PENDAHULUAN
(INTRODUCTION)
1.1 LATAR BELAKANG
Pada zaman sekarang ini, minyak merupakan bahan bakar yang sangat
penting. Kita ketahui, hampir semua alat transportasi di dunia, memakai bahan
bakar minyak. Pada mulanya minyak sendiri ditemukan tidak langsung terbentuk
menjadi solar, koresin, minyak rem dan lain lainnya. Minyak mentah yang
ditemukan harus melalui berbagai proses hingga menghasilkan jenis jenis
seperti solar, koresin, aspal, dan lain lain.
Praktikum Analisa Fluida Reservoir dilakukan untuk lebih mengenal apa
saja sifat fisik fluida yang dapat kita cari dari data data yang telah kita dapati.
Sifat fisik fluida sendiri terbagi menjadi 5, diantaranya : densitas, viskositas,
kompresibilitas, faktor volume formasi minyak, dan kelarutan gas dalam minyak.
Selain itu, praktikum Analisa Fluida Reservoir juga dapat mempermudah
mahasiswa memahami mata kuliah yang berkaitan dengan praktikum serta dapat
dijadikan bekal setelah lulus kulia nantinya.
Ilmu Analisa Fluida Reservoir sendiri sangatlah berkaitan dengan ilmu
ilmu perminyakan lainnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa ilmu Analisa Fluida
Reservoir merupakan dasar dari ilmu ilmu perminyakan lainnya. Di lain sisi,
data data yang didapat dari informasi ilmu Analisa Fluida Reservoir sangat
berguna sebagai pembanding di dalam aplikasinya di dunia perminyakan. Tidak
hanya 5 sifat fisik fluida yang dapat kita temukan di laporan ini, laporan ini juga
memuat mengenai apa saja yang kita peroleh dari proses eksplorasi baik yang
dapat dimanfaatkan, maupun yang dapat merugikan dalam proses produksi. Selain
itu dalam laporan ini kita juga dapat mengetahui bagai mana akibat dari
banyaknya fluida selain minyak yang diproduksi. Contohnya wattercut, air
formasi, endapan, dan lain lainnya.
Praktikum Analisa Fluida Reservoir yang dilakukan ini adalah salah satu
mata kuliah wajib bagi mahasiswa Departemen Teknik Perminyakan Universitas
Islam Riau. Oleh karena itu sebagai bukti telah dilakukan praktikum tersebut,
maka disusunlah LAPORAN RESMI ANALISA FLUIDA RESERVOIR ini
untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh nilai dan kelulusan
dalam mata kuliah praktikum Analisa Fluida Reservoir tersebut. Selain itu
diharapkan tulisan ini dapat dipakai dan dipergunakan sebagai acuan pedoman
oleh para praktikan Analisa Fluida Reservoir di kampus pada tahun mendatang.
1.2 TUJUAN PENULISAN
Penulisan laporan bertujuan agar pembaca lebih mengerti dan memahami
jelas apa saja percobaan - percobaan yang dilakukan yang berkaitan erat dengan
fluida reservoir. Bukan hanya itu saja, diharapkan juga pembaca dapat memahami
dengan jelas percobaan percobaan yang dilakukan di laboratorium dan informasi
mengenai sifat fisik fluida reservoir yang ditembus pada target target tertentu
yang diinginkan dan diharapkan khususnya di dalam dunia perminyakan.
Agar penulisan laporan ini terarah maka perlu adanya batasan masalah.
Batasan masalahnya adalah hanya mengenai percobaan percobaan Analisa
Fluida Reservoir yang telah dilakukan, seperti Penentuan Densitas, Specific
Gravity dan 0API, Penentuan Kandungan Air dan Endapan (BS & W), Analisa
Kimiawi Air Formasi, Penentuan Viskositas, Penyulingan Minyak Mentah,
Penentuan Flash Pint dan Fire Point, Penentuan Cloud Point, Cold Point dan Pour
Point. Maka dari itu penulis mohon maaf jika nantinya terdapat kekurangan dan
kesalahn.
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
Prosedur
Percobaan
Hasil
Pengamatan,
Perhitungan,
BAB VI
Alat,
Prosedur
Percobaan
Hasil
Pengamatan,
Perhitungan,
BAB VIII : Berisikan laporan Tentang Penentuan Cloud Point, Cold Point dan
Pour Point yang meliputi Tujuan Percobaan,Teori dasar , Alat dan
Bahan, Gambar Alat, Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan,
Perhitungan, Pembahasan, Kesimpulan dan Tugas.
BAB IX
BAB II
PENENTUAN DENSITAS, SPECIFIC GRAVITY DAN 0API GRAVITY
( DETERMINATION OF DENSITY, SPECIFIC GRAVITY
AND 0API GRAVITY )
2.1. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengukur Densitas fluida pada berbagai temperature.
2. Mengukur specific gravity fluida.
3. Menentukan busarnya OAPI gravity sample fluida.
2.2. TEORI DASAR
Densitas minyak adalah massa persatuan volume pada suhu tertentu, atau
dikenal jg dengan perbandingan massa minyak dengan volume pada kondisi
tekanan dan temperature tertentu. Selain densitas, salah satu sifat minyak bumi
yang penting dan mempunyai nilai dalam perdagangan adalah specific gravity
( gravitasi jenis). Specific gravity minyak adalah perbandingan anatara berat jenis
minyak pada temperature standar dengan berat jenis air dengan temperature yang
sama da di tulis :
SG =
Q
W
Di Indonesi biasanya berat jenis dinyatakan dalam fraksi, misalnya 0.5 : 0,1
untuk minyak bumi suhu yang digunakan adalah 15O C atau 60O F. Dalam dunia
perdagangan terutama yang dikuasai oleh perusahaan Amerika, gravitasi jenis atau
lebih sering disingkat dengan SG ini dinyatakan dalam API grafity dan juga API
( American Petroleum Institute ) yang sangat mirip dengan Baume gravity adalah
suatu besaran yang merupakan fungsi dari berat jenis yang dapat dinyatakan
dengan persamaan :
API =
SG =
141.5
SG
131.5
141.5
131.5+ API
SG =
m
v
o
w
API gravity minyak bumi sering menunjukan kualitas dari minyak bumi
tersebut. Makin kecil SG-nya atau makin tinggi OAPI-nya, maka minyak bumi itu
makin berharga karena lebih banyak mengandung bensin. Sebaliknya makin
rendah OAPI atau makin besar SG-nya, maka mutu minyak itu kurang baik
karena lebih banyak mengandung lilin . Perhatikan table dibawah ini:
O
Componen
Minyak Ringan
Minyak Berat
Tar
API
Specific Gravity
>20
< 0.934
10-20
0.934-1.000
<10
>1.000
Tabel 2.1 Componen, API, dan SG
Namun dari minyak bumi berat pun dapat dibuat fraksi bensin lebih banyak
dengan sistem Cracking dalam penyulingan. Walaupun demikian tentu proses
ini memerlukan ongkos atau biaya yang lebih besar lagi.
Selain API juga dapat dipakai Baume yaitu :
Boume =
140
SG
130
API dan OBaume dapat dilihat pada table. Perlu dicatat bahwa yang di maksud
API
1,000
0,9655
0,9333
0,9032
0,8750
0,8485
0,8235
0,8000
0,7778
Tabel 2.2
SG
1,076
1,000
0.9659
Baume
10,0
15,1
20,1
25,2
30,2
35,3
40,3
45,4
50.4
SG, OAPI dan OBaume
10
15
20
25
30
40
40
45
50
API
0
10
15
0.9340
20
0.9100
24
0,8762
30
0,8550
34
0,8251
40
0,8063
44
0,7796
50
0,7587
55
0,7389
60
0,7201
65
0,7022
70
0,6852
75
0,6690
80
0,6536
85
0,6388
90
0,6247
95
0,6112
100
O
Tabel 2.3 SG dan API
Gliserin 25%
8
Gliserin 50%
Gliserin 75%
Air formasi
Crude oil 250 ml
Minyak rem ( heavy duty)
Gelas Ukur
Picnometer
Picnometer
Hidrometer
Labu volumetric
Thermometer
9
10
ringan)
0
Baume = 59,18
Solar
= 0,82 gr/ml
SG = 0,82
0
API = 41,06 (minyak
ml
Picnometer
ringan)
0
Baume = 40,73
Minyak rem
= 1,06 gr/ml
50
ml
Pipet tetes
Hidrometer
Labu volumetric
250 ml
2 Thermometer Massa picnometer
50 ml = 25,0 g
Massa gliserin 25%
= 53,5 g
Massa gliserin 50%
= 57 g
Massa gliserin 75%
= 60 g
Massa air formasi
=50,5 gr
SG =
1,06
0
API = 1,99 (minyak berat)
0
Baume = 2,075
Massa gliserin 25%
= 1,07 gr/ml
SG = 1,07
Massa gliserin 50%
= 1,14 gr/ml
SG = 1,14
Massa gliserin75%
= 1,2 gr/ml
SG = 1,2
Massa air formasi
= 1,01 gr/ml
SG = 1,01
11
Massa
volumetrick
= 40,0 g
Massa crude oil
= 45 g
Suhu crude oil
= 48 0C
SG = 0.89
ringan)
Suhu = 48 0C
0
F = 118,4 0F
0
K = 321 0K
0
Ra = 578,4 0Ra
0
Re = 48,8 0Re
2.7. PERHITUNGAN
Dik : picnometer 25 ml
massa picnometer kosong
= 14,5 g
12
Dit
= 33,0 g
= 35,0 g
= 41,0 g
? SG ? OAPI ? OBaume ?
Jwb :
a. Bensin
Massa = (massa picnometer berisi massa picnometer kosong)
= (33,0 gram 14,5 gram)
= 18,5 gram
m
v
18,5 gram
25 ml
= 0,74
SG
gr
ml
o
w
0,74 gr /ml
1,000 gr /ml
= 10,74
API
141,5
SG
131,5
141,5
0,74
131,5
141,597,31
0,74
13
Baume
140
SG
130
140
0,74
130
14096,2
0,74
= 59,18
b. Soalar
Massa = (massa picnometer berisi massa picnometer kosong)
= (35,0 gram 14,5 gram)
= 20,5 gram
m
v
20,5 gram
25 ml
= 0,82
SG
gr
ml
o
w
0,82 gr /ml
1,000 gr /ml
= 0,82
API
141,5
SG
131,5
141,5
0,82
131,5
141,5107,83
0,82
14
Baume
140
SG
130
140
0,82
130
140106,6
0,82
= 40,73
c. Minyak rem
Massa = (massa picnometer berisi massa picnometer kosong)
= (41,0 gram 14,5 gram)
= 26,5 gram
m
v
26,5 gram
25 ml
= 1,06
SG
gr
ml
o
w
1,06 gr /ml
1,000 gr /ml
= 1,06
API
141,5
SG
131,5
141,5
1,06
131,5
15
141,5139,39
1,06
Baume
140
SG
130
140
1,06
130
140 137,8
1,06
= 2,075
Dik : picnometer 50 ml
massa picnometer kosong
= 25,0 g
massa picnometer + gliserin 25% = 78,5 g
massa picnometer + gliserin 50% = 82,0 g
massa picnometer + gliserin 75% = 85,0 g
massa picnometer + air formasi
= 75,5 g
Dit
: ? SG ? OAPI ? OBaume ?
Jwb :
a. Gliserin 25%
Massa = (massa picnometer berisi massa picnometer kosong)
= (78,5 gram 25,0 gram)
=53,5 gram
m
v
53,5 gram
50 ml
= 1,07
gr
ml
16
SG
o
w
1,07 gr /ml
1,000 gr /ml
= 1,07
b. Gliserin 50%
Massa = (massa picnometer berisi massa picnometer kosong)
= (82,0 gram 25,0 gram)
= 57 gram
m
v
57 gram
50 ml
= 1,14
SG
gr
ml
o
w
1,14 gr /ml
1,000 gr /ml
= 1,14
c. Gliserin 75%
Massa = (massa picnometer berisi massa picnometer kosong)
= (85,0 gram 25,0 gram)
= 60 gram
m
v
60 gram
50 ml
17
= 1,2
SG
gr
ml
o
w
1,2 gr /ml
1,000 gr /ml
= 1,2
d. Air formasi
Massa = (massa picnometer berisi massa picnometer kosong)
= (75,5 gram 25,0 gram)
= 50,5 gram
m
v
50,5 gram
50 ml
= 1,01
SG
gr
ml
o
w
1,01 gr /ml
1,000 gr /ml
= 1,01
2.8. PEMBAHASAN
Kita ketahui, sifat fisik fluida terbagi menjadi 5, yaitu : densitas, viskositas,
kompresibilitas, faktor volume formasi minyak, dan kelarutan gas dalam minyak.
Dalam pembahasan kali ini, akan lebih dititik beratkan kepada densitas.
18
API sangatlah
berhubungan. Semakin tinggi densitas minyak, maka minyak tersebut akan kental.
Apabila densitas tinggi, otomatis SG minyak tersebut akan tinggi juga. SG tinggi,
maka 0API akan rendah. Apabila 0API semakin rendah maka kualitas minyak
tersebut akan rendah, dalam artian, minyak tersebut tergolong minyak berat.
Sebaliknya, semakin rendah densitas minyak, maka SG minyak tersebut
rendah, dan 0API nya akan semakin tinggi. Semakin tinggi 0API maka kualitas
minyak itu akan semakin bagus atau dapat disebut minyak tersebut tergolong
minyak ringan dan merupakan minyak yang komersil.
Tinggi rendahnya suatu densitas sendiri dapat kita lihat langsung tanpa
menguji di lab. Semakin rendah suatu densitas minyak, maka minyak akan lebih
cair. Sebaliknya, semakin tinggi densitas, maka minyak akan semakin kental dan
sulit untuk mengalir.
Berikut adalah pembagian jenis jenis crude oil berdasarkan 0API :
Black oil
GOR = 200 s/d 700 SCF/STB
Oil gravity = 15 s/d 40 0API
Color in stock tank = brown to the dark green
19
lb/ gal
= 8820 lb/gal
b. lb/ft3 (Pound Per Cubic feet)
0,88 gr/ml
lb/ gal
= 68,96 lb/gal
c. lb/bbl (Pound Per Barel )
0,88 gr/ml
0,88 x 2,205 x 10
6,29
lb/ gal
= 308489 lb/gal
2. Buatlah grafik perbandingan antara fluida gliserin 25%, 50%, 75% dengan
densitas yang diperoleh, kemudian jelaskan.
20
2.5
2
1.5
Densitas
1
0.5
0
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Gliserin
Grafik 2.1
Gliserin vs Densitas
Semakin besar % gliserin, maka densitas () semakin besar. Kita dapat
melihat dari kekentalan gliserin tersebut. Semakin tinggi densitas, maka
gliserin semakin kental.
3. Gambarkan dan jelaskan 5 petroleum system !
a. Seurce rock
= Dikenal dengan batuan induk
merupakan batuan yang bahan organiknya dibawah
tekanan, pans (temperatur) dan waktu diubah menjadi
hidrokarbon cair atau gas atau dapat disimpulkan
tempat terbentuknya hidrokarbon.
b. Reservoir rock = Merupakan batuan yang dijenuhi
oleh minyak atau merupakan batuan / wadah
berkumpulnya gas dan minyak / fluida
21
induk
ke
lapisan
berikutnya
hingga
4. Mana yang lebih cepat melarutkan ccrude oil, toluena atau bensin ? jelaskan
Gambar
2.2danSistem
dan buat rumus kimia
bensin
toluenaPerminyakan
!
Toluena, karena toluena memiliki atom C yang paling sedikit dibandingkan
bensin.
Rumus Kimia Bensin
= CnH2N +2
= C7H18
5. Apa hubungan :
a. SG dengan temperatur
Semakin tinggi temperatur maka SG semakin renda, begitu juga
sebaliknya
b. dengan
Semakin rendah densitas maka semakin rendah, begitu juga sebaliknya.
c. 0API dengan flash point
Semakin tinggi 0API, semakin cepat flash point terjadi.
22
BAB III
PENENTUAN KANDUNGAN AIR DAN ENDAPAN SEDIMEN ( BS & W )
( BASE SEDIMENT AND WATER DETERMINATION )
3.1. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan kadar air dan endapan dari crude oil dengan
menggunakan BS & W centrifuge.
3.2. TEORI DASAR
Dalam suatu proses produksi, air dan padatan padatan yang terbawa atau
ikut terproduksi bersama minyak, harus dipisahkan. Air yang terproduksi dapat
menggunakan proses pretinary. Sedangkan padatan yang ikut terproduksi biasanya
adalah pasir dan serpihan, itu dapat mengganggu alat produksi. Hal ini disebabkan
oleh karena batuan yang unconsolidate dan porous. Butir butir ini sedemikian
kecilnya sehingga dapat lolos dan saringan dan mengendap dibawah sumur. Untuk
pemisahan zat zat padat dari minyak berat penguapannya rendah atau kecil
sehingga fraksi minyak yang hilang kecil atau sedikit.
23
Pemisahan minyak dari air dan padatan pada waktu produksi mempunyai
maksud tertentu :
1. Mencegah korosi
2. Mencegah erosi
3. Mencegah terbentuknya scale
Ada dua macam centrifuge yang digunakan dalam industri perminyakan
yaitu shaples supercenti fuge dan de laval separotor. Penggunaan alat ini terutama
untuk ekstrasi padatan padatan dalam minyak, di kilang. Alat ini juga digunakan
untuk emulsi minyak.
Dengan metode centrifuge ini, air yang densitasnya lebih besar atau lebih
tinggi berada di atas sedangkan minyak yang densitasnya lebih rendah berada
dibawahnya, pasir dan padatan yang lebih besar akan tertinggal dalam centrifuge.
Gelas sentrifugal
Gelas ukur 250 ml
Gelas ukur 50 ml
Gelas ukur 25 ml
Gelas kimia 100 ml
Corong
Pipet tetes
Bahan :
24
Air formasi
Demulsifier
Gelas Ukur
Gelas sentrifugal
Pipet Tetes
Gelas Kimia
Corong
Mesin BS & W
25
ditambahkan kemudian.
Aduk kembali pada 750 RPM selama 3 menit
Masukkan kedalam gelas ukur. Amati tiap selang waktu 0,5 menit
selama 40 60 menit.
3 menit
Bandingkan hasilnya untuk waktu yang sama dengan metode
sebelumnya.
26
No
Peralatan
1 Gelas
Kalkulasi
Hasil Analisa
Penelitian
50 ml crude oil + 50 Menghasilkan sedikit water cut
sentrifugal
Gelas ukur
250 ml
Gelas ukur
50 ml
Gelas ukur
25 ml
Gelas kimia
100 ml
Corong
Pipet tetes
ml
toluena
dimasukkan
kedalam mesin BS
0,024 ml
100 ml
x 100
%
= 0,024 %
toluena
dimasukkan
kedalam mesin BS
& W centrifuge, dg
T = 80 0C, V = 1500
RPM, t = 5 menit
27
ml toluena + 3 tetes
demulsifier
dimasukkan kedalam
mesin
BS
% water cut =
W 100%
centrifuge, dg T = 80
&
C, V = 1500 RPM, t
= 5 menit
0,6 ml
100 ml
x 100 %
= 0,6 %
( perlu pemisahan lagi )
0,024 ml
100 ml
x 100%
x 100 %
= 0,6 ml
Vol. Total
Dit
0,6 ml
100 ml
x 100%
x 100 %
3.8. PEMBAHASAN
Dalam percobaan 2 ini, kami menggunakan mesin BS & W centrifuge.
Mesin ini berfungsi untuk memisahkan air dan minyak. Sebelum minyak
dimasukkan ke dalam mesin, minyak / crude oil terlebih dahulu dimasukkan
kedalam gelas sentrifugal. Setiap gelas ( terdapat 3 gelas sentrifugal ) diisi 50 ml
crude oil dan 50 ml toluena. Sedangkan gelas ke 3 ditambahkan 3 tetes
demulsifier.
Demulsifier berfungsi untuk memisahkan minyak dan air. Sebelum
dimasukkan kedalam mesin BS & W centrifuge, campuran minyak / crude oil dan
toluena serta gelas sentrifuge ke 3 yang dicampur 3 tetes demulsifier tadi di agitasi
agar campuran merata. Setelah itu masukkan kedalam mesin.
Mesin di seting sesuai yang diinginkan. Untuk mesin BS & W ini memiliki
speed maximal 1500 RPM, dan minimal 250 RPM. Dalam percobaan kali ini,
kami menggunakan kecepatan 1500 RPM dalam suhu 80 0C dan dalam waktu 5
menit ( untuk gelas centrifuge 1 &2 ). Sedangkan yang ke 3 diberi kecepatan 1000
RPM dalam suhu 61 0C dan dalm waktu 5 menit.
29
Gambar 3.2
30
% water cut =
x 100%
Setelah mendapati % water cut, kita juga bisa mencari % oil cut, berikut
adalah rumus % oil cut :
% vol. Oil cut = % vol. Total - % water cut
Untuk % water cut sendiri memiliki batas, yaitu % max dari water cut yaitu
0,2 %. Setiap dibawah 0,2 % maka crude oil layak dimasukkan / dikirim ke tanki
dg terlebih dahulu melalui beberapa tes untuk memisahkan air dengan pasir
(apabila water cut terdapat pasir). Sedangkan untuk water cut yang lebih besar
dari 0,2 % maka perlu dilakukan pemisahan ulang lagi.
Adapun ketetapan lain yaitu, semakin tinggi viskositas, maka endapan akan
semakin banyak. Selain demulsifier yang berguna untuk memisahkan minyak dan
air, kita juga memiliki reverse yang berfungsi untuk memisahkan air dan minyak.
3.9. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari percobaan ini, toluena dan demulsifier sangatlah
berperan penting. Toluena yang berfungsi memisahkan minyak, air dan endapan
sangatlah berguna. Begitu juga dengan demulsifier yang berfungsi memisahkan
minyak dan air serta mengurangi terjadinya / terbentuknya endapan.
Kurangnya prosesnya agitasidalam pencampuran crude oil dan toluena,
mengakibatkan kedua campuran itu tidak terlarut rata dan tidak menghasilkan
hasil yang maksimal. Hal ini sangat mempengaruhi, apabila proses agitasi tidak
dilakukan secara sempurna, maka endapan tidak akan terpisah dari crude oil.
31
Tidak hanya itu, peletakan posisi gelas sangat berpengaruh pada mesin BS
& W centrifuge, begitu juga volume setiap gelas yang akan dimasukkan kedalam
mesin BS & W. Untuk volume, setiap gelas harus memiliki volume yang sama.
Untuk posisi, setiap gelas berisi minyak harus dipasangkan dengan gelas yang
berisi minyak juga.
Selain demulsifier, adapula reverse. Reverse memiliki fungsi untuk
memisahkan air dan minyak. Untuk hasil, apabila crude oil yang dicampur toluena
tadi dapat menghasilkan water cut. Water cut adalah air yang terpisah dari crude
oil karena adanya bantuan dari toluena dan proses agitasi yang sempurna.
3.10. JAWABAN TUGAS
1. Apakah yang dimaksud dengan demulsifier ?
Demulsifier adalah cairan yang berfungsi untuk memisahkan minyak dari air.
2. Apa yang dimaksud dengan reverse demulsifier ?
Reverse demulsifier adalah cairan yang berfungsi untuk memisahkan air dan
minyak.
3. Menurut anda, apa alasan keberadaan fluida tabung centrifuge ?, mengapa
posisinya ?
Keberadaan fluida pada tabung centrifuge sangatlah penting. Setiap tabung
harus memiliki volume fluida yang sama, kalau tidak mesin BS & W
centrifuge tidak akan bekerja maksimal ( sukar bekerja ). Begitu juga
peletakan / posisi tabung pada mesin BS & W centrifuge, fluida sejenis harus
diletakkan secara berhadapan, kalu tidak, mesin enggan bekerja. Hal itu
dilakukan agar saat mesin berputar, abung akan konstan ( tidak oleng )
4. Carilah metode metode untuk mencegah terjadinya emulsi !
Kita ketahui, emulsi merupakan pencampuran 2 zat tetapi tidak larut. Untuk
mencegahnya dapat kita gunakan metode tidak mencampur 2 larutan yang
berbeda. Maksudnya ialah dalam melarutkan harus larutan yang sejenis.
Contohnya air dengan air ayau minyak dengan minyak.
32
33
BAB IV
ANALISA KIMIAWI AIR FORMASI
( CHEMICAL ANALYSIS OF FORMATION WATER )
4.1. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan besarnya harga indeks stabilitas guna mengetahui tingkat
pengendapan perkaratan yang disebabkan oleh air formasi.
4.2. TEORI DASAR
Air formasi disebut pula dengan oil field water atau connate water atau
intertitial water yaitu air yang terproduksi bersama sama dengan minyak dan
gas, karena adanya gaya dorong dari air ( water drive ) yang mengisi pori pori
yang ditinggalkan minyak. Air formasi hampir selalu ditemukan didalam reservoir
hidrokarbon. Air formasi diperkirakan berasal dari alut yang ikut terendapkan
bersama dengan endapan sekelilingnya. Karena situasi pengendapan batuan
reservoir minyak terjadi pada lingkungan pengendapan laut.
Keberadaan air formasi akan menimbulkan gangguan pada proses
produktifitas sumur, tetapi walau demikian keberadaan air formasi juga
mempunyai kegunaan cukup penting, antara lain :
1. Untuk mengetahui penyebab korosi pada peralatan produksi suatu
sumur.
2. Untuk mengetahui adanya scale formation.
3. Untuk dapat menentukan sifat lapisan dan adanya suatu kandungan
yodium dan barium yang cukup besar dan dapat digunakan untuk
mengetahui adanya reservoir minyak yang cukup besar.
Adapun kesulitan yang ditimbulkan karena adanya air formasi adalah :
1. Adanya korosi
2. Adanya solid deposit
3. Adanya scale formation
4. Adanya emulsi
5. Adanya kerusakan formasi
4.3. ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN
Alat :
34
Bahan :
NaOH
Air formasi
Metyl Orange
Phenolptaline
K2CrO4
AgNO3
H2SO4
Larutan buffer pH 10 + indikator
Larutan buffer calver + tepung indikator calser II
Gelas Ukur
Gelas Kimia
35
Pipet Tetes
Corong
Erlenmeyer
Ph meter
36
elektrolit,
kalibrasi
sebelum
digunakan
CO3 ,
HCO3 ,
dan
CO3
dan
HCO3 .
Prosedur percobaan
1. Mengambil contoh air pada gelas titrasi sebanyak 1 cc dan
menambahkan larutan phenolptalein (PP) sebanyak 2 tetes.
37
Perhitungan
Kebasahan P = Vp / banyaknya cc contoh air
Kebasahan M = Vm / banyaknya cc contoh air
Penentuan untuk setiap ion dalam mili eqivalen (me/ L) dapat
HCO3
P= 0
P=M
2P = M
2P < M
2P > M
CO3
OH
M x 20
0
0
0
0
20 x P
0
40 x P
0
20 x ( M 2P )
40 x P
0
0
40 x ( M P )
20 x ( 2P M )
Tabel 4.1 Klasifikasi konsentrasi ion
38
D. Penentuan klorida
1. Mengambil 20 ml air sample, menambahkan 5 tetes K2CrO4, warna
akan menjadi bening.
2. Mentitrasi dengan larutan AgNO3 1 ml = 0,001 g Cl sampai warna
coklat kemerahan, mencatat volume pentitrasi.
3. Jika menggunakan AgNO3 0,001 N :
ml titer x 1000
Kadar Cl, mg / L = ml contoh air
E. Penentuan sodium
1. Mengkonversikan mg / L anion dengan me / L dan menjumlahkan
harganya.
39
KalkulasiPenelitian
Hasil Analisa
H ml air formasi + 2 Menghasilkan warna pink
Vawal = 50 ml
tetes pp
Larutan di atas ditirasi Vp = 19,5 ml
Warna menjadi Jernih
dengan H2SO4
Menghasilkan warna orange
Vawal = 50 ml
Larutan warna jerrnih Vp = 10,5 ml
di atas + 2 tetes metile Menghasilkan warna merah
orange
Larutan yang bewarna
muda
40
Labu buret
Corong
3 Erlenmeyer
Statif
PH meter
Pipet tetes
dengan
merah
larutan
20 ml air formasi + 5
tetes K2Cr04
Larutan dititrasi dengan
dan
akhirnya
menjadi jernih
Vp = 32 me/l
Waena menjadi bening
Vawal = 50 ml
Vp = 4 ml
AgNO3
Tabel 4.2
4.7. PERHITUNGAN
Anion
ClCO
Konsentrasi Anion
BM
Me/l
Mg/l
35,5
20
0,56
2 3
Konsentrasi Kation
Kation BM Me/l
Mg/l
2+
Ca
40
32
1,6
60
84
2,8
Mg2+
24
0,25
61
Na2+
23
HCO
2 3
OH17
36
2,11
140
5,47
35
Anion
Kanion
Tabel 4.3 Hasil percobaan analisa kimia formasi
1,85
Konversi
Mg/l = me/l x
ion
Bm
41
a. Penetuan Alkalinitas
Dik
: Vp (titrasi pertama)
Vp2 (titrasi kedua)
Air formasi
Dit
: Vm ? P ? M ?
Jwb
: Vm
Kebasahan P
= 19,5 ml
= 19,5 ml
= 5 ml
= Vp1 + Vp2
= 19,5 ml + 19,5 ml
= 30,0 ml
Vp
banyak cc conto h air
19,5 ml
5 ml
= 3,9
Kebasahan M
Vm
banyak cc conto h air
30 ml
5 ml
= 6 ml
Maka : 2P > M
HCO3
=0
C032-
= 40 (M-P)
= 40 (6 3,9)
= 40 2,1
=6
OH3
= 20 (2P - M)
= 20 (2 (3,9) - 6)
= 20 (7,8 6)
= 20 1,8
= 36
42
: me/l mg ?
Jwb
: Magnesium, me/L
Magnesium, me/L
c. Penentuan klorida
Dik
: Vp (titrasi pertama)
= 4 ml
: kadar Cl ?
Jwb
: kadar Cl
ml titer x 100
ml contohair
4 ml x 100
20 ml
= 20 mg/l
d. Penentuan sodium
Dik
: anion = 5,47
kation = 1,85
Dit
: sodium Na ?
Jwb
= (anion kation)
43
= (5,47 1,85)
= 3,62
4.8. PEMBAHASAN
Dalam mengeksplor minyak dari dalam reservoir, kita tidak hanya
mendapati minyak tetapi juga mengandung fluida lainnya. Diantaranya yaitu
minyak itu sendiri, gas dan air. Air disini merupakan air formasi. Air formasi
adalah air yang keluar bersama sama dengan gas, karena adanya gaya dorong dan
air (water drive) yang mengisi pori pori yang ditinggalkan minyak.
Air formasi memiliki 2 sifat yaitu asam dan basa. Sifat asam mengakibatkan
korosi. Korosi adalah pengkaratan. Hal ini dapat menyebabkan pemproduksian
minyak terganggu. Bila air formasi yang bersifat asam tetap dialirkan maka dapat
merusak pipa. Hal ini dikarenakan air yang melengket di pipa pipa yang
semakin lama semakin megeras dan mengakibatkan pengkaratan. Pengkaratan
yang dibiarkan terus menerus lama kelamaan pipa akan bocor dan minyak akan
meluber kemana mana. Sehingga mengurangi hasil produksi minyak.
Sedangkan sifat air formasi yang basa, mengakibatkan terjadinya endapan.
Endapan dapat berbentuk pasir dan sedimen. Endapan dapat dihancurkan
menggunakan demulsifier. Endapan sendiri dapat mengakibatkan merusak
produksi minyak yang dihasilkan. Dalam artian, minyak yang mengandung
endapan akan memperburuk minyak yang dihasilkan.
Adapun kandungan utama dalam air formasi ini adalah unsur K (kalium),
Na (Natrium) dan Cl (Chlor) dijumpai dalam jumlah yang sangat banyak
Keberadaan air formasi selalu berasosiasi dengan batuan reservoir sering
menimbulkan komplikasi masalah masalah pada proses produksi minyak.
Informasi mengenai komposisi air formasi sangat menunjang dalam penanganan
masalah yang ditimbulkan. Data analisis air formasi, merupakan perangkat data
yang cukup penting dalam mempersiapkan data kimiawi dan fisik, untuk
interpretasi sesuatu yang terkait dengan timbulnya masalah pengendapan yang
terutama diperlukan dalam menentukan kemungkinan pemakaran air produksi
dilapangan minyak dan gas.
44
45
= Natrium Oksida
b. SO4
= Sulfat
c. Pb (CH3COOH)2
d. CaCl
e. KCN
= Kalsium Sianida
f. SO3
= Sulfit
g. (NH3)3 PO4
= Amonium Fosfat
h. Ca (CH3COOH)2
= Dikalsium Asetat
i. Mg (NO3)2
j. CuSO4
= Tembaga Sulfat
46
Berapa liter gas hidrogen yang dihasilkan jikadiukur pada STP ? diberikan Ar
Al = 27, Cl = 35,5 dan H = 1 !
2Al + 6HCl
2AlCl3 + 3H2
mol AlCl3 =
2
3
x 0,2
= 0,3
mol H2
3
2
x 0,2
= 0,3
Volum
= mol x STP
= 0,3 x 22,4 liter
= 6,72 liter
BAB V
PENENTUAN VISCOSITAS
( DETERMINATION OF VISCOSITY )
5.1. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan konstanta alat viscometer ostwald.
2. Menentukan viscositas fluida yang mengalir pada pipa kapiler
47
Dimana :
= Viskositas (poise)
Ada bermacam macam viskometer tipe pipet yang dapat digunakan untuk
menentukan viskositas kinematis, baik untuk produk minyak yang tembus
pandang (transparan) maupuntidak. Adapun rumus yang digunakan untuk
menghitung viskositas kinematis adalah :
kin = C . t
Dimana :
kin = Viskositas kinematik (poise)
C
Untuk menjamin agar aliran cairan dalam pipa kapiler viskometer laminer,
harus digunakan viskometer yang mempunyai ukuran pipa kapiler sedemikian
48
sehingga waktu alir lebih dari 200 detik. Pada dasarnya pengukuran viskometer
kinematis produk minyak bumi adalah mengukur waktu alir produk minyak bumi
yang mempunyai volume tertentu melalui pipa kapiler viskometer pada suhu
tertentu. Sselain viskositas kinematik ada lagi yang dikenal dengan viskositas
dinamis. Untuk menghitung viskositas dinamis digunakan rumus di bawah ini :
din = d . kin
Dimana :
d
= Spesific gravity
Table ASTM
Stopwatch
Bola Karet
Pemanas Listrik
Corong
Gelas Ukur 25 ml
49
Bahan :
Gelas Kimia
Picnometer
Redwood Viskosimeter
Viskosimeter Oswald
Thermometer
Stopwatch
Pemanas Listrik
Bola Karet
Corong
Gelas Ukur
Gambar 5.1
Peralatan percobaan IV
prosedurnya.
Catatan
: Densitas larutan diukur pada temperature yang
sama
B.
1.
2.
3.
4.
Per
alat
an
Kalkulasi
Penelitian
Hasil
Analisa
Gelas
Kimia
250 ml
Gelas Kimia
100 ml
Picnometer 25
cairan
Air
V = 20 ml
t = 12,14 s
Gliserin 25 %
V = 20 ml
t = 19,17 s
Gliserin 50 %
V = 20 ml
t = 44,9 s
Gliserin 75 %
V = 20 ml
t = 161,47 s
ml
Redwood
Viskosimeter
Viskosimeter
Oswald
Thermometer
Table ASTM
Stopwatch
2
Bola Karet
Pemanas
Listrik
Corong
Gelas Ukur 25
ml
3
Menentukan
kin
din
5,9928 cs
Gliserin 25 %
kin
5,9928 cs
9,6234 cs
din
10,3586 cs
Gliserin 50 %
kin
22,423 cs
din
25,6339 cs
Gliserin 75 %
kin
80,6381 cs
din
densitas
95,7658 cs
= 1,0088 gr/ml
= 1,0764 gr/ml
= 1,1432 gr/ml
= 1,1876 gr/ml
gliserin.
Air
Gliserin 25 %
Gliserin 50 %
Gliserin 75 %
v = 50 ml
dengan redwood viskometer :
t = 31,46 s
50 ml crude oil
v = 50 ml
75 0F
t = 12,70 s
50 ml crude oil
v = 50 ml
85 0F
50 ml crude oil
100 0F
5.7. PERHITUNGAN
5.7.1.
Menentukan viskositas dengan viskometer oswald
a. Menentukan viskositas cairan
Air
Dik
: V air = 20 ml
t air = 12,14 s
Dit
Jwb
: kin ? din?
: kin = C.t
din
Gliserin 25%
Dik
: V gliserin
= 20 ml
t gliserin = 19,27 s
Dit
Jwb
: kin ? din?
: kin = C.t
din
Gliserin 50%
Dik
: V gliserin
= 20 ml
t gliserin = 44,9 s
Dit
Jwb
: kin ? din?
: kin = C.t
= 22,423 cs
din = d. kin
Gliserin 75%
Dik
: V gliserin
= 20 ml
t gliserin = 161,47 s
Dit
Jwb
: kin ? din?
: kin = C.t
din
m. air
= 39,85 gr - 14,63 gr
= 25,22 gr
: ?
Dit
Jwb
m
v
25,22 gram
25 ml
gr
= 1,0088 ml
Gliserin 25%
Dik
m. Gliserin
= m. picnometer m. Picnom
Gliserin 25%
= 41,54 gr - 14,63 gr
= 26,91 gr
: ?
Dit
Jwb
m
v
26,91 gram
25 ml
1,0764
gr
ml
Gliserin 50%
Dik
m. Gliserin
= m. picnometer m. Picnom
Gliserin 50%
= 28,58 gr
Dit
= 43,21 gr - 14,63 gr
: ?
Jwb
m
v
28,58 gram
25 ml
1,1432
gr
ml
Gliserin 75%
Dik
m. Gliserin
= m. picnometer m. Picnom
Gliserin 50%
= 44,2 gr - 14,63 gr
= 29,69 gr
: ?
Dit
Jwb
m
v
29,69 gram
25 ml
gr
=1,1876 ml
5.7.2.
F = (
9
5
x C ) + 32
=(
9
5
x 75) + 32
= 167 F
No
75 0F
1
K = C +273
= 75 + 273
= 348 K
Re = (
4
5
108,975
50 ml
x C )
=(
4
5
75 )
= 60 Re
Ra = F + 460
= 167 + 460
2 85 0F
= 627 Ra
F = (
9
5
x C ) + 32
=(
9
5
x 85) + 32
= 185 F
K = C +273
= 85 + 273
31,46 s
50 ml
= 358 K
Re = (
4
5
x C )
=(
4
5
85 )
= 68 Re
Ra = F + 460
= 185 + 460
3 100 0F
= 645 Ra
F = (
9
5
x C ) + 32
=(
9
5
x 100) + 32
= 212 F
K = C +273
= 100 + 273
= 373 K
Re = (
4
5
x C )
=(
100 )
= 80 Re
Ra = F + 460
= 212 + 460
= 672 Ra
4
5
12,7 s
50 ml
5.8. PEMBAHASAN
Viskositas adalah keengganan suatu minyak untuk mengalir. Viskositas
terbagi menjadi 2 yaitu :
Viskositas kinematik, merupakan viskositas yang dipengaruhi oleh gaya
gravitasi.
Viskositas dinamik, merupakan viskositas yang tidak dipengaruhi oleh
gaya gravitasi bumi.
temperature.
Viskosimeter oswald digunakan hanya untuk fluida yang bening
contohnya air dan gliserin.
crude oil yang light oil, yang berarti jenis minyak yang beagus.begitu juga
sebaliknya.
5.9. KESIMPULAN
1. Semakin tinggi konsentrasi gliserin,maka gliserin tersebut makin kental.
2. Semakin tinggi waktu alir maka semakin tinggi densitasnya.
3. Semakin tinggi temperature yang diperlukan,semakin rendah
viskositasnya.
4. Semakin tinggi tekananya,semakin rendah viskositasnya.
3. Dik
: d = 80 inc
r = 40 inc = 101,60 cm
P1 = 7,86 atm
P2 = 10,55 atm
V = 120 ml
t = 35 s
Dit
: ?
Jwb
: P
= P2 P1
= 2,69 atm.
. r2 . t . P
8. L .V
= 46,35202098 cs
BAB VI
kerosin atau minyak tanah bernomor atom C18 sampai C25, pelumas berat
bernomor atom C26 sampai C35, sedangkan diatas C36 sampsi C60 dianggap residu.
Setelah kotoran,air dan gas dipisahkan dari crude oil maka selanjutnya
crude oil akan ses untuk mendapatkan apa yang disebut PETROLEUM
PRODUCT. Proses yang digunakan meliputi :
Physical processing
Chemical processing
Refining processing
Dalam percobaan inin hanya dipakai metoda Physical processing yaitu
destilasi berfraksi. Jika tekanan barometer tidak menunujukan 760 mmHg, maka
setiap pengukuran destilat perlu dilakukan koreksi temperature begitu juga
pressure loss untuk pembacaan celcius.
Flash
Destilation + Kondensor
Thermometer
Gelas Ukur
Picnometer
Pemanas Listrik
Neraca Digital
Gambar 6.1
Peralatan percobaan V
9. Setelah initial boiling point tercapai, amati volume destilat untuk setiap
kenaikan temperature 25 C, sampai tercapai final atau End Boiling
Point.
10. Hentikan pemanasan pada end boiling point dan biarkan cairan destilat
menetes pada gelas ukur.
11. Setalah pendinginan, catat volume total destilat.
12. Timbang flash +residu+ thermometer.
13. Ukur SG residu dengan picnometer (10 mL) pada kondisi laboratorium.
14. Ukur temperature dan tekanan udara laboratorium selama percobaan
6.6 HASIL PENGAMATAN
tan
Perala
KalkulasiPene
litian
Massa picnometer
= 31,21 g
Massa
termometer
Hasil
Analisa
crude oil
=
+ gr/ml
0,93858
SG crude oil
tabung flask
= 182,6 g
=
0,93858
Massa picnometer + crude gr/ml
0API = 19,2596
oil = 78,13 g
T Pb = 58 0C
Flash destilation Volume picnometer
= 50 cc
T initial boiling point
Kondensor
= 290 0C
Thermometer Massa crude oil = 46,92 g
Alat
pemanas Massa crude oil + flask+ T n boiling point
= 348 0C
thermometer = 244,85 g
listrik
Gelas ujur 20 ml Gelas kimia + destilat = residu = 0,8891
Picnometer
66,18 g
gr/cc
Neraca digital Volume destilat = 2,68 g SG residu = 0,8991
Massa gelas kimia
= 2,73 g
Massa
termometer
API = 27,649
6.7 PERHITUNGAN
1. Dik : m. Picnometer = 31,21 g
V picnometer = 50 ml
= 78,13 g 31,21 g
= 46,92 g
Dit
point ?
T boiling point ?
Jwb
: minyak
m. minyak
v . minyak
46,92 g
50 cc
= 0,9384 gr/cc
SG minyak
o
w
0,9384 gr /cc
1 gr /cc
= 0,9384
API
141,5
SG
131,5
141,5
0,9384
141,5123,3996
0,9384
18,1004
0,9384
131,5
v. destilat = 2,68 g
m. residu = 60,55 g
v. residu = 68 ml
Dit
Jwb
: minyak
m. residu
v . residu
60,55 g
68 cc
= 0,89 gr/cc
SG minyak
o
w
0,89 gr /cc
1 gr /cc
= 0,89
API
141,5
SG
141,5
0,89
141,5117,035
0,89
24,465
0,89
6.8 PEMBAHASAN
131,5
131,5
mencari API dari crude oil yang dihasilkan. Adapun rumus API adalah :
Adapun 3 jenis minyak yang terbagi berdasarkan besar API, antara lain :
diproduksi. Misalnya, apabila initial boiling point terjadi pada suhu 290 C, maka
minyak yang dihasilkan tergolong minyak solar. Pada suhu 200 C, maka minyak
yang dihasilkan tergolong pada minyak bensin, begitu juga selanjutnya.
Berikut adalah pembagian jenis minyak berdasarkan carbon yang
terkandung :
C1 C4
= Gas
C5 C10
= Bensin
C11 C13
= Kerosin
C14 C17
= Solar
C18 C25
C26 C35
C36 C60
= Residu
6.9 KESIMPULAN
Dari percobaan,dapat kita simpulkan, semakin rendah nilai SG dari suatu
minya, maka API minyak tersebut semakin tinggi. Semakin tinggi API yang
dihasilkan maka makin bagus minyak yang dihasilkan.
Begitu juga dengan kekentalan dari minyak yang digunakan makin kental
minyak/crude oil maka semakin cepat terjadinya Pb begitu juga terjadinya initial
boiling point, maka minyak tergolong minyak yang bagus.
Gambar 6.1
Grafik 3 Fasa
terdapat dalam HC tersebut terdiri lebih dari 2 fasa, seperti adanya komponen
BAB VII
sebagai fire point. Penentuan titik nyala tidak dapat dilakukan pada produkprodukyang volatile seperti gasolin dan solven-solven ringan, karena mempunyai
flash point dibawah temperatur normal.
Semula penentuan flash point dan fire point ini dimaksudkan untuk
keamanan dimana orang yang bekerja tanpa kuatir akan terjadinya kebakaran,
tetapi perkembangannya yaitu dapat mengetahui mudah tidaknya minyak tersebut
menguap.
Koreksi untuk tekanan Barometer :
Tekanan Barometer dicatata pada saat akhir percobaan, bila tekanan tidak
sama dengan 760 mmHg (101,3 kPa), titik nyala dapat dikoreksi sebagai berikut :
a. Cc = C + 0,25 ( 101,3 P )
b. Cc = F + 0,06 ( 760 P )
c. Cc = C + 0,0033 ( 760 P )
Dimana :
F = titik nyala yang diamati ( F )
Gelas Kimia
Thermometer
Gelas Ukur
Aluminium foil
Gambar 7.1
Peralatan percobaan VI
Peralatan
KalkulasiPeneliti
Hasil
Analis
an
1
kenaikan suhu 5 C
60 0C = tidak ada
flash point
65 0C = tidak ada
flash
flash point
85 0C = terjadinya
a
Tempe
ratur
flash point
0
70 0C = tidak ada 85 C
flash point
75 0C = tidak ada
flash point
80 0C = tidak ada
point :
= 1850F
= 68 0Ra
= 358 0K
= 645 0Re
flash point
Fire point
tidak
diketemukan.
9.7 PERHITUNGAN
1. Dik : T flash point = 85 C
Dit
: F ? Ra ? K ? Re ?
Jwb
: 85 C F = (
9
5
x C ) + 32
=(
9
5
x 85 ) + 32
= 185 F
85 C Re = (
4
5
x C )
=(
4
5
x 85 )
= 68 R
85 C K = C +273
= 85 + 273
= 358 K
85 C Ra = F + 460
= 185 + 460
= 645 R
9.8 PEMBAHASAN
Dalam prakteknya, flash point adalah titk nyala saat suhu terendah dimana
minyak dan produknya dalam campura dengan udara akan menyala apabila
terkena percikan api. Sedangkan fire point adalah suhu menyebabkan bahan bakar
cair menguap cukup banyak untuk dapat mendukung pembakaran.
Adapun fungsi dari flash point dan fire point adalah untuk mengetahui
kualitas minyak yang di tes. Adapun hubungan flash point,serta fire point dengan
kualitas minyak yaitu, semakin kecil temperature saat terjadinya flash point dan
fire point, maka semakin bagus kualitas minyak tersebut.
Secara terperinci, flash point brfungsi untuk mengetahui kadar gas yang
terkandung didalam minyak. Semakin sedikit gas yang terkandung,maka semakin
bagus minyaknya. Sedangkan pada saat terjadinya penguapan gas ( titik Pb nya).
Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya flash
point yaitu :
Viskositas
Gas yang terkandung
banyak gas yang terkandung didalam minyak (flash point tinggi) maka minyak
akan mudah mengalir. Artinya, viskositasnya semakin rendah.
9.9 KESIMPULAN
1. Dik
: T = 80 0F
Dit
: F ? Re ? K ? Ra ?
Jwb
: 85 C F = (
9
5
x C ) + 32
=(
9
5
x 80 ) + 32
= 176 F
85 C Re = (
4
5
x C )
=(
4
5
x 80 )
= 64 Re
85 C K = C +273
= 80 + 273
= 353 K
85 C Ra = F + 460
= 176 + 460
= 636 Ra
BAB VIII
Salah satu sifat hampir semua minyak adalah membeku menjadi semi
fluid atau massa solid yang sukar bergerak jika padanya terjadi penurunan
temperature. Test titik kabut umumnya dilakukan pada minyak yang dihasilkan
dengan destilasi. Test ini menentukan temperatur dimana Wax (lilin paraffin)
mulai mengkristal dan terpisah dari minyak membentuk semacam kabut tipis.
Test ini dilakukan untuk menentukan temperature dimana minyak tidak
dapat mengalir lagi. Besarnya pour point berbeda beda untuk setiap tipe minyak
tergantung pada komposisi zat yang dikandungnya. Untuk melaksanakan test ini,
sample minyak ditempatkan pada botol yang dilengkapi termometer. Kemudian
sample dan yar diletakkan pada mesin pendingin untuk diamati temperature dan
fluidanya. Untuk menentukan titik kabut, sample diamati pada tiap penurunan
temperature 2 F (-16.6667 C) hingga terbentuk endapan (kabut). Sedangkan
untuk titik tuang, sample diamati pada tiap penurunan suhu 5 F (-15 C) hingga
minyak tidak mengalir lagi jika dituangkan.
Thermometer
Water Bath
Tabung Reaksi
Gambar 8.1
Stopwatch
Corong
Peralat percobaan VI
Pemanas Listrik
Peralatan
Kalkulasi
Penelitia
n
Titik kabut (cloud
point)
= 130C
= 100C
Analisa
Temperatur
flash point :
Water Bath
Termometer
Tabung Reaksi
2 Corong
Stopwatch
Pemanas
Aluminium Foil
= 390C
13 0C
= 55,40F
= 386 0K
= 514,8 0Ra
= 10 0Re
= 50 0F
= 283 0K
= 509,4 0Ra
= 8 0Re.
Titik tuang (pour point)
13 0C
= 102,2 0F
= 312 0K
= 561,60Ra
8.7 PERHITUNGAN
Hasil
= 10 0Re.
9
=( 5
= 55,4 F
x 13) + 32
Konversi dari C ke Re
4
13 C = 5 x tc
4
5
x 13
= 10,4 Re
Konversi dari C ke K
13C = tc + 273
= 13+273
= 286 K
Konversi dari C ke Ra
13 C = ( C + 273) x 1,8
= 514,8 Ra
9
=( 5
= 504 F
x 10) + 32
Konversi dari C ke Re
4
10 C = 5 x tc
4
5
x 10
= 10Re
Konversi dari C ke K
10C = tc + 273
= 10 + 273
= 283 K
Konversi dari C ke Ra
10 C = ( C + 273) x 1,8
= 509,4 Ra
9
=( 5
= 102,2F
Konversi dari C ke Re
4
39 C = 5 x tc
x 10) + 32
4
5
x 39
= 31,2 Re
Konversi dari C ke K
39C = tc + 273
=39+ 273
= 312 K
Konversi dari C ke Ra
39 C = ( C + 273) x 1,8
= 561,6 Ra
8.8 PEMBAHASAN
Pada pembahasan kali ini akan membahas mengenai hubungan cloud
point, cold point, dan pour point terhadap minyak maupun sifat fisik fluida. Dari
hasil pengamatan kita juga dapat menentukan point-point dan pour point tersebut,
point-point itu diantaranya seperti temperatur dan komposisi zat-zat yang
dipengaruhi.
Cloud point, cold point dan pour point sendiri dilakukan untuk
memperkira kanjumlah lilin yang terdapat dalam minyak. Hal ini dikarenakan
semakin rendah suatu suhu, maka minyak akan cepat membeku. Seperti yang
dijelaskan sebelumnya, dapat kitasimpulkan semakin rendah titik kabut maka
makin banyak kandungannya dan sebaliknya. Untuk pour point dalam
pengaplikasiannya digunakan untuk mengetahui titik tuang dari crude oil tersebut,
sehingga lilin yang terkandung dapat dipisahkan dari minyak.
Cloud point dapat diketahui dari pengamatan yang dilakukan . dalam
pengaplikasiannya cloud point digunakan untuk mengetahui pada temperature
berapa minyak akan membeku. Temperatur tersebut digunakan untuk diterapkan
pada pipa minyak. Temperature pipa diatur sehingga minyak yang terdapat dipipa
tidak membeku dan menyumbat minyak untuk mengalir.
Untuk titik tuang (pour point) akan dipengaruhi oleh rantai karbon.
Semakin panjang rantai karbon, titik tuangnya akan semakin tinggi, titik tuang
akan terjadi apabila suhu diatas suhu cloud point dan cold point.
Cloud point timbul karena adanya Kristal - kristal ( padatan ) didalam
bahan bakar. Walaupun bahan bakar masih bisa mengalir. Pada titik ini
keberadaan kristal didalam bahan bakar dapat mempengauhi kelancaran aliran
bahan bakar didalam filter, pompa, dan injector.
Hubungan cloud point, cold point serta pour point sendiri terhadap
viscositas adalah semakin rendah viscositas maka semakin tinggi temperaturnya.
Hal ini disebabkan karena komposisi di minyak berupa fraksi ringan,
maka
minyak akan semakin ringan dan mudah mengalir. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan kalau minyak tersebut tergolong minyak yang bagus atau minyak
ringan. Sebaliknya apabila temperature rendah maka viscositas akan tinggi. Hal
ini disebabkan karena fraksi yang terkandung dalam minyak berupa fraksi berat.
Sehingga minyak akan sukar mengalir, dan dapat disimpulkan kalau viscositasnya
tinggi. Dari hasil tersebut dapat kita tentukan jenis minyak tersebut, yaitu jenis
minyak berat.
Uji titik ini hanya dapat dikenakan pada produk minyak bumi yang tembus
pandang pada ketebalan 38 mm dengan titik kabut kurang dari 49 C ( 120F ).
Titik dapat menentukan petunjuk mengenai kandungan dalam paraffin dalam
produk minyak bumi uji titik tuang dapat digunakan sebagai petunjuk mengenai
besarnya kandungan malam relative dalam minyak bumi dan produknya, dan uji
titik tuang ini dapat dilakukan kepada setiap produk minyak bumi. Disamping itu
titik tuang juga menunjukan suhu terendah dimana minyak dan produknya masih
dapat dipompa.
8.9 KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa cloud, cold
dan pour point dimasukan untuk mengetahui jumlah lilin yang terdapat dalam
minyak. Dalam percobaan ini kita juga dapa tmengetahui kandungan malam
paraffin dalam kandungan minyak bumi (dalam jumlah besar atau kecil ), karena
laju produksi akan berbeda pada siang dan malam hari akibat perubahan suhu.
3. Dik
: 0Ra = 699 C
Dit
: Re ? K ? F ? C ?
Jwb
: 0Re
Ra
( 1,8+273
)
699
( 1,8+273
)
= 1,44
x 0,8
x 0,8
Ra
( 1,8
)
( 699
1,8 )
= 1388,33 0K
= 0Ra - 460
= 699 - 460
= 239
Ra
( 1,8
)
+ 273
( 699
1,8 )
+273
= 1,8 0C
minyak.
6. Berikanlah pendapat kamu mengenai hasil uji lab yang telah dilakukan !
Saya dapat mengetahui bagaimana caranya untuk menentukan titik embun,
titik beku, dan titik tuang. Serta aplikasinya dalam perminyakan sendiri. Hal
ini sangat berguna untuk mencegah minyak di pipa.
7. Dik
: 0K = 400 C
Dit
: 0Ra ? Re ?
Jwb
: 0Ra
= K x 1,8
= 400 x 1,8
= 720 0Ra
Re
= 101,6 0Re
BAB IX
PENUTUP
9.1 Kesimpulan
Dari seluruh percobaan yang telah dilakukan pada praktikum Analisa
Fluida Reservoir ini dapat ditarik kesimpulan umum, yaitu :
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan secara langsung informasi
mengenai sifat sifat fisik fluida reservoir. Informasi infoormasi yang
didapat dalam hal ini meliputi informasi sifat sifat fisik fluida reservoir.
Seperti : densitas, viskositas, kompresibilitas, faktor volume formasi
minyak dan kelarutan gas dalam minyak.
Penentuan densitas, SG dan API digunakan sebagai parameter dalam
penetunan kualitas minyak.
Dilakukannya basic sediment and water dapat memberikan informasi
mengenai endapan yang ada pada crude oil serta memisahkan fluida
satu dengan laiinya untuk mengetahui nilai kekomersialan crude oil
Dengan dilakukannya analisa kimia air formasi ini, dapat memberikan
informasi apa akibat dari jenis air formasi yang terkandung diminyak.
Hal ini dapat menghindari dalam kerugian terumtama pompa.
Dengan penentuan viskositasdapat menentukan kemampuan fluida
untuk mengalir. Sehingga kita dapat mengetahui karakterisitik fluida
yang kita miliki. Viskositas sangat dipengaruhi oleh komposisi cude oil,
densitas, temperature dan tekanan.
Penyulingan minyak mentah dilakukan sebagai penentuan jenis crude
oil yang kita miliki, yang dilakukan pengembunan atau destilasi,
sehingga fraksi dan titik didih dapat dijadian acuan pembeda.
Dengan adanya penentuan fire point and point akan memberikan
informasi mudah tidaknya suatu minyak menguap. Selain
itu segi