Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN TUGAS KELOMPOK

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PIPA BAWAH LAUT

Disusun oleh:
Carlo Jonathan Sihombing 043116 40000 016
Nugie Ramadhan 043116 40000 038
Bilal Pradanahadi 043116 40000 076

Dosen Pembimbing :
Dr. Ir. Hasan Ikhwani, M.Sc.
Kelas A
Kelompok 11

Departemen Teknik Kelautan


Fakultas Teknologi Kelautan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan tugas ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah dan tercurahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan Tugas Ujian Tengah Semester mata kuliah Rekayasa Pipa Bawah
Laut.
Penulis tentu menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya.

Surabaya, 16 April 2019

Penulis

0
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
1.1. Latar Belakang 3
1.2. Rumusan Masalah 3
1.3. Tujuan 4
1.4. Manfaat 4
1.5. Batasan Masalah 4
BAB II DASAR TEORI 5
2.1. Penentuan Diameter Pipa 5
2.2. Analisa Desain Ketebalan Pipa 6
2.3. Proteksi Katoda 6
2.4. Metode Instalasi Pipa 7
2.5. Metode Perlindungan Lain 9
BAB III METODOLOGI 10
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 14
4.1. Data yang Digunakan 14
4.2. Pertanyaan 14
4.3. Pembahasan 15
4.3.1. Perghitungan inside diameter 15
4.3.2. Perhitungan wall thickness 15
4.3.3. Perhitungan Berat Minimal Pipa yang Disyaratkan 16
4.3.4. Perhitungan dan Merencanakan Tebal Concrete 20
4.3.5. Perhitungan Dan Perencanaan Perlindungan Korosi Dengan Menggunakan
Sacrificial Anode 21
4.3.6. Perhitungan Dan Perencanaan Perlindungan Korosi Dengan Menggunakan
Impressed Current 25
4.3.7. Pemilihan Perlindungan Korosi 30
4.3.8. Metode Instalasi 30
4.3.8. Metode Proteksi Pipa Setelah Diinstalasi 31
BAB V PENUTUP 32
DAFTAR PUSTAKA 33

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mouselli (1981) menyatakan bahwa penggunaan pipa bawah laut ikut


meningkat seiring bertambahnya proyek eksplorasi dan eksploitasi hidrokarbon. Hal
ini disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan dan permintaan migas sebagai sumber
energi dalam kehidupan sehari – hari. Dalam perkembangannya, pipa bawah laut
digunakan untuk transport fluida hidrokarbon dari suatu platform yang beroperasi di
laut dalam. Hal ini menyebabkan perancangan dan desain pipa bawah laut harus
mempertimbangkan tegangan- tegangan yang disebabkan selama proses konstruksi
dan operasi. Selain itu juga perlu dipertimbangkan beban lingkungan di mana pipa
bawah laut akan beroperasi, baik dari gelombang, arus dan juga profil dasar laut di
mana pipa diletakkan. Kemudian perlu juga dilakukan proteksi untuk menghindari
terjadinya korosi agar pipa dapat beroperasi secara maksimal.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam perancangan desain pipa bawah laut ini adalah:
1. Bagaimana cara menghitung inside diameter?
2. Bagaimana cara menghitung wall thickness?
3. Bagaimana cara menghitung berat minimal pipa yang disyaratkan stabilitas?
4. Bagaimana cara menghitung dan merencanakan tebal concrete coating?
5. Bagaimana cara menghitung dan merencanakan perlindungan korosi dengan
menggunakan Sacrificial Anode?
6. Bagaimana cara menghitung dan merencanakan perlindungan korosi dengan
menggunakan Impressed Current?
7. Bagaimana cara memilih metode perlindungan terhadap korosi yang sesuai dengan
pipa?
8. Bagaimana cara merencanakan metode instalasi di laut beserta perlindungan pipa
selanjutnya setelah selesai diinstalasi?

2
1.3. Tujuan
Adapun tujuan penulisan laporan kerja praktik ini adalah :
1. Menghitung inside diameter
2. Menghitung wall thickness
3. Menghitung berat minimal pipa yang disyaratkan stabilitas
4. Menghitung dan rencanakan tebal concrete coating
5. Menghitung dan merencanakan perlindungan korosi dengan menggunakan
Sacrificial Anode
6. Menghitung dan merencanakan perlindungan korosi dengan menggunakan
Impressed Current
7. Memilih metode perlindungan terhadap korosi yang sesuai dengan pipa
8. Merencanakan metode instalasi di laut beserta perlindungan pipa selanjutnya
setelah selesai diinstalasi

1.4. Manfaat
Manfaat dari tugas ini adalah untuk mengaplikasikan ilmu yang didapatkan dari
perkuliahan Rekayasa Pipa Bawah Laut dan juga sebagai Ujian Tengah Semester pada
mata kuliah tersebut.

1.5. Batasan Masalah


Batasan masalah dalam pengerjaan perancangan pipa bawah laut ini antara lain:

1. Code utama yang digunakan ASME B31.4.


2. Fluida yang mengalir adalah jenis gas.
3. Satuan yang digunakan adalah satuan standard British Imperial System.
4. Perancangan dilakukan tanpa memperhatikan biaya produksi.

3
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Penentuan Diameter Pipa


Dalam perhitungan diameter pipa gas ada beberapa faktor yang dipertimbangakan
untuk menentukan nilai diameter tersebut yaitu debit aliran gas yang ada di dalam pipa,
pressure drop, panjang desain pipa, dan profil gas yang akan dialirkan dalam pipa.
Profil gas yang dipakai dalam perhitungan antara lain specific gravity, kompresibilitas
dan temperatur gas. Persamaan yang biasanya dipakai untuk menghitung diameter pipa
gas adalah persamaan Weymouth dan Panhandle B, di mana perbedaan dari kedua
persamaan adalah persamaan Panhandle B juga memperhitungkan nilai friction factor.
Persamaan dapat dituliskan sebagai berikut:

 Weymouth:
P21 −P 22 0.5
2.67
Q g=1.1× D ×( )
L× S × Z ×T
di mana:
o Qg = Gas flow rate (MMSCFD)
o D = Diameter dalam pipa (inch)
o P1 = Tekanan awal (psia)
o P2 = Tekanan akhir (psia)
o L = Panjang pipa (ft)
o S = Gas specific gravity
o T = Temperatur aliran gas (R)
o Z = Faktor kompresibilitas gas
 Panhandle B:
D 5 ×(P21−P22 ) 0.5
Q g=( )
25.2 × f × L× S × Z ×T
o Qg = gas flow rate (MMSCFD)
o D = Diameter dalam pipa (inch)
o P1 = Tekanan awal (psia)
o P2 = Tekanan akhir (psia)

4
o f = friction factor
o L = Panjang pipa (ft)
o S = Gas specific gravity
o T = Temperatur aliran gas (R)
o Z = Faktor kompresibilitas gas

Setelah didapatkan nilai diameter dalam pipa, maka kemudian dapat diperkirakan nilai
diameter luar pipa dari tabel Nominal Pipe Size (NPS) berdasarkan ASME B36.10M.

2.2. Analisa Desain Ketebalan Pipa


Analisa desain ketebalan pipa bertujuan untuk mencari nilai ketebalan pipa yang
dibutuhkan dalam tahap perancangan pipa. Dalam analisa desain ketebalan pipa ini,
dibutuhukan nilai design pressure dan hydrostatic pressure. Adapun berbagai standard
yang dapat digunakan untuk pertimbangan desain ketebalan pipa, sesuai dengan batasan
yang telah diberikan laporan ini menggunakan standard ASME B31.4, yang dapat
diuraikan sebagai berikut:

S=0,72 x E x SMYS

Pi × D
t=
2S

t n=t + A
di mana:
 S = allowable stress value
 E = joint factor
 SMYS = Specified Minimum Yield Strength
 t = pressure design wall thickness
 Pi = internal design pressure
 D = outside diameter
 tn = nominal wall thickness
 A = Allowance

2.3. Proteksi Katoda

Bashi (2003) menyatakan bahwa proteksi katodik merupakan cara paling efektif
untuk melindungi struktur logam di kondisi terendam dalam fluida cair, contohnya air

5
laut, dari korosi. Proteksi katodik (Cathodic Protection) adalah teknik yang digunakan
untuk mengendalikan korosi pada permukaan logam dengan menjadikan permukaan
logam tersebut sebagai katode. Dalam perlindungan korosi untuk pipa bawah laut,
metode yang umum digunakan ada dua, yaitu Sacrificial Anode dan Impressed Current.
Metode Sacrificial Anode adalah metode yang menggunakan logam lebih reaktif
sebagai anode untuk melindungi logam dari pipa yang menjadi katode. Metode
Impressed Current adalah metode yang menggunakan arus DC dihubungkan ke anode.

2.4. Metode Instalasi Pipa

a) S-lay
Metode S-Lay adalah metode instalasi di mana pipa diletakkan di dasar laut
yang saat proses penurununannya membentuk huruf “S”. Pipa disusun di barge dan
diturunkan dengan stinger. Terjadi dua tegangan yaitu overbend dan sagbend di
daerah lekukan saat pipa diturunkan. Metode ini biasanya dipakai di perairan relatif
dangkal.

Gambar instalasi metode S-Lay (Herdiyanti, 2013)


b) J-Lay
Metode instalasi pipa bawah laut di mana pipa diletakkan secara vertikal dari
barge dengan membentuk huruf “J”. Berbeda dengan S-Lay,pipa yang diinstalasi
dengan metode J-Lay tidak mengalami tegangan sagbend, hanya overbend. Metode
ini cocok dilakukan untuk instalasi di laut dalam.

6
Gambar instalasi metode J-Lay (Herdiyanti, 2013)
c) Reel Lay
Reel lay adalah metode instalasi pipa bawah laut dengan cara menurunkan pipa
bawah laut yang sebelumnya sudah disatukan dalam bentuk gulungan (Cho, 2017).
Dalam metoda ini umumnya pipa yang dinstalasikan adalah pipa berukuran diameter
kecil dan juga pipa yang fleksibel. Pada instalasi ini dibutuhkan vessel khusus yang
didesain yang memiliki drum dengan ukuran besar yang menjadi tempat gulungan
pipa. Jika pipa ini dinstalasi secara horizontal maka akan berbentuk S-Lay namun
jika dinstalasi secara vertikal maka akan berbentuk J-Lay. Metode ini lebih murah
jika dibandingkan dengan metode lain ditinjau dari sisi waktu dan biaya, namun
terbatas untuk pipa dengan ukuran diameter kecil dan bahan fleksibel, tidak bisa
bahan kaku seperti logam besi.

7
Skema instalasi Reel Lay (Cho, 2017)
d) Tow or pull

Metoda ini digunakan dengan cara menarik pipa yang sudah disiapkan di darat
dan kemudian ditarik ke tempat instalasi dengan cara ditarik oleh tug boat.

Ada 4 jenis tow berdasarkan posisi pipa terhadap dasar laut: bottom tow, off-


bottom tow, controlled depth tow and surface tow. Selain bottom tow, diperlukan
minimal dua buah kapal, satu di depan dan satu di belakang. Dalam controlled depth
tow, kecepatan kapal harus disesuaikan dengan kedalaman pipa yang diinginkan
pada saat towing. Dalam  towing lay, semua fabrikasi dikerjakan di onshore
termasuk pemasangan anode dan coating di sambungan. Menarik buat lapangan
yang terletak tidak terlalu jauh dari pantai. Juga cocok untuk aplikasi PIP dan pipe
bundle.

2.5. Metode Perlindungan Lain


 Coating 
Pada stuktur pipa bawah laut, lapisan pelindung (coating) merupakan penghalang
pertama untuk menahan korosi. Lapisan pelindung pada pipa bawah laut ini
dimaksudkan untuk melindungi dan melapisi pipa dari lingkungannya agar secara
fisik dapat efektif memisahkan baja dari lingkungannya yang berpotensi
menimbulkan korosi. Coating dilakukan dengan prinsip menutupi permukaan pipa

8
dengan material yang ketahanan korosinya lebih besar daripada logam yang dilapisi.
Coating juga dapat berupa liquid (cat) atau berupa lapisan concrete (beton).
 Pemakaian Inhibitor 
Inhibitor korosi merupakan zat organik dan anorganik yang bila ditambahkan ke
dalam lingkungan yang korosif akan menghambat atau menurunkan laju korosi.
Inhibitor korosi digunakan untuk melindungi pipa dari serangan korosi akibat aliran
fluida. Umumnya inhibitor korosi ini berasal dari senyawa-senyawa organik dan
anorganik yang mengandung gugus-gugus yang memiliki pasangan elektron bebas,
seperti nitrit, kromat, fosfat. Pemakaian inhibitor pada pipa bawah laut biasanya
digunakan untuk menangani permasalahan korosi internal yang diakibatkan oleh
aliran fluida yang memiliki fasa jamak, seperti air dan kontaminannya yaitu O2, H2S,
CO2. Untuk menghambat laju korosi pada internal pipa terjadi dengan cepat,
diperlukan pengendalian terhadap korosi dengan menggunakan pemakaian inhibitor
melalui proses pigging.

9
BAB III
METODOLOGI

Dalam laporan ini, proses pengerjaan diilustrasikan dalam diagram alir berikut:

Mulai

Data yang kami gunakan:


- Jenis fluida, massa jenis, debit, dan
tekanan desain
- Tekanan hidrostatis dan temperatur desain
- Jenis pipa yang digunakan
- Data gelombang dan data arus
- Code yang digunakan : ASME B31.4

Perhitungan diameter dalam

Penentuan diameter luar


melalui tabel NPS

Perhitungan ketebalan pipa

Penentuan jenis teori gelombang menggunakan


diagram validitas teori gelombang

10
Penentuan jenis teori gelombang menggunakan
diagram validitas teori gelombang

Perhitungan kecepatan arus efektif


berdasarkan teori gelombang yang digunakan

Perhitungan Reynold Number

Penentuan CM, CD, dan CL


berdasarkan harga Reynold Nymber

Perhitungan FD, FL, dan FI berdasarkan


harga CM, CD, dan CL

Perhitungan gaya angkat dan penentuan


berat minimum pipa

Penentuan ketebalan concrete


coating

Perhitungan perlindungan korosi


menggunakan sacrificial anode

11
Perhitungan impressed current yang
diperlukan untuk perlindungan korosi

Perencanaan metode instalasi

Perencanaan metode perlindungan pipa pasca instalasi

Selesai

12
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1. Data yang Digunakan

Data Pipa Penyalur (Kelompok 11: Data Pipa C)


Fluid Gas
Flowrate 1250 MMSCFD
Design Pressure 120 bar
Design Temperature 95o C
Hidrostatic Pressure 200 bar
Fluid Density 95 kg/m3
Pipe Grade X – 65
Rencana Panjang Pipa yang diinstalasi 15000 m
Data Gelombang :
Height (H) 3 meter
Period (T) 10 detik
Depth (d) 100 meter
Data Arus Permukaan (U) 0.81 meter/sekon
Standar yang digunakan ASME B31.4

4.2. Pertanyaan

1. Hitunglah inside diameter


2. Hitunglah wall thickness
3. Hitunglah berat minimal pipa yang disyaratkan stabilitas
4. Hitung dan rencanakan tebal concrete coating
5. Hitung dan rencanakan perlindungan korosi dengan menggunakan Sacrificial Anode
6. Hitung dan rencanakan perlindungan korosi dengan menggunakan Impressed Current
7. Bandingkan hasil poin 5 dan 6, beri komentar mana yang akan Anda pakai.
8. Rencanakan metode instalasi di laut, beserta perlindungan pipa selanjutnya setelah
selesai diinstalasi

4.3. Pembahasan
4.3.1. Perhitungan inside diameter

Dengan mengasumsikan Pressure drop = 200 psia, maka rumus yang digunakan
adalah

13
0.5
P21−P22
Q g=1.1× D 2.67
( L× S × Z ×T )
Dimana
Qg = Kecepatan aliran : = 1250 MMSCFD
P1 = Pressure 1 : 120 bar = 1740.45 psia
P2 = Pressure 2 : 1740.45 – 200 = 1540.45 psia
L = Panjang pipa penyalur : 15000 m = 49212.6 feet
S = Specific gravity diasumsikan = 0.621
Z = Kompresibilitas gas diasumsikan = 0.863
T = Temperatur aliran gas : 95o C = 662.67 Rankine
Maka
0.5
1740.452 −1540.452
1250=1.1× D 2.67
( 49212.6 ×0.621 ×0.863 ×662.67 )
0.5
1250 49212.6 × 0.621× 0.863× 662.67
D2.67=
1.1
× ( 1740.452−1540.452 )
Inside Diameter=2.67√ 5857.525=25.78 inch
Dari nilai tersebut, dengan menggunakan Tabel Nominal Pipe Sizing (NPS 26), maka
dapat ditentukan nilai Outer Diameter, yaitu :
Outer Diameter : 26 inch

4.3.2. Perhitungan wall thickness

Berdasarkan standar ASME B31.4 tentang Process Piping, didapat rumus untuk
menentukan wall thickness yaitu sebagai berikut :
S=0.72× E× SMYS
Pi D
t=
2S
t n=t + A
Dalam hal ini, kami mengasumsikan bahwa jenis pipa yang digunakan adalah
Dimana
Pi = Tekanan internal relative (psi) = 1740.45 psi
D = Outer diameter = 26 inch
SMYS = Specified Minimum Yield Strength (Grade X-65) = 65000 psi
E = Joint factor (asumsi seamless) =1
A = Allowance (asumsi allowance corrosion) = 0.02 inch

14
S=0.72× 1× 65000=46800 psi
1740.45× 26
t n= + 0,02
2 ( 46,800 )
t n=0.500 inch
berdasarkan table NPS Ryan Herco Flow Solution, dengan NPS 26, didapat nilai wall
thickness yang sesuai adalah 0.500 dengan Schedule 20

4.3.3. Perhitungan berat minimal pipa yang disyaratkan


- Menentukan teori gelombang yang akan digunakan
- Asumsi seabed
Seabed slope = 0
Clay bottom (μ ) = 0,5
m 2
G = 9,8 2 = 32,2 ft/s
s
d = 100 m = 328.084 ft
T = 10 s
H = 3 m = 9.843 ft
d 328.084
= =0.102
g T 32.2 ×(10)2
2

H 9.843
2
= 2
=0.003
g T 32.2 ×(10)

Maka, teori gelombang yang digunakan adalah : Stokes order-2


- Menentukan panjang gelombang laut dalam

15
g T 2 32.2× 102
Lo = = =512.74 ft
2π 2π

d 328.084
 =
Lo 512.74
=0.64

Berdasarkan buku Teknik Pantai (Triatmodjo,1999) didapatkan:


d/L = 0.64041
328.084
L = = 512.3 ft
0.64041
H/Ho =1
H = Ho = 9.843 ft

 Menghitung Kecepatan Partikel (Horizontal)


z = -(d-OD)
z = -d +OD
z+d = OD
z+d = 26 inch = 2.167 ft

Parameter :
H = 9.843 ft
T = 10 s
d = 328.084 ft
L = 512.3 ft
πH
C= = 0.06033
L

k= = 0.01226
L

ω= = 0.628
T

kecepatan maksimal pada t = 0 dan x = 0 :


πH cosh k ( z+ d) 3 πH 2 cosh 2 k ( z +d )
u=
T
x
sinh kd
x cos ( kx−ωt ) +
4
x( )
L
xC
sinh 4 kd
x cos 2 ( kx−ωt )

16
u=

3.14 x 9.843 cosh (0.01226( 2.167)) 3 3.14 x 9.843 2 cosh 2 k (2.17


10
x
sinh(0.01226 x 328.084)
x cos ( kx−ωt ) + x
4 (
512.3 )x 0.06033 4
sinh ( 0.01226 x 3

u = 0.11085 + 2.72 x 10−10


u = 0.111 ft/s

 Menghitung Effective Velocity


D 0,286
Ueff 2 = (0,778 (Uo2) ( ¿
yo
2.167 0,286
= 0,778 (0,111)2 ( ¿
2.167
Ueff 2 = 9.586 x 10-3 ft/s
Ueff = 0.098 ft/s
Dengan :
D = Diameter luar pipa (ft)
yo = ketinggian pipa dari dasar laut (ft)

 Menghitung Angka Reynold


Ue D
Re =
v
0.098× 2.167
=
10−5
= 2.124 x 104
Dengan :
v = viskositas kinematika fluida (1 x 10-5 ft2/s untuk air laut)
D = Diamater luar pipa (ft)

Dari Offshore Pipeline Design, Analysis, and Methods (Mousselli, 1981) diambil table
nilai koefisien berdasarkan nilai Angka Reynolds:

17
Dari tabel di atas, karena nilai Re < 5 x 104, maka didapatkan nilai koefisien:
Cd = 1.3 Cl = 1.5 Cm = 2
 Menghitung FD, FL, dan FI
Gaya Drag
1
FD = ρ x Cd x D x Ueff 2
2
1
= x 2 x 1.3 x 2.167 x 0.0982
2
= 0.027 lb/ft
Gaya Lift
1
FL = ρ x C l x D x Ueff 2
2
1
= x 2 x 1.5 x 2.167 x 0.0982
2
= 0.0312 lb/ft
Gaya Inersia
D2 ∂ u
FI = ρ x Cm x π( ) ( )
4 dt
2
D
= 2 x 2.075 x ( π
4 )
x¿

2
3 πH
4
x
L( ) x C coshsinh2 k (z+
kd
d)
4
x ω sin 2 ( kx−ωt )

dengan t = 0, dan x = 0
FI =0
Dengan :
ρ=2 slug/ft 3

 Menghitung Berat Minimum Pipa


1
W = FL + (FD + FI )
μ
1
= 0.027 + (0.0312+ 0)
0.5
= 0.085 lb/ft

18
= 0.01175 kg/m
Dari data pipa yang direncanakan panjangnya 15000 m. Maka berat minimum pipa untuk
panjang 15000 m adalah sebagai berikut :

W =0.01175 kg /m x L
kg
W =0.01175 x 15000 m
m
W =176.25 kg

4.3.4 Perhitungan dan Merencanakan Tebal Concrete


Data :
Diameter luar pipa = 26 inch
ρ air laut = 63.98 lb/ft3
Concrete SG = 2.8
Weight of pipe/ft = 0.085 lb/ft
Required net down force for pipeline stability = 200 lb/ft

Jawab :
Required net down force = Weight of pipe + Weight of Concrete – Buoyancy Force

π
Weight of Concrete = ¿
4
π
= ¿
4
3.14 D 2
= [ −4.7] x 179.144
4 144
D2
= 140.63 ( −4.7 ¿
144

π
Buoyancy Force = ¿
4
D2
= 50.2243 x
144
= 0.3488 x D2

D2
Required net down force = 0.085 + 140.63 ( −4.7 ¿ - 0.3488 x D2
144
D2
200 = 0.085 + 140.63 ( −4.7 ¿ - 0.3488 x D2
144
19
199.915 = 0.976 D2 – 660.961 – 0.3488 D2
860.876 = 0.627 D2
1373 = D2
37 inch = D

So, Thickness of Concrete = (D – OD)/2


= (37 – 26)/2
= 5.5 inch
= 0.14 m

20
4.3.5. Perhitungan Dan Perencanaan Perlindungan Korosi Dengan Menggunakan
Sacrificial Anode
Data Struktur yang akan dilindungi
Do = 26 inch = 0.66 m
L = 15000 m
Pipeline ini direncanakan penggunaannya dalam 25 tahun.
Sebelum diberi Cathodic Protection, pipa dibalut dengan Polyetylene Tape.

 Data Material Cathodic Protection


Kami menggunakan Aluminum dengan pertimbangan:
a. Aluminum adalah material anoda yang aman pada semua jenis air (ex:
fresh water or salt water).
b. Anoda aluminum akan lebih lama hidupnya karena peningkatan kapasitas
arusnya.
c. Aluminum tidak menimbulkan polusi dibandingkan zink.

Aluminum Anode dengan karakteristik sebagai berikut:


a. Berat bersih per anode (m) = 14,5 kg.
b. 1 tahun = 8760 jam = consumtion rate (Cr) = 7.3 kg/Ampere/Tahun
c. Diamater Anoda = 0.068 m
d. Panjang tiap anoda = 1.067 m

 Menghitung luas permukaan yang akan dilindungi


A = π x OD x L
= 3,14 x 0,66 x 15000
= 31086 m2
dengan,
A = Luas permukaan yang dilapisi (m2)
OD = Diameter luar pipa (m)
L = Panjang pipa (m)

21
 Menghitung arus proteksi yang diperlukan (I) :
Diketahui:
ic = 0,07 (diketahui dari tabel A-2 DNV-RP-B401)

fc = a + b x t (diketahui dari tabel 10-4 DNV-RP-B401)


= 0.05 + 0.015 x 25
= 0.425

I = A x fc x ic
= 31086 x 0.425 x 0.07
= 924.81 Ampere
Dengan,
fc = factor coating breakdown
ic = design current density (A/m2)
I = arus proteksi yang diperlukan (Ampere)

 Menghitung Massa Anoda :


Diketahui :
ε = 2000 Ah/kg (diketahui dari tabel A-6 DNV-RP-B401)

22
u = 0.9 (diketahui dari tabel A-8 DNV-RP-B401)

I x t x 8760
M =
uxε
924.81 x 25 x 8760
= = 112518.5 kg
0.9 x 2000
dengan,
M = massa total anoda (kg)
t = design life (tahun)
I = arus proteksi yang diperlukan (A)
u = utilisation factor
ε = kapasitaas elektrokimia anoda (Ah/kg)

 Jumlah anoda
M
N =
m
112518.5
=
14,5
= 7760 unit
Ntot = N x SF
= 7760 x 1.5
= 11640 unit
 Menghitung Resistansi Anoda :
ρ 4l
Ra = [ln −1]
2π l D
7.85 4 x 1.067
= 2 x 3.14 x 1.067 [ln 0.068 −1]

= 3.676 Ohm

23
dengan,
Ra = resistensi anoda (ohm)
ρ = resisdtifitas elektrolit , 7,85 Ohm.m
D = diameter anode (m)

 Menghitung arus keluaran anoda :


N ( Ec0 −Ea0)
Ia =
Ra
N ∆ E0
=
Ra
7760 x [−1,05]
= 3.676
= 2216.54 A

dengan,
N = Jumlah anoda
Ia = current output
Ra = resistensi anoda (ohm)
∆E = - 1,05 V (diketahui dari tabel 10-6 DNV-RP-B401)

Verifikasi arus keluaran anoda


Ia > I
2216.54 A > 924.81 A (memenuhi)
 Individual anode current capacity
Ca =Mxε xu
= 112518.5 x 2000 x 0,9
= 202533300 A.h
 Harus memenuhi syarat
Ca total = N x Ca ≥ I x t x 8760
1.57 x 1012 ≥ 2 x 108 (memenuhi)
Ia tot i = N x Iai ≥ Ici
Ia tot f = N x Iaf ≥ Icf
 Jarak antara anoda
L
a =
Ntotal

24
15000
= = 1.3 m/ units
11640

4.3.6. Perhitungan Dan Perencanaan Perlindungan Korosi Dengan Menggunakan


Impressed Current
Data Struktur yang akan dilindungi
Do = 26 inchi = 0.66 m
L = 15000 m
Pipeline ini direncanakan penggunaannya dalam 25 tahun.
Sebelum diberi Cathodic Protection, pipa dibalut dengan Polyetylene Tape.

 Data Material Cathodic Protection


Kami menggunakan Anode High Silicon Cast Iron, dengan data:
e. Berat bersih per anode 14.1 kg.
f. Diameter Anoda 0.068 m
g. Panjang anode 1.067 m

 Menghitung luas permukaan yang akan dilindungi


A = π x OD x L
= 3,14 x 0.66 x 15000
= 31086 m2
dengan,
A = Luas permukaan yang dilapisi (m2)
OD = Diameter luar pipa (m)
L = Panjang pipa (m)

 Menghitung arus proteksi yang diperlukan (I) :


Diketahui:
ic = 0,07 (diketahui dari tabel 10-2 DNV-RP-B401)

25
fc = a + b x t (diketahui dari tabel 10-4 DNV-RP-B401)
= 0.05 + 0.015 x 25
= 0.425

I = A x fc x ic
= 31086 x 0.425 x 0.07
= 924.81 Ampere
Dengan,
fc = factor coating breakdown
ic = design current density (A/m2)
I = arus proteksi yang diperlukan (Ampere)

 Menghitung Massa Anoda :


Diketahui :
ε = 2000 Ah/kg (diketahui dari tabel 10-6 DNV-RP-B401)

u = 0,9 (diketahui dari tabel 10-8 DNV-RP-B401)

26
I x t x 8760
M =
uxε
924.81 x 25 x 8760
= = 112518.5 kg
0.9 x 2000
dengan,
M = massa total anoda (kg)
t = design life (tahun)
I = arus proteksi yang diperlukan (A)
u = utilisation factor
ε = kapasitaas elektrokimia anoda (Ah/kg)
 Jumlah anoda
M
N =
m
112518.5
=
14,5
= 7760 unit
Ntot = N x SF
= 7760 x 1.5
= 11640 unit

 Menghitung Resistansi Anoda (Ra)


ρ 4l
Ra = [ln −1]
2π l D
7.85 4 x 1.067
= 2 x 3.14 x 1.067 [ln 0.068 −1]

= 3.676 Ohm
dengan,
Ra = resistensi anoda (Ohm)
ρ = resisdtifitas elektrolit , 7,85 Ohm.m
D = diameter anode (m)

 Resistensi Groundbed

27
[ (2 l/e ) ln ⁡(0,656 Ntot)]
1+
F =
[ ln ( 4dl )−1 ]
[ (2 x 1.067 /1.3 ) ln ⁡(0,656 x 11640 )]
1+
=
[ ln ( 4 0.068
x 1,067
)−1]
= 1+4.67
= 5.67

F
Rg = Ra
Ntot

5.67
= 3.676
11640
= 0.0018 Ohm
dengan,
F = Faktor interferensi
Rg = resistensi groundbed (ohm)
Ntot = Jumlah total anoda yang dibutuhkan
e = Jarak antar anoda ( a = 1.3)

 Resistansi kabel
Rc = Rc’ x L
= 5x10-6 x 15000
= 0.075 Ohm

 Resistensi total
Rg+ Rc
RT ¿ + Rc
2
0,0018+0.075
¿ + 0.075
2
= 0.1134 ohm
dengan,
Rc = resistensi kabel (ohm)
Rc’ = 5x10-6

28
VERIVIKASI POTENTIAL ATTENUATION
 Resistant pipa
ρLu
Rs =
πt (D−t)
22 x 10−8 x 15000
=
3.14 x 0.0127 (0.66−0.0127)
= 0.127 ohm/m
Rc
RL =
πDLu
100000
=
3.14 x 0.66 x 15000
= 3.217 ohm/m
Rs
α =
√ RL
0.127
=
√ 3.217
= 0.1987
dengan,
Rs = resistensi kabel (ohm)
RL = resistensi kebocoran (ohm)
Rc = resistensi coating, 100000 (ohm-m)
α = konstanta attenuation
Lu = panjang pipa (m)
D = diameter pipa ( 26 inch = 0.66m)
t = tebal pipa (0.5 inch = 0.0127m)
ρ = resistifikasi baja, 22 x 10-8 (ohm-m)

 Verifikasi Potential Annuation


∆ Ex =min−Enat
= −0.95−(−0.5 )
= - 0.45

29
∆ ED = ( ∆ Ex ) cosh ⁡(αL)
= −( 0.45 ) cosh ( 0.1987 x 15000 )
= - 1.9 x 1022 V

Ed = Enat + ∆ ED
= −0.5+−1.9 x 1022
= - 1.9 x 1022 V

Verivikasi Desain Point


-1,05 V ≤ Ed
-1,05 V ≤ -1.9 x 1022 V (AMAN)
dengan,
∆ Ex = potential shift x meter dari drain point
∆ ED = potential shift pada drain point,V
Enat = potential korosi baja, -0,5 V
Ed = potential pada drain point, V
Emin = batas positif kriteria proteksi, -0,95 V

4.3.7. Pemilihan Perlindungan Korosi dengan Menggunakan Sacrificial Anode atau


Impressed Current
Setelah kami menghitung nomor 5 dan 6 diatas, kami memutuskan untuk memilih
perlindungan korosi Sacrificial Anode. Pemillihan metode ini dilandasi karena subsea
pipeline yang kami pasang berada pada laut dalam ( kedalaman = 100m) dimana suhu
pada kedalaman laut tersebut < 50o C. Selain itu, pada sacrificial anode kami
menggunakan Alluminium Alloy yang dari segi harga lebih murah dibandingkan
dengan High Silicon Cast Iron yang kami gunakan pada perhitungan impressed
current.

4.3.8. Metode Instalasi


Pipa kami yang akan diinstalasi berada pada kedalaman 100 meter dengan panjang
pipa penyalur 15000 meter. Hal tersebut menandakan bahwa pipa kami berada pada
laut dalam atau deep water (kedalaman = 100m) . Untuk itu, metode yang paling tepat

30
dalam kondisi tersebut adalah metode J – Lay. Metode J – Lay merupakan metode
pemasangan pipa dengan menggunakan tower vertikal atau disebut ramp. Pipa yang
dimasukan ke dalam air secara vertikal akan membetuk kurva J pada saat menyentuh
(touchdown) seabed. Fabrikasi dilakukan diatas kapal dengan melakukan pengelasan
secara vertikal dan tidak membutuhkan stinger horizontal buritan kapal untuk
launching pipa. Proses fabrikasi menggunakan pengelasan yang lebih canggih dari S-
Lay, yaitu menggunakan friction welding, electron beam welding atau laser welding.
Metode ini cocok untuk diterapkan pada kondisi laut dalam dan membutuhkan sedikit
ruang kerja karena penyambungan dilakukan secara vertikal. Metode ini juga hanya
dapat melakukan pemasangan sepanjang 1-1.5 km per hari.

Gambar 1 : Ilustrasi metode J – Lay

4.3.9. Metode Proteksi Pipa Pasca Instalasi


Untuk pemilihan proteksi pipa penyalur, aspek – aspek yang perlu dipertimbangkan
adalah desain umur dari pipa penyalur, biaya dari proteksi, panjang pipa penyalur, dan
kondisi lingkungan tempat pipa penyalur akan beroperasi (kedalaman, aktifitas
penangkapan ikan). Berikut merupakan proteksi yang akan digunakan dalam pipa
penyalur kami :
- Concrete armor mattress
Berhubung kita mengasumsikan daerah instalasi pipa kami berada pada tanah
clay, maka untuk menambah stabilitas pipa, kami memutuskan untuk memakai
concrete mattress. Selain itu kami juga mengasumsikan bahwa daerah pipa kami
31
ada yang berada pada daerah penurunan jangkar kapal. Concrete mattress
merupakan metode dengan biaya yang cukup murah, dan dapat diinstalasi dengan
mudah. Metode ini dipilih karena menyediakan
a. Proteksi dari benda yang jatuh
b. Proteksi dari jangkar kapal
c. Menambah berat sehingga meningkatkan stabilisasi
d. Perlindungan dari scouring
e. Dukungan untuk solusi support pada kondisi crossing

Gambar 2 : Concrete mattress

32
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1) Dalam laporan ini kita dapat mengetahui bahwa pipa memiliki diameter 26 inch
dengan NPS 26 dan schedule 20, dan wall thicknessnya adalah 0.5 inch, sehingga
dapat diketahui nilai outer diameternya adalah 26 inch.
2) Untuk mencari berat minimal pipa, kami mendapatkan teori gelombang stoker 2nd
order, kemudian kami mengetahui nilai Cd 1,3 Cl 1,5 dan Cm adalah 2. Dari nilai –
nilai tersebut, kami dapatkan berat pipa sebesar 0.085 lb/ft.
3) Dari hasil perhitungan nomor 4, tebal concrete pipa kami adalah 5.5 inch.
4) Pada perhitungan proteksi korosi menggunakan Sacrificial Anoda, kami
menggunakan Alluminium Alloy. Hasil perhitungan verifikasi arus keluaran anoda Ia
> I yaitu 2216.54 A > 924.81 A sehingga memenuhi, serta syarat bahwa Ca total = N
x Ca ≥ I x t x 8760 yaitu 1.57 x 1012 ≥ 2 x 108 sehingga memenuhi.
5) Pada perhitungan proteksi korosi menggunakan Impressed Current, kami
menggunakan High Silicon Cast Iron. Hasil Verivikasi Desain Point -1,05 V ≤ Ed
yaitu -1,05 V ≤ -1.9 x 1022 V sehingga memenuhi.
6) Kami memutuskan untuk memilih perlindungan korosi Sacrificial Anode. Pemillihan
metode ini dilandasi karena subsea pipeline yang kami pasang berada pada laut dalam
( kedalaman = 100m) dimana suhu pada kedalaman laut tersebut < 50 o C. Selain itu,
pada sacrificial anode kami menggunakan Alluminium Alloy yang dari segi harga
lebih murah dibandingkan dengan High Silicon Cast Iron.
7) Kami memutuskan menggunakan metode J-Lay untuk menginstalasi pipa bawah laut
tersebut, dimana metode ini sangat tepat dikarenakan pipa kami berada laut dalam
dengan kedalaman laut pipa adalah 100 m.
8) Dengan mengasumsikan daerah instalasi pipa kami berada pada tanah clay, maka
untuk menambah stabilitas pipa, kami memutuskan untuk memakai concrete
mattress. Selain itu kami juga mengasumsikan bahwa daerah pipa kami ada yang
berada pada daerah penurunan jangkar kapal. Sehingga metode perlindungan pipa
concrete mattress menjadi metode yang pas untuk diterapkan.

33
DAFTAR PUSTAKA

ASTM R0033-, ASME B36.10M-2004 Welded and Seamless Wrought Steel Pipe, ASTM
International, West Conshohocken, PA, 2004, www.astm.org
Bashi, S.M., Mailah, N. F., dan Radzi, M. A. M., 2003, “Cathodic Protection System”,
Proceedings of the National Power and Energy Conference, pp. 366–370, Bengi,
Malaysia
Cho, J. R., Joo, B. D., Cho, J. R., & Moon, Y. H. (2017), Finite Element Analysis of the
Offshore Reel-Laying Operations for Double-Walled Pipe, Advances in Mechanical
Engineering, Vol. 9:10
Herdiyanti, J., 2013, Comparisons Study of S-Lay and J-Lay Methods for Pipeline
Installation in Ultra Deep Water, Master's Thesis, 1-104
Mouselli, AH. 1981. Offshore Pipeline Design, Analisys, and Methods. Oklahoma: Pennwell
Books.

34

Anda mungkin juga menyukai