Anda di halaman 1dari 30

PERCOBAAN 3:

PENGUJIAN SPESIFIKASI AVTUR

Disusun oleh :

Nama Mahasiswa : Muhammad Alvin Faiz Asshidqi


NIM : 221420026
Program Studi : Teknik Pengolahan Minyak dan Gas
Bidang Minat : Refinery
Tingkat : I (Satu)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS
(PEM AKAMIGAS)

Cepu, November 2023

42
PENGUJIAN SPESIFIKASI AVTUR
I. Tujuan
Setelah melaksanakan praktikum ini diharapkan:
1. Mahasiswa dapat menggunakan peralatan uji produk avtur.
2. Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja peralatan uji produk avtur
3. Mahasiswa dapat membandingkan hasil pengujian produk avtur dengan spesifikasi
yang berlaku.

II. Keselamatan Kerja


Beberapa keselamatan kerja yang harus diperhatikan dalam percobaan ini adalah:
1. Peralatan gelas ditangani dengan hati-hati.
2. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia.
3. Hati-hati bekerja dengan larutan kimia (lihat MSDS) dan perhatikan bahan-bahan
yang mudah terbakar.

III. Dasar Teori


Avtur didesain khusus untuk bahan bakar pesawat udara dengan tipe mesin turbin
(external combution). Performa atau nilai mutu jenis bahan bakar avtur ditentukan oleh
karakteristik kemurnian, model pembakaran turbin, dan daya tahan struktur pada suhu
yang rendah. Disamping sebagai sumber energi penggerak mesin pesawat terbang juga
berfungsi sebagai cairan hidrolik didalam sistem kontrol mesin dan sebagai pendingin
bagi beberapa komponen sistem pembakaran. Hanya terdapat satu jenis bahan bakar jet
yakni tipe kerosine yang digunakan untuk keperluan penerbangan sipil diseluruh dunia.
Avtur (aviation turbine) merupakan bahan bakar yang dapat diperoleh dari hasil
pengolahan minyak bumi, yang mempunyai range titik didih antara 150-300 ℃, terdiri
dari molekul hidrokarbon (C11-C15) dan titik beku (freezing point) dibatasi maksimum
-47℃. Avtur atau Jet A-1 adalah bahan bakar penerbangan untuk jenis pesawat
bermesin turbin dan pesawat jet yang banyak digunakan dipenerbangan komersial.
Bahan bakar ini berasal dari proses pengolahan fraksi kerosin yang mempunyai sifat
pembakaran dan energi tinggi. Jenis kerosin telah dipilih sebagai bahan bakar untuk
generasi pertama kali sebab mempunyai sifat pembakaran yang baik, rendah terhadap
kebakaran, sehingga digunakan sebagai pengganti gasolin saat perang dunia (Haidir,
2001).

43
Berikut ini adalah beberapa parameter spesifikasi umum Avtur menurut standar
Direktorat Jenderal Migas atau standar internasional ASTM (American Society for
Testing and Materials) yang biasa digunakan (Ii & Teori, 1989):
1. Density/Spesific Gravity, ASTM D 1928.
Densitas massa jenis merupakan nilai yang menunjukkan besarnya
perbandingan antara massa benda dengan volume benda tersebut, massa jenis
suatu benda bersifat tetap artinya jika ukuran benda diubah maka massa jenisnya
tetap, hal ini disebabkan oleh kenaikan massa benda dan kenaikan volume benda
diikuti secara linier dengan kenaikan volume benda atau massa benda. Untuk
menentukan massa benda dapat dilakukan dengan menimbang benda tersebut
dengan timbangan yang sesuai seperti neraca ohaus atau yang lainnya. Spesific
Gravity adalah suatu perbandingan volume dari suatu bahan bakar dengan volume
yang sama dari air murni pada suhu tertentu yang sama, biasanya suhu standar
diambil pada 60℉. Istilah lain yang setara dikenal dengan istilah density. Density
adalah massa suatu zat dibagi dengan volumenya pada suhu tertentu, biasaya pada
suhu standar 15℃. Di Amerika digunakan satuan °API gravity yang secara
matematis dirumuskan sebagai berikut: (Smith, J. et al., 2021)
141 , 5
°API gravity = − 131,5
Spec .Gravity 60/60 ℉
Jika air pada suhu 60℉ mempunyai °API gravity = 10, maka minyak bumi
mempunyai °API gravity lebih besar dari 10. Salah satu kegunaan specific gravity
at 60/60℉, density at 15℃ metode ASTM D-1298 dan °API adalah untuk
menghitung berat satuan minyak jika volumenya telah diketahui, biasanya
digunakan dalam transaksi (Smith, J. et al., 2021).
Pengujian densitas ASTM D-1928 adalah sebuah metode standar yang
digunakan untuk menentukan densitas atau massa jenis bahan bakar aviastion
turbine (AVTUR) yang digunakan dalam industri penerbangan. Tujuan dari
pengujian ini adalah untuk memastikan bahwa AVTUR memiliki densitas yang
sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan. Densitas yang sesuai sangat penting
karena dapat mempengaruhi kinerja mesin pesawat, konsumsi bahan bakar, dan
keamanan operasional. Teori dan spesifikasi yang mendasari pengujian densitas
ini berhubungan dengan sifat-sifat fisik dan kimia bahan bakar AVTUR. Densitas
adalah ukuran massa per unit volume, dan dalam kasus AVTUR, densitas yang
optimal adalah yang sesuai dengan standar kualitas. ASTM D-1928 memandu
langkah-langkah pengujian yang melibatkan penggunaan alat khusus seperti

44
densitometer. Dalam pengujian ini, volume sampel bahan bakar diukur, dan massa
dari sampel tersebut ditentukan. Densitas kemudian dihitung sebagai hasil bagi
antara massa dan volume. Analisa teori spesifikasi AVTUR secara ilmiah
mencakup pemahaman tentang jenis-jenis komponen bahan bakar seperti
hidrokarbon, kandungan impuritas, dan sifat-sifat fisik lainnya seperti viskositas
dan titik nyala. Spesifikasi densitas AVTUR ditentukan oleh otoritas pengatur
penerbangan dan berbeda-beda berdasarkan regulasi negara atau wilayah tertentu.
Hasil pengujian densitas AVTUR yang sesuai dengan spesifikasi menunjukkan
bahwa bahan bakar tersebut memenuhi standar kualitas yang ditetapkan, sehingga
dapat digunakan dengan aman dalam mesin pesawat. Sebaliknya, densitas di luar
batas spesifikasi dapat mengindikasikan adanya masalah dengan komposisi atau
kualitas bahan bakar, yang dapat berpotensi merugikan kinerja dan keamanan
pesawat. Oleh karena itu, pengujian densitas ASTM D-1928 memiliki peran
penting dalam memastikan keberlangsungan operasional pesawat dan keselamatan
penerbangan (Smith, J. et al., 2021).
2. Smoke Point, ASTM D 1322.
Ttitik asap (smoke point) didefinisikan sebagai tinggi nyala maksimum
dalam millimeter di mana kerosin terbakar tanpa timbul asap apabila ditentukan
dalam alat uji baku pada kondisi tertentu (IP 57). Disamping dikenakan kepada
kerosin, uji titik asap juga dikenakan kepada bahan bakar jet (ASTM D 1322-90).
Titik asap ditentukan dengan cara membakar contoh kerosin atau bahan bakar jet
dalam lampu titik asap. Nyala dibesarkan dengan jalan menaikkan sumbu sampai
timbul asap, kemudian nyala dikecilkan sampai asap tepat hilang. Tinggi nyala
dalam keadaan terakhir ini dalam millimeter adalah titik asap contoh. Asap
terutama disebabkan oleh adanya senyawa aromat dalam bahan minyak. Titik asap
untuk minyak bervariasi tergantung pada asal dan perbaikan. Titik asap minyak
cenderung untuk meningkatkan lemak bebas menurun kandungan asam dan
tingkat kehalusan meningkat. Pemanasan minyak menghasilkan bebas asam lemak
dan sebagai waktu pemanasan ini meningkat, asam lemak lebih bebas yang
diproduksi, sehingga mengurangi titik asap. Ini adalah salah satu alasan untuk
tidak menggunakan minyak yang sama untuk deep fry lebih dari dua kali.
Penggorengan intermiten memiliki efek nyata lebih besar pada kerusakan minyak
goreng dari terus menerus (Johnson, M. et al., 2020).
Pengujian smoke point ASTM D-1322 adalah metode standar yang
digunakan untuk menentukan titik asap dari bahan bakar aviastion turbine

45
(AVTUR), yang juga dikenal sebagai "AVTUR smoke point." Tujuan dari
pengujian ini adalah untuk mengukur sejauh mana bahan bakar AVTUR mampu
menghasilkan asap atau titik asap saat terbakar dalam kondisi tertentu. Ini adalah
parameter penting dalam industri penerbangan karena dapat memengaruhi
visibilitas dalam kasus kebakaran di landasan pacu, yang merupakan faktor kunci
dalam keamanan operasional penerbangan. Secara teoritis, titik asap (smoke
point) terkait dengan kemampuan bahan bakar untuk membentuk asap saat
terbakar. Asap ini dapat disebabkan oleh pembakaran tidak sempurna atau adanya
senyawa-senyawa yang tidak terbakar sepenuhnya dalam bahan bakar. Pengujian
smoke point dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut smoke point lamp,
di mana bahan bakar diumpankan ke dalam lampu dan terbakar. Selama
pengujian, tingkat asap yang dihasilkan diukur, dan titik asap dinyatakan dalam
satuan tinggi cetakan lilin (mm) di atas permukaan bahan bakar dalam lampu.
Spesifikasi titik asap AVTUR dinyatakan dalam standar industri atau regulasi
yang mengatur bahan bakar penerbangan. Titik asap yang sesuai dengan
spesifikasi menunjukkan bahwa bahan bakar tersebut memiliki kualitas yang baik
dan akan menghasilkan asap dalam batas yang aman saat terbakar. Dalam kasus
bahan bakar penerbangan, batasan yang ketat pada titik asap digunakan untuk
memastikan visibilitas yang memadai selama situasi darurat atau kebakaran.
Dengan melakukan pengujian smoke point, pihak berwenang dalam industri
penerbangan dapat memantau dan memastikan bahwa bahan bakar AVTUR yang
digunakan memenuhi persyaratan keamanan yang ketat. Hasil pengujian yang
sesuai dengan spesifikasi menunjukkan bahwa bahan bakar tersebut aman untuk
digunakan dalam pesawat, sementara hasil di luar batas spesifikasi dapat memicu
tindakan perbaikan atau penolakan bahan bakar yang tidak memenuhi standar.
Dengan demikian, pengujian smoke point adalah langkah penting dalam menjaga
keamanan operasional dalam industri penerbangan(Johnson, M. et al., 2020).
3. Electro Conductivity, ASTM D 1004.
Konduktivitas listrik pada dasarnya sudah diukur selama lebih dari 100
tahun dan masih merupakan salah satu parameter analitik penting dan digunakan
secara luas sampai saat ini. Keandalan, sensitivitas, kecepatan respons, dan
murahnya biaya peralatan menjadikan konduktivitas alat kendali mutu yang
berguna serta mudah digunakan. Konduktivitas listrik adalah parameter jumlah
non-spesifik untuk semua spesies ionik terlarut (garam, asam, basa, dan beberapa
zat organik) di dalam larutan. Ini berarti teknik ini tidak dapat membedakan aneka

46
jenis ion. Bacaan proporsional terhadap efek semua ion digabung dalam sampel.
Oleh karena itu, konduktivitas adalah sebuah alat penting untuk memonitor dan
mengawasi rentang luas aneka tipe air (air murni, air minum, air alami, air olahan,
dll) dan pelarut lain. Konduktivitas juga digunakan untuk menentukan konsentrasi
bahan kimia konduktif (Anderson, L. et al., 2019).
Pengujian electrical conductivity (konduktivitas listrik) ASTM D-1004
adalah metode standar yang digunakan untuk mengukur kemampuan bahan bakar
aviation turbine (AVTUR) dalam menghantarkan listrik. Tujuan dari pengujian ini
adalah untuk menentukan tingkat konduktivitas listrik bahan bakar AVTUR.
Pengukuran konduktivitas listrik ini penting dalam pengendalian mutu dan
keamanan operasional dalam industri penerbangan. Secara teori, konduktivitas
listrik bahan bakar berkaitan dengan jumlah senyawa yang terlarut di dalamnya.
Bahan bakar AVTUR yang mengandung lebih banyak senyawa terlarut dapat
memiliki tingkat konduktivitas yang lebih tinggi. Pengukuran konduktivitas
dilakukan dengan menggunakan perangkat khusus yang dikenal sebagai
konduktimeter. Dalam pengujian ini, sampel bahan bakar ditempatkan di antara
dua elektroda, dan kemudian konduktivitasnya diukur dengan mengukur resistansi
listrik di antara elektroda. Spesifikasi konduktivitas listrik untuk bahan bakar
AVTUR ditentukan oleh otoritas pengatur penerbangan dan berbeda-beda
berdasarkan regulasi negara atau wilayah tertentu. Tingkat konduktivitas yang
sesuai dengan spesifikasi menunjukkan bahwa bahan bakar tersebut tidak
mengandung senyawa yang dapat menyebabkan ketidakstabilan elektrostatik atau
masalah lain dalam sistem bahan bakar pesawat. Hasil pengujian konduktivitas
yang sesuai dengan spesifikasi menunjukkan bahwa bahan bakar AVTUR dapat
digunakan secara aman dalam pesawat, tanpa risiko kejadian elektrostatik yang
berpotensi berbahaya. Dalam industri penerbangan, khususnya ketika menangani
bahan bakar di lingkungan penuh dengan bahan bakar yang mudah menguap,
menjaga tingkat konduktivitas yang sesuai adalah langkah penting untuk menjaga
keselamatan operasional dan mencegah potensi kebakaran atau ledakan. Oleh
karena itu, pengujian konduktivitas listrik bahan bakar AVTUR berperan penting
dalam menjaga mutu dan keselamatan dalam industri penerbangan (Anderson, L.
et al., 2019).
4. Copper Strip Corrosion Test, ASTM D 130.
Minyakbumi (crude petroleum) umumnya mengandung senyawa sulfur,
sebagian senyawa ini akan terikut sampai ke produk akhir walaupun

47
dalam pengilangan sudah ada proses pembersihannya. Senyawa sulfur dalam
produk minyak bumi bersifat korosif, tingkat korosifnya harus dibatasi agar
konsumen tidak dirugikan. ASTM D-130 mengatur cara untuk mendeteksi tingkat
korosi pada tembaga (corrosiveness to copper) dari produk-produk minyak bumi.
Produk minyak bumi yang diatur oleh standard ini meliputi aviation
gasoline, aviation turbine fuel, automotive gasoline, natural gasoline atau
produklainnya yang memiliki RVP tidak lebih besar dari 18 psi (124
kPa), cleaners solvent, kerosene, diesel fuel, distillate fuel oil dan lubricating
oil atau produk sejenis lainnya (Clark, D. et al.,,2012).
Pengujian copper strip ASTM D-130 adalah metode standar yang digunakan
untuk menilai tingkat kehadiran senyawa-senyawa yang memiliki sifat korosif
dalam bahan bakar aviation turbine (AVTUR). Tujuan dari pengujian ini adalah
untuk menentukan sejauh mana bahan bakar AVTUR mungkin mengandung
senyawa-senyawa yang dapat menyebabkan korosi pada komponen logam dalam
sistem bahan bakar pesawat dan infrastruktur yang terkait. Secara teori, senyawa-
senyawa korosif dalam bahan bakar AVTUR dapat menyebabkan kerusakan pada
komponen sistem bahan bakar, seperti tangki bahan bakar, pipa, dan komponen
mesin pesawat yang terbuat dari logam. Pengujian ini melibatkan penempatan
selembar kertas tembaga (copper strip) ke dalam sampel bahan bakar dan
mengamati perubahan yang terjadi pada strip tersebut setelah periode tertentu.
Jika strip tembaga mengalami korosi atau perubahan warna, ini menunjukkan
adanya senyawa-senyawa korosif dalam bahan bakar. Spesifikasi untuk pengujian
copper strip AVTUR biasanya didasarkan pada batasan tertentu mengenai tingkat
korosi yang diperbolehkan. Hasil pengujian yang sesuai dengan spesifikasi
menunjukkan bahwa bahan bakar AVTUR aman untuk digunakan dan tidak
menyebabkan kerusakan pada komponen logam dalam sistem bahan bakar
pesawat. Hasil di luar batas spesifikasi dapat mengindikasikan bahwa bahan bakar
tersebut mengandung senyawa-senyawa korosif yang berpotensi merusak sistem
bahan bakar pesawat. Pengujian copper strip adalah salah satu langkah penting
dalam memastikan bahwa bahan bakar AVTUR memenuhi persyaratan keamanan
operasional dalam industri penerbangan. Penyelidikan terhadap tingkat korosi
dalam bahan bakar adalah langkah proaktif untuk mencegah kerusakan pada
pesawat dan infrastruktur penerbangan, serta meminimalkan risiko terkait dengan
operasi penerbangan. Oleh karena itu, pengujian copper strip memiliki peran

48
penting dalam menjaga mutu dan keselamatan operasional dalam industri
penerbangan (Clark, D. et al., 2012).
5. Viskositas Kinematik, ASTM D 445.
Setiap fluida, gas atau cairan memiliki suatu sifat yang dikenal dengan
sebutan viskositas. Viskositas atau kekentalan suatu zat cair adalah salah satu sifat
cairan yang menentukan besarnya perlawanan terhadap gaya geser. Viskositas
cairan akan menimbulkan gesekan antara bagian - bagian atau viskositas terjadi
terutama karena adanya interaksi antara molekul - molekul cairan. Kekentalan
merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir.
Beberapa cairan ada yang dapat mengalir cepat, sedangakan lainnya mengalir
secara lambat. Sehingga dari sini dapat diartikan, bahwa viskositas merupakan
ukuran kekentalan suatu larutan atau fluida. Salah satu cara untuk menentukan
viskositas cairan adalah metode kapiler dari Poiseulle. Metode Ostwald
merupakan suatu variasi dari metode Poiseulle. Metode viskositas Ostwald adalah
salah satu cara untuk menentukan harga kekentalan dimana prinsip kerjanya
bersadarkan waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah cairan untuk dapat mengalir
melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri
(Davis, S. et al., 2015).
Viskositas banyak digunakan dalam dunia industri untuk mengetahui
koefisien kekentalan zat cair. Dari perhitungan dapat dihitung berapa kekentalan
yang dapat digunakan dalam mengomposisikan zat fluida itu dalam sebuah
larutan. Contoh penggunaan viskositas adalah oli mobil. Oli memiliki kekentalan
yang lebih besar daripada zat cair lain. Dengan mengetahui komposisi dari oli
tersebut, penerapan viskositas sangat berpengaruh dalam menjaga kekentalan oli
tetap terjaga selama proses produksi (Davis, S. et al., 2015).
6. Saybolt Colour
Skala Saybolt Warna digunakan untuk grading berwarna produk minyak
bumi termasuk bahan bakar penerbangan, kerosine, nafta, minyak mineral putih,
pelarut hidrokarbon dan lilin minyak mineral putih, pelarut hidrokarbon dan lilin
minyak bumi. Metode pengujian ini mencakup penentuan warna minyak olahan
seperti undyed undyed bermotor bermotor dan dan bensin bensin penerbangan,
penerbangan, bahan bahan bakar bakar jet, naphtas dan kerosine, dan, di samping
itu, lilin petroleum dan minyak putih farmasi. Colorimeter merupakan sebuah alat
yang digunakan untuk mengukur warna. Alat ini sensitif terhadap cahaya yang
diukur dan berapa banyak warna yang diserap oleh sebuah benda ataupun zat. Alat

49
Ini menentukan warna berdasarkan komponen merah, biru, dan hijau dari cahaya
yang diserap oleh objek atau sampel. Ketika cahaya melewati sebuah benda, maka
sebagian dari cahaya diserap, dan akibatnya, terjadi penurunan dalam berapa
banyak cahaya yang dipantulkan oleh mediumnya. Colorimeter akan berubah
sehingga pengguna dapat menganalisis konsentrasi zat tertentu dalam medium
tersebut. Perangkat ini bekerja atas dasar Pasang sumbu bersih ke dalam lubang
sumbu Potong dengan rapi ujung sumbu ± 6 mm Rendam sumbu dan tabung
sumbu ke dalam contoh uji Masukkan 20 ml contoh uji kedalam wadah contoh uji
Nyalakan dan atur tinggi nyala api ± 10 mm Turunkan dengan memutar candle
Baca dan catat ketinggian nyala api ulangi pekerjaan ini sampai tiga kali hukum
Beer-Lambert, yang menyatakan bahwa penyerapan cahaya yang ditransmisikan
melalui medium berbanding lurus dengan konsentrasi medium (Wilson, R. et al.,
2017).

Pengujian Saybolt color ASTM D-156 adalah metode standar yang


digunakan untuk mengukur warna bahan bakar aviation turbine (AVTUR). Tujuan
dari pengujian ini adalah untuk menilai sejauh mana bahan bakar AVTUR
memiliki warna yang sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan. Warna adalah
salah satu parameter yang dapat memberikan indikasi awal tentang kualitas dan
kemurnian bahan bakar. Teori di balik pengujian warna bahan bakar AVTUR
berkaitan dengan kehadiran senyawa-senyawa warna atau zat pewarna dalam
bahan bakar. Senyawa-senyawa tersebut dapat berasal dari berbagai sumber,
termasuk pengotoran, oksidasi, atau reaksi kimia dalam proses produksi dan
penyimpanan bahan bakar. Pengujian Saybolt color melibatkan pengukuran
intensitas warna bahan bakar dengan menggunakan alat khusus yang disebut
Saybolt Colorimeter. Hasil pengukuran ini dinyatakan dalam unit Saybolt color.
Spesifikasi warna bahan bakar AVTUR dinyatakan dalam standar industri atau
regulasi yang mengatur bahan bakar penerbangan. Warna yang sesuai dengan
spesifikasi menunjukkan bahwa bahan bakar tersebut memiliki kemurnian yang
sesuai dan tidak mengandung senyawa-senyawa warna di atas batas yang
diperbolehkan. Pengujian warna ini penting karena bahan bakar dengan warna
yang tidak sesuai dengan spesifikasi dapat menunjukkan adanya pengotoran,
kontaminasi, atau degradasi kualitas bahan bakar. Hasil pengujian Saybolt color
yang sesuai dengan spesifikasi menunjukkan bahwa bahan bakar AVTUR aman
untuk digunakan dalam pesawat dan memenuhi standar kualitas yang ditetapkan.

50
Hasil di luar batas spesifikasi dapat mengindikasikan masalah dengan bahan bakar
yang dapat memengaruhi kinerja mesin pesawat, efisiensi pembakaran, atau
bahkan kemungkinan kerusakan komponen. Oleh karena itu, pengujian Saybolt
color adalah salah satu langkah penting dalam menjaga mutu dan keamanan
operasional dalam industri penerbangan (Wilson, R. et al., 2017).

7. Freezing Point
Titik beku (freezing point) adalah temperatur di mana Kristal hidrokarbon
terbentuk pada pendinginan dan akan segera hilang jika bahan bakar tersebut
dipanaskan pelan-pelan. Bahan uji didinginkan perlahan-lahan sambil diaduk
keatas dan kebawah (posisi vertikal) dengan hati-hati dan terus menerus sambil
diamati sampai mulai terlihat pembentukan kristal-kristal, baca dan catat suhunya.
Kemudian panaskan di udara terbuka sambil diaduk, baca dan catat suhunya pada
saat kristal mulai menghilang sebagai titik beku. Bahan bakar merubah dari cairan
yang homogen menjad cairan yang mengandung sedikit kristal hidrokarbon (wax),
lebih banyak kristal hidrokarbon pada akhirnya akan membeku seluruhnya.
Freezing point bahan bakar didefenisikan sebagai temperatur dimana kristal wax
membeku. Sehingga freezing point bahan bakar berada di atas temperatur saat
bahan bakar membeku seluruhnya. Freezing point juga dibatasi untuk menjamin
agar bahan bakar masih dapat mengalir dengan lancar pada kondisi suhu yang
sangat rendah dan memiliki batasan maksimum -47℃ (Pratama, 2014).

Pengujian freezing point (titik beku) pada bahan bakar aviation turbine
(AVTUR) adalah metode yang digunakan untuk menentukan suhu di mana bahan
bakar tersebut mulai membeku atau membeku sepenuhnya. Tujuan dari pengujian
ini adalah untuk memastikan bahwa bahan bakar AVTUR tidak membeku dalam
kondisi suhu yang mungkin terjadi selama penyimpanan atau penggunaan dalam
penerbangan. Hal ini sangat penting untuk mencegah kerusakan pada sistem
bahan bakar pesawat dan infrastruktur terkait. Secara ilmiah, konsep titik beku
berkaitan dengan sifat fisik dan kimia bahan bakar. Titik beku adalah suhu pada
saat mana bahan bakar berubah dari bentuk cair menjadi bentuk padat atau beku.
Pengujian freezing point melibatkan penurunan suhu sampel bahan bakar hingga
mengalami perubahan fasa dari cair menjadi padat. Selama pengujian ini, suhu
yang dicatat adalah suhu ketika pertama kali terjadi pembekuan. Hasilnya
dinyatakan dalam satuan suhu seperti derajat Celsius (°C). Spesifikasi freezing
point untuk AVTUR biasanya ditentukan oleh otoritas pengatur penerbangan dan

51
berbeda-beda berdasarkan regulasi negara atau wilayah tertentu. Beberapa
spesifikasi mengharuskan bahan bakar memiliki titik beku yang lebih rendah,
terutama di wilayah yang mungkin mengalami suhu rendah ekstrem. Hal ini
bertujuan untuk memastikan bahwa bahan bakar tetap cair dan dapat digunakan
dengan aman dalam kondisi suhu rendah. Pengujian freezing point sangat penting
dalam menjaga kualitas dan keselamatan operasional dalam industri penerbangan.
Bahan bakar yang membeku dalam sistem bahan bakar pesawat dapat
menyebabkan kerusakan dan gangguan yang serius. Oleh karena itu, memastikan
bahwa bahan bakar AVTUR memiliki freezing point yang sesuai dengan
spesifikasi adalah langkah penting untuk menjaga keselamatan dan operasional
penerbangan yang lancar, terutama dalam lingkungan dengan suhu rendah
ekstrem. Pengujian ini memastikan bahwa bahan bakar dapat berkinerja baik dan
aman dalam berbagai kondisi cuaca yang mungkin terjadi selama penerbangan
(Miller, K. et al. 2016).

IV. Bahan Dan Peralatan


4. 1. Densitas, ASTM D 1928.
A. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Avtur.
B. Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Hydrometer standar
 Skala Density
 Skala SG
 Skala API-Gravity
2. Thermometer ASTM 12 °C atau 12 oF
3. Gelas silinder
4. Constant-Temperature Bath
5. Automatic density meter
6. Gelas beaker
7. Syringe
4. 2. Smoke point

52
A. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Avtur.
B. Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Lampu Smoke point
2. Sumbu Lampu
3. Pipet atau buret
4. 3. Electrical conductivity

A. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Avtur.
B. Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Portable Conductivity unit dan Probe (Include)
2. Thermometer (Include dalam EMCEE 1153)
3. Measuring Vessel (Metal)
4. Ground Probe Cable dengan Jepitan
5. Solvents (Isopropyl Alcohol + Hepatane)
4. 4. Cooper strip corrosion

53
A. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Avtur.
B. Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Tabung Reaksi
2. Bath, dengan suhu konstan 50 ± 1°C (122 ± 2°F) dan atau 100 ± 1°C (212 ±
2°F)
3. Copper strip corrosion test bomb, dari stainless steel, mampu menahan
tekanan uji 100 psi (689 kPa)
4. Termometer, jenis ASTM 12C (12F) atau IP 64C (64F)
5. Polishing vise, sebagai penjepit copper strip
4. 5. Viskositas Kinematik -20°C
A. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Avtur.
B. Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Viscometers
2. Viscometer Holders
3. Temperature-Controlled Bath
4. Temperature Measuring Device, from 0 to 100°C
 Use either calibrated liquid-in-glass thermometers of an accuracy after
correction of ± 0.02°C or better, or
 Any other thermometric device of equal or better accuracy
5. Timing Device
4. 6. Saybolt colour

54
A. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Avtur.
B. Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Saybolt Chromometer
2. Light Source (lampu standar)
3. Standar Warna
4. Optical System
4. 7. Freezing Point

A. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Avtur.
B. Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Vacum Flask, Jacket, Gland, Collars dan Pengaduk (stirrer)
2. Termometer IP 14 C atau ASTM 114 C mempunyai range (-80 s/d +20°C)
3. Cryogenic system

V. Bahan Dan Peralatan


5. 1. Density/Specific Gravity

55
Nyalakan Automatic Density Meter

Tekan tombol “air pump” untuk membersihkan selang tempat sampel dari
sisa minyak atau dengan cara mengaliri fraksi yang lebih ringan

Atur suhu pada alat tersebut sehingga 15°C atau sama dengan standar pada
pengukuan densitas

Ambil sampel yang akan diuji menggunakan gelas beaker yang telah dicuci
menggunakan fraksi yang lebih ringan

Masukkan sampel ke dalam syringe

Suntikkan syringe berisi sampel ke dalam selang tempat sampel secara pelan-
pelan dan tidak dihabiskan maupun dilepas dari selang tersebut

Tekan tombol “Start”

Tunggu hingga muncul hasil dari alat tersebut lalu catat

5. 2. Smoke Point

Pasang sumbu bersih (panjang tidak kurang dari 125 mm) ke dalam lubang
sumbu

Potong dengan rapi ujung sumbu ± 6 mm dari lubang sumbu

Rendam sumbu dan tabung sumbu ke dalam contoh uji sampai seluruh
sumbu basah

56
Masukkan 20 ml contoh uji kedalam wadah contoh uji (candle), kemudian
pasang tabung sumbu ke candle dan pasangkan pada alat smoke point

Nyalakan dan atur tinggi nyala api ± 10 mm, biarkan menyala ± 5 menit,
kemudian naikkan dengan memutar candle sehingga nyala api
berjelaga/berasap

Turunkan dengan memutar candle sedemikian sehingga jelaga/asap tepat


hilang. Baca dan catat ketinggian nyala api tepat saat tidak mengeluarkan
jelaga/asap sebagai titik asap (smoke point), sampai ketelitian 0,5 mm

Gambar 5.2.1 Typical flame appearances

Untuk mencegah kesalahan pembacaan pada skala, maka ulangi pekerjaan ini
sampai tiga kali bila perbedaannya lebih dari 1,0 mm

5. 3. Electrical Conductivity

Tuang sampel ke stainlesssteel vessel jumlah sesuai (Probe sampai lubang


terendam)

Pasang kabel grounding seperti gambar (antara vessel dan alat)

Letakkan probe ke sampel

57
Tekan logo, lepas dan tekan kembali tahan sekitar 5 detik dan lepas

LED merah menyala dan hasil bisa dilihat sesudahnya

5. 4. Copper Strip Corrosion

Masukkan 30 ml contoh kedalam test tube

Masukkan Lempeng Tembaga (Copper Strip) yang telah dibersihkan ke dalam


test tube yang telah berisi contoh

Rendam test tube berisi contoh dan Lempeng Tembaga pada water bath yang t
elah diatur suhunya sesuai jenis contoh yang diuji. Lamanya perendaman sesu
ai dengan contoh yang diuji. (50oC selama 3 jam, kecuali Aviation Fuel 100oC
selama 2 jam)

Setelah waktunya tercapai, angkat test tube dari water bath

Kosongkan test tube dari contoh uji, kemudian dengan menggunakan penjepit,
angkat Lempeng Tembaga dan cuci dengan iso oktana, lalu keringkan

Laporkan nomor warna Copper Strip setelah dibandingkan warnanya terhadap


Copper Strip Color Standard

5. 5. Viskositas Kinematik

Hubungkan stop kontak pada 220 Volt/110 Volt, tekan Switch ke posisi ON

Atur posisi Termostat sesuai suhu yang dikehendaki (-20oC)

58
Biarkan beberapa saat agar suhu bak mencapai suhu yang dikehendaki sambil
stirrer dibiarkan beroperasi selama pengujian berlangsung agar suhu bak tetap
stabil

Pilih tabung viskometer yang sesuai dengan contoh yang diuji, tabung
viskometer harus bersih dan kering

Isilah viskometer dengan contoh sampai tanda batas yang ditetapkan

Masukkan viskometer yang telah diisi contoh dalam penangas sampai suhunya
sama dengan suhu penangas, minimal direndam 30 menit

Mulai lakukan pengetesan dan lakukan tiga kali, ulangi pemeriksaan apabila
waktu pengaliran kurang dari 200 detik, dengan cara pemilihan kapiler yang
lebih kecil

Hitung viskositas Kinematik, sebagai berikut:


V=cxt
V = viskositas kinematik (cSt)
c = Faktor kalibrasi dari viskometer (mm2/second2)
t = waktu alir (second)

Hitung Determinability atau Repeatability

Selesai pengujian tekan switch pada posisi Off

5. 6. Saybolt Colour

Tutup kerangan pada tabung contoh (kanan) jika akan mengisi contoh uji

Isi contoh uji ke dalam tabung contoh sampai penuh (tanda angka 20)

59
Hubungkan lampu penerang dengan Power Supply Connection pada stop kont
ak 220 Volt

Bandingkan warna contoh dengan mengurangi perlahan-lahan contoh dari


kerangan di tabung Contoh

Ada 3 ukuran standar warna yaitu: 0,5 ; 1,0 dan 1,5

Pilih standar warna yang dipergunakan mendekati warna contoh uji

Baca dan catat angka pada tabung uji dan ukuran standar warna dimana
diperoleh warna yang sama

Konversikan hasil yang diperoleh pada butir (7) pada tabel yang menempel di
alat

Setelah selesai switch diubah ke posisi Off pada Power Supply Connection

Lepaskan kabel listrik dari stop kontak 220 Volt

Keluarkan Contoh dari tabung Contoh dan bersihkan

5. 7. Freezing Point

Masukkan 25 + 1 ml contoh kedalam jaket yang benar-benar bersih dan kering

Tutuplah dengan rapat, dengan menggunakan gabus yang telah diberi lubang
untuk termometer dan batang pengaduk. Atur termometer tepat berada

60
ditengah tengah contoh

Jepitlah Jacket contoh tersebut

Biarkan lingkar pengaduk terletak dibawah permukaan contoh selama


pengujian

Terbentuknya kabut pada suhu sekitar –10oC tidak perlu diperhatikan dan tidak
adanya perubahan suhu uji, karena hal ini disebabkan oleh pembekuan air

Baca dan catat suhu pada saat kristal hidrokarbon mulai terbentuk

Keluarkan jacket contoh dari media pendingin, kemudian contoh dipanaskan


diudara terbuka sambal diaduk perlahan-lahan. Baca dan catat suhu pada saat
kristal hidrokarbon hilang semua

Jika perbedaan suhu antara keduanya lebih besar dari 3 oC ulangi proses pendin
ginan dan pemanasan sehingga diperoleh perbedaan yang lebih kecil dari 3 oC

VI. Hasil Praktikum


6. 1. Density/Specific Gravity

Density Spesifikasi
Percobaan SG 60/60 API Keterangan
(g/cm3) Density (g/cm3)
1 0,81086 0,81233 43,006 On Spec
2 0,81082 0,81228 42,701 0,775 -0,840 On Spec
3 0,81081 0,81227 42,703 On Spec

6. 2. Smoke Point
Percobaan Sampel Spesifikasi Hasil Keterangan
I Avtur Min. 25 mm 25 mm On Spec

61
II 27 mm
III 27 mm

6. 3. Elektrical Condutifity
Percobaa Suhu
Nilai EC (ps/m)
n o
C o
F
1 132 31,2 88,2
2 130 31,2 88,2
3 130 31,2 88,2

6. 4. Copper Strip
Sampel Spesifikasi (kelas Maks) Hasil (kelas) Keterangan
Avtur 1B 1B On Spec

6. 5. Viskositas Kinematik
Percobaa Suhu
o
Waktu (s) Viskositas mm2/s Spesifikasi Keterangan
n ( C)
I 518 4,93136
II -20 553 5,26456 Mak. 8 mm2/s On Spec
III 579 5,51208

6. 6. Saybolt Colour
Sampel Lensa Hasil Saybolt colour Keterangan
1 5 14,75
Avtur 1 4,25 14 To be reported
1 3,75 13,5

6. 7. Freezing Point
Sampel Spesifikasi (oC) Hasil (oC) Keterangan
Avtur Maks. -47 -52 On Spec

VII. Perhitungan
7. 1. Density/Specific Gravity

62
141 , 5
° API = −131 , 5
60
SG
60
141, 5
 ° API 1= −131, 5
0,81233
° API 1=43,006
141 ,5
 ° API 2= −131, 5
0,81228
° API 2=42,701
141 ,5
 ° API 3= −131 ,5
0,81227
° API 3=42,703
7. 2. Viskositas Kinematika

A. Viskositas Kinematik
V1 = c x t1 V2 = c x t2 V3 = c x t3
V1 = 0,00952 x 518 V2 = 0,00952 x 553 V3 = 0,00952 x 579
V1 = 4,93136 cSt V2 = 5,26456 cSt V3 = 5,51208 cSt

B. Determeability (Kepastian)

Ṽ = V 1+V 2+V 3
3
= 5,236 cSt
∆ = V1 – V3 Keterangan:
= 4,93136 cSt ‒ 5,51208 nilai kepastian teliti
cSt
= -0,5 cSt nilai kepastian tidak teliti
D = 0,0013 x 5,236
= 0,0068 Karena , maka nilai kepastian tidak teliti

C. Reapebility

V1 = 4,93136 cSt × 0,0043 = 2,12%


V2 = 5,2646 cSt × 0,0043 = 2,26 %
V3 = 5,51208 cSt × 0,0043 = 2,37 %

63
VIII. Analisis
Avtur, singkatan dari Aviation Turbine Fuel, adalah jenis bahan bakar khusus
yang dirancang untuk digunakan dalam mesin pesawat terbang. Sebagai salah satu
produk utama dalam industri minyak dan gas (migas), Avtur memiliki karakteristik
khusus yang memenuhi persyaratan ketat dalam hal kebersihan, kandungan sulfur, dan
stabilitas termal. Sebagai bahan bakar aviasi, Avtur harus memenuhi standar ketat untuk
memastikan kinerja yang optimal dan keamanan dalam penerbangan. Pengujian Avtur
menjadi tahap kritis dalam proses produksi migas, melibatkan analisis komposisi kimia,
titik nyala, viskositas, dan sejumlah parameter fisik lainnya. Pemahaman mendalam
terhadap sifat-sifat Avtur ini menjadi kunci untuk memastikan bahwa bahan bakar
tersebut memenuhi standar kualitas internasional dan dapat diandalkan untuk
mendukung operasi pesawat dengan efisiensi dan keamanan yang tinggi.
8. 1. Density / Specific Gravity ASTM D 1298
Pengujian Density atau Specific Gravity ASTM D 1298 pada Avtur
memiliki tujuan utama untuk menentukan massa jenis atau kepadatan relatif dari
bahan bakar aviasi tersebut. Massa jenis atau density mengacu pada berat jenis
suatu zat terhadap berat jenis air pada suhu tertentu. Dalam konteks Avtur,
pengukuran density menjadi kritis karena keterkaitannya dengan volumetrik dan
gravimetrik pada pengisian dan penggunaan bahan bakar dalam pesawat terbang.
Tujuan pengujian ini adalah untuk memastikan bahwa kepadatan Avtur berada
dalam rentang nilai yang ditentukan oleh standar industri dan pabrikan pesawat,
sehingga memastikan bahwa volume yang diisi sesuai dengan kebutuhan pesawat
dan tidak melebihi batas toleransi yang ditetapkan. Percobaan ini dilakukan untuk
menentukan density dan spesific gravity dengan menggunakan alat hydrometer
dari sampel. Penentuan density bahan bakar dapat digunakan dua metode yakni
manual dan otomatis. Percobaan ini praktikan menggunakan metode manual
menggunakan dua termometer dengan satuan °C untuk pengujian density dan
termometer dengan satuan °F untuk pengujian spesific gravity.
Pada pengujian density pada sampel Avtur di dapatkan density 15 ℃ pada
percobaan pertama didapatkan density sebesar 0,81086 dengan SG 60/60 0,81233
dan °API 43,006, percobaan kedua didapatkan density sebesar 0,81082 dengan
SG 60/60 0,81228 dan °API 42,701, dan percobaan ketiga di dapatkan densitas
sebesar 0,81081 dengan SG 60/60 sebesar 0,81227 dan °API 42,703. Dengan rata-
rata density yang di dapat pada pengujian ini di dapatkan rata rata sebesar 0,81083
kg/cm3. Berdasarkan SK Dirjen Migas No. 32K/10/DJM/2020, spesifikasi berat

64
jenis Avtur pada suhu 15℃ adalah minimum 775 kg/m 3 maksimum 840 kg/m3,
sehingga dapat dikatakan hasil yang didapatkan sudah sesuai (Onspec).
Apabila density suatu minyak bumi rendah berpeluang kandungan sulfurnya
tinggi. Terdapatnya senyawa sulfur dalam minyak sangat berpengaruh dalam
proses pengolahan yakni menyebabkan bau dan korosif pada alat. Selain itu, nilai
density yang rendah dapat membuat tarikan atau tenaga pada mesin yang
digunakan semakin kuat tetapi menyebabkan boros pada bahan bakar, dan
semakin tinggi nilai density nya maka bahan bakar yang digunakan akan lebih
awet dan tenaga yang bekerja pada mesin tidak terlalu kuat. Pengujian density
sangat penting untuk dilakukan karena digunakan untuk menentukan kualitas
suatu bahan bakar terutama untuk mengetahui adanya kontaminan dalam suatu
bahan bakar, serta berpengaruh terhadap penyimpanan, peniagaan, dan
pembakaran. Dalam hal niaga, density sangat diperlukan untuk menghindari
terjadinya kerugian antara penjual dan pembeli. Ada beberapa variabel yang
mempengaruhi percobaan ini, diantaranya adalah kebersihan hydrometer, karena
dapat mempengaruhi kandungan sampel uji. Oleh karena itu harus dilakukan
pencucian yang baik dengan menggunakan fraksi yang lebih ringan.
8. 2. Smoke point
Pengujian Smoke Point ASTM D 1322 pada Avtur bertujuan untuk
menentukan titik pembakaran bahan bakar aviasi dan mengukur jumlah asap yang
dihasilkan selama pembakaran. Tujuan utama dari pengujian ini adalah untuk
memastikan bahwa Avtur memenuhi standar keamanan dan kinerja yang
ditetapkan, serta untuk menilai potensi pembentukan asap yang dapat
mempengaruhi visibilitas selama penerbangan. Tingkat asap yang rendah pada
titik pembakaran adalah indikator kualitas bahan bakar dan dapat memberikan
gambaran mengenai efisiensi pembakaran dalam mesin pesawat. Nyala dibesarkan
dengan cara menaikkan sumbu sampai timbul asap kemudian nyala dikecilkan
sampai asap tepat hilang. Tinggi nyala dalam keadaan terakhir ini dalam
milimeter adalah titik asap.
Pada pengujian ini dilakukan 3 kali pengujian dan didapatkan hasil
pengujian berturut- turut yaitu 25 mm, 27 mm dan 27 mm, dengan rata- rata yang
didapat sebesar 26,3 mm. Pengujian dilakukan dengan smoke point lamp dimana
api yang dibaca adalah warna oranye api yang berada ditengah nyala api.
Berdasarkan SK Dirjen Migas No. 32K/10/DJM/2020, spesifikasi smoke point

65
Avtur adalah minimum 25 mm, sehingga dapat dikatakan hasil yang didapatkan
sudah sesuai (Onspec).
Jika hasil pengujian tidak memenuhi spesifikasi, hal ini dapat menunjukkan
adanya potensi masalah dalam pembakaran bahan bakar. Misalnya, tingkat asap
yang tinggi dapat mengindikasikan pembakaran yang tidak sempurna, yang dapat
mempengaruhi efisiensi mesin dan menghasilkan emisi yang tidak diinginkan.
Jika AVTUR masuk dalam spesifikasi, ini menandakan bahwa bahan bakar
tersebut memenuhi standar yang ditetapkan, memastikan kualitas dan keselamatan
operasional dalam penerbangan. Dalam prakteknya, hasil pengujian Smoke Point
memberikan panduan bagi produsen dan pengguna AVTUR untuk menilai
kualitas dan kesesuaian bahan bakar dengan persyaratan teknis dan regulasi. Jika
hasilnya tidak sesuai spesifikasi, langkah-langkah perbaikan atau modifikasi pada
formulasi bahan bakar mungkin diperlukan untuk memastikan bahwa AVTUR
memenuhi standar yang ditetapkan.
8. 3. Electrical Conductivity
Pengujian Electrical Conductivity pada AVTUR bertujuan untuk mengukur
kemampuan bahan bakar aviasi tersebut dalam menghantarkan listrik. Tujuan
utamanya adalah untuk memastikan bahwa AVTUR memiliki tingkat
konduktivitas listrik yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Keberadaan
konduktivitas listrik dalam bahan bakar dapat menjadi indikator adanya
kontaminasi oleh air atau bahan-bahan lain yang dapat mempengaruhi sifat-sifat
isolatif dan kemampuan bahan bakar untuk mendukung sistem pengoperasian
pesawat.
Percobaan dimulai dengan menuangkan sampel avtur ke dalam stainless
steel beaker secukupnya. Stainless steel beaker sebagai wadah dikarenakan
material dari stainless steel memiliki sifat konduktor listrik yang buruk. Hal ini
memungkin pengukuran konduktivitas pada sampel saja tanpa ada gangguan
aliran listrik dari luar. Probe pada alat dicelupkan hingga terendam, akan tetapi
tidak menyentuh dinding beaker. Pada probe terdapat suhu yang tertera yaitu 31,2
℃ atau 88,2 ℉. Pada percobaan pertama 132 Ps/m, Percobaan kedua 130 Ps/m,
Percobaan ketiga 130 Ps/m. Berdasarkan SK Dirjen Migas No.
32K/10/DJM/2020, spesifikasi electric conductivity Avtur adalah minimum 50
Ps/m dan maksimum 600 Ps/m, sehingga dapat dikatakan hasil yang didapatkan
sudah sesuai (Onspec).

66
Secara ilmiah, pengujian ini bergantung pada prinsip bahwa keberadaan
kontaminan dapat meningkatkan konduktivitas bahan bakar. Oleh karena itu,
pengukuran Electrical Conductivity pada Avtur dapat memberikan gambaran
tentang tingkat kebersihan dan kemurnian bahan bakar tersebut. Jika hasilnya
masuk dalam spesifikasi, hal ini menandakan bahwa bahan bakar tersebut
memenuhi standar kebersihan dan kemampuan isolatif yang ditetapkan,
memastikan bahwa penggunaan bahan bakar tersebut tidak akan menyebabkan
masalah operasional pada sistem pesawat.
Namun, jika hasil pengujian tidak memenuhi spesifikasi, hal ini dapat
mengindikasikan adanya kontaminasi yang mungkin memerlukan tindakan
korektif. Kontaminasi oleh air atau zat konduktif lainnya dapat berdampak negatif
pada sistem bahan bakar dan mesin pesawat, dan langkah-langkah perbaikan perlu
diambil untuk memastikan bahwa bahan bakar memenuhi standar yang
ditetapkan. Dalam prakteknya, pengujian Electrical Conductivity pada Avtur
menjadi bagian penting dari pemantauan kualitas bahan bakar untuk memastikan
operasional yang aman dan efisien dalam penerbangan.
8. 4. Copper Strip Corrosion Test
Pengujian Copper Strip Corrosion Test ASTM D 130 pada Avtur memiliki
tujuan utama untuk menilai potensi korosif dari bahan bakar aviasi terhadap
logam tembaga. Tujuan pengujian ini adalah untuk memastikan bahwa Avtur
tidak menyebabkan korosi atau kerusakan pada komponen-komponen mesin
pesawat yang terbuat dari tembaga. Korosi dapat menyebabkan penurunan kinerja
mesin dan bahkan kegagalan sistem, sehingga pengujian ini menjadi kritikal untuk
menjamin integritas dan keamanan mesin pesawat. Pengujian dilakukan dengan
cara merendam tembaga pada kerosine yang dimasukan ke dalam tabung yang
telah berisi gas LPG dan direndam dalam thermostat dengan selang waktu 3 jam
untuk dapat melihat korosi yang ada pada tembaga. Pada praktikum ini dapat
diketahui juga pengaruh dari temperature terhadap kelarutan zat, dimana semakin
tinggi temperature maka akan menyebabkan kelarutan yang tinggi juga serta
panas dari sebuah larutan juga bisa menghasilkan tingkat korosifitas. Dari
praktikum yang dilakukan dapat dilihat secara observasi warna lempeng tembaga
yang telah direndam pada water bath yang berguna untuk dapat mempercepat
reaksi kimia pada sampel. Data yang didapat pada praktikum ini bahwasanya
tembaga tersebut berada pada kelas 1B. Berdasarkan SK Dirjen Migas No.
32K/10/DJM/2020, spesifikasi copper strip corrosion test Avtur adalah

67
maksimum kelas 1 B, sehingga dapat dikatakan hasil yang didapatkan sudah
sesuai (Onspec).
Jika hasil pengujian menunjukkan bahwa Avtur tidak memenuhi spesifikasi,
hal ini dapat mengindikasikan adanya senyawa-senyawa korosif dalam bahan
bakar. Kontaminan seperti sulfur atau senyawa-senyawa oksigen yang berlebihan
dapat menyebabkan korosi pada komponen logam pesawat. Jika Avtur memenuhi
spesifikasi, ini menandakan bahwa bahan bakar tersebut aman digunakan dan
tidak menyebabkan korosi pada logam tembaga. Dalam prakteknya, pengujian
Copper Strip Corrosion Test menjadi salah satu parameter kualitas kritis dalam
industri aviasi. Keberhasilan dalam memenuhi spesifikasi ini memastikan bahwa
bahan bakar tidak hanya memenuhi kebutuhan pembakaran di mesin pesawat,
tetapi juga tidak merusak atau merugikan sistem bahan bakar dan mesin pesawat
dalam jangka waktu yang lama. Hasil yang tidak sesuai dengan spesifikasi dapat
memicu investigasi lebih lanjut dan mungkin memerlukan modifikasi formulasi
bahan bakar untuk mengurangi tingkat korosif.
8. 5. Viskositas Kinematika -20℃
Pengujian Viskositas Kinematika - 20 °C ASTM D 445 pada Avtur
memiliki tujuan utama untuk mengukur kemampuan aliran bahan bakar pada suhu
tertentu, dalam hal ini pada suhu -20 °C. Viskositas kinematika adalah parameter
yang menggambarkan kekentalan atau ketebalan cairan pada suhu tertentu, yang
dapat memengaruhi aliran bahan bakar dalam sistem pengumpan dan pembakaran
pesawat. Tujuan pengujian ini adalah untuk memastikan bahwa Avtur memiliki
viskositas yang sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan, sehingga dapat diisikan
dan digunakan dalam pesawat dengan efisiensi dan keamanan yang optimal pada
suhu rendah. Viskositas merupakan gaya tarik antara molekul – molekul yang
menyusun suatu fluida. Pengujian viskositas dari suatu produk minyak bumi
bertujuan untuk mengetahui kekentalan minyak yang berpengaruh pada proses
pemompaan, injeksi, dan ukuran bahan bakar yang disemprot ke ruang bakar.
Pada kesempatan ini praktikan melakukan pengujian untuk menentukan nilai
viskositas kinematik sampel avtur. Variabel suhu yang digunakan pada pengujian
ini adalah -20°C. Percobaan ini dilakukan 3 kali dengan tujuan agar perolehan
data murni berdasarkan ketelitian dan konsistensi produk, dan didapatkan hasil
pada percobaan pertama yaitu 4,93136 cSt dengan waktu 518 detik, percobaan
kedua 5,26456 cSt dengan waktu 553 detik, dan percobaan ketiga 5,51208 cSt
pada waktu 579 detik. Pada percobaan viskositas kinematik didapatkan hasil

68
berturut-turut 4,93136 ; 5,26456 ; 5,51208. Berdasarkan SK Dirjen Migas No.
32K/10/DJM/2020, spesifikasi Viskositas Kinematika Avtur adalah maksimum 8
mm2/s, sehingga dapat dikatakan hasil yang didapatkan sudah sesuai (Onspec).
Jika hasil pengujian viskositas kinematika tidak memenuhi spesifikasi, hal
ini dapat menunjukkan adanya masalah dalam aliran bahan bakar pada suhu
rendah. Viskositas yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kesulitan dalam
pengisian bahan bakar dan pengoperasian pesawat, sementara viskositas yang
terlalu rendah dapat mempengaruhi kemampuan pelumasan dan kinerja mesin.
Jika Avtur memenuhi spesifikasi, ini menandakan bahwa bahan bakar tersebut
memiliki viskositas yang sesuai dengan persyaratan suhu rendah, memastikan
operasional yang efisien dan aman. Dalam prakteknya, pengujian Viskositas
Kinematika - 20 °C pada Avtur menjadi kunci untuk memastikan ketersediaan
bahan bakar yang dapat diandalkan pada suhu rendah dan untuk mencegah potensi
masalah operasional pada pesawat, terutama dalam kondisi lingkungan yang
ekstrem. Jika hasilnya tidak sesuai spesifikasi, produsen atau penyedia bahan
bakar mungkin perlu menyesuaikan formulasi untuk memenuhi kebutuhan suhu
rendah yang spesifik.
8. 6. Saybolt Colour
Pada percobaan ini, dilakukan pengujian Sayblot Colour ASTM D 156
menggunakan produk uji avtur dengan tujuan untuk dapat menentukan warna dari
produk migas salah satunya avtur. Tujuan setiap bahan bakar diberi zat aditif
untuk memberikan warna adalah agar sebagai pembeda tiap varian, memudahkan
operasional saat di lapangan, dan agar konsumen yakin dengan produk yang
dibelinya. Zat pewarna yang ditambahkan tersebut tidak memengaruhi performa
mesin kendaraan sehingga tetap aman digunakan.
Skala saybolt colour digunakan untuk grading berwarna terang produk
minyak bumi termasuk bahan bakar penerbangan yaitu avtur untuk pelarut
hidrokarbon dan lilin minyak bumi. Saybolt chromometer digunakan untuk
pengendalian kualitas dan identifikasi produk pada cairan yang sangat halus
seperti undyed bermotor dan penerbangan bensin, bahan bakar jet, naphta, minyak
tanah dan lilin minyak bumi jika dilengkapi dengan lampiran yang sesuai. Di
dalam pengukuran warna dilakukan dengan membandingkan kolom sampel
terhadap cakram warna. Instrumennya dilengkapi dengan satu set untuk sampel
dan rakitan tabung gelas standar dengan penampil optik, dipasang pada bingkai
logam,dalam wadah kayu, dengan skala 1/2, 1 dan 2 cakram warna standar pada

69
tiga posisi turret,tabel konversi melekat dan memiliki range pengukuran dari -16
(paling gelap) sampai+30 (ringan). Pengujian ini menggunakan metode ASTM D
156.
Pada pengujian ini dilakkukan 3 kali percobaan, praktikan mendapatkan
hasil pada nilai saybolt colour berturut-turut yaitu 14,75, 14 dan 13,5 skala
menggunakan lensa berukuran 1 kali. Hasil ini hanya bersifat dilaporkan karena
pada spesifikasinya Dirjen Migas tidak ditetapkan dengan pasti nilai saybolt
colour dari produk avtur. Nilai saybolt colour dari produk avtur biasanya
ditentukan oleh pihak produsen sendiri. Semakin besar nilai saybolt colour suatu
produk maka menunjukkan bahwa produk semakin ringan. Sebaliknya, semakin
rendah nilai saybolt colour dari suatu produk maka menunjukkan bahwa produk
tersebut termasuk fraksi berat.
Warna produk uji avtur dapat dilihat dari bagian atas saybolt chromometer,
melalui lensa penglihat yang biasanya digunakan pada mikroskop. Setelah itu,
bandingkan warna avtur dengan lensa standar warna dari 0,5; 1; dan 2 yang
mendapat bantuan dari cahaya matahari, hal tersebut dilakukan agar warna
penguji terlihat terang dan jelas. Namun, pada saat pengamatan di dalam ruangan,
digunakan senter tambahan saat mengamati karena kurangnya cahaya. Hal
tersebut menyebabkan kurang akuratnya saat mengamati warna.
8. 7. Freezing Point
Pengujian Freezing Point ASTM D 2386 pada Avtur memiliki tujuan utama
untuk menentukan suhu terendah pada kondisi tertentu di mana bahan bakar aviasi
tersebut akan membeku atau membentuk kristal padat. Tujuan pengujian ini
adalah untuk memastikan bahwa Avtur dapat diandalkan dan aman digunakan
pada suhu rendah, yang sering terjadi di lingkungan penerbangan tinggi atau
selama kondisi cuaca yang ekstrem. Titik beku didefinisikan sebagai temperatur
terendah dimana kristal wax (hidrokarbon) terbentuk pada pendinginan dan segara
hilang jika bahan bakar tersebut dipanaskan pelan-pelan. Titik beku digunakan
untuk menggambarkan tingkat fluiditas suatu bahan bakar ketika menghangatkan
bahan bakar yang sebelumnya telah didinginkan hingga terbentuk wax. Titik beku
juga dibatasi dengan tujuan untuk menjamin agar bahan bakar masin dapat
mengalir dengan lancar pada kondisi suhu yang rendah. Prinsip dari uji freezing
point adalah uji pendinginan menggunakan alat dengan cara di aduk ke atas dan
ke bawah dan terus sambil diamati hingga mulai terlihat pembentukan kristal -
kristal dan dicatat suhunya. Tujuan dilakukan pengadukan agar suhu avtur stabil.

70
Media pendingin yang digunakan yaitu cairan isopropyl alcohol karena cairan
tersebut memiliki titik beku sampai -73°C, sehingga saat dilakukan pendinginan
cairan IPA masih dalam kondisi cair. Isopropil alkohol adalah senyawa kimia
yang tidak berwarna dan mudah terbakar dengan bau yang menyengat. Pada alat
juga terdapat stirrer yang bergerak naik turun yang berfungsi untuk mengaduk
sehingga senyawa yang terkandung dapat merata dan tidak terdapat gelembung.
Pada pengujian ini, praktikan mendapatkan hasil freezing point pada suhu -52°C.
Berdasarkan SK Dirjen Migas No. 32K/10/DJM/2020, spesifikasi Freezing Point
Avtur adalah minimum -47 °C, sehingga dapat dikatakan hasil yang didapatkan
sudah sesuai (Onspec).
Jika hasil pengujian Freezing Point tidak memenuhi spesifikasi yang
ditetapkan, ini dapat menimbulkan masalah signifikan. Pembekuan atau
pembentukan kristal dapat menghambat aliran bahan bakar melalui sistem bahan
bakar pesawat, menyebabkan masalah operasional serius, bahkan kegagalan
mesin. Oleh karena itu, bahan bakar aviasi harus dirancang agar tetap cair pada
suhu rendah sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
Dalam prakteknya, pengujian Freezing Point menjadi sangat penting untuk
memastikan bahwa AVTUR dapat berkinerja baik dalam berbagai kondisi suhu.
Jika hasilnya tidak sesuai dengan spesifikasi, produsen atau penyedia bahan bakar
mungkin perlu mengambil tindakan korektif, seperti menyesuaikan formulasi atau
menambahkan aditif anti-pembekuan, untuk memastikan bahwa AVTUR tetap
dapat diandalkan pada suhu rendah. Jika hasilnya masuk dalam spesifikasi, ini
menandakan bahwa bahan bakar tersebut memenuhi standar untuk kinerja suhu
rendah dan dapat diandalkan dalam operasional pesawat.
IX. Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1.
B. Saran
Adapun saran yang diberikan praktikan, antara lain:
1.

X. Daftar Pustaka

71

Anda mungkin juga menyukai