Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem Tali tambat (mooring system) adalah tali yang digunakan untuk
menambatkan kapal di dermaga atau yang digunakan untuk menarik kapal oleh Tug
boat (kapal tunda) atau oleh kapal lain. Material Tali Pada saat ini jenis tali yang
digunakan selain kabel baja (wire rope) , tali yang terbuat dari bahan natural ataupun
bahan serat sintetis, atau gabungan. Jenis tali yang terbuat dari bahan natural antara lain
: tali yang terbuat dari Abaca (pohon pisang liar) tali ini tahan basah mudah
melengkung dan tahan terhadap air sehingga dalam ukuran kecil masih digunakan. Tali
Sisal yang berasal dari jenis pohon Agava yang tidak tahan basah dan lembab, Tali
Hennep (tali rami) yang mudah menyerap air dan lapuk. Tali sabut Kelapa, Tali Jute
bahan untuk pembuat karung dll. Pada saat ini tali yang dibutuhkan adalah tali yang
memiliki kekuatan yang besar, tahan air dan dapat terapung serta memiliki daya
renggang dan lentur yang baik. Hal ini semua banyak ditemukan pada jenis tali serat
sintetis.
Kekuatan tali serat sintetis ataupun kabel baja meliputi beban putus telah
ditentukan sesuai tabel yang dikeluarkan oleh badan klasifikasi. Namun demikian kabel
baja maupun tali tambat harus dilakukan pengetesan (tes tarik) sebelum digunakan
dikapal, biasanya untuk kegunaan dikapal tali tambat maupun kabel baja telah
dilengkapi sertifikat pengetesan. Kabel Baja Kabel baja dibuat dari bahan baja galvanis
yang lentur dan sesuai dengan tipe yang telah disetujui oleh badan klasifikasi. Apabila
kabel baja dalam penggunaannya akan digulung pada drum, maka kabel baja ini
penggunaannya harus dengan mesin untuk alat tambat (mooring winches) dan kabel
baja ini harus memiliki inti dari bahan logam bukan dari bahan sistetis. Pada umumnya
jenis yang digunakan memiliki rangkaian kumparan kabel tidak kurang dari 186 kabel
yang membungkus inti logam. Jumlah dan ukuran tali tambat disesuaikan dengan tabel
tali tambat, namun dalam beberapa hal disyaratkan bahwa jumlah tali tambat tidak
kurang dari 6 set yang memilik kekuatan beban putus melebihi 490 kN (Bureau Veritas
rules). Tali Bahan Sintetis Tali tambat pada saat ini umumnya terbuat dari bahan
sintetis seperti penggunaan bahan polypropylene atau serat nilon. Ukuran dan kekuatan
dari tali jenis serat sintetis ini disesuaikan dengan material yang digunakan oleh pabrik

1
pembuatnya yang tentunya memiliki perbedaan antara satu dengan yang lain. Untuk
kekuatannya didalam perhitungan beban putus sesuai dengan Tabel 1 harus dikalikan
dengan satu Koefisien K, yang mana untuk jenis polypropylene K=1,3 dan untuk jenis
material sintetis yang lain K=1,2 Diameter tali sintetis minimum yang diijinkan untuk
digunakan dikapal adalah 20 mm Pada jenis kapal – kapal tertentu seperti kapal
Penumpang atau kapal Ro-ro dipersyaratkan untuk menambah jumlah tali tambatnya.
Kelebihan tali serat sintetis (NYLON) - Jenis tali sintetis ini pembuatannya sudah
dengan mesin dan mudah serta memiliki serat yang halus dan mengkilap sehingga
terlihat bersih dan tidak lapuk. - Memiliki kekuatan lebih kurang 1,5 sampai 2,5 kali
lebih kuat dari tali manila, pada saat basah kekuatannya 83% dari pada saat kering. Tali
nylon pada kondisi kering kekuatannya tidak berkurang walaupun pada suhu rendah.
Karena memiliki kekuatan yang lebih besar maka ukuran diameter dapat lebih kecil jika
dibandingkan dengan tali manila. Faktor keselamatannya 5 kali lebih besar dari tali
manila. - Memiliki daya regang yang cukup besar sehingga apabila diberi beban akan
memanjang dan akan kembali kebentuk semula apabila beban dilepas. Daya elastisnya
lebih kurang 2,5 sampai 3,5 kali tali manila. - Tahan terhadap air laut, tidak terpengaruh
oleh minyak tanah dan bensin kecuali tiner atau bahan lain yang mengandung Tinner. -
Tali nylon termasuk tahan api, artinya akan meleleh pada suhu 220o C dan apabila
bagian yang meleleh dipadamkan maka api tidak akan terus menjalar. Dipasaran tali
nylon dapat diperoleh dengan berbagai ukuran dari diameter 20 mm hingga 20 cm,
namun harga tali nylon termasuk mahal jika dibandingkan tali manila.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana perhitungan towing line pada sebuah kapal tug boat?

1.3 Tujuan
Mengetahui perhitungan towing line pada sebuah kapal tug boat?

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Towing dan Lashing Survey


Towing & Lashing Survey yaitu suatu survey yang dilakukan seorang Marine
Surveyor Indonesia di atas kapal towing tug yang akan menarik kapal tongkang guna
memastikan semua peralatan towing equipments di atas kedua kapal tersebut layak untuk
digunakan dalam sebuah pelayaran, dan marine survey ini juga untuk memeriksa sistem
lashing muatan kapal tongkang tersebut apakah bagus dan layak serta kuat dalam
menghadapi ombak dan cuaca selama dalam pelayaran di lautan. Biasanya permintaan
akan Towing and Lashing Survey ini atas permintaan perusahaan asuransi guna untuk
menutup polis asuransi yang diajukan baik itu pemilik barang, pihak transportir kapal
atau pihak pembeli muatan, biasanya permohonan pekerjaan jasa survey marine ini atas
permintaan pihak asuransi itu sendiri.

2.2 Hal Penting Terkait Towing


Berikut 10 hal penting tentang towing and lashing survey yg mesti anda ketahui, agar
perjalanan kapal anda aman sampai di pelabuhan tujuan:
1. Kondisi Kapal Penarik atau Tug Boat
Pastikan kondisi kapal penarik atau Tug Boat dalam keadaan laik laut, periksa secara
menyeluruh keadaan terkini badan kapal atau lambung kapal (hull) termasuk shell
plate, deck plate, crew cabin, air pipe, manhole, engine room, side scuttles, sky
lights, deck accessories, serta kekedapan watertight door opening
2. Kondisi Kapal Tongkang
Begitu juga dengan kapal tongkang, pastikan lambung (hull) tongkang dalam
keadaan baik termasuk draft mark dan plimsoll mark, memeriksa kondisi ruang muat
atau main deck space apakah rusak, bergelombang atau bahkan keropos. Periksa juga
manhole, tyre fender dan sideboard beserta stanchion sebagai penahan muatan diatas
kapal
3. Peralatan Towing (Towing Equipment)
Setidaknya harus tersedia sedikitnya 2 coil tali towing (towing line) termasuk untuk
cadangan ketika menemui kondisi darurat, panjang tali towing antara 50 s/d 300
meter tergantung lokasi, arus laut dan gelombang. Periksa juga Towing braidles,

3
Towing braidles ini dipasang pada tongkang yang ditunda dan diikat pada towing
chock (smith pad eye/smith bracket) dan dalam kondisi baik serta belum terdapat
serat-serat baja yang terputus. Begitu juga dengan Shackles, Shackle yang harus
tersedia diatas tug boat disesuaikan dengan kapasitas bollard pull, minimal tersedia 3
buah untuk keperluan singgle tow 25 ton, 5 s/d 10 ton minimal 3 buah untuk
penempatan shackle tersebut pada bagian antara towing line dengan braidles, dan
antara braidles dengan towing chock. Yg paling penting periksa apakah towing hook
dapat berfungsi dengan baik. Towing Arch, Bagian ini berfungsi sebagai pengaman
dari towing line pada saat kondisi towing.
4. Peralatan Lashing dan Kekuatan Lashing
Berikutnya periksalah perkatan lashing yg digunakan untuk mengikat muatan diatas
kapal tongkang, gunakan ukuran wire sling atau belt yg sesuai dengan kekuatan
muatan ketika mendapatkan daya dorong atau goyangan ketika ada gelombang dana
arus laut yg kuat, karena sesuai dengan definisinya bahwa Lashing securing adalah
pengamanan pengikatan cargo baik melalui transportasi darat, transportasi laut
maupun udara. Walaupun dengan adanya lashing securing perlu juga diperhatikan
pengaturan penempatan muatan atau stowage plan agar muatan betul-betul aman
selama proses transportasi ke pelabuhan tujuan. Peralatan-peralatan yang biasa
digunakan untuk lashing/pengikatan cargo :
A.Wire sling
B. Wire rope
C. Sling belt
D. Wire clips
E. Turnbuckles
F. Rigging
G. Shackle
5. Sertifikat Kapal
Untuk keselamatan dan keamanan selama perjalanan laut, pastikan sebelum kapal
berlayar dan berangkat dari pelabuhan muat menuju pelabuhan bongkar semua
sertifikat kapal, surat laut dan surat-surat kapal masih dalam masa berlaku tidak
expired, baik itu surat yang dikeluarkan class seperti BKI, yaitu:
– Seaworthiness Certificate (Hull & machinery)
– Load line certificate
– Certificate of registry
4
Maupun surat kapal yg dikeluarkan oleh Dinas/Direktorat Perhubungan Laut :
– Kesempurnaan dan Lambung timbul
– Izin Trayek/ Tramper Kapal
6. Bunker
Harus dipastikan bahwa bahan bakar cukup untuk pelabuhan tujuan, olehnya itu perlu
diketahui Horse power tugboat, Fuel capacity, fuel consumption, speed, dan voyage,
termasuk juga penggunaan fresh water
7. Draft Mark
Pastikan muatan tidak melebihi batas yang di izinkan pihak otoritas perhubungan
laut, atau sesuai dengan tanda yg telah di letakan dilambung kapal pada plimsoll
mark, hitunganlah muatan dengan draft survey melalui pembacaan draft mark jika
memungkinkan
8. Sistem Towing
Perhatikan sistem towing yang digunakan untuk menarik kapal tongkang tersebut,
Sistem menarik/menggandeng tongkang antara lain :
1. Tandem Tow
2. Single Tow
3. Tandem Tugs
4. Side Tow
5. Honolulu / X’mass Tree
6. Breasted Tugs
9. Engine and Horse Power
Dan juga penting periksa Main engine & Auxiliary engine. Pemeriksaan secara visual
atau jika memungkin dilakukan engine trial, lihat juga log book untuk mengetahui
kejadian-kejadian terhadap mesin. Menurut Horse Powernya Kapal Tug Boat
setidaknya terbagi ke dalam 4 bagian;
1. Ocean Tugboat : yang digolongkan Ocean Tugboat ialah tugboat dengan Horse
Power (HP) lebih dari 2000 BHS, dengan panjang antara 38–76 m.
2. Coastal Tugboat : yang digolongkan Coastal Tugboat ialah tugboat dengan
Horse Power (HP) antara 600 sampai dengan 2000 BHP, dengan panjang 21 – 36
m.3. Inland Tugboat : yang digolongkan Inland Tugboat ialah tugboat dengan
Horse Power (HP) dibawah 600 BHP.4. Harbour Tug : yang digolongkan
Harbour Tug ialah tugboat dengan kekuatan mesin kurang lebih 800 HP, tetapi
sesuai dengan perkembangan besarnya kapal, seperti adanya super tanker, bulk
5
carrier dan kapal penumpang samudera, Harbour Tug ada yang bertenaga sampai
3600 HP.
10. Alat-Alat Navigasi dan Keselamatan
Demi keselamatan periksa secara seksama semua peralatan navigasi dan sistem
keselamatan dan kebakaran (fire safety), alat-alat komunikasi dan steering gears
Sedikitnya pastikan tersedia 1 unit radar, 1 unit VHF radio, 1 unit SSB radio.
periksa pula kondisi navigation light agar dapat berfungsi dengan baik dan safety
equipment apakah dapat berfungsi dan tidak expire.

6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Data Kapal dan Parameter lain

3.1.1 Berikut adalah ukuran massa jenis Air, Angin dan Gravitasi yang digunakan untuk
menghitung parameter gaya Angin dan Air.

GENERAL
Parameters Notation Value Units
Air Density a 1.225 kg/m3
Sea Water Density w 1025 kg/m3
Gravity g 9.810 m/s2

3.1.2 Data Kapal Barge

Barge Data
Parameters Value Units
Length Between Perpendicular Lpp 142.6 m
Length Of Water Line Lwl 145.45 m
Breadth B 48.2 m
Height H 10 m
Draft T 8 m
Coeficient Block Cb 0.9
Coeficient Midship Cm 1.28
Luas Area A 6873.32
selisih T dan H f 2.00 m
Luas Area Awh 96.4
Luas Area Ach 385.6
Coeficient Drag Cd 1.468235

3.1.3 Data Tug Boat

TUG
Parameters Notation Value Units
Actual Bollard Pull of Tug BPT 95.00 MT
Tug Efficiency  0.75
Tug Factor ϒL 0.0784
Tug Length L 36.00 m

7
3.1.4 Data Cargo

CARGO
Parameters Notation Value Units
Breadth Overall Bc 40.00 m
Heigth Overall Hc 2.00 m
Heigth Coefficient Ch 1.00 table
Shape Coefficient Cs 1.00 table
Cargo Windage Area Awc = Bc x Hc 80.00 m2

3.1.5 Supporting Data dan Sea State

Supporting Data
Parameters Notation Value Units
Coeff Reflection R 0.97
f (θ) 1
Drag Coeff C 0.85
Acceleration of Gravity g 9.8 m/s²
Gamma 7.8E-05
Co 0.00194
Ch 1.1
Cs 1
Vw 2
Co (Deep water) Cyc 0.00194

SEA STATE
Parameters Notation Value Units
Wave Heigth Hs 5.00 m
Current Speed Vc 1.00 m/s
Wind Speed Vw 15.00 m/s

3.2 Perhitungan Towing Line

3.2.1 Tahap awal dalam menghitung Towing Line adalah kita tentukan dulu apakah
applicability check dari kapal kita memenuhi standard minimum yang telah di
tentukan. Dengan cara untuk melihat perbandingan Length Water Line dengan

8
Breadth pada Barge yang memiliki Minimum Applicable 3 dan Breadth dengan Draft
pada Barge yang memiliki Minimum Applicable 6.

APPLICABILITY CHECK
Ratio Minimum Applicable Actual Check
Lwl/B 3 3.018 OK
B/T 6 6.025 OK

3.2.2 Total Resistance


Total resistance ini di dapatkan dari penjumlahan gaya-gaya pada Angin, Arus, dan
Gelombang

Wind Resistance, FW = FWH + FWC


FWH = Wind Resistance for Hull
FWH = ½ x a x Vw2 x AWH x CD x f()
FWH 1.129 T

FWC = Wind Resistance for Cargo


FWC = ½ x a x Vw2 x AWC x Ch x Cs
FWC 1.103 T

FW = Total Wind Resistance


FW = FWH + FWC 2.232 T

Current Resistance FC
FC = ½ x w x Co x VC2 x ACH x sin()
FC 0.038 T

Wave Drift Resistance FWD


FWD = 1/8 x w x g x R2 x B x Hs2 R = 0.67
FWD 67.989 T
*Reference: DNV Rules for Marine Operations Pt2 Ch2, Towing, 3.3.2.5
(Only for L/B > 3 and B/T > 6 and Vt =0)

9
TOTAL RESISTANCE, FTOT = FW + FC + FWD
Wind Force, FW 2.232 T
Current Force, FC 0.038 T
Wave Force, FWD 67.989 T
Total Force, FTOT 70.259 T

3.2.3 Langkah selanjutnya adalah menentukan efisiensi tug, yang mana efisiensi tug ini bisa
di dapat dari Tabel efisiensi. Namun pada umumnya para konsultan menggunakan
patokan tug efisiensi sebesar 0.75.

TUG EFFICIENCY
TUG EFFICIENCY,  0.75
**Reference: DNV Rules for Marine Operations Pt2 Ch2, Towing, 3.3.2.6

3.2.4 Setelah menentukan efisiensi tug, maka kita hitung Required Bollard Pull dengan cara
pembagian Ftot dan efisiensi tug, maka di dapat :

REQUIRED BOLLARD PULL (BP = FTOT / )


BP 93.679 T

Since Required Bollard Pull < Actual Bollard Pull => OK

3.2.5 Mengitung minimum breaking load


Tahap selanjutnya adalah melakukan perhitungan untuk menentukan nilai Minimum
Breaking Load, serta melakukan pemeriksaan dengan menyesuaikan table 5 setelah
terlebih dahulu memperhitungkan Minimum Breaking Load. Tujuan dalam
pemeriksaan serta penyesuain tersebut adalah untuk mendapatkan range MBL Steel
Wire Towline dan MBL Fibre Rope Pennante serta mendapatkan Panjang Towing
Line yang dibutuhkan.

Minimum Breaking Load (MBL = (3,64-((0,8*BP)/50))*BP)


MBL 206.094 T
If 90≤BP≤100 (MT) , MBL Steel Wire Towline 198-220 MT
If 90≤BP≤100 (MT) , MBL Fibre Rope Pennante 329-330 MT

10
3.2.6 Menghitung towing line

Towing Line (TL = (2000*BP)/MBL)


Towing Line 909 m
If 90≤BP≤100 (MT), Towline 909 (m)
.

3.3 Rope Decision Analysis

Dengan meninjau nilai MBL dan Towing line maka kita dapat melakukan Rope
Decision Analysis untuk menentukan diameters, MBL, serta weight pada Steel Wind
Rope dan Syntetics Wire Rope, dengan cara melihat table. Dari table di dapat

Rope Decision Analysis


Type Diameters (mm) MBL (kN) Weight (Kg/100m)
Steel Wire Rope 52 220.26 149.0
Syntetics Wire Rope 54 208.02 1190

11
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari perhitungan diatas di dapatkan bahwa besar towing line adalah 909 m. degan
minimum breaking load sebesar 206.094.
4.2 Saran

• Ketelitian sangat diperlukan dalam perhitungan towing line, oleh sebab itu penulis
menyarankan agar lebih teliti dalam penggunaan perhitungan towing line.
• Meskipun perhitungan sudah mendekati akurat, namun perlu di lakukan pengecekan
kondisi lapangan agar kondisi lebih akurat.

12
DAFTAR PUSTAKA

(CABM, F. I. (2019, Oktober). Pengenalan tentang “Bollard Pull (BP)


Calculation. Retrieved from https://cabmakassar.org/pengenalan-tentang-
bollard-pull-bp-calculation/

Gaby Young, S. (2018). Cara Melakukan Towing & Lashing Survey Kapal
Tongkang dan TugBoat. Retrieved from
http://asuransimarineindo.com/?page_id=70

13
LAMPIRAN
Table 1

Table 2

14
Table 3

Table 4

Table 5

15
Table 6

16
Table 7

Table 8

17
18
19
20

Anda mungkin juga menyukai