Beracun (toxic – T)
Limbah B3 beracun adalah Limbah yang memiliki karakteristik beracun berdasarkan uji
penentuan karakteristik beracun melalui TCLP, Uji Toksikologi LD50, dan uji sub-
kronis.
Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 1 jika memiliki nilai sama dengan
atau lebih kecil dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih kecil
atau sama dengan 50 mg/kg (lima puluh miligram per kilogram) berat badan pada
hewan uji mencit.
Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika memiliki nilai lebih besar dari
Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih kecil atau sama dengan 50
mg/kg (lima puluh miligram per kilogram) berat badan pada hewan uji mencit dan lebih
kecil atau sama dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih kecil
atau sama dengan 5000 mg/kg (lima ribu miligram per kilogram) berat badan pada
hewan uji mencit. Nilai Uji Toksikologi LD50 dihasilkan dari uji toksikologi, yaitu
penentuan sifat akut limbah melalui uji hayati untuk mengukur hubungan dosis-respon
antara limbah dengan kematian hewan uji. Nilai Uji Toksikologi LD50 diperoleh dari
analisis probit terhadap hewan uji.
c. Sub-kronis
Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika uji toksikologi sub-kronis pada
hewan uji mencit selama 90 (sembilan puluh) hari menunjukkan sifat racun sub-kronis,
berdasarkan hasil pengamatan terhadap pertumbuhan, akumulasi atau biokonsentrasi,
studi perilaku respon antarindividu hewan uji, dan/atau histopatologis.
PP No. 101 Tahun 2014 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun
1
Bioremediasi (Bagian 3)
KRITERIA HASIL AKHIR PENGOLAHAN
Hasil akhir dari Proses Pengolahan secara biologis harus memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1. Limbah
2. Limbah Cair
Limbah cair yang dibuang ke media lingkungan harus memenuhi KepMen baku mutu
limbah cair yang terkait (KepMen 42/1996)
Sampel air tanah diambil pada sumur pantau yang ada di hulu dan hilir kemudian
dianalisis pH, EC (Electrical Conductivity) dan TPH.
4. Uji toksikologi
Uji toksikologi dilakukan terhadap limbah hasil olahan minimum 1 (satu) kali pengujian
dari jenis limbah yang sama untuk menetapkan nilai LD50 (Lethal Dose fifty). Nilai
dari LD50 yang dipersyaratkan adalah tidak boleh kurang dari (<) 15 gram per
kilogram berat badan dari hewan uji.
Masih ada kelanjutan dari peraturan ini tapi saya hanya sampai parameter uji yang
dianalisa. Selanjutnya untuk lebih lengkap bisa dibaca Kepmen LH No. 128 Tahun
2003.
2
Pengolahan Limbah Cair
Pengolahan air limbah biasanya menerapkan 3 tahapan proses yaitu pengolahan
pendahuluan (pre-treatment), pengolahan utama (primary treatment), dan pengolahan
akhir (post treatment).
Pre-treatment
Primary treatment
Pada tahap primary treatment, air limbah mengalir melalui tangki besar, biasa disebut
clarifiers primer atau tangki sedimentasi primer. Tank-tank yang cukup besar sehingga
lumpur bisa mengendap dan bahan mengambang seperti lemak dan minyak dapat naik
ke permukaan dan dapat di skim off. Tujuan utama dari tahap sedimentasi utama
adalah untuk menghasilkan baik cairan yang homogen sehingga dapat ditreatment
secara biologis dan lumpur yang dapat treatment atau diproses secara terpisah.
Primary settling tanks biasanya dilengkapi dengan mechanically driven scrapers yang
terus mendorong lumpur dikumpulkan menuju hopper di dasar tangki dimana ia dapat
dipompa ke tahap pengolahan lumpur lebih lanjut. Sebuah unit primary treatment
biasanya terdiri atas pengendapan (bak sedimentasi), pengapungan (API, CPI, PPI)
Secondary Treatment
Tertiary Treatment
3
Tertiary treatment digunakan untuk menghilangkan polutan tertentu yang mungkin
ada dalam aliran air limbah, dan secondary treatment yang tidak memadai untuk
menghilangkan mereka, seperti: nitrogen, fosfor, logam berat. Setiap tertiary
treatment di desain untuk menghilangkan unsur-unsur tertentu, sehingga sangatlah
mungkin plant mempergunakan beberapa proses tertiary treatment, tergantung pada
komposisi dan karakteristik dari aliran limbah yang diproses.
Daftar Pustaka