangkan kapasitas penduduk
pedesaan dalam memenuhi atau memperoleh akses kebutuhan
dasar dan fasilitas pelayanan sosial ekonomi dan lainnya
Subjek Penyelamatan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB)
Penelitian di perbatasan kabupaten Jember dan Banyuwangi dengan
Metode Irap
Hasil dan Hasil penelitian metoe IRAP, skala prioritas jalur
Pembahasan JLS dan Jalan pendukung (jalan sirip), yaitu Kecamatan Silo
(IA=8.9375), Kecamatan Kalibaru (IA=6.4875), kemudian
disusul Kecamatan Tempurejo (IA=6.1375). Untuk sektor
perekonomian (SDA) tertinggi adalah Kecamatan Kalibaru
(IA=9.816667), Silo (IA=9.466667) kemudian disusul
Kecamatan Tempurejo (IA=8.766667). Memperhatikan JLS
disekitar TNMB yang rawan “pengawasan”, perlunya
“pemekaran Kecamatan” disekitar TNMB. Hal ini, Desa-desa
yang dilintasi JLS sekitar kawasan TNMB, jauh dari kantor
Pemerintahan (Kecamatan, Koramil dan Polsek). Selanjutnya
tahap berikutnya adalah dari pelaporan akhir akan melakukan
publikasi ilmiah dan dikirim ke pihak-pihak berwenang untuk
arahan dalam perencanaan jalur JLS dan Jalan Pendukung
(sirip).

Anda mungkin juga menyukai