Anda di halaman 1dari 95

BAB I

PENDAHULUAN
(INTRODUCTION)
1.1 LATAR BELAKANG
Pada zaman sekarang ini, minyak merupakan bahan bakar yang sangat
penting. Kita ketahui, hampir semua alat transportasi di dunia, memakai bahan
bakar minyak. Pada mulanya minyak sendiri ditemukan tidak langsung terbentuk
menjadi solar, koresin, minyak rem dan lain lainnya. Minyak mentah yang
ditemukan harus melalui berbagai proses hingga menghasilkan jenis jenis
seperti solar, koresin, aspal, dan lain lain.
Praktikum Analisa Fluida Reservoir dilakukan untuk lebih mengenal apa
saja sifat fisik fluida yang dapat kita cari dari data data yang telah kita dapati.
Sifat fisik fluida sendiri terbagi menjadi 5, diantaranya : densitas, viskositas,
kompresibilitas, faktor volume formasi minyak, dan kelarutan gas dalam minyak.
Selain itu, praktikum Analisa Fluida Reservoir juga dapat mempermudah
mahasiswa memahami mata kuliah yang berkaitan dengan praktikum serta dapat
dijadikan bekal setelah lulus kulia nantinya.
Ilmu Analisa Fluida Reservoir sendiri sangatlah berkaitan dengan ilmu
ilmu perminyakan lainnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa ilmu Analisa Fluida
Reservoir merupakan dasar dari ilmu ilmu perminyakan lainnya. Di lain sisi,
data data yang didapat dari informasi ilmu Analisa Fluida Reservoir sangat
berguna sebagai pembanding di dalam aplikasinya di dunia perminyakan. Tidak
hanya 5 sifat fisik fluida yang dapat kita temukan di laporan ini, laporan ini juga
memuat mengenai apa saja yang kita peroleh dari proses eksplorasi baik yang
dapat dimanfaatkan, maupun yang dapat merugikan dalam proses produksi. Selain
itu dalam laporan ini kita juga dapat mengetahui bagai mana akibat dari
banyaknya fluida selain minyak yang diproduksi. Contohnya wattercut, air
formasi, endapan, dan lain lainnya.

Laporan resmi ini disusun setelah penulis mengadakan praktikum di


Laboratorium Teknik Perminyakan Universitas Islam Riau. Percobaan yang
dilakukan terdiri dari 7 macam percobaan yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Penentuan Densitas, Specific Gravity dan 0API


Penentuan Kandungan Air dan Endapan (BS & W)
Analisa Kimiawi Air Formasi
Penentuan Viskositas
Penyulingan Minyak Mentah
Penentuan Flash Pint dan Fire Point
Penentuan Cloud Point, Cold Point dan Pour Point

Praktikum Analisa Fluida Reservoir yang dilakukan ini adalah salah satu
mata kuliah wajib bagi mahasiswa Departemen Teknik Perminyakan Universitas
Islam Riau. Oleh karena itu sebagai bukti telah dilakukan praktikum tersebut,
maka disusunlah LAPORAN RESMI ANALISA FLUIDA RESERVOIR ini
untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh nilai dan kelulusan
dalam mata kuliah praktikum Analisa Fluida Reservoir tersebut. Selain itu
diharapkan tulisan ini dapat dipakai dan dipergunakan sebagai acuan pedoman
oleh para praktikan Analisa Fluida Reservoir di kampus pada tahun mendatang.
1.2 TUJUAN PENULISAN
Penulisan laporan bertujuan agar pembaca lebih mengerti dan memahami
jelas apa saja percobaan - percobaan yang dilakukan yang berkaitan erat dengan
fluida reservoir. Bukan hanya itu saja, diharapkan juga pembaca dapat memahami
dengan jelas percobaan percobaan yang dilakukan di laboratorium dan informasi
mengenai sifat fisik fluida reservoir yang ditembus pada target target tertentu
yang diinginkan dan diharapkan khususnya di dalam dunia perminyakan.

1.3 BATASAN MASALAH

Agar penulisan laporan ini terarah maka perlu adanya batasan masalah.
Batasan masalahnya adalah hanya mengenai percobaan percobaan Analisa
Fluida Reservoir yang telah dilakukan, seperti Penentuan Densitas, Specific
Gravity dan 0API, Penentuan Kandungan Air dan Endapan (BS & W), Analisa
Kimiawi Air Formasi, Penentuan Viskositas, Penyulingan Minyak Mentah,
Penentuan Flash Pint dan Fire Point, Penentuan Cloud Point, Cold Point dan Pour
Point. Maka dari itu penulis mohon maaf jika nantinya terdapat kekurangan dan
kesalahn.
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I

: Berisikan Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Batasan Masalah dan


Sistematika Penulisan.

BAB II

: Berisikan laporan tentang Penentuan Densitas, Spesific Gravity


dan API yang meliputi Tujuan Percobaan, Teori dasar , Alat dan
Bahan, Gambar Alat, Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan,
Perhitungan, Pembahasan, Kesimpulan dan Tugas.

BAB III

: Berisikan laporan tentang Penentuan Kandungan Air Formasi dan


Endapan (BS&W) yang meliputi Tujuan Percobaan,Teori dasar , Alat
dan Bahan, Gambar Alat, Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan,
Perhitungan, Pembahasan, Kesimpulan dan Tugas.

BAB IV

: Berisikan laporan tentang Analisa Kimia Air Formasi yang


meliputi Tujuan Percobaan,Teori dasar , Alat dan Bahan, Gambar
Alat,

Prosedur

Percobaan

Hasil

Pengamatan,

Perhitungan,

Pembahasan, Kesimpulan dan Tugas.


BAB V

: Berisikan laporan tentang Penentuan Viskositas yang meliputi


Tujuan Percobaan,Teori dasar , Alat dan Bahan, Gambar Alat,
Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan, Perhitungan, Pembahasan,
Kesimpulan dan Tugas.

BAB VI

: Berisikan laporan tentang Penyulingan Minyak Mentah yang


meliputi Tujuan Percobaan,Teori dasar , Alat dan Bahan, Gambar

Alat,

Prosedur

Percobaan

Hasil

Pengamatan,

Perhitungan,

Pembahasan, Kesimpulan dan Tugas.


BAB VII

: Berisikan laporan tentang Penentuan Flash Point dan Fire Point


yang meliputi Tujuan Percobaan,Teori dasar , Alat dan Bahan,
Gambar Alat, Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan, Perhitungan,
Pembahasan, Kesimpulan dan Tugas.

BAB VIII : Berisikan laporan Tentang Penentuan Cloud Point, Cold Point dan
Pour Point yang meliputi Tujuan Percobaan,Teori dasar , Alat dan
Bahan, Gambar Alat, Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan,
Perhitungan, Pembahasan, Kesimpulan dan Tugas.
BAB IX

: Berisikan tentang Kesimpulan dan Saran.

BAB II
PENENTUAN DENSITAS, SPECIFIC GRAVITY DAN 0API GRAVITY
( DETERMINATION OF DENSITY, SPECIFIC GRAVITY
AND 0API GRAVITY )
2.1. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengukur Densitas fluida pada berbagai temperature.
2. Mengukur specific gravity fluida.
3. Menentukan busarnya OAPI gravity sample fluida.
2.2. TEORI DASAR
Densitas minyak adalah massa persatuan volume pada suhu tertentu, atau
dikenal jg dengan perbandingan massa minyak dengan volume pada kondisi
tekanan dan temperature tertentu. Selain densitas, salah satu sifat minyak bumi
yang penting dan mempunyai nilai dalam perdagangan adalah specific gravity
( gravitasi jenis). Specific gravity minyak adalah perbandingan anatara berat jenis
minyak pada temperature standar dengan berat jenis air dengan temperature yang
sama da di tulis :

SG =

Q
W

pada tekanan dan temperatur standart

Di Indonesi biasanya berat jenis dinyatakan dalam fraksi, misalnya 0.5 : 0,1
untuk minyak bumi suhu yang digunakan adalah 15O C atau 60O F. Dalam dunia
perdagangan terutama yang dikuasai oleh perusahaan Amerika, gravitasi jenis atau
lebih sering disingkat dengan SG ini dinyatakan dalam API grafity dan juga API
( American Petroleum Institute ) yang sangat mirip dengan Baume gravity adalah
suatu besaran yang merupakan fungsi dari berat jenis yang dapat dinyatakan
dengan persamaan :

API =

SG =

141.5
SG

131.5

141.5
131.5+ API

SG =

m
v

o
w

API gravity minyak bumi sering menunjukan kualitas dari minyak bumi
tersebut. Makin kecil SG-nya atau makin tinggi OAPI-nya, maka minyak bumi itu
makin berharga karena lebih banyak mengandung bensin. Sebaliknya makin
rendah OAPI atau makin besar SG-nya, maka mutu minyak itu kurang baik
karena lebih banyak mengandung lilin . Perhatikan table dibawah ini:
O

Componen
Minyak Ringan
Minyak Berat
Tar

API

Specific Gravity

>20
< 0.934
10-20
0.934-1.000
<10
>1.000
Tabel 2.1 Componen, API, dan SG

Namun dari minyak bumi berat pun dapat dibuat fraksi bensin lebih banyak
dengan sistem Cracking dalam penyulingan. Walaupun demikian tentu proses
ini memerlukan ongkos atau biaya yang lebih besar lagi.
Selain API juga dapat dipakai Baume yaitu :

Boume =

140
SG

130

Sistem Baume tidak banyak digunakan didalam industry perminyakan.


Perbandingan antara skala yang menggunakan SPECIFIC GRAVITY dengan
O

API dan OBaume dapat dilihat pada table. Perlu dicatat bahwa yang di maksud

dengan specific gravity adalah specific gravity keseluruhan minyak mentah


tersebut, jadi semua

fraksi. Selain itu specific gravity minyak bumi juga

tergantung pada temperature, sehingga bila temperaturnya tinggi maka makin


rendah specific gravity-nya.
SG ( 60OF )

API

1,000
0,9655
0,9333
0,9032
0,8750
0,8485
0,8235
0,8000
0,7778
Tabel 2.2

SG
1,076
1,000
0.9659

Baume

10,0
15,1
20,1
25,2
30,2
35,3
40,3
45,4
50.4
SG, OAPI dan OBaume

10
15
20
25
30
40
40
45
50

API
0
10
15

0.9340
20
0.9100
24
0,8762
30
0,8550
34
0,8251
40
0,8063
44
0,7796
50
0,7587
55
0,7389
60
0,7201
65
0,7022
70
0,6852
75
0,6690
80
0,6536
85
0,6388
90
0,6247
95
0,6112
100
O
Tabel 2.3 SG dan API

2.3. ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN


Alat :
Gelas ukur 100 ml
Gelas ukur 500 ml
Gelas ukur 10 ml
Gelas ukur 25 ml
Picnometer 50 ml
Pipet tetes
Hydrometer
Labu volumetric 250 ml
Thermometer
Bahan :

Gliserin 25%
8

Gliserin 50%
Gliserin 75%
Air formasi
Crude oil 250 ml
Minyak rem ( heavy duty)

2.4. GAMBAR ALAT

Gelas Ukur

Picnometer

Picnometer

Hidrometer

Labu volumetric

Thermometer
9

Gambar 2.1 Peralatan percobaan I


2.5. PROSEDUR PERCOBAAN
A. Picnometer
1. Timbang terlebih dahulu picnometer kosong, kemudian isi
picnometer dengan crude oil.
2. Timbang kembali picnometer yang telah berisi crude oil, pastikan
crude oil yang diuji telah keluar dari lid ( tutup yang memilki rongga
untuk mengalirkan fluida ).
3. Selisih berat picnometer ini adalah massa crude oil.
4. Volume picnometer dapat dilihat dari table yang ada pada alat atau
dengan menuangkan crude oil kedalam gelas ukur untuk mengetahui
volume crude oil yang diuji.
5. Densitas crude oil dapat diperoleh dari perbandingan massa crude oil
terhadap volumenya.
6. Gunakan untuk fluda seperti Gliserin, Air formasi, Minyak rem
B. Penggunaan Hidrometer Jar
a. Mengambil air formasi 500 ml
b. Masukan kedalam gelas ukur 500 ml
c. Masukan hydrometer mulai dari harga yang terendah (20 0API
350API )
d. Masukan thermometer kedalamnya
e. Baca harga berat jenis dan temperaturnya pada Hidrometer dibatas
Fluida.
f. Dari harga pembacaan, gunakan table untuk mendapatkan gravity
API sebenarnya.
g. Gunakan pada fluida lainnya seperti Gliserin, crude oil dan minyak
rem.

10

2.6. HASIL PENGAMATAN


No
Peralatan
KalkulasiPenelitian
Hasil Analisa
1 Gelas ukur 100 Massa
picnometer Bensin
= 0,74 gr/ml
SG = 0,74
ml
25ml = 14,5 g
0
API = 59,71 (minyak
Gelas ukur 500 Massa bensin
= 18,5 g
ml
Massa solar
Gelas ukur 10
= 20,5 g
ml
Massa minyak rem
Gelas ukur 25 = 26,5 g

ringan)
0
Baume = 59,18
Solar
= 0,82 gr/ml
SG = 0,82
0
API = 41,06 (minyak

ml
Picnometer

ringan)
0
Baume = 40,73
Minyak rem
= 1,06 gr/ml

50

ml
Pipet tetes
Hidrometer
Labu volumetric
250 ml
2 Thermometer Massa picnometer
50 ml = 25,0 g
Massa gliserin 25%
= 53,5 g
Massa gliserin 50%
= 57 g
Massa gliserin 75%
= 60 g
Massa air formasi
=50,5 gr

SG =

1,06
0
API = 1,99 (minyak berat)
0
Baume = 2,075
Massa gliserin 25%
= 1,07 gr/ml
SG = 1,07
Massa gliserin 50%
= 1,14 gr/ml
SG = 1,14
Massa gliserin75%
= 1,2 gr/ml
SG = 1,2
Massa air formasi
= 1,01 gr/ml
SG = 1,01

11

Massa
volumetrick

labu Crude oil


0,89 gr/ml
kosong =
0
API = 27,48 (minyak

= 40,0 g
Massa crude oil
= 45 g
Suhu crude oil
= 48 0C
SG = 0.89

ringan)
Suhu = 48 0C
0
F = 118,4 0F
0
K = 321 0K
0
Ra = 578,4 0Ra
0
Re = 48,8 0Re

Tabel 2.4 Hasil Pengamatan I

2.7. PERHITUNGAN
Dik : picnometer 25 ml
massa picnometer kosong

= 14,5 g
12

massa picnometer + bensin


massa picnometer + solar
massa picnometer + minyak rem

Dit

= 33,0 g
= 35,0 g
= 41,0 g

? SG ? OAPI ? OBaume ?

Jwb :
a. Bensin
Massa = (massa picnometer berisi massa picnometer kosong)
= (33,0 gram 14,5 gram)
= 18,5 gram

m
v

18,5 gram
25 ml

= 0,74

SG

gr
ml

o
w

0,74 gr /ml
1,000 gr /ml

= 10,74

API

141,5
SG

131,5

141,5
0,74

131,5

141,597,31
0,74

= 59,71 ( minyak ringan )

13

Baume

140
SG

130

140
0,74

130

14096,2
0,74

= 59,18
b. Soalar
Massa = (massa picnometer berisi massa picnometer kosong)
= (35,0 gram 14,5 gram)
= 20,5 gram

m
v

20,5 gram
25 ml

= 0,82

SG

gr
ml

o
w

0,82 gr /ml
1,000 gr /ml

= 0,82

API

141,5
SG

131,5

141,5
0,82

131,5

141,5107,83
0,82

14

= 41,06 ( minyak ringan )

Baume

140
SG

130

140
0,82

130

140106,6
0,82

= 40,73
c. Minyak rem
Massa = (massa picnometer berisi massa picnometer kosong)
= (41,0 gram 14,5 gram)
= 26,5 gram

m
v

26,5 gram
25 ml

= 1,06

SG

gr
ml

o
w

1,06 gr /ml
1,000 gr /ml

= 1,06

API

141,5
SG

131,5

141,5
1,06

131,5

15

141,5139,39
1,06

= 1,99 ( minyak berat )

Baume

140
SG

130

140
1,06

130

140 137,8
1,06

= 2,075

Dik : picnometer 50 ml
massa picnometer kosong
= 25,0 g
massa picnometer + gliserin 25% = 78,5 g
massa picnometer + gliserin 50% = 82,0 g
massa picnometer + gliserin 75% = 85,0 g
massa picnometer + air formasi
= 75,5 g

Dit

: ? SG ? OAPI ? OBaume ?

Jwb :
a. Gliserin 25%
Massa = (massa picnometer berisi massa picnometer kosong)
= (78,5 gram 25,0 gram)
=53,5 gram

m
v

53,5 gram
50 ml

= 1,07

gr
ml

16

SG

o
w

1,07 gr /ml
1,000 gr /ml

= 1,07
b. Gliserin 50%
Massa = (massa picnometer berisi massa picnometer kosong)
= (82,0 gram 25,0 gram)
= 57 gram

m
v

57 gram
50 ml

= 1,14

SG

gr
ml

o
w

1,14 gr /ml
1,000 gr /ml

= 1,14
c. Gliserin 75%
Massa = (massa picnometer berisi massa picnometer kosong)
= (85,0 gram 25,0 gram)
= 60 gram

m
v

60 gram
50 ml

17

= 1,2

SG

gr
ml

o
w

1,2 gr /ml
1,000 gr /ml

= 1,2
d. Air formasi
Massa = (massa picnometer berisi massa picnometer kosong)
= (75,5 gram 25,0 gram)
= 50,5 gram

m
v

50,5 gram
50 ml

= 1,01

SG

gr
ml

o
w

1,01 gr /ml
1,000 gr /ml

= 1,01
2.8. PEMBAHASAN
Kita ketahui, sifat fisik fluida terbagi menjadi 5, yaitu : densitas, viskositas,
kompresibilitas, faktor volume formasi minyak, dan kelarutan gas dalam minyak.
Dalam pembahasan kali ini, akan lebih dititik beratkan kepada densitas.

18

Densitas adalah perbandingan massa crude oil terhadap volumenya.


Densitas sendiri dilambangkan sebagai ro ( ), yang diartikan sebagai massa
jenis.
Specific Gravity (SG) adalah perbandingan massa jenis minyak terhadap
massa jenis air. Sedangkan 0API adalah suatu standar minyak dari American
Petroleum Institute.
Antara densitas atau massa jenis dengan SG serta

API sangatlah

berhubungan. Semakin tinggi densitas minyak, maka minyak tersebut akan kental.
Apabila densitas tinggi, otomatis SG minyak tersebut akan tinggi juga. SG tinggi,
maka 0API akan rendah. Apabila 0API semakin rendah maka kualitas minyak
tersebut akan rendah, dalam artian, minyak tersebut tergolong minyak berat.
Sebaliknya, semakin rendah densitas minyak, maka SG minyak tersebut
rendah, dan 0API nya akan semakin tinggi. Semakin tinggi 0API maka kualitas
minyak itu akan semakin bagus atau dapat disebut minyak tersebut tergolong
minyak ringan dan merupakan minyak yang komersil.
Tinggi rendahnya suatu densitas sendiri dapat kita lihat langsung tanpa
menguji di lab. Semakin rendah suatu densitas minyak, maka minyak akan lebih
cair. Sebaliknya, semakin tinggi densitas, maka minyak akan semakin kental dan
sulit untuk mengalir.
Berikut adalah pembagian jenis jenis crude oil berdasarkan 0API :

Low shrinkage oil


GOR = < 200 SCF/STB
Oil gravity = <15 0API
Color in stock tank = black

Black oil
GOR = 200 s/d 700 SCF/STB
Oil gravity = 15 s/d 40 0API
Color in stock tank = brown to the dark green

High shrinkage oil


GOR = 200o s/d 3500 SCF/STB

19

Oil gravity = 45 s/d 55 0API


Color in stock tank = green to orange
2.9. KESIMPULAN
Dari percobaan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai densitas
minyak, otomatis SG minyak juga tinggi, dan 0API akan rendah maka kualitas
minyak tergolong minyak berat. Sebaliknya, semakin rendah nilai densitas
minyak, maka SG minyak juga rendah tetapi 0API akan tinggi. Maka kualitas
minyak bagus karena tergolong minyak ringan.
2.10. JAWABAN TUGAS
1. Jika diketahui suatu fluida MC dengan = 0,880 gr/ml maka konversikan
ke :
a. PPG (Pound Per Galon)
6
0,88 x 2,205 x 10
0,88 gr/ml
=
220

lb/ gal

= 8820 lb/gal
b. lb/ft3 (Pound Per Cubic feet)
0,88 gr/ml

0,88 x 2,205 x 106


28317

lb/ gal

= 68,96 lb/gal
c. lb/bbl (Pound Per Barel )
0,88 gr/ml

0,88 x 2,205 x 10
6,29

lb/ gal

= 308489 lb/gal
2. Buatlah grafik perbandingan antara fluida gliserin 25%, 50%, 75% dengan
densitas yang diperoleh, kemudian jelaskan.

20

2.5
2
1.5
Densitas

1
0.5
0
20%

40%

60%

80%

100%

120%

Gliserin

Grafik 2.1
Gliserin vs Densitas
Semakin besar % gliserin, maka densitas () semakin besar. Kita dapat
melihat dari kekentalan gliserin tersebut. Semakin tinggi densitas, maka
gliserin semakin kental.
3. Gambarkan dan jelaskan 5 petroleum system !
a. Seurce rock
= Dikenal dengan batuan induk
merupakan batuan yang bahan organiknya dibawah
tekanan, pans (temperatur) dan waktu diubah menjadi
hidrokarbon cair atau gas atau dapat disimpulkan
tempat terbentuknya hidrokarbon.
b. Reservoir rock = Merupakan batuan yang dijenuhi
oleh minyak atau merupakan batuan / wadah
berkumpulnya gas dan minyak / fluida

21

c. Cap rock = Merupakan lapisan penutup pada reservoir


atau lapisan tudung yang berada diatas lapisan
reservoir.
d. Perangkap (trap)= Merupakan tempat terbentuknya
hidrokarbon yang terakumulasi dapat dikomersilkan
e. Migrasi = Merupakan berpindahnya fluida dan
batuan

induk

ke

lapisan

berikutnya

hingga

terperangkap ke perangkap reservoir.

4. Mana yang lebih cepat melarutkan ccrude oil, toluena atau bensin ? jelaskan
Gambar
2.2danSistem
dan buat rumus kimia
bensin
toluenaPerminyakan
!
Toluena, karena toluena memiliki atom C yang paling sedikit dibandingkan
bensin.
Rumus Kimia Bensin

= CnH2N +2

Rumus Kimia Toluena

= C7H18

5. Apa hubungan :
a. SG dengan temperatur
Semakin tinggi temperatur maka SG semakin renda, begitu juga
sebaliknya
b. dengan
Semakin rendah densitas maka semakin rendah, begitu juga sebaliknya.
c. 0API dengan flash point
Semakin tinggi 0API, semakin cepat flash point terjadi.

22

BAB III
PENENTUAN KANDUNGAN AIR DAN ENDAPAN SEDIMEN ( BS & W )
( BASE SEDIMENT AND WATER DETERMINATION )
3.1. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan kadar air dan endapan dari crude oil dengan
menggunakan BS & W centrifuge.
3.2. TEORI DASAR
Dalam suatu proses produksi, air dan padatan padatan yang terbawa atau
ikut terproduksi bersama minyak, harus dipisahkan. Air yang terproduksi dapat
menggunakan proses pretinary. Sedangkan padatan yang ikut terproduksi biasanya
adalah pasir dan serpihan, itu dapat mengganggu alat produksi. Hal ini disebabkan
oleh karena batuan yang unconsolidate dan porous. Butir butir ini sedemikian
kecilnya sehingga dapat lolos dan saringan dan mengendap dibawah sumur. Untuk
pemisahan zat zat padat dari minyak berat penguapannya rendah atau kecil
sehingga fraksi minyak yang hilang kecil atau sedikit.

23

Pemisahan minyak dari air dan padatan pada waktu produksi mempunyai
maksud tertentu :
1. Mencegah korosi
2. Mencegah erosi
3. Mencegah terbentuknya scale
Ada dua macam centrifuge yang digunakan dalam industri perminyakan
yaitu shaples supercenti fuge dan de laval separotor. Penggunaan alat ini terutama
untuk ekstrasi padatan padatan dalam minyak, di kilang. Alat ini juga digunakan
untuk emulsi minyak.
Dengan metode centrifuge ini, air yang densitasnya lebih besar atau lebih
tinggi berada di atas sedangkan minyak yang densitasnya lebih rendah berada
dibawahnya, pasir dan padatan yang lebih besar akan tertinggal dalam centrifuge.

Centrifuge inimempunyai kelebihan, antara lain :


a. Waktu yang diperlukan untuk memisahkan air dan minyak serta endapan
lain lebih singkat dari pada Dean and Stark method
b. Pemindahan alat sangat mudah dilakuka
c. Penguapan yang terjadi sangat kecil karena yang dipakai adalah sistem
tertutup
d. Methode yang dipakai ini sangat fleksibel didalam penggunaan produksi
yang berubah hanya mengurangi dan menambahkan unitnya.
3.3. ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN
Alat :

Gelas sentrifugal
Gelas ukur 250 ml
Gelas ukur 50 ml
Gelas ukur 25 ml
Gelas kimia 100 ml
Corong
Pipet tetes
Bahan :

Crude oil 500 ml

24

Air formasi
Demulsifier

3.4. GAMBAR ALAT

Gelas Ukur

Gelas sentrifugal

Pipet Tetes
Gelas Kimia

Corong

Mesin BS & W

Gambar 3.1 Peralatan percobaan II

25

3.5. PROSEDUR PERCOBAAN


A.1.Pengaruh agitasi terhadap kestabilan emulsi
Siapkan 60 ml minyak mentah yang belum dipisahkan dengan air,

masukkan kedalam gelas kimia. Siapkan 40 ml air formasi.


Aduk minyak mentah dengan mixer perlahan lahan, masukkan air
formasi perlahan lahan juga dan kocok dengan mixer pada 250

RPM selama 3 menit. Pengocok harus konstan.


Kemudian masukkan kedalam gelas ukur. Amati pemisahan air dari
minyak setiap selang waktu 2 menit. Selama 40 60 menit. Volume
air komulatif Vs waktu dicatat.

A.2.Prosedur diatas diulangi untuk putaran 500 RPM


A.3.Prosedur diatas diulangi untuk putaran 750 RPM. Bandingkan
hasilnya !
B. Pengaruh ion ion terdapat dalam air formasi terhadap kestabilan
emulsi :
Prosedur A.2 ( 500 RPM ) diulangi, tetapi air yang digunakan

adalah air murni


Bandingkan hasilnya dengan hasil A.3

C. Pemecahan emulsi dengan cara kimia


Emulsi dibuat dengan prosedur A.3 ( 750 RPM )
Diamkan selama kira kira 1 menit, 30 tetes demulsifer

ditambahkan kemudian.
Aduk kembali pada 750 RPM selama 3 menit
Masukkan kedalam gelas ukur. Amati tiap selang waktu 0,5 menit
selama 40 60 menit.

D. Pemecahan emulsi dengan cara centrifugal


Ulangi percobaan A.3 ( 750 RPM )
Masukkan kedalam gelas centrifugal, putar pada 1500 RPM selama

3 menit
Bandingkan hasilnya untuk waktu yang sama dengan metode
sebelumnya.

26

3.6. HASIL PENGAMATAN

No

Peralatan

1 Gelas

Kalkulasi

Hasil Analisa
Penelitian
50 ml crude oil + 50 Menghasilkan sedikit water cut

sentrifugal
Gelas ukur
250 ml
Gelas ukur
50 ml
Gelas ukur
25 ml
Gelas kimia

100 ml
Corong
Pipet tetes

ml

toluena

dimasukkan
kedalam mesin BS

yang terdapat beberapa pasir


% water cut =

& W centrifuge, dg 100%


T = 80 0C, V = 1500
RPM, t = 5 menit

vol . Air centr


vol total

0,024 ml
100 ml

x 100

%
= 0,024 %

( layak dikirim ke dalam tangki )


50 ml crude oil + 50 Menghasilkan banyak endapan /
ml

toluena

emulsi flying agent sehingga

dimasukkan

water cut sulit dicari karena yang

kedalam mesin BS

mendominasi emulsi flying agent.

& W centrifuge, dg
T = 80 0C, V = 1500
RPM, t = 5 menit

27

50 ml crude oil + 50 Menghasilkan banyak water cut

ml toluena + 3 tetes

dan sedikit sedimen.

demulsifier
dimasukkan kedalam
mesin

BS

% water cut =

W 100%
centrifuge, dg T = 80

vol . Air centr


vol total

&

C, V = 1500 RPM, t

= 5 menit

0,6 ml
100 ml

x 100 %

= 0,6 %
( perlu pemisahan lagi )

Tabel 3.1 Hasil Pengamatan II


3.7. PERHITUNGAN
Pada tabung sentrifugal 1 yang diisi 50 ml crude oil dan 50 ml toluena
menghasilkan sedikit water cut. Adapun % water cut dapat dihitung,
yaiut :
Dik : Vol. Air centrifugal = 2 x 0,012 ml
= 0,024 ml
Vol. Total
= Vol. Minyak + Vol. Toluena
= 50 ml + 50 ml
= 100 ml
Dit

: % water cut ? % vol. Oil cut ?

Jwb : % water cut

vol . Air centrifugal


vol total

0,024 ml
100 ml

x 100%

x 100 %

= 0,024 % ( layak dikirim ke dalam tangki )


% vol. Oil cut

= % vol. Total - % water cut


= 100 % - 0,024 %
= 99,976 %

Pada gelas sentrifugal 3 yang diisi 50 ml crude oil dan 50 ml toluena


serta 3 tetes demulsifier menghasilkan banyak water cut. Adapun %
water cut dapat dihitung, yaitu :
Dik : Vol. Air centrifugal = 2 x 0,3 ml
28

= 0,6 ml
Vol. Total

Dit

= Vol. Minyak + Vol. Toluena


= 50 ml + 50 ml
= 100 ml

: % water cut ? % vol. Oil cut ?

Jwb : % water cut

vol . Air centrifugal


vol total

0,6 ml
100 ml

x 100%

x 100 %

= 0,6 % ( layak dikirim ke dalam tangki )


% vol. Oil cut

= % vol. Total - % water cut


= 100 % - 0,6 %
= 99,4 %

3.8. PEMBAHASAN
Dalam percobaan 2 ini, kami menggunakan mesin BS & W centrifuge.
Mesin ini berfungsi untuk memisahkan air dan minyak. Sebelum minyak
dimasukkan ke dalam mesin, minyak / crude oil terlebih dahulu dimasukkan
kedalam gelas sentrifugal. Setiap gelas ( terdapat 3 gelas sentrifugal ) diisi 50 ml
crude oil dan 50 ml toluena. Sedangkan gelas ke 3 ditambahkan 3 tetes
demulsifier.
Demulsifier berfungsi untuk memisahkan minyak dan air. Sebelum
dimasukkan kedalam mesin BS & W centrifuge, campuran minyak / crude oil dan
toluena serta gelas sentrifuge ke 3 yang dicampur 3 tetes demulsifier tadi di agitasi
agar campuran merata. Setelah itu masukkan kedalam mesin.
Mesin di seting sesuai yang diinginkan. Untuk mesin BS & W ini memiliki
speed maximal 1500 RPM, dan minimal 250 RPM. Dalam percobaan kali ini,
kami menggunakan kecepatan 1500 RPM dalam suhu 80 0C dan dalam waktu 5
menit ( untuk gelas centrifuge 1 &2 ). Sedangkan yang ke 3 diberi kecepatan 1000
RPM dalam suhu 61 0C dan dalm waktu 5 menit.

29

Untuk diketahui mesin BS & W sentrifuge ini


sangatlah sensitif. Didalam mesin ini, hanya terdapat
4 ruang untuk 4 tabung. Tata letaknya pun harus
diletakkan secara tepat, misalnya
Apabila kita meletakkan gelas 1 berisi minyak di
Posisi
Gelas Sentrifugal

Gambar 3.2

posisi 1, maka untuk gelas 2 berisi minyak wajib


diletakkan di posisi 3. Begitu juga apabila gelas
sentrifugal 1 berisi minyak diletakkan di posisi 2,

maka gelas sentrifugal 2 berisi minyak harus diletakkan di posisi 4. Sedangkan 2


posisi yang kosong dapat kita masukkan gelas sentrifugal berisi air di posisi yang
saling berhadapan (semua posisis harus berisi, tidak boleh kosong ). Hal ini
dilakukan agar posisi seimbang, sehingga mesin bekerja dengan baik.
Sebaliknya apabila gelas 1 dan gelas 2 yang berisi minyak dan toluena
diletakkan berbeda tempat ( tidak diletakkan secara berhadapan ) ,esin akan sukar
berfungsi.
Selain posisi, kerjanya mesin BS & W juga dipengaruhi dengan volume
setiap gelas. Misalnya gelas 1 diisi 100 ml, maka semua gelas ( 3 gelas lainnya )
juga harus diisi dengan 100 ml. Hal ini dikarenakan agar seimbang, sehingga
perputaran mesin seimbang, sehingga perputaran mesin seimbang / konstan ( tidak
oleng ).
Untuk tekanan demulsifier yang diguanakan pada gelas sentrifugal 3, setiap
100 ml diberi 3 tetes. Begitu pula kelipatannya. Sedangkan untuk takaran ke 3
gelas, setiap gelas diberi 50 ml crude oil dan 50 ml toluena (sisitem 50:50 ). Hal
ini dikarenakan agar campuran seimbang. Apabila kita mengisi crude oil 30 ml
sedangkan toluena 70 ml, maka minyak akan habis terikat oleh toluena. Hal ini
dikarenakan toluena bersifat mengikat molekul crude oil.
Setelah dimasukkan kedalam mesin BS & W centrifuge maka kita bisa
melihat hasilnya dari gelas centrifuge itu sendiri kita dapat melihat apa saja yang
terkandung / tercampur dalam crude oil tersebut. Diantaranya yaitu air, sedimen /
endapan. Adapun sedimen / endapan dapat berbentuk seperti pasir atau lumpur.

30

Dalam percobaan, memungkinkan kita untuk mendapati water cut. Adapun %


water cut dalam setiap volume dapat kita cari manggunakan rumus :

% water cut =

vol . Air centrifugal


vol total

x 100%

Setelah mendapati % water cut, kita juga bisa mencari % oil cut, berikut
adalah rumus % oil cut :
% vol. Oil cut = % vol. Total - % water cut
Untuk % water cut sendiri memiliki batas, yaitu % max dari water cut yaitu
0,2 %. Setiap dibawah 0,2 % maka crude oil layak dimasukkan / dikirim ke tanki
dg terlebih dahulu melalui beberapa tes untuk memisahkan air dengan pasir
(apabila water cut terdapat pasir). Sedangkan untuk water cut yang lebih besar
dari 0,2 % maka perlu dilakukan pemisahan ulang lagi.
Adapun ketetapan lain yaitu, semakin tinggi viskositas, maka endapan akan
semakin banyak. Selain demulsifier yang berguna untuk memisahkan minyak dan
air, kita juga memiliki reverse yang berfungsi untuk memisahkan air dan minyak.
3.9. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari percobaan ini, toluena dan demulsifier sangatlah
berperan penting. Toluena yang berfungsi memisahkan minyak, air dan endapan
sangatlah berguna. Begitu juga dengan demulsifier yang berfungsi memisahkan
minyak dan air serta mengurangi terjadinya / terbentuknya endapan.
Kurangnya prosesnya agitasidalam pencampuran crude oil dan toluena,
mengakibatkan kedua campuran itu tidak terlarut rata dan tidak menghasilkan
hasil yang maksimal. Hal ini sangat mempengaruhi, apabila proses agitasi tidak
dilakukan secara sempurna, maka endapan tidak akan terpisah dari crude oil.

31

Tidak hanya itu, peletakan posisi gelas sangat berpengaruh pada mesin BS
& W centrifuge, begitu juga volume setiap gelas yang akan dimasukkan kedalam
mesin BS & W. Untuk volume, setiap gelas harus memiliki volume yang sama.
Untuk posisi, setiap gelas berisi minyak harus dipasangkan dengan gelas yang
berisi minyak juga.
Selain demulsifier, adapula reverse. Reverse memiliki fungsi untuk
memisahkan air dan minyak. Untuk hasil, apabila crude oil yang dicampur toluena
tadi dapat menghasilkan water cut. Water cut adalah air yang terpisah dari crude
oil karena adanya bantuan dari toluena dan proses agitasi yang sempurna.
3.10. JAWABAN TUGAS
1. Apakah yang dimaksud dengan demulsifier ?
Demulsifier adalah cairan yang berfungsi untuk memisahkan minyak dari air.
2. Apa yang dimaksud dengan reverse demulsifier ?
Reverse demulsifier adalah cairan yang berfungsi untuk memisahkan air dan
minyak.
3. Menurut anda, apa alasan keberadaan fluida tabung centrifuge ?, mengapa
posisinya ?
Keberadaan fluida pada tabung centrifuge sangatlah penting. Setiap tabung
harus memiliki volume fluida yang sama, kalau tidak mesin BS & W
centrifuge tidak akan bekerja maksimal ( sukar bekerja ). Begitu juga
peletakan / posisi tabung pada mesin BS & W centrifuge, fluida sejenis harus
diletakkan secara berhadapan, kalu tidak, mesin enggan bekerja. Hal itu
dilakukan agar saat mesin berputar, abung akan konstan ( tidak oleng )
4. Carilah metode metode untuk mencegah terjadinya emulsi !
Kita ketahui, emulsi merupakan pencampuran 2 zat tetapi tidak larut. Untuk
mencegahnya dapat kita gunakan metode tidak mencampur 2 larutan yang
berbeda. Maksudnya ialah dalam melarutkan harus larutan yang sejenis.
Contohnya air dengan air ayau minyak dengan minyak.

32

5. Apa pengaruh viskositas terhadap terjadinya emulsi ?


Semakin tinggi viskositas, maka semakin banyak emulsi / endapan yang
terdapat. Hal ini terjadi karena emulsi terjadi karena 2 fluida yang berbeda
densitas yang saling tercampur karena salah satu fasenya terdispesi dan fase
lainnya pendispersi. Terdispersi adalah yang terlarut, sedangkan pendispersi
adalah peralut. Contohnya minyak dan air di agitasi, maka yang terlarut
adalah air.

33

BAB IV
ANALISA KIMIAWI AIR FORMASI
( CHEMICAL ANALYSIS OF FORMATION WATER )
4.1. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan besarnya harga indeks stabilitas guna mengetahui tingkat
pengendapan perkaratan yang disebabkan oleh air formasi.
4.2. TEORI DASAR
Air formasi disebut pula dengan oil field water atau connate water atau
intertitial water yaitu air yang terproduksi bersama sama dengan minyak dan
gas, karena adanya gaya dorong dari air ( water drive ) yang mengisi pori pori
yang ditinggalkan minyak. Air formasi hampir selalu ditemukan didalam reservoir
hidrokarbon. Air formasi diperkirakan berasal dari alut yang ikut terendapkan
bersama dengan endapan sekelilingnya. Karena situasi pengendapan batuan
reservoir minyak terjadi pada lingkungan pengendapan laut.
Keberadaan air formasi akan menimbulkan gangguan pada proses
produktifitas sumur, tetapi walau demikian keberadaan air formasi juga
mempunyai kegunaan cukup penting, antara lain :
1. Untuk mengetahui penyebab korosi pada peralatan produksi suatu
sumur.
2. Untuk mengetahui adanya scale formation.
3. Untuk dapat menentukan sifat lapisan dan adanya suatu kandungan
yodium dan barium yang cukup besar dan dapat digunakan untuk
mengetahui adanya reservoir minyak yang cukup besar.
Adapun kesulitan yang ditimbulkan karena adanya air formasi adalah :
1. Adanya korosi
2. Adanya solid deposit
3. Adanya scale formation
4. Adanya emulsi
5. Adanya kerusakan formasi
4.3. ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN
Alat :

34

Gelas ukur 500 ml


Gelas ukur 10 ml
Gelas ukur 25 ml
Gelas ukur 100 ml
Gelas kimia 500 ml
Gelas kimia 250 ml
Gelas kimia 100 ml
Labu buret
Corong
Erlenmeyer
Statif
Ph meter
Pipet tetes

Bahan :

NaOH
Air formasi
Metyl Orange
Phenolptaline
K2CrO4
AgNO3
H2SO4
Larutan buffer pH 10 + indikator
Larutan buffer calver + tepung indikator calser II

4.4. GAMBAR ALAT

Gelas Ukur

Gelas Kimia

35

Pipet Tetes
Corong

Statif + Labu Buret

Erlenmeyer

Ph meter
36

Gambar 4.1 Peralatan percobaan III


4.5. PROSEDUR PERCOBAAN
A. Penentuan pH
1. Dengan menggunakan pH meter dapat langsung menentukan harga
pH dari sample.
2. Dengan alat ukur

elektrolit,

kalibrasi

sebelum

digunakan

dengancara : mengisi botol dengan larutan buffer yang telah


diketahui harga pH nya, memasukkan elektroda pada botol yang
berisi larutan buffer. Memutar tombol kalibrasi sampai digit
menunjukkan harga pH larutan buffer
3. Mencuci botol elektrodanya sebelum digunakan untuk menguji
sample dengan air destilasi untuk mencegah terjadinya kontaminasi.
B. Penentuan alkalinitas
Alkali dari suatu cairan bisa dilaporkan sebagai ion

CO3 ,


HCO3 ,

OH , dengan mentitrasi sample dengan larutan asam lemah dan

dan

larutan indicator. Larutan penunjuk (indicator) yang digunakan dalam


penentuan kebasahan

CO3

dan

OH , adalah phenolptalein (PP),

sedangkan metyl orange (MO) digunakan sebagai indicator dalam


penentuan

HCO3 .

Prosedur percobaan
1. Mengambil contoh air pada gelas titrasi sebanyak 1 cc dan
menambahkan larutan phenolptalein (PP) sebanyak 2 tetes.

37

2. Mentitrasi dengan larutan H2SO4 0,02 N sambil digoyang. Warna


akan berubah dari pink menjadi jernih. Mencatat jumlah larutan
asam tersebut sebagai Vp
3. Menetesi lagi dengan 2 tetes metil orange, warna akan berubah
menjadi orange.
4. Mentitrasi lagi dengan H2SO4 0,02 N sampai warna menjadi
merah / merah muda. Mencatat banyaknya larutan asam total
yaitu : jumlah asam (2) + asam 4 sebagai Vm.

Perhitungan
Kebasahan P = Vp / banyaknya cc contoh air
Kebasahan M = Vm / banyaknya cc contoh air
Penentuan untuk setiap ion dalam mili eqivalen (me/ L) dapat

ditentukan dari table berikut :

HCO3
P= 0
P=M
2P = M
2P < M
2P > M

CO3

OH

M x 20
0
0
0
0
20 x P
0
40 x P
0
20 x ( M 2P )
40 x P
0
0
40 x ( M P )
20 x ( 2P M )
Tabel 4.1 Klasifikasi konsentrasi ion

C. Penentuan kalsium dan magnesium


Penentuankesadahn total
1. Mengambil 20 ml air suling dan menambahkan 2 tetes larutan
buffer kesadahn total dan 1 tetes indicator, warna harus biru asli
(jernih).
2. Menambah 5 ml contoh air, warna akan berubah merah.

38

3. Mentitrasi dengan larutan kesadahan total hingga warna kembali


jernih, mencatat volume pentitrasi.
4. Perhitungan :
Bila menggunakan larutan 1 ml = 2 epm
ml titer x 2
Kalsium, me / L = ml contohair
Bila menggunakan larutan 1 ml = 20 epm
ml titer x 20
Kalsium, me / L = ml contohair
Konversi kadar Ca dalam mg / L = Ca, mg / L x 20

Penentuan kasium (Ca)


1. Mengambil 20 ml air suling, menambahkan 2 tetes larutan buffer
calver dan 1 tepung indicator calcer II, warna akan berubah
menjadi cerah.
2. Menambahkan 5 cc air yang dianalisa. Bila ada Ca larutan yang
berubah menjadi kemerahan
3. Mentitrasi dengan larutan kesadahan total 20 epm, warna akan
berubah jernih, mencatat volume titrasi.

Penentuan magnesium (Mg)


Magnesium, me / L = ( kesadahan total, me / L) ( kalsiu, me / L)
= magnesium, me / L x 12,2

D. Penentuan klorida
1. Mengambil 20 ml air sample, menambahkan 5 tetes K2CrO4, warna
akan menjadi bening.
2. Mentitrasi dengan larutan AgNO3 1 ml = 0,001 g Cl sampai warna
coklat kemerahan, mencatat volume pentitrasi.
3. Jika menggunakan AgNO3 0,001 N :
ml titer x 1000
Kadar Cl, mg / L = ml contoh air
E. Penentuan sodium
1. Mengkonversikan mg / L anion dengan me / L dan menjumlahkan
harganya.

39

2. Mengkonversikan mg / L kation menjadi me / L dan menjumlahkan


harganya
3. Kadar sodium (Na), mg / L = (anion kation) x 23
F. Grafik hasil analisa air
Hasil analisa air sering dinyatakan dengan bentuk grafik. Kita dapat
menandai perbedaan dari contoh air dengan membandingkan dua macam
contoh air (atau lebih) dari grafik tersebut
G. Perhitungan indeks stabilitas CaCO3
Indeks stabilitas ini didapat dengan memplotkan jumlah harga tenaga
ion dengan Ca dan CO3 pada grafik yang telah disediakan, bila indeks
berharga positif berarti air sample memiliki gejala membentuk endapan dan
apabila bernilai negatif bersifat korosif.

4.6. HASIL PENGAMATAN


No
Peralatan
1 Gelas ukur
500 ml
Gelas ukur
10 ml
Gelas ukur
25 ml
Gelas ukur
100 ml
Gelas kimia
100 ml
Gelas kimia
500 ml
Gelas kimia
250 ml
2

KalkulasiPenelitian
Hasil Analisa
H ml air formasi + 2 Menghasilkan warna pink
Vawal = 50 ml
tetes pp
Larutan di atas ditirasi Vp = 19,5 ml
Warna menjadi Jernih
dengan H2SO4
Menghasilkan warna orange
Vawal = 50 ml
Larutan warna jerrnih Vp = 10,5 ml
di atas + 2 tetes metile Menghasilkan warna merah
orange
Larutan yang bewarna

muda

orange di titrasi dengan


H2SO4
20 ml air suling + 2 Menghasilkan warna dari

40

Labu buret
Corong
3 Erlenmeyer
Statif
PH meter
Pipet tetes

tetes larutan buffer + 5 jernih menjadi merah


Vp = 135 me/l
ml air formasi
20 ml air

suling + 2 Menghasilkan warna yang

tetes bufer calver


cerah
Larutan di atas + 5 cc Menghasilkan warna yang
air analisa + titrasi

cerah lalu berubah menjadi

dengan

merah

larutan

kesadahan total 20 epm

20 ml air formasi + 5

tetes K2Cr04
Larutan dititrasi dengan

dan

akhirnya

menjadi jernih
Vp = 32 me/l
Waena menjadi bening
Vawal = 50 ml
Vp = 4 ml

AgNO3
Tabel 4.2

Hasil Pengamatan III

4.7. PERHITUNGAN

Anion
ClCO

Konsentrasi Anion
BM
Me/l
Mg/l
35,5
20
0,56

2 3

Konsentrasi Kation
Kation BM Me/l
Mg/l
2+
Ca
40
32
1,6

60

84

2,8

Mg2+

24

0,25

61

Na2+

23

HCO
2 3

OH17
36
2,11
140
5,47
35
Anion
Kanion
Tabel 4.3 Hasil percobaan analisa kimia formasi

1,85

Konversi
Mg/l = me/l x

ion
Bm

41

a. Penetuan Alkalinitas
Dik
: Vp (titrasi pertama)
Vp2 (titrasi kedua)
Air formasi
Dit

: Vm ? P ? M ?

Jwb

: Vm

Kebasahan P

= 19,5 ml
= 19,5 ml
= 5 ml

= Vp1 + Vp2
= 19,5 ml + 19,5 ml
= 30,0 ml

Vp
banyak cc conto h air

19,5 ml
5 ml

= 3,9

Kebasahan M

Vm
banyak cc conto h air

30 ml
5 ml

= 6 ml
Maka : 2P > M
HCO3

=0

C032-

= 40 (M-P)
= 40 (6 3,9)
= 40 2,1
=6

OH3

= 20 (2P - M)
= 20 (2 (3,9) - 6)
= 20 (7,8 6)
= 20 1,8
= 36
42

b. Penentuan kalsium dan magnesium


Dik
: Vp1 (titrasi pertama)
Vm
Vp (titrasi pada Ca)
Dit

: me/l mg ?

Jwb

: Magnesium, me/L

Magnesium, me/L

= 35 me/l (kesadahan total)


= 30 ml
= 32 me/l

= (kesadahan total, me/L) (kalsium, me/L)


= Mg, me/L 12,2

= (35 me/L) (32 me/L)


= 3 me/L 12,2

c. Penentuan klorida
Dik

: Vp (titrasi pertama)

= 4 ml

Ml contoh air (air formasi) = 20 ml


Dit

: kadar Cl ?

Jwb

: kadar Cl

ml titer x 100
ml contohair

4 ml x 100
20 ml

= 20 mg/l
d. Penentuan sodium
Dik

: anion = 5,47
kation = 1,85

Dit

: sodium Na ?

Jwb

: Sodium Na, mg/l

= (anion kation)

43

= (5,47 1,85)
= 3,62
4.8. PEMBAHASAN
Dalam mengeksplor minyak dari dalam reservoir, kita tidak hanya
mendapati minyak tetapi juga mengandung fluida lainnya. Diantaranya yaitu
minyak itu sendiri, gas dan air. Air disini merupakan air formasi. Air formasi
adalah air yang keluar bersama sama dengan gas, karena adanya gaya dorong dan
air (water drive) yang mengisi pori pori yang ditinggalkan minyak.
Air formasi memiliki 2 sifat yaitu asam dan basa. Sifat asam mengakibatkan
korosi. Korosi adalah pengkaratan. Hal ini dapat menyebabkan pemproduksian
minyak terganggu. Bila air formasi yang bersifat asam tetap dialirkan maka dapat
merusak pipa. Hal ini dikarenakan air yang melengket di pipa pipa yang
semakin lama semakin megeras dan mengakibatkan pengkaratan. Pengkaratan
yang dibiarkan terus menerus lama kelamaan pipa akan bocor dan minyak akan
meluber kemana mana. Sehingga mengurangi hasil produksi minyak.
Sedangkan sifat air formasi yang basa, mengakibatkan terjadinya endapan.
Endapan dapat berbentuk pasir dan sedimen. Endapan dapat dihancurkan
menggunakan demulsifier. Endapan sendiri dapat mengakibatkan merusak
produksi minyak yang dihasilkan. Dalam artian, minyak yang mengandung
endapan akan memperburuk minyak yang dihasilkan.
Adapun kandungan utama dalam air formasi ini adalah unsur K (kalium),
Na (Natrium) dan Cl (Chlor) dijumpai dalam jumlah yang sangat banyak
Keberadaan air formasi selalu berasosiasi dengan batuan reservoir sering
menimbulkan komplikasi masalah masalah pada proses produksi minyak.
Informasi mengenai komposisi air formasi sangat menunjang dalam penanganan
masalah yang ditimbulkan. Data analisis air formasi, merupakan perangkat data
yang cukup penting dalam mempersiapkan data kimiawi dan fisik, untuk
interpretasi sesuatu yang terkait dengan timbulnya masalah pengendapan yang
terutama diperlukan dalam menentukan kemungkinan pemakaran air produksi
dilapangan minyak dan gas.

44

Keberadaan air formasi akan menimbulkan gangguan pada proses


produktifitas sumur, tetapi walau demikian keberadaan air formasi juga
mempunyai kegunaan cukup penting, antara lain :
1. Untuk mengetahui penyebab korosi pada peralatan produksi suatu sumur
2. Untuk mengetahui adanya air formasi
3. Untuk menentukan sifat lapisan dan adanya suatu kandungan yodium dan
barium yang cukup besar dab dapat digunakan untuk mengetahui adanya
reservoir minyak yang cukup besar.
4.9. KESIMPULAN
Dari percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa air formasi yang bersifat
basa maupun asam sangat berpengaruh dalam memproduksi minyak. Selain tiu,
air formasi dapat mempengaruhi laju air / proses dilapangan minyak. Hal ini
dikarrenakan air formasi bersifat asin dengan salinitas rata rata diatas air laut
Selain kerugian, air formasi juga mengandung keuntungan, seperti
mengetahui penyebab korosi pada perakitan produksi suatu sumur, untuk
mengetahui adanya scale formation, dan untuk dapat menentukan sifat lapisan dan
airnya dapat digunakan untuk mengetahui adanya reservoir minyak yang cukup
besar.
4.10. JAWABAN TUGAS
1. a. Apa yang dimaksud dengan reaksi penetralan / penggaraman ?
Reaksi antara asam dan basa disebut reaksi penetralan. Hal ini dikarenakan
selain air, hasil reaksi antara asam dan basa adalah suatu zat yang bersifat
netral, yaitu zat yang tidak bersifat asam maupun basa. Zat netral yang
dimaksud disini adalah garam. Mengingat reaksi netralisasi dapat
menghasilkan garam, maka reaksi ini juga dikenal dengan istilah reaksi
penggaraman.
b. Apakah yang dimaksud dengan reaksi pengenceran ?
Proses dimana pengurangan konsentrasi dari sebuah unsur
c. Apakah yang dimaksud dengan titrasi ?

45

Titrasi merupakan cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan


menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya
2. a. Apa yang dimaksud dengan scale formation ?
Scale formation adalah endapan yang terbentuk dengan proses kristalisasi
dan pengendapan mineral yang terkandung didalam air formasi
b. Apakah yang dimaksud dengan skin formation ?
Skin formation adalah penyumbatan ketebalan formasi dan terjadi pada
perforasi. Jika (-) perforasi lambat (proses produksinya bagus)
3. hitunglah Mr dari senyawa (NH4)2 SO4 jika diketahui
Ar N = 14 Ar H = 1
Ar S = 32
Ar O = 16 ?
Mr (NH4)2 SO4 = (Ar N x 2) + (Ar H x 8) + (Ar S) + (Ar O x 4)
= (14 x 2) + (1 x 8) + (32) + (16 x 4)
= 28 + 8 + 32 + 64
= 13
4. a. Na2O

= Natrium Oksida

b. SO4

= Sulfat

c. Pb (CH3COOH)2

= Timbal (II) Asetat

d. CaCl

= Timbal (III) klorida

e. KCN

= Kalsium Sianida

f. SO3

= Sulfit

g. (NH3)3 PO4

= Amonium Fosfat

h. Ca (CH3COOH)2

= Dikalsium Asetat

i. Mg (NO3)2

= Magnesium (II) Nitram

j. CuSO4

= Tembaga Sulfat

5. Sebanyak 5,4 gr logam Al dilarutkan dengan larutan HC berlebihan sehingga


semua habis bereaksi dengan persamaan :
Al (s) + HCl (aq)
AlCl3 (aq) + H2 (g)

46

Berapa liter gas hidrogen yang dihasilkan jikadiukur pada STP ? diberikan Ar
Al = 27, Cl = 35,5 dan H = 1 !
2Al + 6HCl
2AlCl3 + 3H2
mol AlCl3 =

2
3

x 0,2

= 0,3
mol H2

3
2

x 0,2

= 0,3
Volum

= mol x STP
= 0,3 x 22,4 liter
= 6,72 liter

BAB V
PENENTUAN VISCOSITAS
( DETERMINATION OF VISCOSITY )
5.1. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan konstanta alat viscometer ostwald.
2. Menentukan viscositas fluida yang mengalir pada pipa kapiler

47

5.2. TEORI DASAR


Viscositas fluida newtonian yang mengalir melalui pipa diukur berdasarkan
persamaan pouseulle :
. r2 . t . P
8. V . L

Dimana :

= Viskositas (poise)

= Jari jari pipa kapiler (cm)

= Waktu pengaliran (detik)

P = Tekanan (dyne / cm)


V

= Volume cairan (cc)

= Panjang pipa kapiler (cm)

Ada bermacam macam viskometer tipe pipet yang dapat digunakan untuk
menentukan viskositas kinematis, baik untuk produk minyak yang tembus
pandang (transparan) maupuntidak. Adapun rumus yang digunakan untuk
menghitung viskositas kinematis adalah :
kin = C . t
Dimana :
kin = Viskositas kinematik (poise)
C

= Konstanta alat oswald (centi stroke / detik)

= Waktu pengaliran (detik)

Untuk menjamin agar aliran cairan dalam pipa kapiler viskometer laminer,
harus digunakan viskometer yang mempunyai ukuran pipa kapiler sedemikian

48

sehingga waktu alir lebih dari 200 detik. Pada dasarnya pengukuran viskometer
kinematis produk minyak bumi adalah mengukur waktu alir produk minyak bumi
yang mempunyai volume tertentu melalui pipa kapiler viskometer pada suhu
tertentu. Sselain viskositas kinematik ada lagi yang dikenal dengan viskositas
dinamis. Untuk menghitung viskositas dinamis digunakan rumus di bawah ini :
din = d . kin
Dimana :
d

= Spesific gravity

Disamping viskometer tipe pipet diatas, viskositas minyak bumi dan


produknya pernah ditentukan dengan menggunakan viskosimeter saybolt, namun
uji ini sekarang sudah tidak digunakan. Kekentalan saybolt adalah waktu alir
dalam detik, yang diperlukan untuk mengalir contoh sebanyak 60 cc dari suatu
tabung viskosimeter pada suhu tetap melalui lubang (orifice) yang telah
dikalibrasi yang terdapat pada dasar tabung viskosimeter.
Tetapi penentuan viskositas absolute secara langsung adalah hal yang sulit,
karena beberapa faktor yang sulit dipenuhi.
Prinsip pengukuran viskositas adalah mengukur waktu yang diperlukan
cairan untuk mengalir dalam jumlah tertentu melewati pipa kapiler dengan
panjang tertentu yang disebabkan dorongan gravitasi. Dengan menggunakan alat
yang sama ditentukan waktu yang diperlukan fluida fluida lainnya untuk
mengalir melewati pipa kapilernya.

5.3. ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN


Alat :

Gelas Kimia 250 ml


Gelas Kimia 100 ml
Picnometer 25 ml
Redwood Viskosimeter
Viskosimeter Oswald
Thermometer

Table ASTM
Stopwatch
Bola Karet
Pemanas Listrik
Corong
Gelas Ukur 25 ml
49

Bahan :

Crude Oil 250 ml


Gliserin 25 %
Gliserin 50 %
Gliserin 75 %
Minyak Rem
Bensin

5.4. GAMBAR ALAT

Gelas Kimia

Picnometer

Redwood Viskosimeter

Viskosimeter Oswald

Thermometer

Stopwatch

Pemanas Listrik

Bola Karet

Corong

Gelas Ukur

Gambar 5.1

Peralatan percobaan IV

5.5. PROSEDUR PERCOBAAN


5.5.1. Menentukan Viskositas dengan Viscisimeter Oswald
A. Menentukan Viskositas Cairan
1. Sebagai larutan standart dipakai air.
2. Siapkan Viskosimeter Oswald yang bersih dan kering.
Masukkan 10 cc air yang telah diukur suhunya ke dalam
Viskosimeter. Tunggu sampai temperature air dan alat benarbenar sama.
3. Hisap cairan dalam Viskosimeter dengan bola karet sampai
cairan berada kira-kira 1 mm diatas batas semula.
4. Ukur waktu pengaliran air untuk melewati batas-batas yang
tertera pada batas Oswald. Jika waktu pengaliran lebih kecil dari
200 detik, pilih viskosimeter yang lebih kecil dan ulangi

prosedurnya.
Catatan
: Densitas larutan diukur pada temperature yang

sama

B.
1.
2.
3.
4.

dengan yang digunakan untuk mengukur waktu


pengaliran.

Menentukan Densitas Gliserin


Buat 40 ml larutan = 25%, 50% dan 75% gliserin dalam air.
Timabng picnometer kosong.
Isi picnometer dengan larutan dan timbang.
Selisih berat picnometer yang berisi larutan dan picnometer

kosong adalah berat larutan.


5. Karena volume picnometer diketahui, maka densitas larutan
dapat dicari.

6. Densitas masing-masing larutan kemudian dapat diketahui.

5.5.2. Menentukan Viscositas dengan Redwood Viscosimeter


1. Panaskan crude oil 250 ml selama 1 jam denga temperature 110

F lalu dinginkan hingga temperature 90 F.


2. Bersihkan Oil Cup dengan bensin, heater lalu dinginkan. Kemudian
masukkan sample kedalam Oil Cupsampai batas.
3. Sample dipanaskan beberapa derajat diatas suhu percobaan, begitu
pula water bath.
4. Tempatkan flash dibawah orifice.
5. Bila temperature sample telah konstan pada suhu percobaan, catat
waktu pengaliran 50 cc sample dengan cara membuka valvedan
menjalankan stopwatch.
6. Matikan stopwatch jika sample mencapai 50 cc.
7. Ulangi percobaan diatas pada temperature 100, 110, 130, 150, 180
dan 210 F.

5.6. HASIL PENGAMATAN

Per
alat
an

Kalkulasi
Penelitian

Hasil
Analisa

Gelas

Kimia

250 ml
Gelas Kimia

100 ml
Picnometer 25

Menentukan viskositas Air

cairan
Air

V = 20 ml

t = 12,14 s
Gliserin 25 %

V = 20 ml

t = 19,17 s
Gliserin 50 %

V = 20 ml

t = 44,9 s
Gliserin 75 %

V = 20 ml

t = 161,47 s

ml
Redwood
Viskosimeter
Viskosimeter
Oswald
Thermometer
Table ASTM
Stopwatch
2
Bola Karet
Pemanas

Listrik

Corong

Gelas Ukur 25

ml
3

Menentukan

kin

din

5,9928 cs
Gliserin 25 %

kin

5,9928 cs

9,6234 cs

din

10,3586 cs
Gliserin 50 %

kin

22,423 cs

din

25,6339 cs
Gliserin 75 %

kin

80,6381 cs

din

densitas

95,7658 cs
= 1,0088 gr/ml
= 1,0764 gr/ml
= 1,1432 gr/ml
= 1,1876 gr/ml

gliserin.
Air
Gliserin 25 %
Gliserin 50 %
Gliserin 75 %

Menentukan viskositas t = 108,97 s

v = 50 ml
dengan redwood viskometer :
t = 31,46 s
50 ml crude oil

v = 50 ml

75 0F
t = 12,70 s
50 ml crude oil

v = 50 ml

85 0F

50 ml crude oil

100 0F

Tabel 5.1 Hasil Pengamatan IV

5.7. PERHITUNGAN
5.7.1.
Menentukan viskositas dengan viskometer oswald
a. Menentukan viskositas cairan
Air
Dik
: V air = 20 ml

t air = 12,14 s

Dit

Jwb

: kin ? din?
: kin = C.t

din

= (0,4994 cs/s) (12,14 s)


= 5,9928 cs
= d. kin
= (1) (5,9928 cs)
= 5,9928 cs

Gliserin 25%
Dik
: V gliserin
= 20 ml

t gliserin = 19,27 s

Dit

Jwb

: kin ? din?
: kin = C.t

din

= (0,4994 cs/s) (19,17 s)


= 9,6234 cs
= d. kin
= (1,0764) (9,6234 cs)
= 10,3586 cs

Gliserin 50%
Dik
: V gliserin
= 20 ml

t gliserin = 44,9 s

Dit

Jwb

: kin ? din?
: kin = C.t

= (0,4994 cs/s) (44,9 s)

= 22,423 cs

din = d. kin

= (1,1432) (22,423 cs)


= 25,6339 cs

Gliserin 75%
Dik
: V gliserin
= 20 ml

t gliserin = 161,47 s

Dit

Jwb

: kin ? din?
: kin = C.t

din

= (0,4994 cs/s) (161,47 s)


= 80,6381 cs
= d. kin
= (1,1876) (80,6381 cs)
= 95,7658 cs

b. Menentukan densitas gliserin


M. Picnometer kosong = 14,63 gr
Air
Dik

: m. Picnometer + air = 39,85 gr

m. air

= m. picnometer m. Picnometer air

= 39,85 gr - 14,63 gr

= 25,22 gr

: ?

Dit

Jwb

m
v
25,22 gram
25 ml

gr
= 1,0088 ml

Gliserin 25%
Dik

: m. Picnometer + Gliserin 25% = 41,54 gr

m. Gliserin

= m. picnometer m. Picnom

Gliserin 25%

= 41,54 gr - 14,63 gr

= 26,91 gr

: ?

Dit

Jwb

m
v

26,91 gram
25 ml
1,0764

gr
ml

Gliserin 50%
Dik

: m. Picnometer + Gliserin 250% = 43,21 gr

m. Gliserin

= m. picnometer m. Picnom

Gliserin 50%

= 28,58 gr

Dit

= 43,21 gr - 14,63 gr

: ?

Jwb

m
v

28,58 gram
25 ml
1,1432

gr
ml

Gliserin 75%
Dik

: m. Picnometer + Gliserin 75% = 44,2 gr

m. Gliserin

= m. picnometer m. Picnom

Gliserin 50%

= 44,2 gr - 14,63 gr
= 29,69 gr

: ?

Dit

Jwb

m
v
29,69 gram
25 ml

gr
=1,1876 ml

5.7.2.

Menentukan viskositas dengan redwood viscometer

F = (

9
5

x C ) + 32

=(

9
5

x 75) + 32

= 167 F

No
75 0F
1

K = C +273

= 75 + 273

= 348 K

Re = (

4
5

108,975

50 ml

x C )

=(

4
5

75 )

= 60 Re

Ra = F + 460

= 167 + 460

2 85 0F

= 627 Ra

F = (

9
5

x C ) + 32

=(

9
5

x 85) + 32

= 185 F

K = C +273
= 85 + 273

31,46 s

50 ml

= 358 K

Re = (

4
5

x C )

=(

4
5

85 )

= 68 Re

Ra = F + 460

= 185 + 460

3 100 0F

= 645 Ra

F = (

9
5

x C ) + 32

=(

9
5

x 100) + 32

= 212 F

K = C +273

= 100 + 273

= 373 K

Re = (

4
5

x C )

=(

100 )

= 80 Re
Ra = F + 460
= 212 + 460
= 672 Ra

4
5

12,7 s

50 ml

Tabel 5.2 Menentukan viskositas dengan redwood viscometer

5.8. PEMBAHASAN
Viskositas adalah keengganan suatu minyak untuk mengalir. Viskositas
terbagi menjadi 2 yaitu :
Viskositas kinematik, merupakan viskositas yang dipengaruhi oleh gaya

gravitasi.
Viskositas dinamik, merupakan viskositas yang tidak dipengaruhi oleh
gaya gravitasi bumi.

Viskositas dapat diukur dengan redwood viskosimeter dan viskosimeter


oswald.

Redwood viskosimeter digunakan hanya untuk untuk fluida yang keras,


contohnya crude oi. Viskosimeter redwood ini sangat dipengaruhi oleh

temperature.
Viskosimeter oswald digunakan hanya untuk fluida yang bening
contohnya air dan gliserin.

Gliserin memiliki % yang berbeda-beda. Semakin tinggi % tersebut, maka


gliserin tersebut makin kental karena konsentrasinya tinggi.
Selain itu, semakin tinggi waktiu alir yang diperlukan suatu fluida, maka
semakin tinggi densitasnya.
Semakin rendah suatu viskositas maka semakin rendah densitasnya,
densitas yang semakin rendah maka SG nya juga semakin rendah. SG yang
rendah maka akan memiliki API yang tinggi. Api yang tinggi merupakan jenis

crude oil yang light oil, yang berarti jenis minyak yang beagus.begitu juga
sebaliknya.

5.9. KESIMPULAN
1. Semakin tinggi konsentrasi gliserin,maka gliserin tersebut makin kental.
2. Semakin tinggi waktu alir maka semakin tinggi densitasnya.
3. Semakin tinggi temperature yang diperlukan,semakin rendah
viskositasnya.
4. Semakin tinggi tekananya,semakin rendah viskositasnya.

5.10. JAWABAN TUGAS


1. Selain viscometer oswald, dan viskometer redwood adakah alat yang dapat
mengukur viskometer ?
Ada, yaitu viscometer saybolt

2. Apa yang dimaksud dengan viskositas index dan viskositas absolut ?


Viskositas index adalh kekentalan suatu fluida, sedangkan viskositas
absolut adalah

3. Dik

: d = 80 inc

r = 40 inc = 101,60 cm

P1 = 7,86 atm

P2 = 10,55 atm

V = 120 ml

L = 2,25 feet = 68,58 ml

t = 35 s

Dit

: ?

Jwb

: P

= P2 P1

= 10,55 atm 7,86 atm

= 2,69 atm.

. r2 . t . P
8. L .V

( ) ( 101,62 cm ) (35 s ) (2,69atm)


8 ( 68,58 ml )( 120ml )

= 46,35202098 cs

BAB VI

PENYULINGAN MINYAK MENTAH

(CRUDE OIL DESTILATION)

6.1 TUJUAN PERCOBAAN


Menentukan titik didih serta hasil destilasi minyak mentah.

6.2 TEORI DASAR


Destilasi berfraksi adalah penyulingan serta pengembunan kembali
berbagai macam cairan yang yang mempunyai titik didih berbeda-beda. Yang
memiliki titik didih berlebihan antara alin : gas, bensin (benzene), kerosin.
Minyak diesel (solar), pelumas ringan, pelumas berat dan crude oil ini terdiri dari
bermacam-macam fraksi dengan titik didih yang berlainan ditentukan oleh banyak
dan homolognya.
Dengan melakukan destilasi terhadap crude oil tersebut dan mencatat
volume destilat setiap saat atau tahap kenaikan temperatur tertentu, maka kita
mempunyai nomor atom C1 samapi C4, bensin bernomor atom C5 sampai C10,

kerosin atau minyak tanah bernomor atom C18 sampai C25, pelumas berat
bernomor atom C26 sampai C35, sedangkan diatas C36 sampsi C60 dianggap residu.
Setelah kotoran,air dan gas dipisahkan dari crude oil maka selanjutnya
crude oil akan ses untuk mendapatkan apa yang disebut PETROLEUM
PRODUCT. Proses yang digunakan meliputi :
Physical processing
Chemical processing
Refining processing
Dalam percobaan inin hanya dipakai metoda Physical processing yaitu
destilasi berfraksi. Jika tekanan barometer tidak menunujukan 760 mmHg, maka
setiap pengukuran destilat perlu dilakukan koreksi temperature begitu juga
pressure loss untuk pembacaan celcius.

6.3 ALAT & BAHAN PERCOBAAN


Alat :
Flash Destilation
Kondensor
Thermometer
Alat pemanas listrik
Gelas ukur 20 mL
Picnometer
Neraca digital
Bahan :
Crude Oil 250 mL

6.4 GAMBAR ALAT

Flash
Destilation + Kondensor

Thermometer

Gelas Ukur

Picnometer

Pemanas Listrik

Neraca Digital

Gambar 6.1

Peralatan percobaan V

6.5 PROSEDUR PERCOBAAN


1. Ambil sample sebanyak 75 cc
2. Tentukan SG sample dan harga API pada kondisi lab, dengan
picnometer 25 cc.
3. Timbang flash kosong + thermometer.
4. Timbang flash berisi sample + thermometer.
5. Bersihkan dan keringkan gelas ukur, letakkan gelas ukur tersebut
sedemikian rupa sehingga ujung outlet masuk sedikit ke dalam gelar
ukur penampung destilat. Tutup gelas ukur untuk mencegah agar uap
tidak keluar dari tabung.
6. Sirkulasikan cairan pendingin melalui kondensor.
7. Jalankan pemanasan dan atur kuat panasnya perlahan-lahan, supaya
cairan destilasi menetes dengan speed (kecepatan) + tetes/detik.
8. Amati temperatture sampai mencapai Initial Boiling Point.

9. Setelah initial boiling point tercapai, amati volume destilat untuk setiap
kenaikan temperature 25 C, sampai tercapai final atau End Boiling
Point.
10. Hentikan pemanasan pada end boiling point dan biarkan cairan destilat
menetes pada gelas ukur.
11. Setalah pendinginan, catat volume total destilat.
12. Timbang flash +residu+ thermometer.
13. Ukur SG residu dengan picnometer (10 mL) pada kondisi laboratorium.
14. Ukur temperature dan tekanan udara laboratorium selama percobaan
6.6 HASIL PENGAMATAN

tan

Perala

KalkulasiPene

litian
Massa picnometer

= 31,21 g
Massa
termometer

Hasil
Analisa

crude oil

=
+ gr/ml

0,93858

SG crude oil
tabung flask

= 182,6 g

=
0,93858
Massa picnometer + crude gr/ml
0API = 19,2596
oil = 78,13 g
T Pb = 58 0C
Flash destilation Volume picnometer

= 50 cc
T initial boiling point
Kondensor

= 290 0C
Thermometer Massa crude oil = 46,92 g
Alat
pemanas Massa crude oil + flask+ T n boiling point

= 348 0C
thermometer = 244,85 g
listrik
Gelas ujur 20 ml Gelas kimia + destilat = residu = 0,8891
Picnometer
66,18 g
gr/cc
Neraca digital Volume destilat = 2,68 g SG residu = 0,8991
Massa gelas kimia

= 2,73 g
Massa
termometer

API = 27,649

tabung flash destilation +


crude oil = 243,15 g
Massa residu = 60,46 g
Volume residu = 68 cc

Tabel 6.1 Hasil Pengamatan V

6.7 PERHITUNGAN
1. Dik : m. Picnometer = 31,21 g

m. termometer + flash destilation = 182,6

m. picnometer + crude oil = 78,13 g

V picnometer = 50 ml

m. crude oil = (m. Picnometer + crude oil) m.


Picnometer

= 78,13 g 31,21 g

= 46,92 g

m. crude oil + flash destilation + thermometer = 244,85 g

Dit

: minyak ? SG minyak ? 0API ? T Pb ? T initial boiling

point ?

T boiling point ?

Jwb

: minyak

m. minyak
v . minyak

46,92 g
50 cc

= 0,9384 gr/cc

SG minyak

o
w

0,9384 gr /cc
1 gr /cc

= 0,9384

API

141,5
SG

131,5

141,5
0,9384

141,5123,3996
0,9384

18,1004
0,9384

131,5

= 19,2885 ( black oil )


T Pb
= 58 0C
0
T initial boiling point = 290 C
T n boiling point
= 348 0C

2. Dik : gelas kimia + flash destilation = 66,18 g

v. destilat = 2,68 g

m. gelas kimia = 2,73 g

m. termometer + flash destilation + crude oil = 243,15 g

m. residu = 60,55 g

v. residu = 68 ml

Dit

: minyak ? SG minyak ? 0API ?

Jwb

: minyak

m. residu
v . residu

60,55 g
68 cc

= 0,89 gr/cc

SG minyak

o
w

0,89 gr /cc
1 gr /cc

= 0,89

API

141,5
SG

141,5
0,89

141,5117,035
0,89

24,465
0,89

6.8 PEMBAHASAN

131,5

131,5

= 27,4887 ( black oil ) (solar)

Penyulingan minyak mentah berfungsi untuk menentukan jenis dari crude


oil. Melalui proses penyulingan ini kita dapat mengetahui P B, initial boiling point,
end boiling point tersebut digunakan untuk menentukan minyak yang diproduksi.
Adapun pengertian dari data untuk menentukan minyak yang diproduksi,
antara lain :

Pb = tekanan tertinggi yang mengakibatkan gelembung gas yang pertama

keluar dan gas mulai terlepaskan.


Inital boiling point = suhu dimana tetesan pertama hasil destilasi keluar.
End boiling point = suhu dimana tetesan akhir hasil destilat yang keluar.
Dengan penyulingan minyak juga dapat diketahui jenis minyak dengan

mencari API dari crude oil yang dihasilkan. Adapun rumus API adalah :
Adapun 3 jenis minyak yang terbagi berdasarkan besar API, antara lain :

Low shrinkage oil, memiliki oil gravity <15 API


Black oil, memilki gravity = 15 s/d 40 API
High shrinkage oil, memiliki oil gravity 14-55 API
Initial boiling point juga berfungsi menentukan jenis minyak yang

diproduksi. Misalnya, apabila initial boiling point terjadi pada suhu 290 C, maka

minyak yang dihasilkan tergolong minyak solar. Pada suhu 200 C, maka minyak
yang dihasilkan tergolong pada minyak bensin, begitu juga selanjutnya.
Berikut adalah pembagian jenis minyak berdasarkan carbon yang
terkandung :
C1 C4

= Gas

C5 C10

= Bensin

C11 C13

= Kerosin

C14 C17

= Solar

C18 C25

= Destilasi Minyak Ringan

C26 C35

= Destilasi Minyak Berat

C36 C60

= Residu

6.9 KESIMPULAN
Dari percobaan,dapat kita simpulkan, semakin rendah nilai SG dari suatu
minya, maka API minyak tersebut semakin tinggi. Semakin tinggi API yang
dihasilkan maka makin bagus minyak yang dihasilkan.
Begitu juga dengan kekentalan dari minyak yang digunakan makin kental
minyak/crude oil maka semakin cepat terjadinya Pb begitu juga terjadinya initial
boiling point, maka minyak tergolong minyak yang bagus.

6.10 JAWABAN TUGAS


1. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan cracking ?
Cracking adalah penguraian molekul molekul senyawa hidrokarbon yang
besar menjadi molekul molekul senyawa hidrokarbon yang kecil

2. Carilah gambar penjelasan dari gathering, station, separator, wash tank ?

3. Apakah yang dimaksud dengan refinery ?


Refinery adalah proses pemurnian minyak bumi menjadi fraksi - fraksinya

4. Jelaskan pengaplikasian percobaan crude oil destilation di dunia


perminyakan !
Crude oil destilation dapat diaplikasikan di dunia perminyakan untuk
membagi jenis cride oil tersebut menjadi jenis jenis produk yang telah
ditetapkan standarnya.

5. Apakah yang dimaksud dengan gas condensate ?


Gas condensate adalah fluida yang terdapat dalam minyak bumi dan gas
yang masih mengandung air.

6. Buatlah grafik 3 fasa, jelaskan !

Gambar 6.1

Grafik 3 Fasa

Sistem disebut sebagai 3 komponen apabila campuran yang

terdapat dalam HC tersebut terdiri lebih dari 2 fasa, seperti adanya komponen

ringan, komponen moderat dan komponen berat (biasanya menggunakan


diagram terner untuk menentukan komposisi dari masing masing komponen

BAB VII

PENENTUAN FLASH POINT DAN FIRE POINT

(FLASH POINT AND FIRE POINT DETERMINATION)

9.1 TUJUAN PERCOBAAN


Untuk menentukan titik nyala ( flash point ) dengan menggunakan Tag
Close Tester dari cairan-cairan yang mempunyaiviskositas kurang dari 5,5 cst
(pada 25C) dan titik nyala dibawah 200 F, kecuali cairan cairan yang
cenderung membentuk surface film dibawah kondisi percobaan dan materialmaterial yang mengandung suspended solid. Untuk keadaan-keadaan terakhir ini
digunakan alat Pneskey martens.

9.2 TEORI DASAR


Flash point atau titik nyala adalah suhu terendah dimana minyak ( uap
minyak ) dan produknya dalam campuran dengan udara akan menyala apabila
terkena percikan api kemudian mati kembali.
Minyak bumi yang mempunyai flash point terendah akan membahayakan,
karena minyak tersebut mudah terbakar. Apabila minyak tersebut mempunyai titik
nyala tinggi juga kurang baik, karena akan susah mengalami pembakaran. Tetapi
kalau ditinjau dari segi keselamatan maka minyak yang baik mempunyai flash
point yang tinggi karena tidak mudah terbakar.
Fire point adalah suhu terendah dimana uap minyak bumi dan produknya
akan menyala dan terbakar secara terus- menerus kalau terkena nyala api pada
kondisi tertentu.
Flash point ditentukan dengan jalan memanaskan sample dengan
pemanasan yang tetap, setelah tercapai suhu tertentu nyala penguji (test flame)
diarahkan pada permukaan sample. Test flame ini terus diarahkan pada permukaan
sample dengan berganti-ganti sehingga mencapai atau terjadi semacam ledakan
karena adanya tekanan dan api yang terdapat pada test flame akan mati. Inilah
yang disebut dengan flash point.
Penetuan fire point ini sebagai kelanjutan dari flash point dimana apabila
contoh akan terbakar / menyala kurang lebih lima detik maka lihat suhunya

sebagai fire point. Penentuan titik nyala tidak dapat dilakukan pada produkprodukyang volatile seperti gasolin dan solven-solven ringan, karena mempunyai
flash point dibawah temperatur normal.
Semula penentuan flash point dan fire point ini dimaksudkan untuk
keamanan dimana orang yang bekerja tanpa kuatir akan terjadinya kebakaran,
tetapi perkembangannya yaitu dapat mengetahui mudah tidaknya minyak tersebut
menguap.
Koreksi untuk tekanan Barometer :

Tekanan Barometer dicatata pada saat akhir percobaan, bila tekanan tidak
sama dengan 760 mmHg (101,3 kPa), titik nyala dapat dikoreksi sebagai berikut :
a. Cc = C + 0,25 ( 101,3 P )
b. Cc = F + 0,06 ( 760 P )
c. Cc = C + 0,0033 ( 760 P )

Dimana :
F = titik nyala yang diamati ( F )

C = titik nyala yang diamati ( C )

P = tekanan Barometer ( mmHg , kPa )

9.3 ALAT & BAHAN


Alat :
Tag Close Tester
Gelas Kimia 100 ml
Gelas Ukur 10 ml
Gelas Ukur 50 ml
Alumunium Foil
Termometer
Bahan :

Crude Oil 100 ml

9.4 GAMBAR ALAT

Gelas Kimia

Tag Close Tester

Thermometer
Gelas Ukur

Aluminium foil

Gambar 7.1

Peralatan percobaan VI

9.5 PROSEDUR PERCOBAAN


1. Isi bath dengan air sampai batas maksimum

2. Tuangkan dengan hati-hati 50 ml sample kedalam cup yang sebelumnya


telah dibersihkan. Kemudian pasang penutup (lid) bersama termometer
pada tempatnya.
3. Hidupkan penyala, atur hingga nyala baik dan konstan.
4. Atur pemanas sample sedapat mungkin sampai diperoleh lagi kenaikan
temperature 1 C
5. Untuk mendapatkan titik nyala, arahkan lidah api kedalam cup dengan
cepat (tidak lebih dari 1 detik)
6. Ulangi langkah 5 pada setiap kenaika 1 hingga diperoleh titik nyala
7. Bila titik nyala telah diperoleh ( uap sample cup menyala ) hentikan
pemanasan. Catat titik nyala yang diperoleh.
8. Ulangi langkah 2 sampai dengan 7 untuk sample-sample yang lain.
9. Catat tekanan barometernya

9.6 HASIL PENGAMATAN

Peralatan

KalkulasiPeneliti

Hasil

Analis

an
1

kenaikan suhu 5 C
60 0C = tidak ada

flash point
65 0C = tidak ada

flash

flash point
85 0C = terjadinya

a
Tempe
ratur

flash point
0
70 0C = tidak ada 85 C

flash point

75 0C = tidak ada

flash point

80 0C = tidak ada

Tag closed tester


Gelas kimia 100 ml
Gelas kimia 10 ml
Gelas ukur 50 ml
Aluminium foil
termometer

point :
= 1850F
= 68 0Ra
= 358 0K
= 645 0Re

flash point

Fire point

tidak
diketemukan.

Tabel 7.1 Hasil Pengamatan VI

9.7 PERHITUNGAN
1. Dik : T flash point = 85 C

Dit

: F ? Ra ? K ? Re ?

Jwb

: 85 C F = (

9
5

x C ) + 32

=(

9
5

x 85 ) + 32

= 185 F

85 C Re = (

4
5

x C )

=(

4
5

x 85 )

= 68 R

85 C K = C +273

= 85 + 273

= 358 K

85 C Ra = F + 460

= 185 + 460

= 645 R

2. Fire point tidak diketemukan

9.8 PEMBAHASAN
Dalam prakteknya, flash point adalah titk nyala saat suhu terendah dimana
minyak dan produknya dalam campura dengan udara akan menyala apabila
terkena percikan api. Sedangkan fire point adalah suhu menyebabkan bahan bakar
cair menguap cukup banyak untuk dapat mendukung pembakaran.
Adapun fungsi dari flash point dan fire point adalah untuk mengetahui
kualitas minyak yang di tes. Adapun hubungan flash point,serta fire point dengan
kualitas minyak yaitu, semakin kecil temperature saat terjadinya flash point dan
fire point, maka semakin bagus kualitas minyak tersebut.
Secara terperinci, flash point brfungsi untuk mengetahui kadar gas yang
terkandung didalam minyak. Semakin sedikit gas yang terkandung,maka semakin
bagus minyaknya. Sedangkan pada saat terjadinya penguapan gas ( titik Pb nya).
Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya flash
point yaitu :

Viskositas
Gas yang terkandung

Adapun hubungan flash point dengan viskositas adalah semakin

banyak gas yang terkandung didalam minyak (flash point tinggi) maka minyak
akan mudah mengalir. Artinya, viskositasnya semakin rendah.

9.9 KESIMPULAN

Semakin banyak gas yang terkandung, semakin tinggi flash point,maka

semakin mudah mengalir.


Semakin rendah viskositas,semakin bagus kualitas minyak.
Semakin rendah temperature terjadinya flash, semakin bagus kualitas
minyak

9.10 JAWAB TUGAS

1. Dik
: T = 80 0F

Dit

: F ? Re ? K ? Ra ?

Jwb

: 85 C F = (

9
5

x C ) + 32

=(

9
5

x 80 ) + 32

= 176 F

85 C Re = (

4
5

x C )

=(

4
5

x 80 )

= 64 Re

85 C K = C +273

= 80 + 273

= 353 K

85 C Ra = F + 460

= 176 + 460

= 636 Ra

2. Apa saja faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya flash point ?


Viskositas dan kandungan gas dalam minyak

3. Apa hubungan flash point dengan kualitas minyak ?


Semakin rendah temperatur terjadinya flash point, maka semakin bagus
kualitas minyak tersebut
4. Apa faktor sehingga tidak ditemukannya fire point ?
Karena crude oil berkemungkinan sudah terpisah dari gas atau crude oil
tersebut sudah melewati titik Pb sehingga gas terlepas dari minyak dan
akhirnya tidak terjadi fire point

BAB VIII

PENENTUAN COULD POINT,COLD POINT DAN POUR


POINT

(DETERMINING OF CLOUD POINT,COLD POINT AND POUR


POINT)

8.1 TUJUAN PERCOBAAN


1. Menentukan titik kabut (cloud point) untuk minyak mentah.
2. Menentukan titik tuang (pour point)untuk minyak mentah.
3. Menentukan titik beku untuk minyak mentah.

8.2 TEORI DASAR


Pada perjalanan dari formasi menuju permukaan, minyak bumi mengalami
penurunan temperatur. Apabila hal ini tidak diwaspadai, maka akan terjadi
pembekuan minyak di dalam pipa, sehingga tidak bisa lagi untuk mengalir.
Penurunan temperatur ini akan memyebabkan suatu masalah yang akan menjadi
besar akibatnya apabila tidak segera diatasi.
Harus diketahui dimana minyak mengalami perubahan temperatur, agar
dapat mengetahui atau mengantisipasi dan mengambil tindakan yang terbaik agar
minyak dapat ditranspotasikan secara lancar dari formasi ke permukaan sesuai
dengan kebutuhan. Untuk mengatasi hal tersebut di atas, kita dapat mengambil
sample minyak formasi dan mengadakan uji coba untuk mengetahui titik kabut,
titik beku, dan titik tuang minyak tersebut.

Salah satu sifat hampir semua minyak adalah membeku menjadi semi
fluid atau massa solid yang sukar bergerak jika padanya terjadi penurunan
temperature. Test titik kabut umumnya dilakukan pada minyak yang dihasilkan
dengan destilasi. Test ini menentukan temperatur dimana Wax (lilin paraffin)
mulai mengkristal dan terpisah dari minyak membentuk semacam kabut tipis.
Test ini dilakukan untuk menentukan temperature dimana minyak tidak
dapat mengalir lagi. Besarnya pour point berbeda beda untuk setiap tipe minyak
tergantung pada komposisi zat yang dikandungnya. Untuk melaksanakan test ini,
sample minyak ditempatkan pada botol yang dilengkapi termometer. Kemudian
sample dan yar diletakkan pada mesin pendingin untuk diamati temperature dan
fluidanya. Untuk menentukan titik kabut, sample diamati pada tiap penurunan
temperature 2 F (-16.6667 C) hingga terbentuk endapan (kabut). Sedangkan
untuk titik tuang, sample diamati pada tiap penurunan suhu 5 F (-15 C) hingga
minyak tidak mengalir lagi jika dituangkan.

8.3 ALAT & BAHAN


Alat :
Water Bath
Termometer
Tabung Reaksi
Corong
Stopwatch
Pemanas
Aluminium Foil
Bahan :

Crude Oil 100 ml


Es Batu
Garam

8.4 GAMBAR ALAT

Thermometer

Water Bath

Tabung Reaksi

Gambar 8.1
Stopwatch

Corong

Peralat percobaan VI
Pemanas Listrik

8.5 PROSEDUR PERCOBAAN


Penentuan Titik Kabut ( Cloud Point ) dan Titik Beku ( Cold Point )
a. Mengambil sample dan memasukkannya ke dalam tube sampai garis
batas.
b. Menyiapkan es batu kemudian menambahkan garam secukupnya untuk
agar es batu tidak cepat mencair.
c. Memasukkan thermometer ke dalam bath.
d. Mengamati temperatur dan kondisi sample yang diteliti setiap 3 menit.
e. Mencatat pembacaan temperatur ( dalam celcius atau Fahrenheit ) pada
saat terjadinya kabut atau disebut juga Cloud Point.
f. Kemudian melanjutkannya sampai sample diyakini telah membeku atau
Cold Point.
Penentuan Titik Tuang ( Pour Point )

a. Setelah mendapatkan titik beku, mengeluarkan tube yang berisi sample


dari dalam bath pada kondisi sample masih beku.
b. Mendiamkan pada temperatur kamar.
c. Mengamati perubahan temperatur pada saat seluruh sample dapat
dituangkan. Melaporkan temperatur tersebut sebagai Pour Point.

8.6 HASIL PENGAMATAN

Peralatan

Kalkulasi

Penelitia

n
Titik kabut (cloud

point)

= 130C

Titik beku (cold


point)

= 100C

Titik tuang (pour


point)

Analisa
Temperatur

flash point :

Water Bath
Termometer

Tabung Reaksi
2 Corong
Stopwatch
Pemanas
Aluminium Foil

= 390C

13 0C

= 55,40F
= 386 0K
= 514,8 0Ra
= 10 0Re

Titik beku (cold point)


10 0C

= 50 0F

= 283 0K

= 509,4 0Ra

= 8 0Re.
Titik tuang (pour point)
13 0C

= 102,2 0F

= 312 0K

= 561,60Ra

8.7 PERHITUNGAN

Hasil

Tabel 8.1 Hasil Pengamatan VII

= 10 0Re.

Pada percobaan penentuan cloud point,cold point dan pour point


perhitungan yang dilakukan hanya mengenai konversi suhu yang didapat dari
pengamatan yaitu :
Titik kabut ditemukan pada suhu 13C
Konversi dari C ke F
9
13 C = ( 5 x tc) + 32

9
=( 5

= 55,4 F

x 13) + 32

Konversi dari C ke Re
4
13 C = 5 x tc

4
5

x 13

= 10,4 Re

Konversi dari C ke K
13C = tc + 273

= 13+273

= 286 K

Konversi dari C ke Ra
13 C = ( C + 273) x 1,8

= (13 C +273) x 1,8

= 514,8 Ra

Titik beku ditemukan pada suhu 10 C


Konversi dari C ke F
9
10 C = ( 5 x tc) + 32

9
=( 5

= 504 F

x 10) + 32

Konversi dari C ke Re
4
10 C = 5 x tc

4
5

x 10

= 10Re

Konversi dari C ke K
10C = tc + 273

= 10 + 273

= 283 K

Konversi dari C ke Ra
10 C = ( C + 273) x 1,8

= (13 C +273) x 1,8

= 509,4 Ra

Titik tuang ditemukan pada suhu 39 C


Konversi dari C ke F
9
39 C = ( 5 x tc) + 39

9
=( 5

= 102,2F

Konversi dari C ke Re
4
39 C = 5 x tc

x 10) + 32

4
5

x 39

= 31,2 Re

Konversi dari C ke K
39C = tc + 273

=39+ 273

= 312 K

Konversi dari C ke Ra
39 C = ( C + 273) x 1,8

= (39 C +273) x 1,8

= 561,6 Ra

8.8 PEMBAHASAN
Pada pembahasan kali ini akan membahas mengenai hubungan cloud
point, cold point, dan pour point terhadap minyak maupun sifat fisik fluida. Dari
hasil pengamatan kita juga dapat menentukan point-point dan pour point tersebut,
point-point itu diantaranya seperti temperatur dan komposisi zat-zat yang
dipengaruhi.
Cloud point, cold point dan pour point sendiri dilakukan untuk
memperkira kanjumlah lilin yang terdapat dalam minyak. Hal ini dikarenakan
semakin rendah suatu suhu, maka minyak akan cepat membeku. Seperti yang
dijelaskan sebelumnya, dapat kitasimpulkan semakin rendah titik kabut maka
makin banyak kandungannya dan sebaliknya. Untuk pour point dalam
pengaplikasiannya digunakan untuk mengetahui titik tuang dari crude oil tersebut,
sehingga lilin yang terkandung dapat dipisahkan dari minyak.
Cloud point dapat diketahui dari pengamatan yang dilakukan . dalam
pengaplikasiannya cloud point digunakan untuk mengetahui pada temperature
berapa minyak akan membeku. Temperatur tersebut digunakan untuk diterapkan
pada pipa minyak. Temperature pipa diatur sehingga minyak yang terdapat dipipa
tidak membeku dan menyumbat minyak untuk mengalir.

Untuk titik tuang (pour point) akan dipengaruhi oleh rantai karbon.
Semakin panjang rantai karbon, titik tuangnya akan semakin tinggi, titik tuang
akan terjadi apabila suhu diatas suhu cloud point dan cold point.
Cloud point timbul karena adanya Kristal - kristal ( padatan ) didalam
bahan bakar. Walaupun bahan bakar masih bisa mengalir. Pada titik ini
keberadaan kristal didalam bahan bakar dapat mempengauhi kelancaran aliran
bahan bakar didalam filter, pompa, dan injector.
Hubungan cloud point, cold point serta pour point sendiri terhadap
viscositas adalah semakin rendah viscositas maka semakin tinggi temperaturnya.
Hal ini disebabkan karena komposisi di minyak berupa fraksi ringan,

maka

minyak akan semakin ringan dan mudah mengalir. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan kalau minyak tersebut tergolong minyak yang bagus atau minyak
ringan. Sebaliknya apabila temperature rendah maka viscositas akan tinggi. Hal
ini disebabkan karena fraksi yang terkandung dalam minyak berupa fraksi berat.
Sehingga minyak akan sukar mengalir, dan dapat disimpulkan kalau viscositasnya
tinggi. Dari hasil tersebut dapat kita tentukan jenis minyak tersebut, yaitu jenis
minyak berat.
Uji titik ini hanya dapat dikenakan pada produk minyak bumi yang tembus
pandang pada ketebalan 38 mm dengan titik kabut kurang dari 49 C ( 120F ).
Titik dapat menentukan petunjuk mengenai kandungan dalam paraffin dalam
produk minyak bumi uji titik tuang dapat digunakan sebagai petunjuk mengenai
besarnya kandungan malam relative dalam minyak bumi dan produknya, dan uji
titik tuang ini dapat dilakukan kepada setiap produk minyak bumi. Disamping itu
titik tuang juga menunjukan suhu terendah dimana minyak dan produknya masih
dapat dipompa.

8.9 KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa cloud, cold
dan pour point dimasukan untuk mengetahui jumlah lilin yang terdapat dalam
minyak. Dalam percobaan ini kita juga dapa tmengetahui kandungan malam
paraffin dalam kandungan minyak bumi (dalam jumlah besar atau kecil ), karena
laju produksi akan berbeda pada siang dan malam hari akibat perubahan suhu.

8.10 JAWAB TUGAS


1. Jelaskan apa proses yang terjadi pada garam dan batu es !
Dicampurnya garam dan es batu bertujuan untuk menurunkan titik beku es

2. jelaskan faktor - faktor yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya uji


penentuan percobaan ini ?
Faktor - faktor yang mempengaruhi antara lain seperti jenis minyak.
Apakah minyak tersebut lebih cendrung memiliki banyak fraksi berat tau
fraksi ringan, serta dari segi peralatan, yang mempengauhi adalah tabung
reaksi. Apabila posisi tabung reaksi tidak ditengah maka cloud point tidak
akan merata.

3. Dik

: 0Ra = 699 C

Dit

: Re ? K ? F ? C ?

Jwb

: 0Re

Ra
( 1,8+273
)

699
( 1,8+273
)

= 1,44

x 0,8

x 0,8

Ra
( 1,8
)

( 699
1,8 )

= 1388,33 0K

= 0Ra - 460

= 699 - 460

= 239

Ra
( 1,8
)

+ 273

( 699
1,8 )

+273

= 1,8 0C

4. Buatlah contoh real dariuji labor dengan aplikasi lapangan !


Contoh aplikasi dari uji labor adalah suhu yang kita dapat dari percobaan
digunakan untuk suhu minimal dari pipa minyak. Hal ini dimaksud agar
minyak yang mengalir dipipa tidak membeku, sehingga tidak terjadinya
pembekuan dalam aliran minyak di pipa tersumbat.

5. Jelaskan tentang sifat fisik fluida !


Densitas = perbandingan masa minyak terhadap volume minyak.
Viscositas = keenganan suatu minyak untuk mengalir, semakin tinggi

temperature semakin rendah viscositas, begitu pula sebaliknya.


Kompresibilitas = kemampuan suatu minyak untuk dimampatkan.
Fator volume formasi minyak = perbandingan volume permukaan terhadap
volume reservoir.

Kelarutan gas dalam minyak = banyak gas yang terkandung dalam

minyak.

6. Berikanlah pendapat kamu mengenai hasil uji lab yang telah dilakukan !
Saya dapat mengetahui bagaimana caranya untuk menentukan titik embun,
titik beku, dan titik tuang. Serta aplikasinya dalam perminyakan sendiri. Hal
ini sangat berguna untuk mencegah minyak di pipa.

7. Dik
: 0K = 400 C

Dit

: 0Ra ? Re ?

Jwb

: 0Ra

= K x 1,8

= 400 x 1,8

= 720 0Ra

Re

= (0K - 273 ) x 0,8

= (400 273) x 0,8

= 101,6 0Re

BAB IX
PENUTUP

9.1 Kesimpulan
Dari seluruh percobaan yang telah dilakukan pada praktikum Analisa
Fluida Reservoir ini dapat ditarik kesimpulan umum, yaitu :
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan secara langsung informasi
mengenai sifat sifat fisik fluida reservoir. Informasi infoormasi yang
didapat dalam hal ini meliputi informasi sifat sifat fisik fluida reservoir.
Seperti : densitas, viskositas, kompresibilitas, faktor volume formasi
minyak dan kelarutan gas dalam minyak.
Penentuan densitas, SG dan API digunakan sebagai parameter dalam
penetunan kualitas minyak.
Dilakukannya basic sediment and water dapat memberikan informasi
mengenai endapan yang ada pada crude oil serta memisahkan fluida
satu dengan laiinya untuk mengetahui nilai kekomersialan crude oil
Dengan dilakukannya analisa kimia air formasi ini, dapat memberikan
informasi apa akibat dari jenis air formasi yang terkandung diminyak.
Hal ini dapat menghindari dalam kerugian terumtama pompa.
Dengan penentuan viskositasdapat menentukan kemampuan fluida
untuk mengalir. Sehingga kita dapat mengetahui karakterisitik fluida
yang kita miliki. Viskositas sangat dipengaruhi oleh komposisi cude oil,
densitas, temperature dan tekanan.
Penyulingan minyak mentah dilakukan sebagai penentuan jenis crude
oil yang kita miliki, yang dilakukan pengembunan atau destilasi,
sehingga fraksi dan titik didih dapat dijadian acuan pembeda.
Dengan adanya penentuan fire point and point akan memberikan
informasi mudah tidaknya suatu minyak menguap. Selain

itu segi

keamanan, dapat memberikan gambran mudah tidaknya terbakar.


Penentuan cloud point, cold point dan fire point akan yang berfungsi
untuk menentukan kualitas minyak tersebut.
9.2 Saran

Diharapkan kepada pembaca ini dapat memberi masukan dan kritikannya


perihal isi laporan. Karena saya sebagai penulis sangat menyadari keterbatasan
dalam pembuatan laporan baik segi data maupun segi bahasa dan penulisan.
Selain itu saya sebagai praktikan ingin memberikan saran kepada

labaoratorium Analisa Fluida Reservoir yaitu ruangannya yang panas. Barangkali


lebih bagus lagi kalau kipas anginnya ditambah. Terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai