Disusun oleh :
1
PENGUJIAN SPESIFIKASI PELUMAS
I. Tujuan
Setelah melaksanakan praktikum ini diharapkan :
1. Mahasiswa dapat menggunakan peralatan uji produk pelumas.
2. Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja peralatan uji produk pelumas.
3. Mahasiswa dapat membandingkan hasil pengujian produk pelumas dengan
spesifikasi yang berlaku.
2
2. Semi Liquid , misalnya grease.
3. Solid (pelumas padat), pelumas jenis dikarenakan sifat dari material kontak itu
sendiri yang sudah licin, biasanya digunakan pada mesin di industri makanan.
Menurut temperatur lingkungan minyak pelumas dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Minyak pelumas dingin (kode W/winter)
2. Minyak pelumas panas (kode S/summer).
Di daerah panas/tropis seperti Indonesia dianjurkan menggunakan pelumas dingin (W),
sedangkan didaerah subtropis/dingin dianjurkan untuk menggunakan pelumas panas(S).
Berikut ini adalah beberapa parameter spesifikasi umum Pelumas menurut standar
Direktorat Jenderal Migas atau standar internasional ASTM (American Society for
Testing and Materials) yang biasa digunakan (Ii & Teori, 1989):
1. Densitas, ASTM D 1928.
Densitas massa jenis merupakan nilai yang menunjukkan besarnya
perbandingan antara massa benda dengan volume benda tersebut, massa jenis
suatu benda bersifat tetap artinya jika ukuran benda diubah maka massa jenisnya
tetap, hal ini disebabkan oleh kenaikan massa benda dan kenaikan volume benda
diikuti secara linier dengan kenaikan volume benda atau massa benda. Untuk
menentukan massa benda dapat dilakukan dengan menimbang benda tersebut
dengan timbangan yang sesuai seperti neraca ohaus atau yang lainnya. Spesific
Gravity adalah suatu perbandingan volume dari suatu bahan bakar dengan volume
yang sama dari air murni pada suhu tertentu yang sama, biasanya suhu standar
diambil pada 60℉. Istilah lain yang setara dikenal dengan istilah density. Density
adalah massa suatu zat dibagi dengan volumenya pada suhu tertentu, biasaya pada
suhu standar 15℃. Di Amerika digunakan satuan °API gravity yang secara
matematis dirumuskan sebagai berikut
141 , 5
°API gravity = − 131,5
Spec .Gravity 60/60 ℉
Jika air pada suhu 60℉ mempunyai °API gravity = 10, maka minyak bumi
mempunyai °API gravity lebih besar dari 10. Salah satu kegunaan specific gravity
at 60/60℉, density at 15℃ metode ASTM D-1298 dan °API adalah untuk
menghitung berat satuan minyak jika volumenya telah diketahui, biasanya
digunakan dalam transaksi.
Pengujian densitas pelumas dengan metode ASTM D-1928 adalah suatu
prosedur laboratorium yang digunakan untuk menentukan densitas relatif atau
berat jenis pelumas. Densitas pelumas adalah salah satu parameter penting dalam
3
industri minyak dan pelumas karena dapat memengaruhi performa pelumas dalam
aplikasi tertentu. Di bawah ini, saya akan menjelaskan tujuan, analisis teori, dan
spesifikasi ilmiah dari pengujian densitas ASTM D-1928 serta membangun
paragraf pembahasan yang relevan. Tujuan dari pengujian densitas ASTM D-1928
adalah untuk menentukan densitas relatif pelumas. Densitas relatif adalah
perbandingan berat pelumas terhadap berat volume yang sama air pada suhu
tertentu. Pengujian ini penting karena densitas pelumas dapat memengaruhi sifat
aliran, stabilitas termal, dan performa pelumas dalam berbagai aplikasi, termasuk
dalam mesin-mesin industri dan kendaraan bermotor. Metode ASTM D-1928
didasarkan pada prinsip Archimedes. Pelumas dicampur dengan air pada suhu
tertentu, dan berat pelumas tersebut diukur. Kemudian, pelumas dicampur dengan
air panas hingga terjadi pemisahan sempurna antara pelumas dan air. Setelah
pemisahan, berat pelumas diukur kembali. Pengujian densitas ASTM D-1928
harus dilakukan dalam kondisi yang sudah ditentukan, yaitu pada suhu dan
tekanan tertentu. Spesifikasi ilmiahnya mencakup hal-hal seperti suhu pengujian
yang biasanya berkisar antara 15°C hingga 35°C, serta tekanan atmosfer pada saat
pengujian. Selain itu, ada persyaratan mengenai penggunaan peralatan
laboratorium yang sesuai dan kalibrasi peralatan yang diperlukan.
2. Viskositas Kinematik 40℃ dan 100℃, ASTM D 445.
Setiap fluida, gas atau cairan memiliki suatu sifat yang dikenal dengan
sebutan viskositas. Viskositas atau kekentalan suatu zat cair adalah salah satu sifat
cairan yang menentukan besarnya perlawanan terhadap gaya geser. Viskositas
cairan akan menimbulkan gesekan antara bagian - bagian atau viskositas terjadi
terutama karena adanya interaksi antara molekul - molekul cairan. Kekentalan
merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir.
Beberapa cairan ada yang dapat mengalir cepat, sedangakan lainnya mengalir
secara lambat. Sehingga dari sini dapat diartikan, bahwa viskositas merupakan
ukuran kekentalan suatu larutan atau fluida. Salah satu cara untuk menentukan
viskositas cairan adalah metode kapiler dari Poiseulle. Metode Ostwald
merupakan suatu variasi dari metode Poiseulle. Metode viskositas Ostwald adalah
salah satu cara untuk menentukan harga kekentalan dimana prinsip kerjanya
bersadarkan waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah cairan untuk dapat mengalir
melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri.
Viskositas banyak digunakan dalam dunia industri untuk mengetahui
koefisien kekentalan zat cair. Dari perhitungan dapat dihitung berapa kekentalan
4
yang dapat digunakan dalam mengomposisikan zat fluida itu dalam sebuah
larutan. Contoh penggunaan viskositas adalah oli mobil. Oli memiliki kekentalan
yang lebih besar daripada zat cair lain. Dengan mengetahui komposisi dari oli
tersebut, penerapan viskositas sangat berpengaruh dalam menjaga kekentalan oli
tetap terjaga selama proses produksi.
Pengujian viskositas kinematika ASTM D-445 adalah metode standar yang
digunakan untuk menentukan viskositas pelumas. Viskositas adalah sifat penting
dalam pelumas, yang menggambarkan kemampuan pelumas untuk mengalir dan
melumasi berbagai komponen mesin. Berikut adalah penjelasan mengenai tujuan,
analisis teori, dan spesifikasi ilmiah dari pengujian viskositas kinematika ASTM
D-445 serta sebuah paragraf pembahasan yang relevan. Tujuan dari pengujian
viskositas kinematika ASTM D-445 adalah untuk menentukan viskositas
kinematika pelumas pada suhu tertentu. Viskositas kinematika adalah ukuran
viskositas yang memperhitungkan viskositas dinamis pelumas serta densitasnya.
Hasil dari pengujian ini memberikan informasi penting mengenai kemampuan
pelumas untuk mengalir dalam berbagai kondisi operasional, termasuk pada suhu
yang berbeda. Pengujian viskositas kinematika ASTM D-445 dilakukan dengan
mengukur waktu yang diperlukan bagi suatu volume pelumas untuk mengalir
melalui pipa kapiler pada suhu dan tekanan tertentu. Metode ini didasarkan pada
hukum Hagen-Poiseuille, yang menghubungkan laju aliran fluida dengan
viskositas kinematika, tekanan, dan geometri pipa kapiler. Spesifikasi ilmiah
pengujian viskositas kinematika ASTM D-445 mencakup berbagai parameter,
seperti suhu pengujian, metode pengukuran waktu aliran, dan akurasi peralatan.
Pengujian biasanya dilakukan pada beberapa suhu yang berbeda, seperti 40°C dan
100°C, untuk memahami perubahan viskositas pelumas dengan perubahan suhu.
Peralatan yang digunakan harus dikalibrasi sesuai standar yang ditetapkan, dan
prosedur pengujian harus diikuti dengan ketat.
3. Pour Point, ASTM D 97.
Kemudahan mengalir minyak dipengaruhi oleh komposisi hidrokarbon
dalam bahan bakar tersebut. Kegagalan untuk mengalir pada titik tuang tidak
hanya berhubungan dengan kandungan lilin dari minyak tetapi dapat juga karena
pengaruh dari viskositas minyak yang sangat kental. Untuk menghindari
terjadinya pembekuan minyak dalam keadaan dingin, maka diperlukan penentuan
pour point. Bahan bakar yang banyak mengandung lilin (parafin) akan lebih
mudah membeku dibanding dengan bahan bakar kandungan parafin rendah.
5
Struktur lilin yang berhubungan dengan pendingin minyak, dapat diatasi dengan
cara diberi tekanan yang relatif kecil.
Pour point (titik tuang) adalah suhu terendah dimana suatu cairan mulai
tidak bisa mengalir dan kemudian menjadi beku. Titik tuang adalah sifat yang
sangat penting yang dapat menentukan bagaimana minyak akan mengalir pada
suhu tertentu. Titik tuang merupakan titik suhu dimana minyak kehilangan
karakteristik alirannya, yaitu titik terendah dimana minyak menjadi terlalu kental
dan kehilangan aliran. Pengujian titik tuang untuk crude oil dilakukan dengan
menggunakan metode ASTM D-5853. Sedangkan pengujian titik tuang untuk
produk minyak bumi dapat ditentukan dengan menggunakan metode uji ASTM
D-97. Pada proses lifting, pengujian titik tuang crude oil di sebagian besar
laboratorium menggunakan metode ASTM D-97 untuk mempercepat proses
pengujian. Jika menggunakan metode ASTM D-5853 membutuhkan waktu yang
cukup lama yaitu lebih dari 24 jam, sedangkan kapal pengangkut crude oil tidak
bisa berlama-lama menunggu karena akan menambah biaya transportasi minyak.
Metode ASTM D-97 seharusnya digunakan untuk pengujian produk hasil minyak
bumi seperti solar dan minyak bakar, bukan untuk crude oil. Penelitian ini
dilakukan untuk membandingkan hasil uji titik tuang crude oil dengan
menggunakan metode ASTM D-97 dan ASTM D-5853.Pada penelitian ini
disimpulkan bahwa hasil pengujian pour point pada crude oil dengan
menggunakan metode uji dan metode uji ASTM D - 97 menunjukkan nilai yang
berbeda. Hasil uji menggunakan ASTM D 5853 memberikan nilai yang lebih
tinggi daripada dengan menggunakan metode uji ASTM 97. Hasil uji yang
didapatkan dengan kedua metode tersebut, mempunyai selisih nilai yang kecil.
Apabila dibandingkan dengan nilai presisi masing-masing metode, hasil pengujian
tersebut masih masuk kategori presisi.
Pengujian Pour Point adalah salah satu pengujian yang digunakan untuk
mengkarakterisasi sifat pelumas, khususnya kemampuannya untuk mengalir pada
suhu rendah. Sifat ini penting terutama dalam kondisi cuaca dingin atau aplikasi
di lingkungan dengan suhu rendah. Di bawah ini, saya akan menjelaskan tujuan,
analisis teori, dan spesifikasi ilmiah dari pengujian Pour Point serta membangun
sebuah paragraf pembahasan yang relevan. Tujuan utama dari pengujian Pour
Point adalah untuk menentukan suhu terendah di mana pelumas masih mampu
mengalir secara cepat dan efisien. Hasil pengujian Pour Point membantu
menentukan sejauh mana pelumas dapat digunakan dalam kondisi suhu rendah
6
tanpa membeku atau mengalami penurunan kemampuan pelumasan. Pengujian
Pour Point didasarkan pada prinsip bahwa pelumas akan mengalami perubahan
fase dari cair ke padat pada suhu tertentu yang disebut sebagai Pour Point.
Pengujian ini melibatkan pendinginan pelumas secara perlahan, dan dalam
interval tertentu, sampel pelumas diinversi atau dimiringkan untuk memeriksa
apakah pelumas masih dapat mengalir pada suhu tersebut. Suhu terendah pada
saat pelumas tidak dapat mengalir lebih lanjut disebut Pour Point. Spesifikasi
ilmiah untuk pengujian Pour Point mencakup suhu pengujian dan metode
pengujian yang digunakan. ASTM D97 adalah metode yang umum digunakan
dalam pengujian Pour Point. Dalam metode ini, pelumas dibiarkan mengalami
pendinginan secara perlahan dengan suhu yang diturunkan secara bertahap. Suhu
terendah di mana sampel pelumas tidak dapat mengalir lagi secara leluasa
digunakan sebagai nilai Pour Point.
4. Copper Strip Corrosion.
Copper Strip Corrosion Test adalah metode yang digunakan untuk
menentukan kemampuan minyak pelumas dalam mencegah korosi pada logam
tembaga dalam lingkungan air. Metode ini diatur oleh ASTM D 130 dan sering
digunakan dalam industri minyak dan gas untuk memastikan kualitas minyak
pelumas. Dasar teori dari tes ini adalah bahwa logam tembaga rentan terhadap
korosi dan reaksi ini dipengaruhi oleh keberadaan air dan adanya asam atau
senyawa korosif lainnya dalam minyak pelumas. Pada saat minyak pelumas
terkena air, terjadi proses oksidasi dan korosi yang mengakibatkan pengikisan
pada permukaan tembaga. Ketebalan pengikisan ini kemudian diukur dan
dibandingkan dengan standar referensi untuk menentukan tingkat korosi yang
terjadi pada logam tembaga.
ASTM D 130 menetapkan bahwa pengujian harus dilakukan pada suhu
100°C selama 3 jam dengan menggunakan strip tembaga murni yang dipotong
dengan ukuran tertentu. Strip tembaga tersebut kemudian dicelupkan ke dalam
sampel minyak pelumas dan dijaga pada suhu yang konstan. Setelah waktu
tertentu, strip tembaga dikeluarkan dan dianalisis untuk menentukan tingkat
korosi yang terjadi. Hasil pengujian dinyatakan dalam skala 0 hingga 4, dimana
nilai 0 menunjukkan bahwa tidak ada korosi yang terjadi pada strip tembaga dan
nilai 4 menunjukkan korosi yang parah. Tes ini digunakan untuk memastikan
bahwa minyak pelumas yang digunakan dalam aplikasi industri memiliki
7
kemampuan untuk mencegah korosi pada logam yang terkena air atau lingkungan
asam
Pengujian Copper Strip Corrosion adalah metode yang digunakan untuk
menilai kemampuan suatu pelumas dalam mencegah korosi pada logam, terutama
tembaga. Pelumas yang tidak mencegah korosi dapat menyebabkan kerusakan
pada komponen mesin yang berkontak dengan pelumas. Di bawah ini, saya akan
menjelaskan tujuan, analisis teori, dan spesifikasi ilmiah dari pengujian Copper
Strip Corrosion serta membangun sebuah paragraf pembahasan yang relevan.
Tujuan utama dari pengujian Copper Strip Corrosion adalah untuk mengevaluasi
sejauh mana pelumas dapat mencegah korosi pada logam tembaga. Hasil
pengujian ini membantu memastikan bahwa pelumas tidak merusak atau
mengurangi masa pakai komponen mesin yang berinteraksi dengan pelumas,
terutama dalam situasi di mana tembaga digunakan sebagai material komponen.
Spesifikasi ilmiah untuk pengujian Copper Strip Corrosion mencakup kondisi
pengujian seperti suhu, waktu paparan, dan metode pengujian yang digunakan.
Dalam banyak kasus, metode ASTM D130 digunakan untuk mengukur korosi
pada strip tembaga. Selain itu, ada spesifikasi yang menentukan tingkat korosi
yang dapat diterima berdasarkan aplikasi tertentu.
5. ASTM Colour.
ASTM Colour Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui warna dari sebuah
pelumas. Kadar warna sangat penting diketahui karena hal ini berkaitan dengan 16
strategi pemasaran atau penarikan konsumen. Pengujian warna ini dapat
menggunakan alat yang bernama Automatic Colour Comparator (Tintometer)
ASTM D - 1500. ASTM D - 1500 disebut sebagai "nilai warna minyak mineral",
Skala Warna ASTM banyak digunakan untuk melakukan pengujian dan penilaian
mengenai produk minyak bumi seperti minyak pelumas, minyak pemanas dan
minyak solar. Selama proses pengolahan minyak bumi akan selalu diperiksa nilai
warna dari minyak tersebut yang bertujuan untuk menaikan kualitas minyak bumi
ketika telah disempurnakan sampai elevasi yang diperlukan. Warna minyak bumi
juga digunakan sebagai sarana untuk mengkonfirmasikan bahwa minyak
tersebutlah atau bahan bakar itu lah yang digunakan untuk penggunaan yang
dimaksudkan dan untuk menyakinkan bahwa tidak ada kontaminasi atau
penurunan kualitas.
8
Gambar 3.1 Automatic Colour Comparator
ASTM D - 1500 memiliki skala satu warna mulai dari kuning pucat hingga
merah tua di 16 langkah (0,5-8,0 unit dengan penambahan sebesar 0,5 unit).
Skalanya sudah ditentukan oleh 16 standar kaca ditentukan transmisi bercahaya
dan Kromatisitas, lulus dalam langkah 0,5 dari 0,5 untuk warna ringan dan, 8,0
untuk paling gelap. Hal ini dimaksudkan untuk membedakan warna dari berbagai
produk minyak bumi seperti minyak pelumas, minyak pemanas, minyak solar,
mineral.
Pengujian ASTM Colour adalah metode yang digunakan untuk menilai
warna pelumas. Warna pelumas dapat memberikan indikasi tentang tingkat
kontaminasi, degradasi, atau kualitas pelumas tersebut. Di bawah ini, saya akan
menjelaskan tujuan, analisis teori, dan spesifikasi ilmiah dari pengujian ASTM
Colour serta membangun sebuah paragraf pembahasan yang relevan. Tujuan
utama dari pengujian ASTM Colour adalah untuk menilai warna pelumas. Hasil
pengujian ini dapat memberikan petunjuk tentang kondisi pelumas, apakah ada
kontaminasi atau degradasi yang mungkin terjadi selama penyimpanan atau
penggunaan. Pengujian ini juga membantu memastikan bahwa pelumas
memenuhi spesifikasi kualitas tertentu yang berhubungan dengan warna.
Pengujian ASTM Colour melibatkan visual atau spektrofotometri untuk mengukur
warna pelumas. Ini dilakukan dengan membandingkan warna pelumas yang diuji
dengan skala warna standar yang telah ditetapkan oleh ASTM. Secara ilmiah,
warna dapat diatribusikan kepada berbagai senyawa atau partikel yang hadir
dalam pelumas, seperti oksidasi, kontaminan, atau pencemar. Spesifikasi ilmiah
untuk pengujian ASTM Colour mencakup metode pengujian yang digunakan,
skala warna standar yang digunakan, serta ketelitian instrumen pengukuran warna
(jika digunakan spektrofotometri). Spesifikasi pelumas tertentu juga dapat
menetapkan batasan warna yang diperbolehkan sesuai dengan aplikasi tertentu.
IV. Bahan Dan Peralatan
4. 1. Densitas, ASTM D 1928.
A. Bahan
9
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Pelumas.
B. Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Hydrometer standar :
a. Skala Density,
b. Skala SG atau
c. Skala API-gravity.
2. Thermometer ASTM 12 ℃ atau 12 ℉.
3. Gelas silinder.
4. Constant-Temperatur Bath.
5. Automatic density meter.
6. Gelas beaker.
7. Syringe.
4. 2. Viskositas Kinematik 40℃ dan 100℃, ASTM D 445.
A. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Pelumas.
B. Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Viscometers
2. Viscometer Holders
3. Temperature-Controlled Bath
4. Temperature Measuring Device, from 0 to 100°C
a. Use either calibrated liquid-in-glass thermometers of an accuracy
after correction of ± 0.02°C or better, or
b. any other thermometric device of equal or better accuracy
5. Timing Device
10
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Pelumas.
B. Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Test jar, bentuk silinder gelas bening, dasar flat, diameter luar 33,2 –
34,8 mm, tinggi 11,5 –12,5 mm, diameter 30,0 – 32,4 mm, tebal dinding
tidak lebih besar dari 1,6 mm. Tabung dapat menampung contoh dengan
ketinggian 54 ± 3 mm dari dasar bagian dalam.
2. Termometer, spesifikasi E1.
3. Bak Pendingin
11
4. 5. ASTM Colour.
A. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Pelumas.
B. Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Colorimeter, terdiri dari sumber cahaya, gelas warna standar, housing
wadah contoh bertutup
2. Wadah contoh, silinder gelas bening, ID 32,5 – 33,4 mm, tinggi dalam
120 – 130 mm, tebal dinding 1,2 – 2,0 mm.
V. Langkah Kerja
5. 1. Densitas, ASTM D 1928.
A. Langkah Kerja Pengukuran Density 15℃
Atur suhu contoh sesuai dengan jenis contoh yang akan diuji
Tempatkan gelas silinder yang telah berisi contoh uji pada tempat yang
datar, bebas pengaruh goncangan dan pengaruh udara luar
12
baca dan catat suhu contoh uji
Atur suhu contoh sesuai dengan jenis contoh yang akan diuji
Tempatkan gelas silinder yang telah berisi contoh uji pada tempat yang
datar, bebas pengaruh goncangan dan pengaruh udara luar
13
dan catat suhu contoh uji. Apabila perbedaan suhu dari kedua pengamatan
tidak melampaui 0,5℃ hasil rerata dicatat sebagai ‘Suhu Pengamatan’
(Observed Temparature)
Untuk merubah SG 60/60℉ ke Density 15℃ atau ○API Gravity pada 60℉
gunakan tabel 21
C. Langkah Kerja Pengukuran Densitas Menggunakan Automatic Density
Meter
Tekan tombol “air pump” untuk membersihkan selang tempat sampel dari
sisa minyak atau dengan cara mengaliri fraksi yang lebih ringan
Atur suhu pada alat tersebut hingga 15℃ atau sama dengan standar pada
pengukuran densitas
Ambil sampel yang akan diuji menggunakan gelas beaker yang telah dicuci
menggunakan fraksi yang lebih ringan
14
Tekan tombol “air pump” untuk membersihkan selang tempat sampel dari
sisa minyak atau dengan cara mengaliri fraksi yang lebih ringan
Atur suhu pada alat tersebut hingga 15℃ atau sama dengan standar pada
pengukuran densitas
Ambil sampel yang akan diuji menggunakan gelas beaker yang telah dicuci
menggunakan fraksi yang lebih ringan
Hubungkan stop kontak pada 220 Volt/110 Volt, tekan switch ke posisi On
Tempat sampel uji dan alat-alat uji harus bersih dan kering (bebas air)
Atur posisi Termostat sesuai suhu yang dikehendaki (misal 40 ℃ atau 100
℃)
Biarkan beberapa saat agar suhu bak mencapai suhu yang dikehendaki
sambil stirrer dibiarkan beroperasi selama pengujian berlangsung agar suhu
bak tetap stabil
Pilih tabung viskometer yang sesuai dengan contoh yang diuji, tabung
viscometer harus bersih dan kering
15
Istilah viskometer dengan contoh sampai tanda batas yang ditetapkan
Tuangkan contoh ke test jar sampai tanda batas. Jika perlu, panaskan
sampel pada penangas air sampai cukup bisa mencair untuk dituangkan ke
jar test.
16
Lakukan pendinginan secara bertahap dimulai dari suhu paling hangat.
Lanjutkan cara ini sampai suatu titik dicapai dimana minyak tidak
menunjukan gerakan ketika jar test dipegang pada posisi horizontal selama
5 detik, amati termometer dan catat
Gosok lagi dengan serbuk silikon carbide (150 mesh) diatas permukaan
pelat yang bersih dengan alas kain katton yang telah dibasahi dengan
17
beberapa tetes iso-oktana. Selama membersihkan Copper pakailah penjepit
stainless steel dan jaga jangan sampai tersentuh jari tangan.
B. Cara Kerja
Rendam test tube berisi contoh dan Lempeng Tembaga pada water bath
yang telah diatur suhunya sesuai jenis contoh yang diuji. Lamanya
perendaman sesuai dengan contoh yang diuji. (50 ℃ selama 3 jam, kecuali
Aviation Fuel 100 ℃ selama 2 jam)
5. 5. ASTM Colour.
A. Cara Kerja
Tabung standar kanan dan kiri diisi dengan akuades sampai tanda batas.
Hubungkan stop kontak pada 220 Volt, switch pada alat di ubah ke posisi
On
18
Switch pada alat diubah ke posisi Off
B. Laporan
Bila warna contoh terletak diantara dua warna, laporan hasil diambil warna
yang lebih gelap dengan menggunakan leter ”L”, misalnya L 7,5 warna
ASTM
Bila diperoleh warna yang gelap yaitu diatas 8, laporkan D8 warna ASTM
Observe Observe
Sampel Spesifikasi temperature density keterangan
(℃ ) (g/cm3)
0,85 g/cm3 27 0,89474 On spec
B. SG 60/60 ℉
Observe Spesifikasi
Observasi
Sample Temperature Gravity Keterangan
SG 60/60℉
(℃) 60/60
79 0,895 0,859 On Spec
6. 2. Flash point
Sampel Hasil Spesifikasi Keterangan
Pelumas X 242 ℃ Min. 230 ℃ On Spec
19
(Pelumas
Mediteran 10 W)
Pelumas Mediteran 40
246 ℃ Min. 244 ℃ On Spec
W
6. 3. Viskositas
A. Viskositas 40 ℃
6. 4. ASTM colour
Sampel Hasil Spesifikasi Keterangan
Pelumas Mediteran 40
L 6,5 Min. L 5,0 On Spec
W
6. 5.Copper strip
Sampel Hasil Spesifikasi Keterangan
6. 6. Pour point
Sampel Suhu
Fase Spesifikasi Keterangan
(℃)
20
30 Mengalir
27 Mengalir
24 Mengalir
21 Mengalir
18 Mengalir
15 Mengental
12 Mengental
9 Mengental
6 Mengental Sekali
3 Mengental Sekali
On Spec
Pelumas X 0 Mengental Sekali Min. -28
(Pelumas
℃
-3 Mengental Sekali Mediteran 10 W)
-6 Mengental Sekali
-9 Mengental Sekali
-12 Mengental Sekali
-15 Mengental Sekali
-18 Mengental Sekali
-21 Mengental Sekali
-24 Mengental Sekali
-27 Mengental Sekali
-30 Membeku
Pelumas 30 Mengalir Min. -12 On Spec
℃
Mediteran 40 W 27 Mengalir
24 Mengalir
21 Mengalir
18 Mengalir
15 Mengalir
12 Mengental
9 Mengental Sekali
6 Mengental Sekali
3 Mengental Sekali
0 Mengental Sekali
-3 Mengental Sekali
-6 Mengental Sekali
-9 Mengental Sekali
-12 Mengental Sekali
-15 Mengental Sekali
21
-18 Membeku
VII. Perhitungan
7. 1. Viskositas Kinematika
A. Viscositas 40℃
V=Cxt
V1 = 0,2615 x 620
= 162,13 cst
V2 =0,2615 x 630
=164,75 cst
V3 =0,2615 x 625
=163,44 cst
162 , 13+1 64 , 75+1 63 , 44
Rata-rata = =163 , 44 cst
3
B. Viscositas 100 ℃
V=Cxt
V1 = 0,03472 x 480
= 16,67 cst
V2 = 0,03472 x 478
= 16,6 cst
V3 = 0,03472 x 490
= 17,01 cst
16 , 67+16 , 6+17 , 01
Rata-rata = =1 6 , 76 cst
3
VIII. Analisis
IX. Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1.
B. Saran
Adapun saran yang diberikan praktikan, antara lain:
1.
22
X. Daftar Pustaka
23