Oleh:
NIM : 191910801016
Kelompok :4
2.2 Hidrometer
Hidrometer merupakan alat untuk menentukan API/SG dengan prinsip
Archimedes. Cara penggunaan alat ini adalah dengan diletakkan/dibenamkan ke
dalam sampel (crude oil) yang akan diukur hingga pembacaan hidrometer stabil.
Terkadang Hidrometer dilengkapi dengan termometer sehingga koreksi terhadap
temperatur dapat dilakukan jika diperlukan. Hidrometer sangat baik untuk
menentukan densitas, SG (relative density) atau API Gravity dari liquid transparan
dan mobile. Ada dua jenis Hidrometer:
a. Plain-type
b. Thermo-hydrometer
2.3 Picnometer
Penggunaan picnometer dalam penentuan specific gravity membutuhkan
volume picnometer dan selisih berat picnometer yang berisi sampel dengan berat
picnometer kosong. Hasil perhitungan dengan picnometer ini langsung
menunjukkan densitas dari sampel tersebut. Prinsip picnometer merupakan alat
yang digunakan untuk menetukan SG suatu fluida (crude oil) dengan cara mencari
densitasnya terlebih dahulu. Jadi massa picnometer kosong ditimbang, massa
picnometer terisi crude oil ditimbang, dan volume crude oil di picknometer juga
diukur. Ketika data tersebut sudah diketahui, maka dimasukan ke persamaan:
(2.1)
Dengan d merupakan densitas (gr/ml), m merupakan massa (gr), dan volume (ml).
Sedangkan SG didefinisikan:
(2.2)
2.4 Effusiometer
Gas Specific Gravity bisa didapatkan dari hukum efusi/difusi
Graham dan hukum Avogadro. Hukum efusi/difusi Graham menyatakan bahwa laju
efusi dan difusi dari dua gas pada temperatur dan tekanan yang sama akan
berbanding terbalik dengan akar kuadrat massa jenisnya. Secara matematis berarti:
𝑣1 √𝑑2
= (2.3)
𝑣2 √𝑑1
Dimana 𝑣 adalah kecepatan efusi/difusi dan 𝑑 adalah densitas gas. Hukum kedua
yaitu hukum Avogadro yang menyatakan bahwa pada kondisi tekanan, temperatur,
dan volume tertentu, massa jenis gas berbanding lurus dengan berat molekulnya.
Secara matematis, maka:
𝑑1 𝑀1
= (2.4)
𝑑2 𝑀2
Dengan 𝑀sebagai berat molekul gas. Gabungan kedua persamaan matematis ini
adalah:
𝑣1 2 𝑡2 2 𝑀2 𝑑2
2
= 2 = = (2.5)
𝑣2 𝑡1 𝑀1 𝑑1
Dimana 𝑑2 sebagai densitas gas yang ingin dicari nilai SG-nya dan 𝑑1
sebagai densitas udara. 𝑡2 adalah waktu alir gas yang ingin dicari nilai SG-nya
sedangkan 𝑡1 adalah waktu alir udara. Dalam mencari nilai SG, harga SG yang
sudah kita dapatkan dari perhitungan diatas perlu dikoreksi terhadap parameter-
parameter berikut:
a. Tekanan Uap kering, W (mmHg)
b. Tekanan ruang, P (mmHg)
c. Tekanan rata-rata, p (mmHg)
Sehingga perhitungannya menjadi:
𝑡 𝑊 𝑡
𝑆𝐺 ∗ 𝑁2 = (𝑡2 )2 + 0.627 𝑃+𝑝−𝑊 [(𝑡2 )2 − 1] (2.7)
1 1
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- Hidrometer
- Picnometer
- Gelas kimia 1L dan 100 mL
- Gelas ukur
- Corong gelas
- Pemanas
- Penjepit kayu
- Termometer 2 buah
- Batang pengaduk
- Timbangan
- Effusiometer
- Stopwatch
3.1.2 Bahan
- Air
- Sampel crude oil
- Udara
- Gas CO2
- Gas N2
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Penentuan Specific Gravity Crude Oil dengan Hidrometer
Hasil
3.2.2 Penentuan Specific Gravity Crude Oil dengan Picnometer
Air
Hasil
Tabung
Hasil
3.2.4 Percobaan dengan Dry Gas
Kompresor
Hasil
3.2.5 Percobaan dengan Gas
Sumber Gas
Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1 Penentuan Specific Gravity Crude Oil dengan Picnometer Pada Suhu
32℃.
Massa
Massa Picnometer Volume Densitas
No. Sample Picnometer + Picnometer Rata- SG
Kosong Sample Oil (ml) rata
(gr) (gr) (gr/ml)
11,67 16,55
1. Crude 11,66 16,57
Oil A 11,67 16,58 5 0,9776 0,9776
11,68 16,56
11,7 16,56
11,67 16,21
2. Crude 11,66 16,22
Oil B 11,67 16,23 5 0,9092 0,9092
11,66 16,22
11,7 16,21
11,67 15,83
3. Crude 11,66 15,85
Oil C 11,67 15,85 5 0,8332 0,8332
11,66 15,83
11,7 15,83
Tabel 4.2 Penentuan Specific Gravity Crude Oil dengan Picnometer Pada Suhu
29℃.
Massa
Massa Picnometer Volume Densitas
No. Sample Picnometer + Picnometer Rata- SG
Kosong Sample (ml) rata
(gr) (gr) (gr/ml)
11,67 16,56
1. Crude 11,66 16,58
Oil A 11,67 16,58 5 0,9788 0,9788
11,68 16,57
11,7 16,56
11,67 16,23
2. Crude 11,66 16,23
Oil B 11,67 16,23 5 0,9104 0,9104
11,66 16,22
11,7 16,21
11,67 15,83
3. Crude 11,66 15,85
Oil C 11,67 15,86 5 0,8344 0,8344
11,66 15,84
11,7 15,84
14,3
14,2
1. Crude Oil 74 14,3 14,32 0,97037
A 14,5
14,3
22,3
22,2
2. Crude Oil 74 22,4 22,3 0,9200
B 22,3
22,3
37,2
37,1
3. Crude Oil 74 37,1 37,2 0,83876
C 37,2
37,4
Tabel 4.4 Penentuan Specific Gravity Gas dengan Effusiometer.
Waktu
No. Sample Gas Waktu Rata-rata SG Sebelum SG Sesudah
(s) (s) Dikoreksi Dikoreksi
44,37
1. N2 44,23 44,163 0,945430 0.945429
43,89
37,92
2. CO2 37,2 37,456 0,680086 0,680079
37,25
45,25
3. Dry Gas 45,35 45,42 1 1
45,66
4.2 Pembahasan
Pada tabel data hasil percobaan penentuan Specific Gravity (SG) 3 jenis
sample crude oil dengan picnometer pada temperatur 32℃ dengan densitas air
adalah 1 gr/cm3, dapat kita ketahui bahwa sample crude oil A, B, dan C masing-
masing memiliki rata-rata nilai densitas yang berbeda dengan lima kali perulangan
pada setiap sample dengan volume piconometer yang dipakai adalah 5 ml. Masing-
masing crude oil A, B, dan C memiliki nilai densitas rata-rata yaitu 0,9776, 0,9092,
dan 0,8332. Dari ketiga sample crude oil di atas, jenis A memiliki nilai densitas
rata-rata paling tinggi dan jenis C meniliki nilai densitas rata-rata paling rendah, hal
tersebut menandakan bahwa secara fisik, crude oil jenis A lebih berat daripada
kedua crude oil lainnya dan crude oil jenis C adalah yang paling ringan di antara
ketiga jenis crude oil yang diuji. Dengan begitu crude oil A memiliki nilai Specific
Gravity (SG) paling tinggi yaitu 0,9776 dan crude oil C memiliki nilai SG yang
terendah yaitu 0,8332.
Selanjutnya pada tabel data hasil percobaan penentuan Specific Gravity
(SG) 3 jenis sample crude oil dengan picnometer pada temperatur 29℃ dengan
densitas air adalah 1 gr/cm3, dapat kita ketahui bahwa sample crude oil A, B, dan
C masing-masing memiliki rata-rata nilai densitas yaitu 0,9788, 0,9104, dan 0,8344
yang dilakukan dengan lima kali perulangan pada setiap sample dengan volume
piconometer yang dipakai adalah 5 ml. Pada percobaan ini, data massa sample
picnometer dan massa picnometer yang sudah diisi sample crude oil tidak berbeda
jauh dengan percobaan pertama yang dilakukan pada temperatur 32℃ dan sample
crude oil yang digunakan juga sama. Namun sample-sample crude oil yang diujikan
memiliki nilai densitas rata-rata dan Specific Gravity yang sedikit lebih tinggi
daripada yang dihasilkan pada percobaan dengan temperatur 32℃. Sehingga dapat
kita simpulkan bahwa temperatur berpengaruh dalam menentukan SG suatu minyak
atau fluida, semakin tinggi temperaturnya maka semakin rendah Specific Gravity
yang dimiliki suatu fluida, maka semakin baik kualitas minyak tersebut. Karena
temperatur berpengaruh terhadap viskositas suatu fluida. Semakin tinggi
temperaturnya, semakin rendah nilai viskositas suatu fluida. Apabila dalam minyak,
yang memiliki viskositas rendah lebih mudah untuk diangkat ke permukaan.
Kenaikan temperatur pada suatu fluida akan mengakibatkan pemuaian zat sehingga
volumenya bertambah. Dengan demikian, densitas fluida yang sama pada
temperatur yang lebih tinggi akan lebih rendah. Oleh karenanya, besarnya SG fluida
tersebut pun berubah. Dan semakin tinggi SG suatu minyak juga artinya minyak
tersebut memiliki heating value yang rendah. Semakin tinggi nilai SG pada suatu
minyak juga menandakan bahwa minyak tersebut banyak mengandung lilin atau
residu aspal, atau paraffin. Dalam industri migas, SG yang dianjurkan adalah di atas
0,8 yang merupakan penentu dari jenis dan kualitas crude oil yang diproduksi dari
suatu lapangan atau area. Dan dari ketiga sample crude oil di atas, jenis A memiliki
nilai densitas rata-rata paling tinggi dan jenis C meniliki nilai densitas rata-rata
paling rendah, hal tersebut menandakan bahwa secara fisik, crude oil jenis A lebih
berat daripada kedua crude oil lainnya dan crude oil jenis C adalah yang paling
ringan di antara ketiga jenis crude oil yang diuji. Dengan begitu crude oil A
memiliki nilai Specific Gravity (SG) paling tinggi yaitu 0,9788 dan crude oil C
memiliki nilai SG yang terendah yaitu 0,8344. Semakin kecil SG crude oil makan
ia akan menghasilkan produk-produk ringan yang semakin banyak, dan sebaliknya
semakin besar SG crude oil maka ia akan menghasilkan produk-produk ringan yang
semakin sedikit dan produk residunya semakin banyak. Dan juga, crude oil dengan
densitas yang rendah cenderung bersifat parafinik.
Pada percobaan selanjutnya yaitu menentukan Specific Gravity crude oil
menggunakan hidrometer pada temperatur 74℃. Dari data yang ada dan
perhitungan yang dilakukan bisa didapatkan rata-rata nilai API (American
Petroleum Institute) masing-masing jenis crude oil A, B, dan C yaitu 14,32, 22,3
dan 37,2, dengan begitu dalam menentukan SG masing-masing crude oil dapat
menggunakan rumus:
Specific Gravity berbanding terbalik dengan API sehingga apabila semakin tinggi
nilai API suatu minyak, maka semakin rendah nilai SG minyak tersebut. Dari hasil
perhitungan SG menggunakan rumus di atas didapatkan nilai SG masing-masing
sample crude oil A, B, dan C adalah 0,97037, 0,9200, dan 0,83876. Pada tabel dapat
diketahui bahwa nilai API tertinggi adalah milik sample crude oil C yaitu 37,2 dan
nilai API terendah milik sample crude oil A yaitu 14,32, namun nilai SG tertinggi
adalah milik sample crude oil A yaitu 0,97037 dan yang terendah milik sample
crude oil C yaitu 0,83876. Hal ini terjadi karena sesuai pada rumus bahwa API dan
SG berbanding terbalik. Dari data di atas dapat digolongkan, untuk sample crude
oil A merupakan golongan minyak berat karena memiliki nilai API terendah dan
nilai SG tertinggi (heavy oil) sedangkan sample crude oil B dan C merupakan
golongan minyak ringan (light oil) karena memiliki nilai SG <0,934 dan nilai API
>22, penggolongan ini didasarkan pada parameter penentuan Componen, API, dan
SG.
Crude oil yang memiliki nilai API tinggi dan nilai SG rendah merupakan minyak
mentah dengan kualitas yang baik karena semakin tinggi nilai API makan semakin
rendah densitas minyak mentah tersebut, dengan begitu viskositas minyak mentah
tersebut juga rendah sehingga memudahkan untuk diangkat ke permukaan, hal
tersebut terjadi karena minyak mentah tersebut mengandung fraksi-fraksi
hidrokarbon yang ringan dan ikatan molekul-molekulnya yang kecil. Semakin
ringan kandungan minyak mentah tersebut, semakin tinggi nilai ekonominya.
Percobaan terakhir yaitu penentuan Specific Gravity pada gas, gas yang
dipakai yaitu adalah nitrogen (N2), karbon dioksida (CO2), dan dry gas dengan
metode efusi menggunakan effusiometer dengan asumsi tekanan dan temperatur
dalam kondisi konstan. Didapatkan waktu rata-rata pengujian dalam detik (s) dari
tiga kali pengulangan untuk masing-masing jenis gas yaitu untuk N2 adalah 44,163,
CO2 adalah 37,456, dan dry gas adalah 45,42. Dari data, diketahui waktu rata-rata
gas nitrogen lebih besar daripada gas karbon dioksida. Hal ini tidak sesuai dengan
teori dimana, semakin kecil massa molekul makan waktu efusinya akan semakin
kecil pula karena molekul kecil lebih mudah dalam mobilisasi. Hal ini dapat terjadi
karena temperatur dan kelembaban udara dalam ruang praktikum. Dengan begitu
didapatkan SG (sebelum dikoreksi) masing-masing gas N2, Co2, dan dry gas yaitu
0,945430, 0,680086, dan 1 menggunakan turunan persamaan waktu yang didapat
dari gabungan hukum efusi/difusi Graham dan hukum Avogadro yaitu
Dengan begitu, didapatkan SG (setelah dikoreksi) masing-masing gas N2, CO2, dan
dry gas adalah 0.945429, 0,680079, dan 1 dengan asumsi nilai W = 0,0276 mmHg,
P = 760 mmHg, dan p = 12 mmHg. Untuk nilai Specific Gravity dry gas ditetapkan
yaitu 1, mengikuti referensi ketetapan sehingga SG sebelum dan sesudah dikoreksi
pada dry gas tidak memiliki perbedaan. Melalui data dan perhitungan yang ada
untuk gas nitrogen dan karbon dioksida, nilai SG sebelum dan sesudah dikoreksi
terdapat sedikit perbedaan akibat dari penambahan beberapa parameter
perhitungan. Mengacu pada Specific Gravity Table diketahui nilai SG (sesudah
dikoreksi) gas nitrogen mendekati referensi Specific Gravity Table, namun nilai SG
(sesudah dikoreksi) gas karbon dioksida cukup jauh dari nilai SG CO 2 pada
referensi Specific Gravity Table. Hal tersebut dapat terjadi karena kalibrasi
effusiometer dan kondisi lingkungan praktikum/laboratorium.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan didapatkan beberapa kesimpulan yaitu:
a. Specific Gravity suatu fuida dapat diketahui dengan menggunakan
picnometer, hidrometer, dan effusiometer.
b. Temperatur berpengaruh dalam menentukan SG suatu minyak atau fluida,
semakin tinggi temperaturnya maka semakin rendah Specific Gravity yang
dimiliki suatu fluida, maka semakin baik kualitas minyak tersebut.
c. Semakin rendah Specific Gravity yang dimiliki suatu fluida, maka semakin
baik kualitas minyak tersebut. Karena temperatur berpengaruh terhadap
viskositas suatu fluida. Semakin tinggi temperaturnya, semakin rendah
nilai viskositas suatu fluida. Apabila dalam minyak, yang memiliki
viskositas rendah lebih mudah untuk diangkat ke permukaan. Kenaikan
temperatur pada suatu fluida akan mengakibatkan pemuaian zat sehingga
volumenya bertambah. Dengan demikian, densitas fluida yang sama pada
temperatur yang lebih tinggi akan lebih rendah. Oleh karenanya, besarnya
SG fluida tersebut pun berubah.
d. Crude oil golongan minyak berat memiliki nilai API rendah dan nilai SG
tinggi (heavy oil) sedangkan crude oil golongan minyak ringan (light oil)
memiliki nilai SG rendah dan nilai API tinggi.
5.2 Saran
Saran untuk praktikum kali ini yaitu untuk ke depannya kondisi
laboratorium perlu di’set’ sebaik mungkin dan praktikan perlu lebih fokus dalam
mendata hasil praktikum agar tidak terjadi galat cukup jauh seperti pada gas N 2.
DAFTAR PUSTAKA
[1] A. Hadziqul and E. Eklezia, “PRAKTIKUM FLUIDA RESERVOIR TKA
1302 Oleh : ERISKA EKLEZIA DWI SAPUTRI,” pp. 1–39, 2019.
[2] Mc Cain, William D.Jr., ”The Properties of Petroleum Fluid”, 2nd edition
PennWell Publishing Co.,1990.,Tulsa, Oklahoma.
[5] http://www.engineeringtoolbox.com/specific-gravities-gases-d_334.html
16,564−11,67
1. Crude Oil A = = 0,9776 gr/cm3
5
2. Crude Oil B = 0,9092 gr/cm3
3. Crude Oil C = 0,8332 gr/cm3
d. Specific Gravity
0,9776
1. Crude Oil A = = 0,9776
1
2. Crude Oil B = 0,9092
3. Crude Oil C = 0,8332
Temperatur 29℃
a. Massa rata-rata picnometer kosong sample crude oil A, B, C = 11,67
gram
b. Massa rata-rata picnometer kosong + sample crude oil
1. Crude Oil A = 16,57 gram
2. Crude Oil B = 16,224 gram
3. Crude Oil C = 15,844 gram
c. Densitas
16,57−11,67
1. Crude Oil A = = 0,9788 gr/cm3
5
2. Crude Oil B = 0,9104 gr/cm3
3. Crude Oil C = 0,8344 gr/cm3
d. Specific Gravity
0,9788
1. Crude Oil A = = 0,9788
1
2. Crude Oil B = 0,9104
3. Crude Oil C = 0,8344
2. Penentuan Specific Gravity Crude Oil menggunakan Hidrometer
Temperatur 74℃
a. API rata-rata sample crude oil
1. Crude Oil A = 14,32
2. Crude Oil B = 22,3
3. Crude Oil C = 37,2
b. Specific Gravity
141,5
1. Crude Oil A = = 0,97037
131,5+14,32
2. Crude Oil B = 0,9200
3. Crude Oil C = 0,83876
3. Penentuan Specific Gravity Gas dengan Metode Efusi menggunakan
Effusiometer
Tekanan uap kering (W) = 0,0276 mmHg
Tekanan ruang (P) = 760 mmHg
Tekanan rata-rata (p) = 12 mmHg
a. Waktu rata-rata efusi (s)
1. Gas N2 = 44,163 s
2. Gas CO2 = 37,456 s
3. Dry Gas = 45,42 s
b. Specific Gravity sebelum dikoreksi
44,163 2
1. Gas N2 = ( ) = 0,945430
45,42
2. Gas CO2 = 0,680086
3. Dry Gas = 1
c. Sprecific Gravity sesudah dikoreksi
= 0.945429
2. Gas CO2 = 0,680079
3. Dry Gas = 1