Anda di halaman 1dari 25

ANALISIS KUALITAS AIR INJEKSI DARI NUTSHELL FILTER AS-F

512 E DAN 512 F DENGAN PARAMETER PH ( DERAJAT KEASAMAN) ,


TSS ( TOTAL SUSPENDED SOLID , TDS ( TOTAL DISSOLVED SOLID) ,
DI PERTAMINA HULU ENERGI , KECEMATAN PENINJAUAN ,
KABUPATEN OGAN KOMERING ULU , SUMATERA SELATAN.

PROPOSAL TESIS

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Penyusunan Tesis

DI SUSUN OLEH
ONGGY ARIES SEKA ( 94221001)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Air formasi adalah air yang berada dalam suatu lingkungan pengendapan
tertentu, air ini didapat pada saat proses pengeboran atau produksi minyak dan gas
bumi. Penanganan permasalahan air timbul dari sifat air yang merupakan pelarut
yang sangat baik. Air dari bawah permukaan banyak berhubungan dengan tanah
dan batuan formasi dan akan melarutkan beberapa senyawa, selain itu juga akan
mengandung padatan tersuspensi dan beberapa gas yang terlarut didalamnya. Air
juga dapat melarutkan beberapa jenis logam. Mikroba juga akan lebih cepat
tumbuh dalam media air. Perubahan tekanan dan temperatur juga akan merubah
senyawa yang terlarut sehingga akan terjadi pengendapan. Analisa air formasi
berguna untuk mengetahui sifat kimia dan sifat fisika dan juga ion-ion yang ada di
dalamnya. pH, temperatur, total dissolved solid, total suspended solid, warna air dan
kesadahan.
Penelitian mengenai air formasi sudah sering dilakukan. Beberapa
penelitian yang berhubungan dengan air injeksi diantaranya adalah analisis
pengaruh injeksi air terproduksi pada kegiatan pressure maintenance terhadap
kualitas air tanah yang dilakukan oleh Bobby Andrian Sitorus, pada penelitian ini
didapatkan hasil bahwa sampel dengan parameter pH, Besi (Fe), Mangan (Mn),
Timbal (Pb) didapatkan pH 5,17 -7,32, Besi (Fe) berkisar antara 0,153-1,634 mg/l
, Mangan (Mn) 0,0074-0,0554 mg/l dan Timbal (Pb) 0,0027. Penelitian lain
mengenai air injeksi dilakukan oleh Yuniarto mengenai dampak limbah cair panas
bumi dan dampaknya terhadap lingkungan. Dari penelitian ini didapatkan hasil
bahwa pembuangan limbah cair panas bumi tidak memberikan dampak ke
lingkungan. Penelitian lain yang dilakukan terhadap air injeksi adalah penelitian
yang dilakukan oleh Tri Partuti mengenai efektivitas resin penukar kation untuk
menurunkan kadar total dissolved (TDS) dalam limbah air terproduksi industri
migas. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa semakin tinggi konsentrasi TDS
konsentrasi TDS dalam limbah air terproduksi semakin cepat proses pertukaran
ion terjadi dan semakin cepat resin menjadi jenuh. Penelitian lainnya mengenai air
injeksi adalah Karakterisasi Air Terproduksi Industri Migas Sebagai Sumber Daya
Air Alternatif Di Kecamatan Minas, Kabupaten Siak, Riau. Yang dilakukan oleh
Maulana Hadi. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa Berdasarkan 46
parameter pengujian laboratorium yang disyaratkan pada PP 82/2001 untuk
golongan 1 (air minum), untuk air terproduksi industri migas di wilayah
Kecamatan Minas, masih terdapat 17 parameter (37%) belum memenuhi baku
mutu. Sedangkan untuk kualitas air masyarakat, untuk air minum dari depot isi
ulang mempunyai 4 parameter yang belum masuk dalam baku mutu (9%) dan
untuk air yang dari sumur masyarakat masih mempunyai 3 parameter yang belum
masuk baku mutu (7%).

2
Penelitian lain mengenai air injeksi yaitu analisis pengolahan air terinjeksi
di water treating plant perusahaan eksploitasi minyak bumi oleh pertiwi andarani,
hasil penelitian ini diperoleh bahwa Berdasarkan hasil analisa, API Separator
sudah memenuhi kriteria desain untuk beban permukaan (surface loading), tetapi
untuk kecepatan horizontal pada pit#A lebih tinggi dibandingkan dengan kriteria
desain. Berdasarkan hasil perhitungan, efisiensi penyisihan OC pada MFU adalah
berkisar 96-98%, sedangkan turbiditas adalah berkisar 94-98%. Efisiensi
penyisihan OC pada ORF 60 - 65% (belum memenuhi standar operasi),
penyisihan turbiditas 47-59%. Efisiensi penyisihan kesadahan (hardness) pada
softener mencapai 99%. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan di atas,
belum ada yang membahas secara spesifik kualitas air injeksi berdasarkan
parameter pH, TDS, TSS, DO dan kesadahan sehingga dilakukan penelitian
mengeani hal tersebut.

I.2 BATASAN MASALAH

Untuk memfokuskan penelitian yang dilakukan pada analisa sifat air


injeksi ini, penulis membatasi ruang lingkup permasalahan pada analisa sifat air
injeksi berdasarkan parameter pH, TSS, TDS, dan kesadahan dari air terproduksi
dari lapangan field air Serdang kec. Peninjauan , kab. Ogan komering ulu yang
dilakukan pengujian di laboratorium pertamina hulu energi field air Serdang .

I.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui untuk mengetahui


layak atau tidak air formasi yang terdapat pada field air Serdang kec. Peninjauan ,
kab. Ogan komering ulu untuk diinjeksikan kembali.

I.4 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui
kondisi air formasi sehingga mempertahankan kualitas terbaik dari air formasi
sebelum dilakukan injeksi seperti:
1. Dapat mengoperasikan peralatan yang digunakan selama pengujian
analisa air dilakukan.
2. Dapat memahami parameter yang digunakan dalam menganalisa air
formasi dan kualitas air injeksi dari nutshell filter as-f 512 e dan f.
3. Dapat mengetahui standar kualitas air injeksi yang digunakan sesuai
baku mutu yang digunakan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA , KERANGKA PENELITIAN DAN HIPOTESIS

II.1 SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN

Job Pertaninba-Jadestone Energy (Ogan Komering) Ltd Air serdang


bergerak di sektor hulu migas yang terletak di Kecamatan Peninjauan,
Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Job Pertamina-
Jadestone Energy (Ogan Komering) Ltd Air Serdang, memiliki beberapa sumur
dengan jumlah sumur 52 buah, 52 diantaranya sampai saat ini masih
berproduksi aktif dalam pengambilan minyak dan gas. Kegiatan eksplorasi
telah dimulai pada tahun 1989 dan menemukan hidrokarbon pada sumur Air
Serdang-1 diikuti oleh pemboran sumur Mandala-1. Kemudian lapangan Air
Serdang dinyatakan sebagai lapangan komersial pada tanggal 21 November
1992. Eksplorasi sumur Guruh-1 dilakukan pada tahun 1991 dan menemukan
hidrokarbon, kemudian lapangan Guruh dinyatakan komersial pada tanggal 22
Juli 1993.

Produksi pertama Job Pertamina-Talisman (ok) Ltd. dimulai 01


Desember 1992 sebesar 112 barel dan mencapai produksi puncaknya pada
tahun 1998 dengan produksi minyak sebesar 20.000 BOPD.Produksi migas
2010 sebesar 2.615.988 Barrel Oil Equivalen (BOE) atau 115% dari target yang
ditetapkan di awal tahun sebesar 2.274.777 BOE. Sementara untuk tahun 2009,
rata-rata produksi mencapai 2.246.833 BOE atau 116% dari target tahun
2009.Pada saat ini produksi minyak adalah sebesar 5.000 BOPD, dan produksi
gas sebesar 13.6 MMSCFD. Untuk meningkatkan produksi dan cadangan
minyak, Job Pertamina-Talisman (ok) Ltd. sedang melakukan berbagai usaha,
antara lain meningkatkan kegiatan eksplorasi Step Out Drilling, Acid
Tunneling, Radial Drilling dan Water Flood. Survei seismik 2D dan 3D pada
tahun 2008 yang diikuti dengan studi Geologi, Geofisika dan Reservoir telah
memberikan kontribusi yang besar terhadap penambahan cadangan dan
produksi JOB Pertamina-Talisman (OK) Ltd. pada akhir tahun 2009 dan tahun

4
2010.Pada periode tahun 2009-2012 direncanakan untuk melakukan pemboran
43 sumur baru untuk meningkatkan produksi minyak dan gas , barulah pada
tahun 2018 JOB-TALISMAN ENERGI di ambil alih sepenuhnya oleh
PERTAMINA HULU ENERGI.

II.2 PENGERTIAN AIR INJEKSI

Dalam industri minyak dan gas bumi, pengambilan minyak dan gas
bumi terbagi dalam beberapa istilah diantaranya primary oil recovery,
secondary oil recovery dan tertiary oil recovery. Hal ini dilakukan berdasarkan
metode produksi atau waktu perolehan yang tepat. Primary oil recovery
merupakan metode produksi hidrokarbon dengan mekanisme pendorong secara
alami dari reservoir tanpa adanya bantuan fluida injeksi seperti air dan gas.
Mekanisme pendorong secara alami ini merupakan proses yang relatif tidak
efisien dan memperoleh pendapatan minyak yang terbatas. Metode selanjutnya
ialah secondary oil recovery dimana metode produksi ini dilakukan dengan
menggunakan bantuan fluida injeksi seperti air dan gas. Waterflooding ialah
metode secondary oil recovery yang paling sering digunakan. Sedangkan
tertiary oil recovery dilakukan setelah metode primary dan secondary oil
recovery masih belum mampu meningkatkan produksi minyak. Berkurangnya
produksi minyak dari suatu reservoir dapat diakibatkan oleh makin
menurunnya tekanan reservoir selama minyak diproduksikan, sehingga tekanan
drawdown tidak mampu lagi memberikan laju produksi yang ekonomis dan
produksi terpaksa harus berhenti, walaupun sebenarnya jumlah cadangan
minyak yang tertinggal masih cukup besar. Oleh karena itu pada reservoir jenis
ini perlu sekali dilakukan pemeliharaan tekanan reservoir (pressure
maintenance) untuk meningkatkan recovery minyaknya, yaitu salah satu
caranya dengan menginjeksikan air atau gas ke dalam reservoir tersebut.
Metode yang paling banyak digunakan ialah waterflooding.

Waterflooding merupakan metode penginjeksian fluida ke dalam


reservoir, dimana air sebagai media injeksi akan diinjeksikan kedalam
reservoir sehingga diharapkan air akan mendorong minyak yang ada pada

5
lapisan reservoir untuk sampai kesumur produksi dan sampai ke permukaan..
Penginjeksian air bertujuan untuk memberikan tambahan energi kedalam
reservoir. Pada proses pendesakan, air akan mendesak minyak mengikuti jalur-
jalur arus (stream line) yang dimulai dari sumur injeksi dan berakhir pada
sumur produksi. Penentuan dilakuknnya injeksi ini didasarkan pada beberapa
pertimbangan diantaranya Mobilitas pendesakan yang menguntungkan (cukup
rendah), Berat kolom air dalam sumur membantu menekan, sehingga
mengurangi tekanan injeksi , Fluida pendesak (air) mudah tersebar di dalam
reservoir , dan efisiensi pendesakan baik. Injeksi air Waterflooding ini juga
bertujuan dalam mempertahankan tekanan reservoir yang berkurang sehingga
terjadi juga proses pressure maintenance, hanya penginjeksian waterflooding
ini dilakukan pada zona reservoir . Penentuan dilakuknnya injeksi
waterflooding didasarkan pada beberapa pertimbangan diantaranya:

1. Mobilitas pendesakan yang menguntungkan (cukup rendah)


2. Berat kolom air dalam sumur membantu menekan, sehingga
mengurangi tekanan injeksi.
3. Fluida pendesak (air) mudah tersebar di dalam reservoir.
4. Efisiensi pendesakan baik.

Gambar 2.1. Mekanisme waterflood (Pertamina file,2003).

6
II.3 PENGERTIAN FILTER ( FILTRASI )
Filtrasi adalah proses penyaringan untuk menghilangkan zat padat
tersuspensi dari air melalui media berpori. Filtrasi dapat juga diartikan sebagai
proses pemisahan liquid -liquid dengan melewatkan liquid melalui media berpori
atau bahan-bahan berpori untuk menyisihkan atau menghilangkan sebanyak-
banyaknya butiran-butiran halus zat padat tersuspensi dari liqud. Filtrasi adalah
suatu operasi pemisahan campuran antara padatan dan cairan dengan melewatkan
umpan (padatan + cairan) melalui medium penyaring. Proses filtarsi banyak
dilakukan di industri, misalnya pada pemurnian air minum, pemisahan kristal-
kristal garam dari cairan induknya, pabrik kertas dan lain-lain. Untuk semua
proses filtrasi, umpan mengalir disebabkan adanya tenaga dorong berupa beda
tekanan, sebagai contoh adalah akibat gravitasi atau tenaga putar. Secara umum
filtrasi dilakukan bila jumlah padatan dalam suspensi relatif lebih kecil
dibandingkan zat cairnya.
A. PRINSIP KERJA FILTRASI

Filtrasi dengan aliran vertikal dilakukan dengan membagi limbah


ke beberapa filter-bed (2 atau 3 unit) secara bergantian. Pembagian
limbah secara bergantian tersebut dilakukan dengan pengaturan klep
(dosing) dan untuk itu perlu dilakukan oleh operator. Karena perlu
dilakukan
pembagian secara bergantian tersebut, pengoperasian sistem ini rumit
hingga tidak praktis. Filtrasi dengan aliran horizontal dilakukan
dengan mengalirkan limbah melewati media filter secara horizontal.
Cara ini sederhana dan praktis tidak membutuhkan perawatan,
khususnya bila di desain dan dibangun dengan baik. Filtrasi dengan
aliran vertikal dan horizontal mempunyai prinsip kerja yang berbeda.
Filtrasi horizontal secara permanen terendam oleh air limbah dan
proses yang terjadi adalah sebagian aerobik dan sebagian anaerobik.
Sedangkan padafiltrasi
vertikal, proses yang terjadi cenderung anaerobic.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFISIENSI


FILTRASI

1) Debit Filtrasi

Debit yang terlalu besar akan menyebabkan tidak berfungsinya


filter secara efisien. Sehingga proses filtrasi tidak dapat terjadi
dengan sempurna, akibat adanya aliran air yang terlalu cepat dalam
melewati rongga diantara butiran media pasir. Hal ini
menyebabkan berkurangnya waktu kontak antara permukaan
butiran media penyaring dengan air yang akan disaring. Kecepatan
aliran yang terlalu tinggi saat melewati rongga antar butiran

7
menyebabkan partikel–partikel yang terlalu halus yang tersaring
akan lolos.

2) Konsentrasi Kekeruhan
Konsentrasi kekeruhan sangat mempengaruhi efisiensi dari filtrasi.
Konsentrasi kekeruhan air baku yang sangat tinggi akan
menyebabkan tersumbatnya lubang pori dari media atau akan
terjadi clogging. Sehingga dalam melakukan filtrasi sering dibatasi
seberapa besar konsentrasi kekeruhan dari air baku (konsentrasi air
influen) yang boleh masuk. Jika konsentrasi kekeruhan yang terlalu
tinggi, harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu, seperti
misalnya dilakukan proses koagulasi – flokulasi dan sedimentasi.

3) Kedalaman media, ukuran, dan material

Tebal tipisnya media akan menentukan lamanya pengaliran dan


daya saring. Media yang terlalu tebal biasanya mempunyai daya
saring yang sangat tinggi, tetapi membutuhkan waktu pengaliran
yang lama. Sebaliknya media yang terlalu tipis selain memiliki
waktu pengaliran yang pendek, kemungkinan juga memiliki daya
saring yang rendah. Demikian pula dengan ukuran besar kecilnya
diameter butiran media filtrasi berpengaruh pada porositas, laju
filtrasi, dan juga kemampuan daya saring, baik itu komposisisnya,
proporsinya, maupun bentuk susunan dari diameter butiran media.
Keadaan media yang terlalu kasar atau terlalu halus akan
menimbulkan variasi dalam ukuran rongga antar butir. Ukuran pori
sendiri menentukan besarnya tingkat porositas dan kemampuan
menyaring partikel halus yang terdapat dalam air baku. Lubang
pori
yang terlalu besar akan meningkatkan rate dari filtrasi dan juga
akan menyebabkan lolosnya partikel halus yang akan
disaring.Sebaliknya lubang pori yang terlalu halus akan
meningkatkan kemampuan menyaring partikel dan juga dapat
menyebabkan clogging (penyumbatan lubang pori oleh partikel
halus yang tertahan) terlalu cepat.
II.4 MACAM-MACAM FILTRASI
1. Rotary Vacuum Drum Filter

Filter drum vakum putar terdiri dari drum kompartemen Tertutup kain
yang ditangguhkan pada poros aksial di atas bak umpan yang
mengandung suspensi, dengan sekitar 50 hingga 80% dari area layar
terbenam dalam suspensi. Drum biasanya dibagi menjadi tiga bagian
yang dikenal sebagai pembuatan cake, zona penghapusan dan
penyiraman cake. Dua zona pertama berada di bawah vakum, di mana
air dalam material yang ditangani disedot melalui kain saringan, dan

8
padatan partikel menumpuk seperti kue di atas kain. Di zona ketiga
vakum dilepaskan danjet udara terkompresi dapat digunakan untuk
menghilangkan cake. Udara terkompresi juga bisa digunakan untuk
membersihkan kain penyaring.

Gambar 2.2 Rotary Vacuum Drum Filter

2. Vacuum belt filters

Filter sabuk vakum menggunakan sabuk filter horisontal yang terus


bergerak sedang, umumnya dari anyaman kawat, bergerak di antara
dua rol. Dalam arah maju, suspensi, konsentrasi padatan sedang hingga
tinggi, diumpankan ke permukaan atas sabuk yang dekat dengan satu
rol. Cake terbentuk dalam pakan Zona dilakukan melalui zona
pengeringan, pencucian dan pengeringan, sebelum dibuang saat ikat
pinggang memutar rol lainnya. Sabuk kembali ke roller pertama
melalui perangkat pembersih dari beberapa jenis. Vakum diterapkan di
bawah filter media untuk menyedot serat melalui kue dan media, serat
meninggalkan serat melalui koneksi vakum, untuk ditangkap di
penerima fi ltrate. Perbedaan utama di antara jenis-jenis filter sabuk
vakum terletak pada cara di mana vakum itu diterapkan

3. Centrifugal filter

Pemisahan sentrifugal terdiri dari dua jenis, yaitu menggunakan filtrasi


dan pemisahan beroperasi dengan sedimentasi. Semua sentrifugal
penyaring terdiri dari keranjang berputar, silinder atau kerucut
dibentuk, dari ujung terbuka di mana padatan yang dipisahkan habis.
Keranjang didukung di ujung lain pada poros drive, berasal dari
variabel atau variabel motor kecepatan. Dinding keranjang terbuat dari

9
media filter berpori, biasanya anyaman kawat, pelat berlubang atau
layar kawat-baji yang dilas, dengan lintasan serat melalui keranjang
dari dalam
keluar ke casing sekitarnya, meninggalkan padatan di belakang sebagai
kue pada media filter.

Gambar 2.3 Centrifugal Filter

II.5 PROSES FILTRASI PADA NUTSHELL FILTER AS-F 512-E


DAN NUTSHELL FILTER 512-F

A. PROSES FILTRASI

Selama proses filtrasi, feed pump P1 dalam posisi on, setting tekanan
pompa dengan mengatur bukaan valve A, Fluida kotor terpompa
mengalir melalui line inlet valve B. Minyak dan solid akan tertahan
oleh media filter karena pecan walnut meng-absorb minyak, dan
minyak yang ter-absorb akan menahan solid, Manga dan Garnet akan
mengabsorp padatan (TSS) yang terjadi dalam produced water.
Selanjutnya air bersih keluar melalui line inlet outlet valve D, menuju
clean water header. Pada tingkat kejenuhan tertentu, akan terjadi
perbedaan tekanan yang akan terbaca oleh Pressure Differential
Indicator yang selanjutnya operator harus segera melakukan proses
regenerasi. Pada proses ini Circulating Pump P2 off, dan valve
C,E,F,G,H dalam posisi tertutup.
B. REGERENASI

10
Regenerasi adalah proses melepaskan minyak dan solid yang ter-
absorb pada media filter, sehingga media filter kembali bersih dan bisa
digunakan kembali untuk filtrasi. Langkah pertama dari proses
regenerasi adalah fluidisasi dari tumpukan media filter.

C. FLUIDASI

Fluidisasi tahap 1 :

Udara/Gas Scour dilakukan melalui aliran dari backwash.


‐ Feed Pump P1 dalam posisi off.
‐ Valve A dan D ditutup
‐ Valve F dibuka, valve ini berfungsi atau untuk mengeluarkan udara
yang ada didalam vessel.
‐ Valve H dibuka sebagai upaya untuk mengurai media filter dan
membantu membuka pori-pori pada media filter dengan menggunakan
Udara.

Pada proses ini Feed Pump P1 dan Circulating Pump P2 dalam


keadaan mati, valve B,C,D,E,G dalam keadaan tertutup dan valve H,F
dalam keadaan terbuka. Proses ini berjalan selama 3 menit atau sesuai
dengan kebutuhan.

Fluidisasi Tahap 2 : Fluidisasi tahap 2 dilakukan melalui aliran dari


backwash dengan cara,

‐ Feed Pump P1 dalam keadaan hidup


‐ Buka valve C dan valve F.
‐ Tutup valve H.

Maka air akan mengalir melalui jalur pipa pada valve C yang
terhubung dengan internal screen filter dan selanjutnya media filter
akan terangkat dan teraduk aduk dari sisi bawah karena tekanan
semburan air ini, proses ini berjalan selama 3 menit atau sesuai
kebutuhan. Pada proses ini Circulating Pump P2 off dan valve
B,H,D,E,G dalam posisi tertutup.

D. DISCHARGE

Setelah proses fluidisasi, media filter dan minyak dengan solid


terpisah, langkah selanjutnya membuang minyak dan solid,
memisahkannya dari media filter, yang paling berperan dalam hal ini
adalah media screen scrubber, yang berbentuk tubular diluar filter
vessel. Fluida kotor dapat menembus screen dan di alirkan ke header

11
air kotor melalui valve G. Sedangkan media filter yang tidak dapat
menembus screen dikembalikan ke vessel dengan menggunakan
Circulating Pump P2.
‐ Valve G dalam posisi terbuka.
‐ Circulating Pump P2 dihidupkan, untuk mengembalikan ke media
filter vessel.
Proses ini membutuhkan waktu selama 11 menit atau sesuai dengan
kebutuhan. Pada proses ini, Feed Pump P1, Circulating Pump P2
dalam keadaan hidup, valve B,H,D,E dalam keadaan tertutup.

E. SETLLING

Untuk dapat beroperasi secara optimal, media filter harus dalam


susunan tumpukan (Bed). Untuk itu, perlu beberapa saat untuk
membuat butiran media filter mengendap karena gravitasi dan aliran
fluida dari atas kebawah serta membuang sisa air kotor dari proses
regenerasi.
‐ Circulating Pump P2 dimatikan.
‐ Air dari media filter dialirkan keluar dengan membuka valve E
menuju header air kotor.
‐ Valve G ditutup.
Proses ini membutuhkan waktu selama 1 menit atau sesuai dengan
kebutuhan Selanjutnya kembali ke proses filtrasi dengan membuka
valve B dan D dengan menutup valve E.

TABEL 2.1 Penjelasan buka dan tutup valve serta pompa pada setiap proses.

II.6 PENGERTIAN TSS , TDS , PH DAN KESADAHAN


1. TSS ( TOTAL SUPENDED SOLID )

12
Total suspended solid atau jumlah padatan tersuspensi (TSS) adalah
padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak
dapat langsung mengendap, terdiri dari partikel-partikel yang ukuran
maupun beratnya lebih kecil dari sedimen. Misalnya minyak, endapan,
tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme dan
bahan kimia yang tidak larut. Zat padat tersuspensi dapat bersifat
organis dan inorganis. Zat padat tersuspensi dapat diklasifikasikan
sekali lagi menjadi antara lain zat padat terapung yang selalu bersifat
organis dan zat padat terendap yang dapat bersifat organis dan
inorganis. Jumlah padatan tersuspensi dapat dihitung menggunakan
Gravimetri. Kandungan TSS dalam badan air sering menunjukan
konsentrasi yang lebih tinggi pada bakteri, nutrien, pestisida, logam
didalam air.

2. TOTAL DISSOVELD SOLID ( TDS )

TDS (total dissolve solid) merupakan ukuran zat terlarut (baik itu zat
organik maupun anorganik, misalnya: garam, dll.) yang terdapat pada
sebuah larutan. TDS meter menggambarkan jumlah zat terlarut dalam
part per million (ppm) atau sama dengan milligram per liter (mg/L).
Umumnya berdasarkan definisi diatas seharusnya zat yang terlarut
dalam air (larutan) harus dapat melewati saringan yang berdiameter 2
mikrometer (2×10-6 meter). Aplikasi yang umum digunakan adalah
untuk mengukur kualitas cairan biasanya untuk pengairan,
pemeliharaan aquarium, kolam renang, proses kimia, pembuatan air
mineral, dll.. Setidaknya, kita dapat mengetahui air minum mana yang
baik dikonsumsi tubuh, ataupun air murni untuk keperluan kimia
(misalnya pembuatan kosmetika, obat-obatan, makanan, dll.). Sampai
saat ini ada dua metoda yang dapat digunakan untuk mengukur
kualitas suatu larutan.

3. KESADAHAN

Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air,


umumnya ion kalsium (Ca2+ ) dan magnesium (Mg2+) dalam bentuk
garam karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki
kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar
mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab
kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun garamgaram
bikarbonat dan sulfat. Metode paling sederhana untuk menentukan
kesadahan air adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan
menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan
menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit sekali busa. Kesadahan
air total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari
CaCO3. Cara paling mudah untuk mengetahui air yang selalu anda
gunakan adalah air sadah atau bukan yaitu dengan menggunakan

13
sabun. Ketika air yang anda gunakan adalah air sadah, maka sabun
akan sukar berbuih, kalaupun berbuih, buihnya sedikit. Kemudian
untuk mengetahui jenis kesadahan air adalah dengan pemanasan. Cara
yang lebih kompleks adalah melalui titrasi. Air sadah dapat
menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat saluran pipa
dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah
tangga, dan air sadah yang bercampur sabun tidak dapat membentuk
busa, tetapi malah membentuk gumpalan soap scum (sampah sabun)
yang sukar dihilangkan. Efek ini timbul karena ion 2 + menghancurkan
sifat surfaktan dari sabun dengan membentuk endapan padat (sampah
sabun tersebut). Komponen utama dari sampah tersebut adalah kalsium
stearat, yang muncul dari stearat natrium, komponen utama dari sabun:
2 C17H35COO- + Ca2+ → (C17H35COO) 2C.
Kesadahan total yaitu ion Ca2+ dan Mg2+ dapat ditentukan melalui
titrasi dengan EDTA sebagai titran dan menggunakan indikator yang
peka terhadap semua kation tersebut. Kejadian total tersebut dapat
dianalisis secara terpisah misalnya dengan metode AAS (Automic
Absorption Spectrophotometry). Asam Ethylenediaminetetraacetic dan
garam sodium ini (singkatan EDTA) bentuk satu kompleks kelat yang
dapat larut ketika ditambahkan ke suatu larutan yang mengandung
kation logam tertentu. Jika sejumlah kecil Eriochrome Hitam T atau
Calmagite ditambahkan ke suatu larutan mengandung kalsium dan ion-
ion magnesium pada satu pH dari 10,0 ± 0,1, larutan menjadi berwarna
merah muda. Jika EDTA ditambahkan sebagai satu titran, kalsium dan
magnesium akan menjadi suatu kompleks, dan ketika semua
magnesium dan kalsium telah manjadi kompleks, larutan akan berubah
dari berwarna merah muda menjadi berwarna biru yang menandakan
titik akhir dari titrasi. Ion magnesium harus muncul untuk
menghasilkan suatu titik akhir dari titrasi. Untuk mememastikan ini,
kompleks garam magnesium netral dari EDTA ditambahkan ke larutan
buffer. Penentuan Ca dan Mg dalam air sudah dilakukan dengan titrasi
EDTA. pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator Eriochrom Black T
(EBT). Pada pH lebih tinggi 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga
EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide.
Adanya gangguan Cu bebas dari pipa-pipa saluran air dapat di masking
dengan H2S. EBT yang dihaluskan bersama NaCl padat kadangkala
juga digunakan sebagai indikator untuk penentuan Ca2+ ataupun
hidroksinaftol. Seharusnya Ca2+ tidak ikut terkopresitasi dengan
Mg2+, oleh karena itu EDTA direkomendasikan. Kejelasan dari titik
akhir banyak dengan pH peningkatan. Bagaimanapun, pH tidak dapat
ditingkat dengan tak terbatas karena akibat bahaya dengan kalsium
karbonat mengendap, CaCO3, atau hidroksida magnesium, Mg(OH)2 ,
dan karena perubahan celup warnai di ketinggian pH hargai.
Ditetapkan pH dari 10,0 ± 0,1 adalah satu berkompromi kepuasan.
Satu pembatas dari 5 min disetel untuk jangka waktu titrasi untuk
memperkecil kecenderungan ke arah CaCO3 pengendapan.

14
4. PH ( DERAJAT KEASAMAN)

Derajat keasaman (pH) menjadi salah satu parameter penting dalam


penentuan kualitas air. Tingkat keasaman atau pH di suatu perairan
ditentukan oleh komponenkomponen organik maupun anorganik
terlarut yang mempunyai sifat asam (melepas H+ ) atau basa (melepas
OH- ). Besaran pH air berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14
(sangat basa atau alkalis). Nilai pH kurang dari 7 menunjukkan
lingkungan yang asam.

II.7 BAKU MUTU AIR LIMBAH KEGIATAN EKSPLORASI DAN


PRODUKSI MIGAS DARI FASILITAS PRODUKSI ( ON-
SHORE ) BARU

Mengingat bahwa pelaksanaan kegiatan penginjeksian air didalam dunia


industri perminyakan ini dapat atau berpotensi menimbulkan pencemaran ataupun
kerusakan, baik itu terhadap lingkungan, peralatan yang digunakan maupun pada
formasi penginjeksian. Maka dalam pelaksanaan kegiatan penginjeksian air ini
diperlukan suatu peraturan atau baku mutu standar untuk air yang akan
diinjeksikan. Di Indonesia peraturan atau baku mutu standar yang dipakai untuk
air injeksi yang digunakan dalam kegiatan penginjeksian air diatur didalam
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2010 Tentang
Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Eksplorasi dan Produksi Migas dari Fasilitas
Produksi (on-shore) yang dapat dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Baku mutu kualitas Air Produksi Migas dari Fasilitas Produksi
(on- shore)

15
II.8 KERANGKA PENELITIAN

Sample Air Injeksi from In-let dan Out-let


Nutshell Filter As-f 512 E dan As-f 512 F,
Diamkan selama 30 In-let HPS I.J , In-let HPS G,H,F , IN-let Siapkan peralatan
menit agar suhu dalam Wastank 510 dan out-let was tank 512 yang di butuhkan
botol sample dingin

Setelah 30 menit di dinginkan dalam suhu ruangan


tertentu lakukan pengukuran derajat keasaman ,
lakukan analisis tss , lakukan analisis tds dan analisis
kesadahan

Pengukuran derajat keasaman / PH


1. Siapkan kertas pH meter dan sampel yang
akan dianalisa.
2. Masukan kertas pH meter kedalam gelas
ukur yang telah berisi sampel.
3. Angkat kertas pH meter lalu samakan
warna yang didapatkan dari hasil
percobaan.
4. Kemudian baca angka yang terdapat pada
kertas pH

Pengukuran tss ( total suspended solid )


Langkah - langkah cara analisa pengambilan data sebagai berikut:
1. Siapkan peralatan (kertas penyaring dan backer glass) dan sampel air
formasi.
2. Timbang berat kosong dari beaker glass dan kertas penyaring.
3. Masukkan sampel kedalam beaker glass dengan cara disaring
menggunakan kertas penyaring (folded filter)
4. Kemudian timbang berat sampel yang masuk kedalam beaker glass dan
cata hasil penimbangan. 16
Pengukuran Tds ( Total dissolved solid )
Langkah – langkah cara analisa pengambilan data sebagai berikut :
1. Siapkan peralatan (oven pengering, beaker glass dan kertas
penyaring) serta sampel air formasi yang telah di filter.
2. Backer glass dan kertas penyaring yang telah digunakan
kemudian keringkan menggunakan oven.
3. yang berada di beaker glass telah mengering dan kertas
penyaring kering, keduanya ditimbang menggunakan neraca
digital
4. Catat hasil penimbangan sampel yang sudah kering tersebut.

Pengukuran kesadahan
a.prosedur analisa total hardness, yaitu:
1. Pipet 50 mL sampel, masukkan ke dalam erlenmeyer
100 ml.
2. Tambahkan 0,5 ml larutan buffer dan diaduk.
3. Tambahkan 2-3 tetes larutan hardness indicator dan
diaduk, biarkan selama lima menit.
4. Titrasi dengan larutan EDTA sampai tepat terjadi
perubahan warna dari merah menjadi biru.
b. Kesadahan kalsium (calsium hardness)
1. Pipet 50 mL sampel masukkan ke dalam Erlenmeyer
100 ml.
2. Tambahkan 2 ml larutan NaOH dan diaduk.
3. Tambahkan 0,2 gram Calsium indicator dan diaduk.
4. Titrasi dengan larutan EDTA sampai tepat terjadi
perubahan warna dari pink menjadi purple.

Lakukan perhitungan dan


17
analisis data yang di dapat
dari pengukuran
II.9 HIPOTESIS

Pengukuran ph , tss , tds dan kesadahan ini di lakukan guna mengetahui


kualitas air injeksi setelah di filter berapa ppm hasil dari filter agar sesuai dengan
baku mutu air injeksi , jika hasil sudah sesuai dengan kualitas air injeksi yang
sudah di tentukan maka akan menghambat pertumbuhan scale pada pipa aliran
fluida sehingga meningkatkan efektifitas produksi minyak selama ini
permasalahan dalam dunia perminyakan adalah pertumbuhan bakteri atau scale
dari kualitas air injeksi yang tidak bersih sehingga dilakukan filtrasi untuk
membunuh bakteri dan menghambat pertumbuhan scale tersebut.

18
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

III.1 TAHAPAN PENELITIAN

Tahapan penelitian merupakan tahapan-tahapan yang dilakukan untuk


melakukan penelitian. Tahapan penelitian tersebut berupa tahapan pendahuluan,
tahapan studi literatur, tahapan pengumpulan data dan tahapan pengolahan data
hingga diperoleh suatu analisa dan kesimpulan mengenai sifat dan kualitas air
injeksi berdasarkan standar baku mutu yang ditetapkan. Sebelum melakukan
penelitian, Penulis terlebih dahulu membuat kerangka penelitian berupa
perumusan tujuan, tujuan dan permaslahan yang akan dilakukan serta diagram alir
serta parameter yang akan dilakukan pengujian hingga diperoleh suatu analisa dan
kesimpulan.

III.2 WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian untuk pembuatan Tugas Akhir ini dilaksanakan


pada 01 April –01 Juni 2022 , mulai dari pukul 06.00 – 18.00. Pertamina Hulu
Energi. Topografinya terletak pada ketinggian + 35 meter diatas permukaan laut
dan membentang dari arah barat laut ke selatan dengan luas daerah operasi 1.115
2
km .

19
Gambar 3.1 Peta dan Topografi wilayah kerja pertamina hulu energi.
III.3 STUDI LITERATUR

Studi pustaka ini dilakukan pada beberapa referensi untuk mendukung


penelitian secara keilmuwan sehingga dalam pembahasannya akan ditunjang
dengan dasar-dasar teori yang kuat. Tahap studi literatur dilakukan dengan
pengumpulan sumber informasi yang berasal dari referensi manapun. Studi
literatur ini dilakukan sebelum dan selama penelitian ini berlangsung.

III.4 TAHAPAN PENGUMPULAN DATA

Setelah mengetahui materi dasar untuk melakukan penelitian, Penulis


melakukan pengumpulan data. Data-data yang dibutuhkan seperti data indikasi
parameter fisika dan kimia yang dilakukan di laboratorium (analisa kualitas air
injeksi).

III.5 TAHAPAN PENGUJIAN DATA

Sampel yang diperoleh dari lapangan, diambil sebanyak 100 ml untuk


dilakukan analisa parameter yang meliputi pengukuran pH, TSS, TDS, kesadahan
dan warna air.

III.6 TAHAPAN PENGOLAHAN DATA

Pengolahan data merupakan proses pengolahan dari data-data yang diperoleh,


yang selanjutnya akan dilakukan penelitian mengenai analisa kualitas air injeksi
yang diolah dengan menggunakan parameter air injeksi dan juga dilakukannya
analisa langsung di laboratorium yang bertujuan untuk melihat dampak yang
nantinya akan dihasikan oleh air injeksi tersebut dengan menggunakan berbagai
jenis metode. Merupakan proses pengolahan dari data-data yang diperoleh baik
dari lapagan maupun sumber referensi lainnya, yang selanjutnya akan dilakukan
penelitian mengenai analisa air formasi untuk menentukan pH, TDS, TSS, dan
kesadahan

III. 7 PROSEDUR PENGUKURAN TSS, TDS , PH DAN KESADAHAN

A. TOTAL SUSPENDED SOLID ( TSS )

Acuan: SNI-06-6989.4.3-2004 dengan metode gravimetric. Alat dan bahan


yang digunakan untuk analisa total suspended solid sebagai berikut:
1. Desikator yang berisi silica gel,

20
2. Oven,
3. Pengaduk magnetik,
4. Pipet volum,
5. Timbangan analitik,
6. Gelas ukur,
7. Cawan aluminium,
8. Penjepit,
9. Kaca arloji, dan
10. Pompa vacuum.

Langkah - langkah cara analisa pengambilan data sebagai berikut:


1. Siapkan peralatan (kertas penyaring dan backer glass) dan
sampel air formasi.
2. Timbang berat kosong dari beaker glass dan kertas penyaring.
3. Masukkan sampel kedalam beaker glass dengan cara disaring
menggunakan kertas penyaring (folded filter).
4. Kemudian timbang berat sampel yang masuk kedalam beaker
glass dan cata hasil penimbangan.

B. TOTAL DISSOLVED SOLID ( TDS )

Acuan: SNI-06-6989.4.3-2004 dengan metode gravimetri. Alat dan bahan


yang digunakan untuk melakukan analisa total dissolved solid sebagai
berikut:
1. Desikator yang berisi silica gel,
2. Oven,
3. Pengaduk magnetik,
4. Pipet volum,
5. Timbangan analitik,
6. Gelas ukur,
7. Cawan aluminium,
8. Penjepit,
9. Kaca arloji,
10. Pompa vacuum, dan
11. Cawan aluminium.
Langkah – langkah cara analisa pengambilan data sebagai berikut :
1. Siapkan peralatan (oven pengering, beaker glass dan kertas penyaring)
serta sampel air formasi yang telah di filter.
2. Backer glass dan kertas penyaring yang telah digunakan kemudian
keringkan menggunakan oven.
3. Sampel yang berada di beaker glass telah mengering dan kertas
penyaring kering, keduanya ditimbang menggunakan neraca digital.

C. KESADAHAN

21
Alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan analisa kesadahan total,
yaitu:
1. Erlenmeyer 100 ml,
2. Pipet volumetrik,
3. Buret mikro,
4. NH4OH (1+4),
5. Larutan Na2CO3 3%,
6. Larutan buffer NH4Cl-NH4OH,
7. Kalsium indicator (murexid),
8. Laruta hardness indicator,
9. Asam Klorida (1+4),
10. Larutan NaOH,
11. Larutan standar EDTA, dan
12. Larutan CaCl2.

A. Prosedur analisa total hardness, yaitu:

1. Pipet 50 mL sampel, masukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml.


2. Tambahkan 0,5 ml larutan buffer dan diaduk.
3. Tambahkan 2-3 tetes larutan hardness indicator dan diaduk, biarkan
selama lima menit.
4. Titrasi dengan larutan EDTA sampai tepat terjadi perubahan warna
dari merah menjadi biru.

B. Kesadahan kalsium (calsium hardness)

1. Pipet 50 mL sampel masukkan ke dalam Erlenmeyer 100 ml.


2. Tambahkan 2 ml larutan NaOH dan diaduk.
3. Tambahkan 0,2 gram Calsium indicator dan diaduk.
4. Titrasi dengan larutan EDTA sampai tepat terjadi perubahan warna
dari pink menjadi purple.

D. DERAJAT KEASAMAN ( PH )

Acuan: ASTM D1293-95 dengan metode potensiometric. Langkah


kerja analisa Analisa Derajat Keasaman (pH) sebagai berikut :
1. Siapkan kertas pH meter dan sampel yang akan dianalisa.
2. Masukan kertas pH meter kedalam gelas ukur yang telah berisi
sampel.
3. kertas pH meter lalu samakan warna yang didapatkan dari hasil
percobaan.
4. Kemudian baca angka yang terdapat pada kertas pH.

III.8 JADWAL PENELITIAN

22
Penelitian ini di lakukan pada bulan April sampai dengan bulan juni
terhitung 3 bulan lama penelitian berikut table 3.1 jadwal penelitian

BULAN
NO KEGIATAN SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER
M.1 M.2 M.3 M. M.1 M.2 M.3 M.4 M. M.2 M.3 M.4
4 1
1 Studi X
literatur
2 Pengumpula X X
n data
3 Pengujian X
data
4 Pengolahan X X
dan analisis
data
5 Bab 1 X
pendahuluan
6 Bab 2 X X
Tinjauan
pustaka
7 Bab 3 X
metodelogi
penelitian
8 Bab 4 hasil X X
dan
pembahasan
9 Bab 5 X
kesimpulan
dan saran
Note “ M ’’ adalah minggu

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

23
DAFTAR PUSTAKA

Allan, Thomas. O dan Roberts, Allan. P., 1979. Production Operation (Vol 2), Oil
and Gas ConsultantInc, Tulsa.

Andarani, Pertiwi dan Rezagama A. 2015. Analisis Pengolahan Air Terproduksi


Di Water Treating Plant Perusahaan Eksploitasi Minyak Bumi. Jurnal
Presipitasi. Vol. 12 (2), 78 – 85. http://ejournal.undip.ac.id/index.php/ diakses
tanggal 12 Juli 2017.

Brown, KE. (1980). The Tecnology of Artificial Lift Methods. Volume 1. The
University of Tusla, Petroleum Publishing Co. Tulsa.

Crabtree, Mike., Eslinger, David., dkk, 1999 Fighting Scale, Removal, and
Prevention, Schlumberger, Texas.

Dake L.P. (1978). Fundamentals Of Reservoir Engineering ; Chapter 4 Darcy


Law
and Application (Hal 160). Shell Leaming.

El-Khatib, N. (1999). Waterflooding Performance Of Communicating Stratified


Reservoir With Log-Normal Permeability Distribution.Jurnal Society of
Petroleoum Engineering, 2(1), 542-543

Economides, M.J., Nolte, K.G ., (2000) “ Rerservoir Stimulation, Thirdedition”,


England : Wiley.

JOB Pertamina – Jadestone Energy (OK), Ltd. Standard Operation Procedure


Analisa OiL Contents (OC). Baturaja. JOB Pertamina – Jadestone Energy (OK),
Ltd.

James W., Amyx dan Bass. Jr., Daniel. Petroleum Reservoir Engineering :
Physical
Properties

L.P. Dake (2001). The Practice of reservoir Engineering. Paris: Development


Petroleoum science Trondheim University.

24
Maulana, Hardi. 2017. Karakteristik Terproduksi Industri Migas Sebagai Sumber
Daya Air Alternatif Di Kecamatan Minas,Kabupaten Siak, Riau. Prosiding
Seminar
Nasional Pelestarian Lingkungan (Senpling).

Siregar, S., dan Kristanto, D., (1999). “Pengurasan Minyak Tahap Lanjut”,
Jurusan
TeknikPerminyakan , Yogyakarta, Fakultas Teknologi Mineral: Universitas
Pembangunan Nasional.

Yuniarto. Limbah Cair Panas Bumi dan Dampaknya Terhadap Lingkungan.


Jurnal
Matematika, Saint dan Teknologi, Volume 17, Nomor 2 September 2016, 99-108.

25

Anda mungkin juga menyukai