Anda di halaman 1dari 6

ANALISA CORROSION RATE, REMAINING LIFE DAN KINERJA FURNACE HEATER

12-F-101 DI UNIT AHU

*Nazarudin Sinaga1, Arief Rachman2


1
Dosen Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
2
Mahasiswa Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp. +62247460059
*E-mail: aariefraachmaan@gmail.com

Abstrak

Furnace atau fire heater merupakan peralatan dalam proses pengolahan minyak, dimana
terdiri dari bangunan metal, dan bagian didalamnya dilapisi batu tanah api yang akan melindungi
metal furnace dari radiasi panas dan akan mamantulkan ke tube-tube furnace. Analisa ini dilakukan
untuk mengetahui mekanisme kerusakan yang terjadi pada tube furnace 12-F-101.
Dari hasil analisa menunjukkan bahwa kerusakan Tube Furnace 12-F-101 berupa internal
tube corrosion akibat Senyawa-senyawa korosif (sulfur, ion klorida, dan asam naphthenat),
external tube corrosion akibat sulphuric acid, pembentukan lapisan coke pada dinding tube
akibat senyawa CaCl2 dan CaSO4, dan pemuaian material tube akibat temperatur tinggi
(overheating).
Analisa juga dilakukan pada perhitungan percepatan korosi dan sisa umur tube furnace 12-F-
101. Dari hasil analisa dapat disimpulkan bahwa tube radian pada furnace 12-F-101 berada pada level
waspada, karena angka laju korosi pada tube radian sebesar 0,127 mm/years sedangkan tube
konveksi pada furnace 12-F-101 berada pada level aman, karena laju korosi pada tube konveksi
sebesar 0.044 mm/years dan diprediksikan sisa umur tube radian berkisar 27.54 tahun sedangkan
pada tube konveksi berkisar 74.8 tahun dengan umur desain pada tube radian sebesar 34.56 tahun
sedangkan pada tube konveksi sebesar 83 tahun.

Kata kunci: Fired Heater, Radiant Tube, Convection Tube, Corrosion Rate, Remaining Life

1. Pendahuluan
Dalam industri pengolahan migas banyak digunakan pipa untuk membantu proses produksinya, sebagai contoh
: pipa atau tube pada furnace, pada boiler atau steam injection. Pada instalasi ini tubemerupakan komponen
yang vital karena tube tersebut digunakan sebagai alat untuk mengalirkan fluida yang panas ke sistem-sistem yang
membutuhkan, dimana suhu operasi sekitar 454º – 540º C sesuai dengan suhu operasi dan jenis material yang
digunakan. [2]. Dalam pengoprasiannya tube furnace akan mengalami proses pengotoran dan kerusakan, sehingga
kemampuannya akan menurun. Maka dari itu perlu adanya sistem pemeliharaan atau maintenance dan
penanggulangan kerusakan yang tepat. Hal ini dikarenakan furnace merupakan unit yang vital pada kilang
minyak. Apabila furnace mengalami kegagalan maka akan terjadi kegagalan pada semua sistem kilang minyak.
Dibawah ini adalah gambar 1 pada alat furnace heater beserta komponennya.

Gambar 1. Furnace [7].

1
Permasalahan korosif tidak bisa lepas dari tube ini mengingat suhu operasi yang tinggi, fluida yang
mengalir juga dapat mengakibatkan adanya deposit. Karena produk industri migas pada umunya sangatlah korosif
diperlukan pengawasan dan kontrol material secara periodik dalam hal eksploitasi dan proses distribusinya untuk
menjamin mutu dalam penggunaannya.[1]
Dalam perancangan tangki bejana tekan, dibutuhkan kondisi normal operasi yang digunakan sebagai acuan untuk
menentukan kondisi desain. Berdasarkan kondisi desain, tebal minimum tube radian dan tube konveksi yang merupakan
komponen utama fired heater dapat dihitung. Ketebalan tube radian dan tube konveksi fired heater tidak boleh kurang
dari ketebalan minimum hasil perhitungan yang menyebabkan sisa umur dari tube tersebut semakin cepat .Dalam
perhitungannya, standar yang digunakan adalah API 530, API 580 dan API 530.

2. Metode Penelitian
2.1 Diagram Alir
Pada gambar 2 di bawah ini menjelaskan metode penelitian. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data
yang diperlukan dalam menghitung laju korosi dan sisa umur pada tube radian dan konveksi. Perhitungan dan
pengolahan data dilakukan secara analitik. Setelah dilakukan perhitungan maka didapat nilai laju korosi dan sisa umur
pada tabung sehingga dapat diketahui berapa lama tabung dapat diganti di PT. PERTAMINA RU IV BALONGAN.

Gambar 2. Diagram Alir

Adapun langkah pertama dalam perhitungan corrosion rate dan remaining life adalah melakukan studi literatur
dengan mencari referensi yang berkaitan dengan penelitian ini. Selanjutnya mencari data-data yang akan digunakan
untuk menghitung corrosion rate dan remaining life pada tube radian dan tube konveksi. Perhitungan corrosion rate dan
remaining life menggunakan standar American Petroleum Institute [6]. Setelah menghitung corrosion rate dan
remaining life, selanjutnya adalah menganalisis kerusakan dan solusi pada tube radian dan tube konveksi.

2.2 Teori Korosi


Definisi dari korosi adalah perusakan atau penurunan mutu dari material akibat bereaksi dengan lingkungan,
dalam hal ini adalah interaksi secara kimiawi. Sedangkan penurunan mutu yang diakibatkan interaksi secara fisik
bukan disebut korosi, namun biasa dikenal sebagai erosi dan keausan. Korosi kimia biasanya terjadi pada kondisi

2
temperatur tinggi atau dalam keadaan kering yang melibatkan logam (M) dengan oksigen, nitrogen, sulfida [4].
Fenomena korosi yang terjadi pada tube furnace antara lain:
Parameter penting dalam evaluasi laju korosi pada tube furnace ditentukan pada poin-poin :
 Desain umur operasional pada tube
 Inspeksi rutin
 Tipe fluida
 Laju aliran
 Temperatur yang tinggi saat operasi
 Lokasi geografis

2.2.1 Kerusakan Bagian Dalam Tube Furnace


Kerusakan yang terjadi pada bagian dalam tube, biasanya berupa korosi tube bagian dalam (internal tube
corrosion) dan kerak (scale/coke) antara lain:[4]
a. Korosi Erosi (Corrosion Erosion).

Gambar 3. Corrosion Erosion [4].

b. Korosi Sumuran (Pitting Corrosion).

Gambar 4. Pitting Corrosion [4].

c. Korosi Retak Regang (Stress Corrosion Cracking).

Gambar 5. Stress Corrosion Cracking [4].

d. Korosi Merata (Uniform Corrosion).

Gambar 6. Uniform Corrosion [4].

e. Coke/Scale.

Gambar 7. Coke/Scale [4].

2.2.2 Kerusakan Bagian Luar Tube Furnace

3
Kerusakan yang terjadi pada tube bagian luar, biasanya berupa korosi tube bagian luar (external tube corrosion)
dan kerusakan berupa pemuaian material tube akibat temperature tinggi (over heating). Kerusakan-kerusakan tersebut
antara lain [4]:
a. Korosi Bagian Luar (External Tube Corrosion)

Gambar 8. External Tube Corrosion [4].

b. Terbakar (Burning)

Gambar 9. Burning [4].

c. Melengkung (Sagging)

Gambar 10. Sagging [4].

d. Membungkuk (Bowing)

Gambar 11. Bowing [4].

e. Membengkak (Bulging)

Gambar 12. Bulging [4].

2.3 Perhitungan Corrosion Rate and Remaining Life


2.3.1 Corrosion Rate (CR)
Laju korosi (corrosion rate) adalah kecepatan rambatan atau kecepatan penurunan kualitas suatu material
terhadap waktu. Laju korosi pada tube furnace dapat ditentukan oleh perbedaan antara dua pengukuran ketebalan dibagi
dengan interval waktu pengukuran. Ketebalan radiant tubes dan convection tubes pada furnace dapat diukur dengan
menggunakan UT (ultrasonic test). Nilai laju korosi nantinya digunakan untuk menghitung berapa lama sisa hidup
(remaining life) pada tube tersebut. Laju korosi dapat dihitung dari rumus yang terdapat pada API 575 Inspection
Practices for Atmospheric and Low-Pressure Storage Tank dapat dicari menggunakan persamaan 1[6].

4
t previous - tactual
Corrosion rate = (1)
waktu antara t previous dan tactual (years)

2.3.2 Remaining Life (RL)


Remaining Life Assessment adalah usaha untuk mengukur atau memprediksi umur sisa suatu peralatan. Dengan
mengetahui umur sisa suatu peralatan atau bagiannya, maka teknisi dapat merencanakan penggantian atau perbaikan.
Biasanya vendor sudah menghitung usia mesin/peralatan yang mereka buat, namun untuk mencapai umur desain
diperlukan pola operasi dan metode pemeliharaan yang baik. Perhitungan tersebut berdasarkan aspek ketebalan dan laju
korosi pada radiant tubes dan convention tubes di tube furnace. Perhitungan remaining life pada tube furnace terdapat
pada API 575 Inspection Practices for Atmospheric and Low-Pressure Storage Tank dapat dicari menggunakan
persamaan 2 [6].
tactual - tmin
Remaining Life = (2)
corrosion rate

3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Data Furnace Heater 12-F-101

Radian Coil (P) : 194.20 kg/cm2

Radian Tube (OD) : 193.70 mm

Maximum AllowableWorking Stress Radian Coil (S) : 1265 kg/cm2

Actual Thickess Radian (2015) : 17.51 mm

Prev.Act.Thick. Radian (2008) : 18.40 mm

Convection Coil (P) : 5.30 kg/cm2

Convection Tube (OD) : 114.30 mm

Maximum AllowableWorking Stress Convection Coil (S) : 181 kg/cm2

Actual Thickess Head (2015) : 5.39 mm

Prev.Act.Thick. Head (2008) : 5.80 mm

Coofficient Factor (Y) : 0.4

Joint Efficient (E) :1

3.2 Perhitungan Required Thickness Tube Radian dan Tube Konveksi


Berdasarkan perhitungan sesuai standar yang telah dilakukan, maka diperoleh minimum thickness tube radian dan
tube konveksi yang dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Required Thickness
Material Required Tickness
A312 TP 347/ Tube Radian 14.01 mm
A312 TP 304/ Tube Konveksi 1.65 mm

3.3 Perhitungan Corrosion Rate and Remaining Life


Untuk menganalisa percepatan korosi dan memprediksi sisa umur tube furnace 12-F-101, PT. Pertamina (Persero)
RU. VI Balongan mengacu pada standar API Recommended Practice 581 (Risk-Based Inspection Technology).
Grade/level standar percepatan korosi yang diterapkan oleh PT. Pertamina (Persero) RU. VI Balongan dapat dilihat pada
tebel tabel 2 [5].
Tabel 2. Standard Corrosion Rate
Material Corrosion Rate Grade
A312 TP 347/ A312 TP 304 <0,1 mm/years Aman
0,1 – 0,5 mm/years Waspada
0,5 – 1 mm/years Bahaya

Berdasarkan perhitungan sesuai standar yang telah dilakukan, maka diperoleh corrosion rate pada tube radian dan
tube konveksi yang dapat dilihat pada tabel 3[5].
Tabel 3. Corrosion Rate
Jenis Tube Corrosion Rate Grade
Tube Radian 0.127 mm/years Waspada
Tube Konveksi 0.05 mm/years Aman

5
Dari data hasil perhitungan sisa umur harus dikalikan dengan standard safety yang ditetapkan oleh PT. Pertamina
(Persero) RU. VI Balongan sebesar 1/3 dari hasil perhitungan. Data hasil perhitungan sisa umur dan umur design tube
furnace 12-F-101 yang dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Remaining Life


Prediksi Design Life Time
Jenis Tube Remaining Life Standard Safety
Sisa Umur
Tube Radian 27.54 years x 1/3 9.18 years 34.56 years
Tube Konveksi 74.8 years x 1/3 24.93 years 83 years

Dari hasil perhitungan corrosion rate and remaining life untuk setiap tube, dapat disimpulkan bahwa tube radian
berada pada level waspada sedangkan tube konveksi berada pada level aman sehingga remaining life yang terjadi
pada tube radian lebih cepat dibandingakn dengan tube konveksi.

4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan hasi:
1. Kerusakan bagian dalam tube radian dan tube konveksi berupa korosi tube bagian dalam (internal tube
corrosion) yang disebabkan oleh Senyawa-senyawa korosif (Sulfur, Ion karbida, dan Asam naphthenat)
dan pembentukan lapisan kerak coke/scale pada dinding tube yang disebabkan oleh senyawa CaCl 2 dan
CaSO4.
2. Kerusakan bagian luar tube radian dan tube konveksi berupa korosi tube bagian luar (external tube
corrosion) disebabkan oleh sulphuric acid yang berasal dari gas hasil pembakaran bahan bakar yang
mengandung sulfur dan kerusakan berupa pemuaian material tube akibat temperatur tinggi (overheating).
3. Dari hasil perhitungan kecepatan korosi (corrosion rate) dapat disimpulkan bahwa pada tube radian berada
pada level waspada, karena angka laju korosinya > 0,1 mm/years. sedangkan tube konveksi berada pada
level aman, karena angka laju korosinya < 0,1 mm/years.
4. Dari hasil perhitungan sisa umur dapat diprediksikan sisa umur (Remaining Life Time) tube radian
furnace berkisar antara 27.54 tahun dan tube konveksi berkisar antara 74.8 tahun. Untuk standard safety yang
diterapkan pada PT.PERTAMINA untuk sisa umurnya dikalikan 1/3 dari hasil perhitungan sehingga tube
konveksi berkisar 24.93 tahun dan tube radian berkisar 9.18 tahun dari umur desain untuk tube radian sebesar
34.56 tahun sedangkan umur desain untuk tube konveksi sebesar 83 tahun.

Nomenklatur:

tactual = Ketebalan saat pengukuran terbaru, mm


tprevious = Ketebalan yang diukur pada inspeksi sebelumnya, mm
trequired = Tebal minimum yang dapat diterima, mm
CR = Laju korosi, mm/years
RL = Prediksi sisa umur pada pipa, years
P = Tekanan kumparan radian/konveksi, kg/cm2
OD = Diameter luar pada tube, mm
S = Maximum Allowable Working Stress
E = Joint Efficient
Y = Coofficient Factor

5. Daftar Pustaka
[1] Nurdin, Rosad 2013, Crash Program Training Refinery Inspector, Direktorat Pengolahan PT. Pertamina
(Persero)
[2] Dennis Clary, Fired Heater, 2006 Engineering Design Seminar, UOP LLC.
[3] American Petroleum Institute 2004 , API 530, Northwest, “Calculation Of Heater Tube Thickness In
Petrolium Refineries”, Washington D.C. : American Petroliun Institute
[4] Hendrato, 2012, Analisa Kerusakan Dan Sisa Umur Tube Furnace 019 F 102 di PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit Iv Cilacap, Jurusan Teknik Mesin,Universitas Sebelas Maret
[5] American Petroleum Institute 2008, API 581, “Risk-Based Inspection Technology” , Second Edition,
Washington D.C. : American Petroliun Institute
[6] American Petroleum Institute 2014, API 575, Inspection Practices for Atmospheric and Low-Pressure
Storage Tanks, 3rd edn, API Publishing Services, Washington, DC.
[7] American Petroleum Institute 2001, API 560, Fired Heaters for General Refinery Service, 3rd edn, API
Publishing Services, Washington, DC.

Anda mungkin juga menyukai