2500 /
(2)
Peningkatan Perolehan Reservoir Minyak dengan Injeksi Polimer Skala Laboratorium (Edward ML Tobing)
100
dimana,
V
a
= kumulatif volume, 100 ml
V
b
= kumulatif volume, 300 ml
Q
a
= laju alir pada Va, ml/detik
Q
b
= laju alir pada Vb, ml/detik
Dari harga total jumlah endapan untuk air formasi
dan air injeksi masing masing sebesar 4.3 mg/liter
dan 6.0 mg/liter, maka harga RPI yang diperoleh
untuk air formasi adalah 6.56 dan untuk air injeksi
sebesar 9.97.
F. Uji Rheology Polimer
Rheology polimer dilakukan terhadap 2 (dua)
jenis polimer terpilih yaitu cyanatrol-750 dan
cyanatrol-720H, yang termasuk jenis polimer anionic
dry polyacrylamide dalam bentuk solid powder, dan
sebagai pelarut yang digunakan adalah air injeksi.
Proses pencampuran polimer kedalam pelarutnya
dilakukan sedikit demi sedikit dalam keadaan diaduk
Gambar 4
Plot viskositas polimer cyanatrol-750 terhadap RPM
Gambar 5
Plot viskositas polimer cyanatrol-720H terhadap RPM
dengan mengunakan pengocok dengan
300 putaran per menit, dan dilakukan
sampai larutan tercampur secara merata.
Selanjutnya larutan polimer dibuat
pada konsentrasi 600 ppm (part per
million), 900 ppm, dan 1200 ppm dengan
langkah kerja yang mengacu pada
API Recommended Practice 63(RP
63), First Edition, 1990
(4)
. Pengukuran
viskositas terhadap larutan polimer
tersebut menggunakan viscometer DV-III
Ultra Brookeld. Untuk dapat mengukur
viskositas larutan polimer tersebut pada
suhu reservoir (177
o
F), maka dilengkapi
dengan UL Adapter yang dihubungkan
dengan pemanas. Pengukuran viskositas
dapat dilakukan pada berbagai putaran
per menit, atau harga shear rate (detik
-1
)
sama dengan 1.224 dikalikan putaran
per menit. Plot harga viskositas polimer
terhadap putaran per menit untuk polimer
cyanatrol-750 dengan konsentrasi
600 ppm, 900 ppm, dan 1200 ppm
ditunjukkan pada Gambar 4, dan untuk
polimer cyanatrol-720H ditampilkan
pada Gambar 5. Harga viskositas polimer
tertinggi pada berbagai konsentrasi
dicapai pada putaran per menit sebesar
6 (shear rate =7.344 detik
-1
), yaitu untuk polimer
cyanatrol-750 dengan konsentrasi 600 ppm, 900
ppm, dan 1200 masing-masing sebesar 9.6 cp, 17.2
cp dan 24.2 cp. Dan untuk polimer cyanatrol-720H
dengan konsentrasi 600 ppm, 900 ppm, dan 1200
harga viskositas masing-masing sebesar 8.0 cp, 13.0
cp, dan 18.6 cp.
G. Uji Thermal Stability Polimer
Uji thermal stability penting dilakukan untuk
melihat ketahanan larutan polimer terhadap suhu
pada perioda waktu tertentu. Pengujian thermal
stability dalam hal ini hanya dilakukan terhadap
polimer jenis cyanatrol-750, karena berdasarkan
hasil uji rheology menghasilkan harga viskositas
yang lebih tinggi. Pada pengujian ini pengamatan
dilakukan setiap 1 minggu satu kali selama 7 minggu
terhadap viskositas polimer cyanatrol-750 dengan
konsentrasi 600 ppm, 900 ppm, dan 1200 ppm
pada suhu 177
o
F (dalam oven). Untuk pengujian
ini larutan polimer disiapkan agar terhindar dari
berkembang biaknya bakteri dan mengurangi kadar
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 46 No. 3, Desember 2012: 95 - 106
101
oksigen dengan cara menginjeksikan gas nitrogen dan
menempatkan larutan polimer dalam tabung kedap
udara. Pengukuran harga viskositas polimer pada 3
(tiga) konsentrasi tersebut dilakukan pada putaran
per menit sebesar 6 (shear rate =7.344 detik
-1
).
Plot viskositas polimer pada suhu reservoir (177
o
F)
terhadap waktu untuk larutan polimer 600 ppm,
900 ppm, dan 1200 ppm dapat dilihat pada Gambar
6, yang menunjukkan harga viskositas polimer
cenderung sama setelah minggu ke 5. Pada minggu
ke 7, harga viskositas polimer untuk konsentrasi
600 ppm, 900 ppm, dan 1200 ppm, masing -masing
sebesar 2.5 cp, 10 cp dan 17.1 cp.
H. Uji Filtrasi
Uji ltrasi perlu dilakukan untuk memastikan
bahwa larutan polimer bebas dari aggregates yang
mg/L, dan batuan reservoir yang diuji berasal dari
perconto batu inti reservoir A dari kedalaman
1161.8 mbpl (meter bawah permukaan laut). Batuan
tersebut digerus hingga halus dan lolos dengan
saringan ukuran 50-200 mesh, hingga terkumpul
sebanyak 100 gram. Pada kajian ini konsentrasi
polimer yang dipilih adalah 600 ppm, 900 ppm, dan
1200 ppm. Batuan yang halus tersebut kemudian
direndam dalam botol dengan larutan polimer
seberat 50 gram dan dipanaskan hingga suhu 177
o
F
selama 2 hari. Kemudian larutan polimer tersebut
didinginkan hingga suhu ruang, dan kembali dihitung
konsentrasinya dengan bantuan spektrofotometer
ultra violet. Hasil perhitungan konsentrasi polimer
sesudah uji adsorpsi statik berdasarkan pengamatan
adsorben dari spektrofotometer, ditampilkan pada
Tabel 5 yang menunjukkan adanya penurunan
dapat menyebabkan penyumbatan
pada batuan reservoir. Larutan polimer
600 ppm, 900 ppm, dan 1200 ppm
(cyanatrol 750) dipompakan melalui
membrane filter (5 mikron) dengan
tekanan 2 bar. Selama pengujian, laju
alir larutan polimer diusahakan konstan.
Waktu (T) yang dibutuhkan untuk setiap
penambahan volume 20 ml hingga
mencapai 300 ml dicatat. Kemudian
digunakan parameter lter ratio (FR)
yang didenisikan sebagai =(T
300ml
- T
200 ml
) / (T
200ml
T
100 ml
). Plot volume
larutan polimer terhadap waktu untuk
ketiga larutan di atas ditunjukkan pada
Gambar 7. Filter ratio untuk larutan
polimer 600 ppm, 900 ppm, dan 1200
ppm, masing-masing diperoleh sebesar
0.995, 1.048, dan 1.078.
I. Uji Adsorpsi Statik
Uji adsorpsi statik dilakukan untuk
mempelajari seberapa banyak molekul-
molekul polimer yang melekat pada
permukaan batuan reservoir, yaitu
dengan mengamati perubahan harga
konsentrasi polimer cyanatrol-750
sebelum dan sesudah batu inti direndam
dalam larutan polimer, berdasarkan
langkah kerja API -RP 63. Pelarut
yang digunakan adalah air injeksi
dengan kadar kegaraman sebesar 13400
Gambar 6
Plot viskositas polimer cyanatrol-750 terhadap waktu
Gambar 7
Uji ltrasi polimer cyanatrol 750
Peningkatan Perolehan Reservoir Minyak dengan Injeksi Polimer Skala Laboratorium (Edward ML Tobing)
102
konsentrasi antara 8.3% sampai dengan 9.08% dari
konsentrasi awal untuk ketiga konsentrasi polimer
yang diuji.
J. Core Flooding
Tujuan dilakukannya uji pendesakan atau core
ooding adalah untuk mengetahui seberapa banyak
penambahan perolehan minyak dari rancangan uida
injeksi yang telah disiapkan. Karena terbatasnya
sampel core dari reservoir A dengan ukuran yang
memadai untuk digunakan pada uji core ooding,
maka selanjutnya digunakan sampel core standard
dari jenis classhach. Pertimbangan menggunakan
sampel core standard tersebut karena: (1) jenis
batuan classhach adalah batu pasir yang sama dengan
batuan dari reservoir A, (2) harga porositas dan
permeabilitas absolut batuan classhach masing-
masing sebesar 17.50 % dan 552.4 mD, yang hampir
sama dengan harga porositas dan permeabilitas dari
reservoir A. Sampel core classhach berdiameter
3.75 cm dan panjang 29.7 cm, yang dapat dilihat
pada Gambar 8. Dalam bagian ini akan dijelaskan
peralatan yang digunakan dalam uji core ooding,
rancangan uida pendesak, dan langkah kerja core
ooding.
1. Peralatan Core Flooding
Untuk melakukan uji core ooding digunakan
alat dengan susunan secara skematik yang dapat
menit). Dengan pompa tersebut dapat menginjeksikan
uida (minyak, air, dan polimer) secara bergantian
menuju core holder. Core tersimpan pada core holder
yang dilengkapi dengan overburden pressure agar
uida pendesak hanya melewati seluruh permukaan
core, dan tidak melewati pada bagian sisi luar.
Sedangkan back pressure yang mendapat tekanan
dari gas nitrogen, berfungsi mempertahankan sistem
tekanan pada core holder, akan tetapi tetap dapat
mengalirkan fluida ke gelas ukur pada tekanan
ruang.
2. Rancangan Fluida Pendesak
Berdasarkan pertimbangan kemungkinan dapat
diterapkannya teknologi injeksi polimer di reservoir
A, maka rancangan uida injeksi dilakukan secara
bersinambung dengan mengikuti urutan: 1.3 pore
volume air injeksi, 0.4 pore volume polimer 1200 ppm
(cyanatrol 750), dan 0.5 pore volume air injeksi.
3. Langkah Kerja Core Flooding
Core ooding dengan rancangan uida injeksi
yang telah disiapkan akan dilakukan dalam 5
(lima) tahap langkah kerja, yang kemudian dapat
digambarkan dalam diagram alir (Gambar 10).
Kelima tahap langkah kerja tersebut terdiri dari:
a. Resaturasi Air Formasi.
Core classhach yang telah disiapkan terlebih
dahulu ditimbang dalam keadaaan kering dan
kemudian direndam dalam air formasi dan dimasukkan
dalam ruang desikator. Selanjutnya ruang desikator
Tabel 5
Data pengamatan spektrofotometer larutan polimer cyanatrol 750
dilihat pada Gambar 9. Alat utama yang
digunakan terdiri dari: pompa injeksi,
tabung uida (minyak, air dan polimer),
core holder, back pressure, dan gelas ukur.
Pompa injeksi yang digunakan adalah jenis
pompa torak Quizix SC-1010 yang dapat
menginjeksikan fluida dengan laju alir
konstan (minimum laju alir injeksi 0.01 cc/
Gambar 8
Core classshach
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 46 No. 3, Desember 2012: 95 - 106
103
tersebut dihubungkan dengan pompa vakum sehingga
mencapai tekanan minus 1 atmosr dalam beberapa
jam, sehingga diharapkan seluruh ruang pori dalam
core akan tersaturasi oleh air formasi, atau pada
kondisi saturasi air (Sw) 100%. Kemudian core
tersebut ditimbang kembali, sehingga diperoleh
volume pori atau pore volume (PV) sebanyak 59.337
cc.
b. Injeksi Minyak.
Core yang telah disiapkan pada tahap-1, kemudian
dimasukkan dalam core holder dan dipanaskan
hingga mencapai suhu reservoir 177
o
F dan tekanan
operasi sebesar 100 psig. Minyak yang tersedia pada
tabung minyak diinjeksikan ke core holder dengan
bantuan pompa injeksi sebanyak 8 PV, dengan laju
alir injeksi minyak 0.5 cc/menit. Pada awalnya air
formasi yang ada di dalam core didesak oleh minyak
dan beberapa jam kemudian yang keluar pada gelas
ukur adalah campuran air dan minyak. Pendesakan
dilanjutkan hingga yang keluar hanya minyak saja,
sehingga pada akhir pendesakan diperoleh saturasi
water connate (Swc) 36.93 % dan saturasi minyak
initial (Soi) 63.07 % OOIP atau sebanyak 37.42 cc.
c. Injeksi Air - 1
Pada tahap-3 ini merupakan kelanjutan dari
tahap-2, yaitu menginjeksikan air injeksi (AI)
sebanyak 1.3 PV dari tabung yang berisi air
injeksi. Laju alir injeksi minyak tersebut dirancang
agar setara dengan laju alir di reservoir, yaitu
dari sumur injeksi ke sumur produksi 1 feet/hari,
atau setelah dikonversikan dengan skala core di
laboratorium, maka laju alir injeksi sebanyak 0.04
Dengan laju alir injeksi sebanyak 0.04 cc/menit dan
jumlah volume polimer diinjeksikan sebanyak 0.4
PV, maka dilakukan kembali pencatatan produksi
minyak dan air. Pada tahap-4 ini perolehan minyak
maksimum didapat sebanyak 62.01% OOIP, dan
saturasi minyak tersisa-2 (Sor2) sebesar 23.96% dan
saturasi air-2 (Sw2) sebesar 76.04%.
e. Injeksi Air - 2
Pada tahap-5 ini, kembali air injeksi (AI) di-
injeksikan ke dalam core setelah tahap-4 selesai
yaitu sebanyak 0.5 PV dengan laju alir injeksi sama
seperti pada tahap sebelumnya yaitu 0.04 cc/menit.
Minyak yang dapat diproduksikan setelah penyapuan
oleh polimer menghasilkan perolehan minyak sebesar
68.36% OOIP, dengan saturasi minyak tersisa-3
(S
or3
) sebesar 19.95% dan saturasi air-3 (S
w3
) sebesar
80.05%. Plot perolehan minyak terhadap volume
injeksi dari lima tahap rancangan fluida injeksi
tersebut, ditampilkan pada Gambar 11.
III. PEMBAHASAN
Pada umumnya hasil penyaringan metoda EOR
yang dilakukan terhadap karakteristik uida dan
batuan reservoir, dimungkinkan diperoleh metode
yang cocok lebih dari satu. Namun hasil penyaringan
metoda EOR terhadap karakteristik uida dan batuan
reservoir A menunjukkan bahwa hanya metoda
injeksi polimer yang cocok untuk diterapkan. Uji
laboratorium untuk menunjang layak tidaknya
menerapkan injeksi polimer pada reservoir A telah
dilakukan.
cc/menit. Minyak maupun air yang
keluar ditampung pada gelas ukur dan
dilakukan pencatatan. Pada tahap-3
ini perolehan minyak maksimum
didapat sebanyak 51.32% OOIP, yang
merepresentasikan perolehan minyak
pada tahap secondary recovery, dengan
saturasi minyak tersisa-1 (Sor1) sebesar
30.67% dan saturasi air-1 (Sw1) sebesar
69.30%.
d. Injeksi Polimer
Polimer dengan konsentrasi 1200
ppm (cyanatrol 750) yang terlebih
dahulu dimasukkan pada tabung
polimer, dan kemudian diinjeksikan
pada core setelah tahap-3 berakhir.
Gambar 9
Skema rangkaian peralatan core ooding
Peningkatan Perolehan Reservoir Minyak dengan Injeksi Polimer Skala Laboratorium (Edward ML Tobing)
104
Berdasarkan hasil analisis air
terhadap air formasi dan injeksi di-
simpulkan bahwa kedua jenis air ini
termasuk dalam kategori soft brine.
Dengan demikian air injeksi yang
akan di gunakan sebagai pel arut
dalam pembuatan larutan polimer
tidak signikan pengaruhnya terhadap
degradasi larutan polimer akibat adanya
kation Mg
++
dan Ca
++
. Demikian juga bila
larutan polimer tersebut diinjeksikan ke
dalam batuan reservoir yang didalamnya
sebagian telah terdapat air formasi.
Derajat keasaman (pH) dari kedua jenis
air ter sebut menunjukkan suasana basa.
Suasana inilah yang dianjurkan dalam
penerapan injeksi polimer agar dicapai
kondisi memadai terhadap rheologi
polimernya.
Hasil analisis karakteristik fluida
minyak diperoleh gravity minyak
sebesar 25.39
o
API dan viskositas
minyak pada suhu reservoir, 177
o
F
sebesar 11.09 cp, termasuk kategori
jenis minyak sedang. Karena harga
viskositas minyak jauh lebih tinggi dari
air, sehingga bila dilakukan injeksi air
pada reservoir ini, maka kemungkinan
terjadinya fingering dimana air
bergerak mendahului minyak, sehingga
esiensi penyapuan minyak tidak efektif.
Usaha untuk mengatasi hal tersebut
yaitu dengan menginjeksikan larutan
polimer.
Dari analisis x-ray diffraction batuan
Gambar 10
Diagram alir langkah kerja core ooding
reservoir didominasi oleh mineral quartz sebesar
73%, dan kandungan lainnya adalah karbonat 15%,
serta mineral clay 10% (mineral illit dan kaolinit).
Dari hasil analisis yang diperoleh menunjukkan
bahwa kemungkinan terjadinya fenomena swelling
tidak terbentuk, karena tidak ditemuinya mineral
smectite (termasuk mineral clay) yang dapat men-
dominasi terjadinya swelling.
Setelah uji kompatibilitas terhadap air formasi
dan air injeksi dilakukan, maka hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa jumlah endapan maksimum
sebanyak 0.0060 gr/liter terdapat pada 100% air
Gambar 11
Perolehan minyak terhadap volume injeksi
injeksi, dan minimum sebanyak 0.0043 gr/liter
terdapat pada 10% air formasi. Endapan yang
terbentuk dalam campuran pada komposisi lainnya
tidak menunjukkan jumlah yang melebihi dari
total jumlah endapan yang terdapat pada air injeksi
maupun air formasi. Hal ini berarti bahwa campuran
air injeksi dan air formasi cocok dimana keduanya
tidak membentuk endapan baru. Sedangkan dari hasil
uji kualitas air harga relative plugging index (RPI)
yang diperoleh untuk air formasi adalah sebesar 6.56
dan untuk air injeksi sebesar 9.97. Mengacu pada
petunjuk peringkat kualitas air yang dikembangkan
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 46 No. 3, Desember 2012: 95 - 106
105
perusahaan Amoco, maka harga RPI pada rentang 3
sampai dengan 10 menunjukkan kualitas yang baik.
Dengan demikian kualitas air formasi dan air injeksi
berdasarkan harga RPI yang diperoleh termasuk
kategori baik.
Hasil uji rheologi yang telah dilakukan terhadap
larutan polimer cyanatrol-750 dan cyanatrol-720H
menunjukkan bahwa harga viskositas larutan polimer
berkurang sejalan dengan naiknya putaran per menit.
Pada putaran per menit diatas 60, penurunan harga
viskositas polimer cenderung lebih kecil atau harga
viskositas polimer hampir konstan. Sedangkan
penurunan harga viskositas larutan polimer pada
putaran per menit antara 6 sampai dengan 60 cukup
signikan. Yang menjadi perhatian adalah harga
viskositas pada putaran per menit =6 atau shear
rate =7.344 detik
-1
, yang merepresentasikan laju
alir larutan polimer di dalam reservoir dari sumur
injeksi ke sumur produksi yang diperkirakan sebesar
1 feet/hari. Sedangkan pada shear rate yang tinggi
merepresentasikan laju alir di sekitar lubang sumur
injeksi. Dari hasil uji rheologi ini, dipilih larutan
polimer cyanatrol-750 untuk uji selanjutnya, karena
mempunyai harga viskositas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan larutan polimer cyanatrol-
720H.
Dari uji thermal stability terhadap larutan polimer
Cyanatrol-750 dengan konsentrasi 600 ppm, 900
ppm, dan 1200 ppm menunjukkan bahwa harga
viskositas polimer tersebut cenderung konstan setelah
mengalami pemanasan pada suhu reservoir (177
o
F)
setelah minggu ke 5. Meskipun pada minggu pertama
hingga minggu ke empat harga viskositas larutan
polimer mengalami penurunan yang signikan karena
adanya degradasi polimer yang disebabkan pengaruh
suhu. Dengan demikian jika diperkirakan pergerakan
larutan polimer dari sumur injeksi ke sumur produksi
memerlukan waktu kurang lebih 3 bulan, maka harga
viskositas polimer setelah 7 minggu uji thermal
stability dianggap sudah tidak mengalami penurunan
harga viskositas. Berdasarkan hasil uji ltrasi terhadap
larutan polimer 600 ppm, 900 ppm, dan 1200 ppm,
maka harga lter ratio yang didapat masing-masing
sebesar 0.995, 1.048, dan 1.078. Dari ketiga harga
lter ratio tersebut menunjukkan harga lebih kecil
dari 2. Dengan demikian maka jika larutan polimer
tersebut diinjeksikan ke dalam reservoir diperkirakan
tidak akan terjadi penyumbatan di dalam ruang pori.
Dari uji adsorpsi statik yang telah dilakukan terhadap
larutan polimer 600 ppm, 900 ppm, dan 1200 ppm
tersebut pada batuan reservoir, maka penurunan
konsentrasi larutan polimer masing-masing menjadi
548 ppm, 825 ppm dan 1091 ppm, yang menunjukkan
penurunan konsentrasi larutan polimer yang tidak
signikan yaitu kurang dari 10%.
Mengacu pada pengujian yang telah dilakukan,
maka larutan polimer cyanatrol-750 dengan
konsentrasi 1200 ppm dipilih untuk uji core ooding,
karena harga viskositas pada putaran per menit =6
setelah uji thermal stability selama 7 minggu sebesar
17.1 cp, yang sama dengan 1.54 kali harga viskositas
minyak. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan
efisiensi pendorongan minyak secara makro.
Rancangan uida injeksi yang telah dilakukan secara
kontinyu dengan urutan: 1.3 pore volume air injeksi
(AI), 0.4 pore volume polimer dan 0.5 pore volume
air injeksi (AI). Perolehan minyak akibat injeksi air
(1) sebanyak 1.3 PV didapat sebanyak 51.32% OOIP.
Dari plot perolehan minyak terhadap volume injeksi
pada Gambar 11, menunjukkan bahwa injeksi air dari
0.85 PV hingga 1.3 PV memberikan penambahan
perolehan minyak hanya 1.82% OOIP. Hal tersebut
karena perolehan minyak sudah mendekati saturasi
minyak tersisa atau residual oil saturation. Pengaruh
injeksi larutan polimer cyanatrol-750 (1200 ppm)
sebanyak 0.4 PV pada core telah menambah perolehan
minyak sebanyak 10.69% OOIP. Perolehan minyak
akibat injeksi polimer tersebut masih mungkin untuk
ditingkatkan dengan cara menambah jumlah PV
injeksi larutan polimer, karena pada bagian akhir
dari plot perolehan minyak terhadap volume injeksi
masih menunjukkan kecenderungan meningkat. Dan
penambahan perolehan minyak akibat injeksi air (2)
sebanyak 0.5 PV setelah akhir injeksi larutan polimer
adalah sebesar 6.35% OOIP. Sehingga perolehan
maksimum yang didapat dari rancangan injeksi uida
tersebut adalah sebesar 68.36% OOIP.
Berdasarkan kajian laboratorium yang telah
dilakukan, maka selanjutnya dapat dikembangkan
pemodelan simulasi injeksi polimer ke dalam
reservoir minyak pada pola sumur injeksi tertentu
yang menggunakan simulator injeksi kimia tiga
dimensi. Selanjutnya dapat dilakukan uji sensitivitas
guna memperoleh rancangan uida injeksi dan pola
sumur injeksi yang optimum untuk diterapkan pada
pilot proyek injeksi polimer.
Peningkatan Perolehan Reservoir Minyak dengan Injeksi Polimer Skala Laboratorium (Edward ML Tobing)
106
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 46 No. 3, Desember 2012: 95 - 106
IV. KESIMPULAN
1. Dari hasil uji compatibility campuran air injeksi
dan air formasi menunjukkan bahwa kedua jenis
air tersebut cocok dan tidak membentuk endapan
baru.
2. Berdasarkan hasil uji rheologi, thermal stability,
filtrasi, dan adsorpsi statik terhadap polimer
cyanatrol-750 dan cyanatrol-720H, maka polimer
cyanatrol-750 memadai untuk digunakan pada uji
core ooding.
3. Injeksi uida polimer slug cyanatrol-750 (1200
ppm) terhadap core sebanyak 0.4 PV dapat
menambah perolehan minyak sebanyak 10.69%
OOIP, setelah kondisi residual oil saturation.
4. Dengan urutan rancangan core ooding 1.3 PV
(air), 0.4 PV (polimer cyanatrol 750, 1200 ppm)
dan 0.5 PV (air), menghasilkan perolehan minyak
sebesar 68.36% OOIP.
KEPUSTAKAAN
1. Borchardt K.J.,: A Novel Polymer for Oileld
Application, SPE 37279, SPE I nternational
Symposium on Oileld Chemistry di Houston, Texas,
18-21 October 1977.
2. Green W. Don dan Willhite, G. Paul, Enhanced
Oil Recovery , Society of Petroleum Engineers
Richarrdson, Texas, USA, 2003.
3. http://webstore.ansi.org/recordDetail.aspx?sku
=NACE+Standard+TM0173-2005 (Method for
Determining Quality of Subsurface Injection Water
Using Membrane Filters).
4. Recommended Practices for Evaluation of Polymers
Used in Enhanced Oil Recovery Operations, API
Recommended Practice 63 (RP 63), rst Edition, June,
1990.
5. Sorbie, K.S, Polymer Improve Oil Recovery , CRC
Press Inc., Florida, 1991.
6. Taber J.J., Martin F.D., Seright, R.S.,: "EOR
Screening Criteria Revisited-Part 1: Introduction to
Screening Criteria and Enhanced Recovery Field
Projects", SPE Reservoir Engineering, Agustus 1997,
hal 189-198.
7. Taber J.J., Martin F.D., Seright, R.S.,: "EOR
Screening Criteria Revisited-Part 2: Aplications and
Impact of Oil Prices", SPE Reservoir Engineering,
Agustus 1997, hal 199-205.
107
Studi Karakteristik Fisika Kimia dan Semi Unjuk Kerja Minyak Lumas Transmisi Otomatis (M. Hanifuddin, dkk)
Studi Karakteristik Fisika Kimia
dan Semi Unjuk Kerja Minyak Lumas
Transmisi Otomatis
M. Hanifuddin, Milda Fibria dan Catur Yuliani R
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS
J l. Ciledug Raya Kav. 109, Cipulir, Kebayoran Lama, J akarta Selatan
Telepon: 62-21-7394422, Fax: 62-21-7246150
Teregistrasi I tanggal 16 Agustus 2012; Diterima setelah perbaikan tanggal 13 November 2012
Disetujui terbit tanggal : 31 Desember 2012
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian terhadap minyak lumas transmisi otomatis hasil formulasi dan produk
sejenis di pasaran dengan mutu unjuk kerja Dexron III. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi kinerja
minyak ATF yang dihasilkan dari proses perancangan formula berdasarkan sifat sika kimia dan semi
unjuk kerjanya. Metode pencampuran langsung (direct blending) diterapkan dalam proses perancangan
formula dalam penelitian ini. Komposisi tertentu antara minyak lumas dasar, baik jenis mineral maupun
sintetik, dicampur dengan berbagai macam aditif, baik itu berupa aditif paket unjuk kerja maupun aditif
komponen menghasilkan minyak lumas transmisi otomatis. Bahan yang digunakan terdiri dari tiga jenis
minyak lumas dasar yaitu Grup-I, Grup-III, dan grup-IV, serta tiga jenis aditif, yaitu aditif paket unjuk
kerja, aditif penurun titik tuang dan aditif anti pembusaan. Bahan dasar yang akan dicampur dianalisa sifat
sika kimianya menggunakan metode uji standar (ASTM), begitu juga minyak lumas transmisi otomatis
yang dihasilkan dari proses pencampuran tersebut. Karakteristik yang diuji adalah sesuai dengan spesikasi
SNI 06-7069-7-2005, antara lain: Viskositas Kinematik pada Temperatur 100
o
C (ASTM D-2270); Indeks
Viskositas (ASTM D-2270); Titik Nyala (ASTM D-92); Titik Tuang (ASTM D-97); Tendensi dan Stabilitas
Pembusaan (ASTM D-892); Korosi Bilah Tembaga (ASTM D 130); Karakteristik Mencegah Aus (ASTM
D 4172); dan Karakteristik Stabilitas Terhadap Shear (ASTM D 6278). Minyak lumas transmisi otomatis
hasil proses pencampuran kemudian dibandingkan dengan produk sejenis di pasaran untuk mengetahui
kelebihan dan kekurangannya. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai karakteristik sika kimia dan unjuk
kerja ATF hasil blending dan produk sejenis di pasaran sesuai dengan spesikasi SNI 06-7069-7-2005. ATF
hasil blending memiliki keunggulan dibandingkan dengan produk di pasaran, terutama karakteristik indeks
viskositas, korosi bilah tembaga dan stabilitas shear, tetapi memiliki nilai titik nyala yang lebih rendah,
sementara karakteristik lainnya tidak jauh berbeda. Oleh karena itu, minyak lumas transmisi otomatis yang
diuji, diprediksi mampu memberikan kinerja yang baik saat pemakaian pada kendaraan sesungguhnya.
Kata kunci: minyak lumas transmisi otomatis (ATF), formulasi, kinerja
ABSTRACT
A research on the formulated automatic transmission uids (ATFs) having the Performance Level
of DEXRON III and some on-market similar products, has been conducted. The research was aimed at
predicting formulated ATFs performance by analyzing their physico-chemical and semi-performance
characteristics. Direct blending method was performed in formulating the ATFs on this research. Some
certain composition of mineral or synthetics based oils were blended with various additives, either package
performance or component additives to form ATFs. Base oils used in this research consist of Group I,
III and IV, whereas 3 kinds of additives used were package performance additives, pour point depressant
and foam inhibitor. All the base stocks, comprise base oils and additives, and the formulated ATFs were
tested to obtain their physico-chemicals and semi-performance characteristics values. The tests were
108
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 46 No. 3, Desember 2012: 107 - 115
performed by means of ASTM standard method. Some properties of ATFs and their values were chosen to
be benchmarks for the research in accordance to National Standard of Indonesia (SNI) such as kinematics
viscosity at 100
o
C, Viscosity Index, Flash Point, Pour Point, Foaming Tendency and Stability, Copper Strip
Corrosion, Wear Prevention Characteristics and Shear Stability. Comparison of formulated ATFs and
ATF products marketed in Indonesia were carried out in order to discover formulated ATFs superiority.
The results shows that all physico-chemicals and semi-performance characteristics values of formulated
ATFs and on-market ATFs are conformed to the National Standard of Indonesia (SNI). Formulated ATFs
have some advantages over on-market ATFs, especially in their viscosity index, copper strip corrosion
and shear stability characteristics. Therefore, it can be predicted that formulated ATFs will show good
performance in its application and have a long drain intervals.
Keywords: automatic transmission uid (ATF), formulation, performance
ATF merupakan uida yang memiliki fungsi dan
sifat yang paling kompleks yang digunakan pada
sistem transmisi otomatis. Pada torque converter,
ATF berfungsi sebagai media penyalur tenaga dan
media pemindah panas; pada gearbox melumasi
komponen roda gigi, bantalan serta mengontrol
karakteristik gesekan clucth dan band; di rangkaian
kontrol berfungsi sebagai minyak.
2
Semua fungsi
tersebut harus menunjukkan kinerja yang bagus
pada temperatur lingkungan yang terendah maupun
temperatur operasi atau lebih tinggi. Pada awalnya
ATF dibuat untuk memenuhi semua kebutuhan akan
fungsi tersebut, namun saat ini ATF pelu dibuat
berdasarkan permintaan pasar yang membutuhkan
ATF dengan drain interval mencapai ratusan ribu
kilometer.
Karena sifatnya yang multifungsi, ATF
membutuhkan jenis aditif yang paling banyak jika
dibandingkan dengan jenis minyak lumas lain, yaitu
sekitar lima belas jenis dan memiliki tingkat kesulitan
paling tinggi dalam pembuatannya dibanding minyak
lumas jenis lainnya.
3
Aditif yang biasa ditambahkan
I. PENDAHULUAN
Minyak lumas transmisi otomatis atau lebih
dikenal sebagai Automatic Transmission Fluid
(ATF) adalah pelumas cair hasil proses pencampuran
minyak lumas dasar yang berasal dari minyak bumi,
minyak lumas daur ulang dan bahan lainnya termasuk
bahan sintetik ditambah aditif, yang dipergunakan
untuk tujuan pelumasan transmisi otomatis.
1
Sistem kerja transmisi otomatis sangat rumit
dan komplek meliputi torque converter, rangkaian
roda gigi, plat kopling, sensor-sensor elektronik,
dan lain-lain seperti ditunjukkan dalam Gambar 1.
Komponen utama torque converter adalah pompa
(pump impeller), stator dan turbin (turbin runner).
Proses yang terjadi pada sistem ini sangat kompleks
dan diawali oleh putaran dari ywheel (mesin) yang
berhubungan langsung dengan pump impeller.
Putaran dari pump impeller akan diteruskan ke turbine
runner melalui stator dengan media ATF, sehingga
putaran dari turbine runner-lah yang menjadi input
bagi transmisi yang terdiri dari beberapa rangkaian
roda gigi. Gear selector bertugas mengatur gigi yang
bekerja pada transmisi menggunakan sistem hidrolik.
Putaran output transmisi kemudian disalurkan ke
roda.
Kompleksitas sistem transmisi otomatis
membuatnya lebih mudah mengalami masalah
dibanding dengan transmisi manual. Beberapa
literatur menyebutkan bahwa 85% penyebab
kerusakan transmisi otomatis pada kendaraan berasal
dari ATF yang digunakan. Faktor penyebabnya antara
lain: keterlambatan dalam melakukan penggantian
ATF, spesikasi ATF tidak sesuai dengan transmisi
otomatis yang digunakan serta masuknya pengotor
pada sistem pelumasan transmisi otomatis.
Gambar 1
Transmisi otomatis
109
Studi Karakteristik Fisika Kimia dan Semi Unjuk Kerja Minyak Lumas Transmisi Otomatis (M. Hanifuddin, dkk)
Tabel 1
Spesikasi karakteristik sika kimia dan parameter
unjuk kerja minyak lumas untuk tingkat mutu unjuk kerja
DEXRON
\
|
+
|
|
.
|
\
|
+ =
=
r
wf
r
wf
o
o
P
P
C
P
P
C C
S Q
Q
158
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 46 No. 3, Desember 2012: 153 - 163
V. PERKIRAAN FAKTOR SKIN SETELAH
STIMULATIF PENGASAMAN
Setelah stimulatif pengasaman dilakukan pada
suatu sumur, selain harga faktor skin yang berubah,
demikian juga harga esiensi alirannya. Esiensi
aliran (FE) merupakan perbandingan produktivitas
pada suatu harga faktor skin dengan produktivitas
pada harga faktor skin sama dengan nol, atau
3 2
0
* 04 198159 . 1 * 03 610498 . 4 * 02 623898 . 6 5931996 . 0 S E S E S E C
(2)
3 2
1
* 05 5317119 . 1 * 03 113592 . 2 * 02 320974 . 2 02 268323 . 2 S E S E S E E C
(3)
3 2
2
* 04 573787 . 1 * 03 202954 . 6 * 02 422183 . 8 5971794 . 0 S E S E S E C
(4)
0
S
wf
o
s
wf
o
o
s
P
Q
P
Q
J
J
FE
(5)
Berdasarkan Persamaan (1), Q
o
pada suatu harga
faktor skin adalah:
{ }
s
r
wf
r
wf
o S maks o os
P
P
C
P
P
C C Q Q
(
(
|
|
.
|
\
|
+
|
|
.
|
\
|
+ =
=
2
2 1 4 @
(6)
{ }
{ }
{ }
)
|
|
.
|
\
|
+ =
|
|
.
|
\
|
c
c
)
|
|
.
|
\
|
+ =
|
|
.
|
\
|
c
c
=
=
r
wf
r
S omaks
wf
o
r
wf
S omaks
wf
o
P
P
C C
P
Q
P
Q
atau
P
P
C
P
C
Q
P
Q
2 2 1
, 2
4 @
2
1
1
4 @
(7)
sehingga,
Bila disubsitusikan Persamaan (7) ke dalam
persamaan (5), maka diperoleh:
0
2 1
2 1
Pr
2
2
=
)
`
|
.
|
\
|
+
|
|
.
|
\
|
+
=
S
s
r
wf
Pwf
C C
P
P
C C
FE (8)
FE
S
1480145 . 0
71987 . 14
60957 . 12
(9)
o
s
w e w e
w e
J
J
r r r r
r r
FE
) / ln( ) / ln(
/ ln
(10)
)] ( 2 exp[
1
2
1
| |
|
|
o
|
|
.
|
\
|
=
(11)
) 1 )( 1 ( 1
1
ol
S (12)
Dengan mensubsitusikan konstanta C
1
dan C
2
(Tabel 3) untuk faktor skin sama dengan nol, dan
konstanta C
1
dan C
2
untuk suatu harga faktor skin,
maka esiensi aliran untuk suatu harga perbandingan
(P
wf
/P
r
) dapat ditentukan. Plot antara faktor skin
terhadap esiensi aliran dapat dilihat pada Gambar 6.
Analisis regresi non linier terhadap data plot tersebut
diperoleh persamaan esiensi aliran yang merupakan
fungsi faktor skin berikut ini:
Harga esiensi aliran setelah stimulatif pengasaman,
dapat didekati dengan persamaan yang dikembangkan
oleh Muskat 8):
Parameter ditentukan berdasarkan persamaan
yang dikembangkan oleh Schechter dan Gidley 8)
berikut ini:
dimana:
S
ol
adalah kelarutan batuan formasi terhadap
larutan asam dalam satuan % berat, yang ditunjukkan
pada Tabel 4. Dengan diketahui harga perkiraan
esiensi aliran setelah stimulatif pengasaman, maka
perkiraan harga faktor skin dapat ditentukan dengan
Persamaan (9).
159
Analisa Produktivitas Sumur setelah Pengasaman Menggunakan
Persamaan Kurva IPR Aliran Dua Fase (Djoko Akseyanto dan Edward ML Tobing)
VI. VALIDASI PERSAMAAN KURVA IPR
USULAN
Berdasarkan persamaan kurva Inow Performance
Relationship usulan yang telah dikembangkan pada
Persamaan (1), maka perlu dilakukan validasi
terhadap persamaan tersebut. Data uji yang digunakan
dalam validasi tersebut, dibagi dalam 3 (tiga) kategori
yang terdiri dari:
A. Faktor skin = 0, esiensi aliran (FE) = 1 dan
faktor kemiringan Fetkovich (n) = 1
Data hasil uji produksi dan transient tekanan
yang digunakan untuk memvalidasi persamaan
kurva Inflow Performance Relationship usulan
dalam kategori A, mengacu pada makalah yang
dipublikasikan oleh Fetkovich
3)
. Dalam makalahnya,
Fetkovich mengajukan faktor kemiringan n yang
menunjukkan pola aliran yang terjadi di dalam sumur.
Harga n sama dengan satu menunjukkan pola aliran
laminer, sedangkan jika harga n sama dengan
0.5 menunjukkan pola aliran turbulen. Perhitungan
Gambar 4
Plot konstanta C
0
dan C
2
terhadap faktor skin
Gambar 5
Plot konstanta C
1
terhadap faktor skin
Gambar 6
Plot esiensi aliran terhadap
faktor skin pada berbagai (P
wf
/P
r
)
Tabel 3
Harga konstanta C
0
, C
1
dan C
2
Tabel 4
Laju reaksi 15% HCL untuk batuan karbonate
kurva Inow Performance Relationship dilakukan
berdasarkan usulan Persamaan (1), dan dibandingkan
dengan metoda yang dikembangkan oleh Fetkovich
dan Vogel, yang ditunjukkan pada Tabel 5. Hasil
plot antara P
wf
terhadap Q
o
dapat dilihat pada
Gambar 7. Persen perbedaan antara hasil perhitungan
160
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 46 No. 3, Desember 2012: 153 - 163
Q
o
untuk berbagai P
wf
berdasarkan usulan Persamaan
(1) dengan metoda Fetkovich, berkisar pada rentang
5.23% sampai dengan 5.64%. Pada tekanan alir
sama dengan nol, perkiraan laju alir maksimum
berdasarkan persamaan usulan lebih kecil 5.31%
dibandingkan dengan perkiraan laju alir maksimum
dengan metoda Fetkovich.
B. Faktor skin = 0, esiensi aliran (FE) = 1 dan
faktor kemiringan Fetkovich (n) 1
Berdasarkan data hasil uji produksi dan transient
tekanan yang terdapat pada makalah yang di-
publikasikan oleh Comacho
2)
, kemudian digunakan
untuk memvalidasi persamaan kurva Inflow
Performance Relationship usulan dalam kategori B.
Perhitungan kurva Inow Performance Relationship
dilakukan berdasarkan usulan Persamaan (1) dan
dibandingkan dengan metoda yang dikembangkan
oleh Fetkovich dan Vogel. Hasil perhitungan yang
diperoleh ditunjukkan pada Tabel 6, serta hasil plot
antara P
wf
terhadap Q
o
dapat dilihat pada Gambar
8. Persen perbedaan antara hasil perhitungan Qo
untuk berbagai P
wf
berdasarkan usulan Per samaan (1)
dengan metoda Fetkovich, berada pada rentang 0.7%
sampai dengan 3.86%. Pada tekanan alir sama dengan
nol, perkiraan laju alir maksimum berdasarkan
persamaan usulan lebih kecil 3.66% dibandingkan
dengan perkiraan laju alir maksimum dengan metoda
Fetkovich.
C. Faktor skin # 0, esiensi aliran (FE) #1
Mengacu pada data hasil uji produksi dan
transient tekanan yang terdapat dalam makalah
yang dipublikasikan oleh Klins
4)
, maka kemudian
digunakan untuk memvalidasi persamaan kurvaInow
Performance Relationship usulan dalam kategori C.
Perhitungan kurva Inow Performance Relationship
dilakukan berdasarkan usulan Persamaan (1), dan
dibandingkan dengan metoda yang dikembangkan
oleh Standing dan Klins, yang ditunjukkan pada
Tabel 7. Hasil plot antara P
wf
terhadap Q
o
dapat
dilihat pada Gambar 9. Persen perbedaan antara
hasil perhitungan Q
o
untuk berbagai P
wf
berdasarkan
usulan Persamaan (1) dengan metoda Standing,
berkisar pada rentang 0.81% sampai dengan 5.47%.
Pada tekanan alir sama dengan nol, perkiraan laju
alir maksimum berdasarkan persamaan usulan lebih
kecil 3.54% dibandingkan dengan perkiraan laju alir
maksimum dengan metoda Standing.
Tabel 5
Kurva Inow Perfomance Relationship
untuk faktor skin = 0 dan n = 1
Tabel 6
Kurva Inow Perfomance Relationship
untuk faktor skin = 0 dan n = 1.040
VII. PERKIRAAN KURVA IPR SETELAH
STIMULATIF PENGASAMAN
Dengan menggunakan data uji produksi dan
tekanan transient sebelum stimulatif pengasaman
dilakukan serta menggunakan usulan Persamaan (1)
161
Analisa Produktivitas Sumur setelah Pengasaman Menggunakan
Persamaan Kurva IPR Aliran Dua Fase (Djoko Akseyanto dan Edward ML Tobing)
Gambar 7
Plot P
wf
terhadap laju produksi minyak
untuk faktor skin = 0 dan n = 1
Gambar 8
Plot P
wf
terhadap laju produksi minyak
untuk faktor skin = 0 dan n = 1.040
Gambar 9
Plot P
wf
terhadap laju produksi minyak
untuk faktor skin = -3.6 dan FE = 1.6558
pada data uji, kurva Inow Performance Relationship
sumur produksi yang dilakukan stimulatif pengasaman
dari reservoir dengan tenaga dorong gas terlarut atau
aliran dua fasa minyak dan gas dapat diperkirakan.
Anggapan yang diterapkan setelah stimulatif
pengasaman adalah parameter tekanan reservoir tidak
berubah bila dibandingkan dengan tekanan reservoir
sebelum stimulatif pengasaman dilakukan. Langkah
kerja perhitungan adalah mengikuti langkah kerja
perhitungan kurva Inow Performance Relationship
dengan metoda Vogel.
VIII. CONTOH PEMAKAIAN
Sumur L-3 yang terletak di Sumatera Selatan
dilakukan uji produksi dan transient tekanan,
yang jika kemudian hari akan dilakukan stimulatif
pengasaman.
Data uji produksi dan transient tekanan sebelum
pengasaman adalah sebagai berikut:
Tekanan reservoir = 128.0 psig
Tekanan alir dasar sumur = 17.0 psig
Laju produksi minyak = 29.5 STB/hari
Skin faktor = 0.0
Esiensi aliran, FE = 1.0
Porositas batuan = 17.0%
J ari-jari lubang sumur = 0.375 ft
J ari-jari pengurasan = 187.0 ft
Tabel 7
Kurva Inow Perfomance Relationship
untuk faktor skin = -3.6 dan n = 1.6558
Data perkiraan setelah stimulastif pengasaman
J ari-jari penembusan asam = 3.0 ft
Kelarutan formasi = 90.0%
162
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 46 No. 3, Desember 2012: 153 - 163
128 1 0 0
120 0.94 3.43 8.18
100 0.78 11.51 20.96
80 0.63 18.14 31.2
60 0.47 23.31 38.92
40 0.31 27.02 44.11
20 0.16 29.29 46.78
0 0 30.09 46.91
Q
o
, STB/hari
sebelum
Pengasaman
Q
o
, STB/hari
setelah
Pengasaman
P
wf
/P
r
P
wf
(psia)
Tabel 8
Kurva Inow Perfomance Relationship
untuk sumur stimulatif pengasaman
(contoh perhitungan)
Gambar 10
Plot P
wf
terhadap laju produksi minyak
contoh perhitungan
Buat kurva Inow Performance Relationship
sebelum dan sesudah stimulatif pengasaman dari
sumur tersebut.
Penyelesaian:
1. Perbandingan harga tekanan alir dasar sumur
terhadap tekanan reservoir adalah:
8. Untuk harga skin faktor pada langkah 7, hitung
kembali harga C
0
, C
1
, dan C
2
seperti pada
langkah 2, dan didapat
C
0
=0.903631
C
1
=0.138692
C
2
=-0.99671
9. Mengacu hasil yang diperoleh dari langkah
8, kemudian ulangi langkah 3 dan 4 untuk
menghitung Q
o
setelah pengasaman untuk
berbagai harga tekanan alir dasar sumur. Pada
Tabel 8 menunjukkan hasil perhitungan kurva
Inflow Performance Relationship, setelah
pengasaman berdasarkan Persamaan (1), dan
kurva tersebut dapat dilihat pada Gambar 10.
132812 . 0
0 . 128
0 . 17
r
wf
P
P
hari STB
Q
S omaks
/ 918 . 51
) ) 132812 . 0 ( 57357 . 0 ) 132812 . 0 ( 01009 . 0 57966 . 0 (
5 . 29
) (
2 4 @
hari STB Qo
psia P
hari STB Q
psig P
wf
o
wf
/ 51 . 11 ) 78125 . 0 ( 57357 . 0 ) 78125 . 0 ( 01009 . 0 57966 . 0 91809 . 51
, 00 . 100
/ 09 . 30 ) 57966 . 0 ( 91809 . 51
, 0 . 0
2
1
= Porositas batuan mula-mula, fraksi
= Porositas batuan setelah pengasaman, fraksi
KEPUSTAKAAN
1. Comacho, R.G. and Ragavan, R. , 1987, Inow
Performance Relationships for Solution Gas Drive
Reservoirs, SPE Paper No. 16204
2. Fetkovich, M.J: The Isochronal Testing of Oil
Wells, SPE Reprint Series No.14. Pressure Transient
Testing Method, 1980 Edition.
3. Guo, B. and Lyons, W.C. , 2007,Petroleum
Production Engineering, Elsevier Science and
Technology Books.
4. Klins, M.A. and M.W, Majcher, 1982, Inflow
Performance Relationships for Damaged or Improved
Wells Producing Under Solution Gas Drive, SPE
Paper No. 19852.
5. Reference Manual and Technical Description Eclipse
2005, Schlumberger Eclipse Reservoir Simulation
Software, 2005.
6. Standing, M. B. , September 1971, Inflow
Performance Relationships for Damages Wells
Producing by Solution Gas Drive, J ournal of
Petroleum Technology.
7. Vogel, J.W., J anuary 1968,Inflow Performance
Relationship for Solution Gas Drive Wells, J ournal
of Petroleum Technology.
8. Williams, B.B., Gidley, J. L. and Schechter, R.S.,
1979, Acidizing Fundamentals. Vol 6, Society of
Petroleum Engineers of AIME, Dallas, New York.
164
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 46 No. 3, Desember 2012: 153 - 163
1
INDEKS SUBYEK
Kaji ulang data geosains 125, 126, 128,
131, 132
Kromatogra gas 135, 139
Kurva inow performance relationship 153,
156, 160, 161, 162
Kapasitas adsorpsi CO
2
145
M
Minyak lumas transmisi otomatis (ATF) 107
Mud volcano eruption 117
N
NIR spectroscopy 135
Natural zeolit 145
Na
+
cation exchanger 145
O
Optimasi 125, 126, 127, 128, 134
Optimizing 125
Oil recovery 95, 96, 106
P
Performance 108
Perolehan minyak 95, 96, 102, 103, 105,
106
Polymer injection 95
Penukar kation Na
+
145
R
Reklamasi 117, 118, 119, 120, 121, 122,
123
Remediasi 117, 123
Reclamation 117
Remediation 117
S
Solar 135, 136, 137, 138, 140, 141, 142
Spektroskopi NIR 135, 136, 139, 142
A
Arafura 125, 126, 127, 128, 129, 130, 131,
132, 133, 134
Automatic transmission uid (ATF) 108
Aliran dua fase 153, 154, 155
B
Biodiesel 135, 136, 137, 138, 139, 140, 141,
142, 143
Biosolar 135, 136, 140, 141, 142
C
Cuci lahan 117, 119, 120, 121, 122
CO
2
adsorption capacity 145
D
Diesel 135, 136, 137, 138, 139, 140, 141,
142, 143
E
Eksplorasi 125, 126, 127, 128, 132, 133,
134
Exploration 125
Erupsi lumpur volkano 117, 118
F
Formulasi 107, 109, 110, 111
Formulation 108
G
Geoscience data review 125
Gas chromatography 135
I
Injeksi polimer 95, 965, 102, 103, 104, 105,
106
K
Kinerja 107
2
Soil washing 117, 119, 120, 123
Stimulatif pengasaman 153, 154, 156,
158, 160, 161, 162, 163
Stimulation acidizing 153
T
Two phase ow 153
Z
Zeolit alam 145, 146, 147, 148, 149, 150,
151
1
INDEKS PENULIS
A
Adriany, Roza, Pemanfaatan Zeolit Alam Termodikasi Kation Na
+
untuk Pemanfaatan CO
2
, 46
(3) : 145 - 151
Akseyanto, Djoko Analisis Produktivitas Sumur setelah Pengasaman Menggunakan Persamaan
Kurva IPR Aliran Dua Fase, 46 (3) : 153 - 163
Andriyani, Yayun, lihat, Rosmayati, Lisna, 46 (1) : 9 - 21
Adriany, Roza, Aditif Combustion Booster untuk Mengurangi Emisi Gas Buang Kendaraan
Bermotor dan Potensinya sebagai Penghemat Bahan Bakar Minyak Premium 88, 46 (1) : 43 -
51
C
Candra RB, Richo, lihat, Wibowo, Cahyo Setyo ; Heru S, Bambang , 46 (2) : 61 - 67
D
Desrina, R., Reklamasi Daerah Bencana Semburan Lumpur Melalui Remediasi Cuci Lahan: Suatu
Pandangan Prospektif, 46 (3) : 117 - 123
F
Fuad, Muhammad, Pengembangan Metoda Uji Distilasi Tekanan Vakum ASTM D1160 pada
Pengujian Sifat Penguapan Biodiesel, 46 (2) : 53 - 59
Fibria, Milda, lihat, Hanifuddin, M., 46 (3) : 107 - 115
Fibria, Milda, Formulasi Minyak Lumas untuk Kompresor Udara, 46 (1) : 1 - 7
Fibria, Milda, Pemanfaatan LPG sebagai Bahan Bakar Sepeda Motor dan Karakteristik Minyak
Lumasnya, 46 (1) : 35 -42
H
Heru S, Bambang, lihat, Wibowo, Cahyo Setyo ; Candra RB, Richo, 46 (2) : 61 - 67
Hanifuddin, M, Studi Karakteristik Fisika Kimia dan Semi Unjuk Kerja Minyak Lumas, 46 (3) : 107
- 115
Hasibuan, Hasrul Abdi, Analisis Biodiesel Sawit dalam Biosolar dengan Spektroskopi Near
Infrared, 46 (3) : 135 - 143
Herawan, Tjahjono, lihat, Hasibuan, Hasrul Abdi, 46 (3) : 135 - 143
Hanifuddin, M, lihat, Fibria, Milda, 46 (1) : 1 - 7
I
Isnawati, lihat, Sunarjanto, Djoko, 46 (3) : 125 - 134
2
M
Maymuchar, Kinerja Mesin Penggerak Generator 4,8 KVA Berbahan Bakar Campuran DME-LPG,
46 (2) : 79 - 84
Maymuchar, lihat, Fibria, Milda, 46 (1) : 35 - 42
R
Rosmayati, Lisna, Kajian Komposisi Hidrokarbon dan Sifat Fisika-Kimia LPG untuk Rumah Tangga,
46 (2) : 69 - 77
Rosmayati, Lisna, Rancang Bangun Adsorben Nano Partikel untuk Merkuri Removal, 46 (1) : 9 -
21
S
Sunarjanto, Djoko, Eksplorasi dan Pengembangan Migas Non-Konvensional Ramah Lingkungan,
46 (2) : 85 - 93
Sunarjanto, Djoko, Optimasi Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi dengan Melakukan Kaji Ulang Data
Geosains: Kaji Ulang Blok Arafura, 46 (3) : 125 - 134
Sudarman, lihat, Sunarjanto, Djoko, 46 (3) : 125 - 134
T
Tobing, Edward ML., Peningkatan Perolehan Reservoir Minyak dengan Injeksi Polimer Skala
Laboratorium, 46 (3) : 95 - 106
Tobing, Edward ML., lihat, Akseyanto, Djoko, 46 (3) : 153 - 163
Tobing, Edward ML., Peningkatan Produksi Minyak dengan Injeksi Air pada Lapangan Minyak Q,
46 (1) : 23 - 33
W
Wibowo, Cahyo Setyo, Pengaruh Penambahan Dimethyl Ether pada LPG terhadap Emisi Gas
Buang Hasil Proses Pembakaran Burner Industri Kecil 46 (2) : 61 - 67
Y
Yuliani R., Catur, lihat, Fibria, Milda, 46 (1) : 1 - 7
Yuliani R., Catur, lihat, Hanifuddin, M, 46 (3) : 107 - 115
3
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami sampaikan terima kasih kepada Dewan Redaksi, Redaksi, Mitra Bestari yang telah
membantu Penyuntingan pada Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Volume 46 (nomor
1, 2 dan 3)
Dewan Redaksi : - Prof. (R). Dr. Maizar Rahman (Teknik Kimia)
- Ir. E. Jasj, M.Sc. APU. (Teknik Kimia)
- Prof. (R). Dr. Suprajitno Munadi (Geosika)
- Prof. (R). M. Udiharto (Biologi)
- Prof. (R). Dr. E. Suhardono (Kimia Industri)
- Ir. Bambang Wicaksono T.M., M.Sc. (Geologi Perminyakan)
Redaksi : - Dr. Ir. Usman, M.Eng. (Teknik Perminyakan)
- Ir. Sugeng Riyono, M.Phil. (Teknik Kimia)
- Dr. Ir. Eko Budi Lelono (Ahli Palinologi)
- Abdul Haris, S.Si., M.Si. (Lingkungan dan Kimia)
Mitra Bestari : - Prof. Dr. Ir. Septoratno Siregar (Teknik Perminyakan)
- Prof. Dr. R.P. Koesoemadinata (Teknik Geologi))
- Prof. Dr. Wahjudi Wiratmoko Wisaksono (Energi dan Lingkungan)
- Dr. Ir. M. Kholil, M.Kom. (Manajemen Lingkungan)
- Dr. Ir. Bambang Widarsono, M.Sc. (Teknik Perminyakan)
- Ferry Imanuddin Sadikin, S.T., M.E. (Teknik Elektro)
PEDOMAN PENULISAN MAJALAH LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMI
UMUM
1. Majalah Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi adalah media yang khusus diperuntukan bagi karya tulis para Peneliti dan Tenaga
Fungsional PPPTMGB LEMIGAS, memuat analisis, kajian dan tinjauan ilmiah mengenai subjek-subjek yang berkaitan dengan industri
minyak dan gas bumi, terutama yang dilakukan oleh PPPTMGB LEMIGAS.
2. Redaksi Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi, secara selektif juga menerima tulisan-tulisan dari para ahli baik perseorangan
ataupun kelompok, baik atas nama pribadi maupun instansi pemerintah/swasta namun lebih berbobot. Hal ini dimaksudkan sebagai
contoh guna mendorong dan meningkatkan mutu para penulis intern LEMIGAS.
STANDAR PENULISAN
1. Bahasa
Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan kaidah/istilah bahasa Indonesia yang telah dibakukan berpedoman
pada: a. Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Lembaga Pembinaan Bangsa. b. Kamus Miyak dan Gas Bumi, terbitan PPPTMGB
LEMIGAS. c Kamus bahasa Inggris.
2. Naskah/Artikel
Judul artikel ditulis pada baris pertama (paling atas), rata kiri (left), memakai huruf besar kecil ukuran 24 points.
- Nama penulis ditulis pada baris kedua di bawah judul artikel.
- Abstrak/Sinopsis/Sari karangan merupakan keharusan ditulis dalam bahasa Indonesia serta bahasa Inggris dan ditetapkan pada
awal artikel/tulisan. Abstrak tidak boleh lebih dari 200 kata.
- Artikel disertai dengan kata kunci yang ditulis dibawah judul artikel.
- Teks artikel diketik dengan komputer (MS Word), di atas kertas putih ukuran A4, dengan jarak baris 1 spasi.
- Sitasi (kutipan) atas pendapat para ahli, disamping dapat dengan dikutip secara verbatim, juga harus diberi nomor urut dengan
hurup arab superscript untuk penjelasannya dalam catatan kaki.
- Catatan kaki ditulis dalam satu halaman sesuai dangan nomor catatan kaki yang bersangkutan. Catatan kaki ditulis horizontal
dengan urutan sebagai berikut: nama pengarang, tahun penerbitan, judul, halaman yang dikutip. Data Publikasi (Kota Penerbitan,
Nama Penerbitan, jumlah halaman).
- Pendahuluan secara ringkas menguraikan masalah-masalah, tujuan, dan pentingnya penelitian. Jangan menggunakan sub- ara ringkas menguraikan masalah-masalah, tujuan, dan pentingnya penelitian. Jangan menggunakan sub-
bab.
- Bahan dan Metode harus secara jelas dan ringkas menguraikan penelitian dengan rincian secukupnya sehingga memungkinkan
peneliti lain untuk mengulangi penelitian yang terkait.
- Hasil disajikan secara jelas tanpa detil yang tidak perlu. Hasil tidak boleh disajikan sekaligus dalam tabel dan gambar.
- Tabel disajikan dalam bahasa Indonesia, dengan judul di bagian atas tabel dan keterangan. Tabel diketik menggunakan program
MS-Excel.
- Gambar, grafk, potret dan lain-lain: semuanya asli, jelas memenuhi syarat untuk peroses pencetakan: serta diberi nomor urut
dan judul.
- Kesimpulan disajikan secara ringkas dengan mempertimbangkan judul naskah, maksud, tujuan, serta hasil penelitian.
- Di samping naskah dan lampiran penunjang seperti gambar/grafk, kirimkan juga disket/CD nya ke redaksi atau melalui e-mail:
darus@lemigas.esdm.go.id
3 Kepustakaan
Kepustakaan adalah daftar literaktur (buku atau non buku) yang dipakai oleh Penulis dalam meyusun naskah/artikel.
Kepustakaan ditulis pada akhir karangan dengan urutan secara alfabetis berdasarkan nama pengarang, seperti contoh sebagai
berikut;
a. Buku
- Satu pengarang
Davis, Gordon B., 1976, Management Information System, Conceptual Foundation Structur and developnet, Me Graw Hill.
- Dua Pengarang
Newman W.H. dan E. Kirby Warren, 1977, The Procces of Management, Concept, Behavior, and Pratice, Pretice-Hall of India
Privat Ltd., New Delhi, hlm. 213.
- Lebih dari tiga pengarang
Bennet J.D., Bridge D. Mcc, Cancron N. R., Djunudin A, Ghazali S. A, Jeffry D.H., Kartawa W., Keats W Rock N.M.S., dan
Thompos S.J 1981, The Geology of the Langsa Quadrange, Sumatra, GRDC, Bandung.
Atau disingkat
Bannet J.D., dkk., 1981. The Geology of the Langsa Quadrangle, Sumatra, GRDC, Bandung.
b. Non buku
- Udiharto M., 1992. Pengaruh Aktivitas Bakteri Termofl terhadap Porositas Batuan, Diskusi Ilmia VII Hasil Penelitian LEMIGAS,
Februari, PPTMG LEMIGAS, Jakarta.
- Weissmann J., Dr.: 1972, Fuel for internal Contribution Engines and Furnace, Report, Inhouse Research, Mei, LEMIGAS, Jakarta.
- Gianita Gandawijaya, 1994,Teknologi GPS, Alat Bantu Navigasi Pesawat Terbang, Kompas, Juli 27, Jakarta.
c. Web sites :
http://www.environmental law net.com. Sebutkan tanggal bulan dan tahun.
WEWENANG REDAKSI
a. Dewan redaksi berhak melakukan penyuntingan atas suatu artikel termasuk mengubah judul artikel.
b. Naskah yang telah diperiksa dewan redaksi dan dianggap perlu perbaikan akan dikirim kembali kepada penulis untuk diperbaiki.
c. Naskah yang tidak bisa dimuat akan dikembalikan kepada penulis.
LAIN-LAIN
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi menerima sumbangan naskah dari penulisan di luar Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS dengan ketentuan isinya memenuhi kriteria standar Majalah Lembaran Publikasi Minyak
dan Gas Bumi