Pada perusahaan industri minyak dan gas, dibutuhkan pipeline untuk menyalurkan minyak dan gas dari tempat
pengeboran minyak ketempat kilang atau ketempat penyimpanan. Pipeline tersebut dapat melewati laut dan darat
dimana diketahui bahwa dasar laut memiliki tekanan yang tinggi. Dengan menentukan nilai kekerasan maka dapat
diketahui daya tahan, kekuatan dan fleksibilitas material tersebut. Jarak dari tempat pengeboran ketempat kilang
atau penyimpanan terkadang sangatlah jauh, maka CRA Liner Pipe di produksi dengan banyak. Dikarenakan
produksinya yang banyak client meminta setiap perwakilan satu per heat number diwajibkan untuk dilakukan
production test setelah dilakukan solution annealing yang bertujuan untuk mengetahui perubahan sifat yang terjadi
pada CRA Liner Pipe salah satunya perubahan nilai kekerasan apakah sesuai dengan projek spesifikasi atau tidak
dan dibandingkan dengan mill test certificate. Tujuan dari penelitian kali ini adalah untuk mengetahui perubahan
nilai kekerasan yang terjadi pada CRA liner pipe setelah dilakukannya proses solution annealing dengan
membandingkannya dengan mill test certificate dari material Inconel UNS N06625. Solution annealing dilakukan
berdasarkan pada heat treatment instruction dan projek spesifikasi serta prosedur pengambilan data nilai
kekerasannya berdasarkan pada projek spesifikasi. Setelah didapatkan hasil pengujian tersebut lalu nilai kekerasan
tersebut dibandingkan dengan nilai kekerasan yang ada di mill test certificate. Hasilnya, didapatkan nilai rata rata
pada base metal sebelum di lakukan solution anneliang sebesar 183 HV dan setelah di lakukan solution annealing
didapatkan nilai kekerasan rata rata base metal sebesar 208 HV. Berdasarkan dari hasil tersebut solution annealing
mempengaruhi nilai kekerasan CRA liner pipe UNS N06625 Grade 2 dimana selisih antara sebelum dan sesudah
dilakukan solution annealing sebesar 25 HV. Dikarenakan material UNS N06625 dilakukan pemanasan hingga ke
suhu 1093 C lalu secara cepat didinginkan menggunakan air ke ambient temperature.
Kata kunci: Pipeline, CRA liner pipe, Nilai kekerasan, Solution Annealing
Abstract
In oil and gas industry companies, pipelines are needed to distribute oil and gas from oil drilling sites to refineries
or storage areas. The pipeline can pass through the sea and land where it’s known that the subsea has high pressure.
By determining the value of hardness, it can be seen the durability, strength and flexibility of the material. The
distance from the drilling site to the refinery or storage is sometimes so far, so CRA liner pipe is produced with a lot.
Due to the production that many clients require that each representative one per heat number is required to be tested
after solution annealing is done which aims to determine whether the hardness value is in accordance with the
project specification or not and compare whether there is a change after solution annealing with a mill test
certificate. The purpose of this research is to determine changes in the value of violence that occurs in the CRA liner
pipe after the solution annealing process is carried out by comparing it with a mill test certificate from Inconel UNS
N06625 material. Solution annealing is carried out based on the heat treatment instruction and the project
specification as well as the procedure for retrieving data of the hardness value based on the project specification.
After the test result are obtained then the value of the violence is compared with the value of violence in the mill test
certificate. The result, obtained an average value on the base metal before an anneliang solution is 183 HV and after
annealing solution is obtained an average base metal hardness value of 208 HV. Based on these results the
annealing solution affects the hardness value of CRA liner pipe UNS N06625 Grade 2 where the difference between
before and after the annealing solution is 25 HV. Because the UNS N06625 material is heated to a temperature of
1093 C then quickly cooled using water to ambient temperature.
Keywords : Pipeline, CRA liner pipe, Hardness, Solution Annealing
pada Gambar 2). [1]
1 Pendahuluan
Pada perusahaan industri minyak dan gas, dibutuhkan
pipeline untuk menyalurkan minyak dan gas dari
tempat pengeboran minyak ketempat kilang atau
ketempat penyimpanan. Pipeline tersebut dapat
melewati laut dan darat dimana diketahui bahwa dasar
laut memiliki tekanan yang tinggi. Jarak dari tempat
pengeboran ketempat kilang atau penyimpanan
terkadang sangatlah jauh, maka CRA Liner Pipe di
produksi dengan banyak. Dikarenakan produksinya
yang banyak client meminta setiap perwakilan satu per
heat number diwajibkan untuk dilakukan production Gambar 2. Mechanically Lined Pipe
test setelah dilakukan solution annealing yang CRA liner pipe pada penilitian ini menggunakan
bertujuan untuk mengetahui perubahan sifat yang material Inconel UNS N06625 yang mana material
terjadi pada CRA Liner Pipe salah satunya perubahan tersebut memiliki kandungan nikel yang sangat tinggi.
nilai kekerasan apakah sesuai dengan projek Nikel adalah suatu logam penting dikarenakan sifatnya
spesifikasi atau tidak dan dibandingkan dengan mill tahan karat dan tahan oksidasi pada temperature tinggi.
test certificate. Dengan menentukan nilai kekerasan
Tujuan dari penelitian kali ini adalah untuk mengetahui
maka dapat diketahui daya tahan, kekuatan dan
perubahan nilai kekerasan yang terjadi pada CRA liner
fleksibilitas material tersebut. [9]
pipe setelah dilakukannya proses solution annealing
CRA adalah Corrosion Resistant Alloy. CRA disusun dengan membandingkannya dengan mill test
oleh 2 lapisan berbeda yang biasanya diaplikasikan certificate dari material Inconel UNS N06625.
pada pipa (Lapisan dalam dan luar). Lapisan dalam
Batasan masalah dari penelitian kali ini adalah hanya
biasanya dilapisi oleh stainless steel, duplex, nickel
membahas tentang perubahan nilai kekerasan yang
alloy, titanium, hastelloy, monel yang cocok untuk
terjadi pada CRA liner pipe menggunakan material
digunakan pada lingkungan yang memiliki tingkat
Inconel UNS N06625 OD 8 in, dengan ketebalan 4 mm
korosif yang tinggi. Lapisan luar biasanya pipa carbon
yang telah dilakukan proses solution annealing.
steel. [1]
Ada 2 jenis pipa yang biasa dipakai oleh perusahaan 2 Metodologi Penelitian
minyak dan gas untuk keperluan pipeline yaitu CRA
clad pipe dan Mechanically lined pipe . 2.1 Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan ini menggunakan metode
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Wawancara
Yaitu melakukan tanya jawab atau wawancara
secara langsung dengan tenaga ahli/karyawan
di PT HAZ Batu Ampar, Batam.
2. Pengamatan
Melakukan pengamatan secara langsung
untuk mendapatkan gambaran secara lengkap
Gambar 1. CRA clad pipe. tentang proses solution annealing dan
mechanical testing.
CRA clad pipe merupakan pipa carbon steel yang
lapisan dalamnya dilakukan proses pengelasan GTAW 3. Studi literatur
menggunakan jenis filler metal yang sesuai/diinginkan. Yaitu membaca berbagai macam literatur
Biasanya menggunakan filler metal stainless steel atau yang berhubungan dengan solution
nickel alloy (dapat dilihat pada Gambar 1). [3] annealing, material Inconel UNS N06625
Mechanically lined pipe adalah pipa carbon steel yang Grade 2, Work instruction solution annealing,
lapisan dalamnya dilapisi CRA liner pipe lalu projek spesifikasi dari CRA liner pipe, serta
dilakukan pengelasan weld overlay diujung pipa prosedur-prosedur yang berhubungan dengan
carbon steel tersebut. CRA liner pipe terbuat dari plat penelitian ini.
lembaran berbahan (coil) stainless steel atau nickel 2.2 Waktu dan Tempat Penelitian
alloy yang dibentuk menjadi pipa dengan pengerjaan
dingin/Cold Formed lalu dilakukan pengelasan Solution annealing dilakukan di PT HAZ Batu ampar,
longseam menggunakan filler metal yang sesuai Batam pada tanggal 10 November 2019 dan pengujian
dengan jenis material yang digunakan (dapat dilihat nilai kekerasan dilakukan di PT laboratorium
mechanical testing. rupture strength, oxidation resistance, and excellent
weldability. Berikut adalah komposisi material Inconel
2.3 Persiapan Alat dan Bahan
UNS N06625 berdasarkan pada mill test certificate.
Alat dan bahan yang digunakan pada penilitian ini
Tabel 1.
adalah sebagai berikut:
Komposisi material Inconel UNS N06625
1. Material CRA liner pipe Inconel UNS
N06625 OD 8in, ketebalan 4 mm. C 0.04
2. Mitutoyo Hardness Vickers Testing Machine,
Si 0.2
Model HV-113, S/N 500041203
3. Air yang digunakan sebagai media pendingin. Mn 0.33
4. IR Pyrometer, Raytek type : Thermalert TX, Cr 21.88
500-2000°C yang digunakan untuk mengukur
suhu dari CRA liner pipe. Mo 8.17
5. Annealing Machine, Brand INDUCTOHEAT, Fe 4.37
Type : VIP-800-1 yang digunakan untuk
memanaskan CRA liner pipe. Al 0.19
6. Overhead crane yang digunakan untuk
Ni 60.93
memindahkan CRA liner pipe dari proses
sebelumnya menuju ke proses solution Ta 0.003
annealing.
7. SCADA system yang digunakan untuk Cu 0.04
mencatat suhu pada saat melakukan solution Co 0.05
annealing.
8. Konveyor digunakan untuk memasukkan Nb 3.49
CRA liner pipe melewati mesin induction
heating coil dan melewati media pendingin 2.8 Solution Annealing Secara Teori
air. Solution annealing adalah proses perlakuan panas yang
dilakukan pada suhu diatas 1093°C lalu secara cepat
2.4 Parameter Suhu
didinginkan menggunakan media pendingin yaitu air.
Pada penelitian ini, parameter suhu yang digunakan Proses solution annealing pada umumnya digunakan
berdasarkan pada heat treatment instruction dimana untuk exotic material seperti Nickel Based Alloys dan
range suhu yang tertera 1093°C-1210°C. Pemanasan Stainless Steel.
dilakukan secara cepat dari ambient temperature
Tujuan dilakukan solution annealing secara teori
langsung dipanaskan ke range suhu tersebut.
adalah untuk melarutkan apapun endapan yang ada
2.5 Holding Time didalam material dan mengubah material pada solution
Holding time adalah waktu tahan pada annealing temperature menjadi struktur fase tunggal.
suhu/temperature yang ditentukan. Holding time yang Material dengan cepat didinginkan ke suhu ruang
digunakan pada penelitian ini berdasar dari heat untuk menghindari terjadinya presipitasi pada saat
treatment instruction yaitu berdasarkan dari kecepatan proses pendinginan.
konveyor 400-500 mm/min.
2.6 Cooling Rate 2.9 Pengujian Hardness
Cooling rate adalah laju pendinginan setelah dilakukan Pengujian hardness dilakukan berdasarkan ASTM E92
pemasan. Cooling rate pada penilitian ini yaitu dengan yaitu standard pengujian untuk hardness Vickers
laju pendinginan yang sangat cepat dengan media material metallic. Pengujian Hardness Vickers
pendingin air yang mengandung choride content max disimbolkan dengan HV dengan menggunakan
50 ppm. indentor berbentuk diamond yang memiliki sudut
2.7 Material Inconel UNS N06625 permukaan sebesar 136°. Berikut adalah spesifikasi
mesin dan pengujian hardness Vickers.
Material Inconel UNS N06625 merupakan paduan
Nickel-Chromium-Molybdenum dengan tambahan Tabel 2.
Niobium yang umum digunakan pada industri minyak Spesifikasi mesin dan pengujian hardness vickers
& gas dan aerospace. Material tersebut memiliki Mitutoyo Vickers Hardness
kandungan nikel yang sangat tinggi. Nikel adalah suatu Brand Testing
logam dikarenakan sifatnya tahan karat dan tahan
oksidasi pada temperature tinggi. Inconel UNS
N06625 memiliki properties High tensile, creep,
HV-113
MODEL
S/N 500041203
Diagonal 1.85 mm
Indentity
10 kg
Load Test
Persiapan Alat & Bahan Pada table 4, titik nilai kekerasan tertinggi pada daerah base
metal CRA Liner Pipe terletak pada point 4, sehingga nilai
kekerasan rata-rata pada Base metal CRA Liner Pipe setelah
dilakukan solution annealing yaitu 208 HV.
Solution Annealing Tabel 5
Nilai Kekerasan HAZ pada CRA Liner Pipe setelah
dilakukan Solution Annealing.
5 Daftar Pustaka