Anda di halaman 1dari 32

PERCOBAAN 5:

PENGUJIAN SPESIFIKASI GAS – LPG MIXED

Disusun oleh :

Nama Mahasiswa : Muhammad Alvin Faiz Asshidqi


NIM : 221420026
Program Studi : Teknik Pengolahan Minyak dan Gas
Bidang Minat : Refinery
Tingkat : I (Satu)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS
(PEM AKAMIGAS)

Cepu, Oktober 2023

1
PENGUJIAN SPESIFIKASI GAS – LPG MIXED
I. Tujuan
Setelah melaksanakan praktikum ini diharapkan :
1. Mahasiswa dapat menggunakan peralatan uji produk gas - elpiji.
2. Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja peralatan uji produk gas - elpiji.
3. Mahasiswa dapat membandingkan hasil pengujian produk gas – elpiji dengan
spesifikasi yang berlaku.

II. Keselamatan Kerja


Beberapa keselamatan kerja yang harus diperhatikan dalam percobaan ini adalah:
1. Peralatan gelas ditangani dengan hati-hati.
2. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia.
3. Hati-hati bekerja dengan larutan kimia (lihat MSDS) dan perhatikan bahan-bahan
yang mudah terbakar.

III. Dasar Teori


LPG Mixed adalah istilah yang merujuk pada campuran gas Liquefied Petroleum
Gas (LPG) yang terdiri dari dua atau lebih komponen utama, yaitu propana (C3H8) dan
butana (C4H10). Keistimewaan dari LPG Mixed terletak pada komposisinya yang dapat
bervariasi. Proporsi propana dan butana dalam campuran ini dapat disesuaikan sesuai
dengan kebutuhan aplikasi tertentu. Beberapa campuran LPG Mixed mungkin memiliki
komposisi di mana propana dan butana hampir setara, sementara campuran lain
mungkin memiliki salah satu komponen yang mendominasi. Komposisi campuran ini
memiliki pengaruh signifikan terhadap sifat fisik dan kimia dari gas tersebut (Ii &
Teori, 1989).
Sifat fisik LPG Mixed, seperti keadaan berwujud gas pada tekanan dan suhu
atmosfer, serta sifat-sifat penting seperti tekanan uap dan nilai kalor, bergantung pada
komposisi campuran. Oleh karena itu, pemilihan komposisi yang tepat dalam LPG
Mixed sangat penting untuk memenuhi kebutuhan aplikasi yang beragam. LPG Mixed
digunakan dalam berbagai aplikasi, mulai dari sebagai bahan bakar untuk pemanas,
kompor, hingga kendaraan bertenaga gas. Keberagaman penggunaan ini mencerminkan
fleksibilitas campuran LPG Mixed dalam berbagai aplikasi dan sektor industry (Ii &
Teori, 1989).
Ketika menggunakan LPG Mixed, penting untuk memahami komposisinya
dengan cermat dan memastikan bahwa penggunaan sesuai dengan spesifikasi dan

2
regulasi yang berlaku. Penggunaan yang tepat sesuai dengan komposisi campuran akan
memastikan kinerja yang optimal dan keamanan selama penggunaan gas ini. LPG
Mixed biasanya disimpan dalam tabung atau tangki bertekanan untuk menjaga
kestabilan fisik dan kimianya, sehingga tindakan penyimpanan dan penanganan yang
aman sangat diperlukan dalam penggunaannya (Ii & Teori, 1989).
Berikut ini adalah beberapa parameter spesifikasi umum Gas menurut standar
Direktorat Jenderal Migas atau standar internasional ASTM (American Society for
Testing and Materials) yang biasa digunakan (Ii & Teori, 1989):
1. Weathering Test, ASTM 1837
Paparan sinar ultraviolet atau UV dapat memberikan efek yang
menguntungkan dan merugikan. Sinar UV bermanfaat dalam pembentukan
vitamin D3 (cholecalciferol) yang berperan dalam metabolisme tulang dan sistem
imun serta mengobati penyakit kulit. Namun paparan sinar UV secara berlebih
akan memicu kerusakan kulit, mempercepat penuaan dini dan meningkatkan
resiko kanker kulit (1,2). Sinar UV memiliki tiga gelombang yakni: UV A (320 -
400 nm), UV B (290 - 320 nm) dan UV C (100 - 290 nm). Paparan sinar UV A
dapat menyebabkan terjadinya pigmentasi, dan penuaan dini. Paparan sinar UV B
dapat menyebabkan kulit terbakar (sunburn), eritema dan inflamasi. Paparan sinar
UV C dapat menyebabkan kerusakan kulit yang parah karena bersifat mutagenik
dan karsinogenik, namun sinar UV C tidak mencapai permukaan bumi karena
diserap oleh lapisan ozon. Cuaca ekstrem sering melibatkan paparan sinar
ultraviolet (UV) dari matahari. UV dapat menyebabkan degradasi dan perubahan
pada komponen kimia dalam gas. Dasar teori melibatkan pemahaman tentang
interaksi antara sinar UV dan komponen gas, yang dapat menghasilkan produk
degradasi yang mungkin berdampak pada kualitas gas (Sumarno et al., 2009).
ASTM D1837 adalah sebuah metode pengujian standar yang digunakan
untuk mengevaluasi sifat fisik dan kimia dari gas alam atau Liquefied Petroleum
Gas (LPG) dalam kondisi cuaca ekstrem yang mencakup sinar ultraviolet (UV)
dan perubahan suhu yang ekstrem. Pengujian ini bertujuan untuk memahami
sejauh mana gas tersebut tetap stabil dan berkualitas dalam situasi cuaca yang
ekstrem, yang sering kali melibatkan paparan terhadap sinar UV yang dapat
mengakibatkan degradasi komponen gas (Sumarno et al., 2009).
Weathering Test ASTM D1837 adalah sebuah pengujian standar yang
digunakan untuk mengevaluasi respons dan ketahanan gas alam atau Liquefied
Petroleum Gas (LPG) terhadap pengaruh cuaca ekstrem, terutama terhadap

3
paparan sinar ultraviolet (UV) dan fluktuasi suhu yang ekstrem. Pengujian ini
memberikan pemahaman tentang sejauh mana gas tersebut tetap stabil dan
mempertahankan kualitasnya dalam kondisi cuaca yang mungkin terjadi selama
penyimpanan, transportasi, atau penggunaan gas dalam berbagai aplikasi industry
(Sumarno et al., 2009).
2. Vapour Pressure LPG, ASTM D 1267
Vapor pressure merupakan sifat fisika yang sangat penting dari cairan yang
mudah menguap. Vapor pressure secara kritis sangat penting baik mogas maupun
avgas, karena mempengaruhi starting, warm-up dan kecenderungan terjadinya
vapor lock karena temperatur operasi yang tinggi atau pada daerah ketinggian.
Maksimum vapor pressure dibatasi untuk Gas karena secara legal dianjurkan
dalam beberapa daerah sebagai ukuran untuk kontrol polusi. Liquid Chamber diisi
dengan contoh yang telah didinginkan, kemudian dipasangkan pada Vapour
Chamber. Rangkaian peralatan tersebut kemudian direndam dalam penangas pada
temperatur 37,8℃ (100℉ ), dan setiap interval waktu tertentu dilakukan
pengocokan, sampai teramati tekanan yang tetap. Hasil pembacaan pada pressure
gauge setelah dikoreksi dilaporkan sebagai RVP. Vapor pressure merupakan sifat
fisika yang sangat penting dari cairan yang mudah menguap. Vapor pressure
secara kritis sangat penting baik mogas maupun avgas, karena mempengaruhi
starting, warm-up dan kecenderungan terjadinya vapor lock karena temperature
operasi yang tinggi atau pada daerah ketinggian. Maksimum vapor pressure
dibatasi untuk Gas karena secara legal dianjurkan dalam beberapa daerah sebagai
ukuran untuk control polusi (Ii & Teori, 1989).
ASTM D1267 adalah sebuah standar pengujian yang penting dalam industri
gas yang digunakan untuk menentukan tekanan uap dari Liquefied Petroleum Gas
(LPG) pada suhu tertentu. Tekanan uap LPG adalah parameter kunci yang
memengaruhi keamanan penyimpanan, penggunaan, dan efisiensi bahan bakar.
Pengujian ini melibatkan pengukuran tekanan uap LPG pada suhu yang telah
ditentukan, sering kali pada 37,8°C atau 100°F. Melalui penggunaan peralatan
khusus, sampel LPG ditempatkan dalam sel pengujian, dan tekanan uapnya diukur
ketika sampel mencapai suhu pengujian yang ditentukan.
Pengujian vapour pressure, yang mengacu pada ASTM D1267, adalah
sebuah metode standar yang sangat penting dalam industri minyak dan gas untuk
menilai tekanan uap dari Liquefied Petroleum Gas (LPG). Tujuannya adalah
mengukur tekanan uap LPG pada suhu tertentu, yang secara signifikan

4
memengaruhi penggunaan, penyimpanan, dan pengangkutan gas ini. Dalam
pengujian ini, sampel LPG ditempatkan dalam sel pengujian khusus dan tekanan
uapnya diukur ketika sampel mencapai suhu pengujian yang ditentukan, biasanya
pada 37,8°C atau 100°F. Dasar teori pengujian ini berkaitan dengan prinsip
termodinamika yang mengatur kesetimbangan antara fase cairan dan uap pada
suhu tersebut. Hasil pengujian, yang dinyatakan dalam satuan tekanan seperti psi
atau kPa, memberikan informasi kritis tentang bagaimana LPG akan berperilaku
dalam berbagai kondisi suhu dan tekanan, mempengaruhi perancangan wadah
penyimpanan yang aman, peralatan, dan pengaturan tekanan yang sesuai.
Informasi ini sangat penting dalam berbagai aplikasi, termasuk sebagai bahan
bakar untuk kendaraan dan peralatan rumah tangga, untuk memastikan
penggunaan yang aman dan efisien. Dengan demikian, pengujian vapour pressure,
seperti yang diatur oleh ASTM D1267, memiliki peran sentral dalam memastikan
kualitas dan keamanan penggunaan LPG dalam berbagai aspek industry (Ii &
Teori, 1989).
3. Copper Strip Corrosion Test ASTM D – 1838
Copper Strip Corrosion Test adalah metode yang digunakan untuk
menentukan kemampuan minyak pelumas dalam mencegah korosi pada logam
tembaga dalam lingkungan air. Metode ini diatur oleh ASTM D 130 dan sering
digunakan dalam industri minyak dan gas untuk memastikan kualitas minyak
pelumas. Dasar teori dari tes ini adalah bahwa logam tembaga rentan terhadap
korosi dan reaksi ini dipengaruhi oleh keberadaan air dan adanya asam atau
senyawa korosif lainnya dalam minyak pelumas. Pada saat minyak pelumas
terkena air, terjadi proses oksidasi dan korosi yang mengakibatkan pengikisan
pada permukaan tembaga. Ketebalan pengikisan ini kemudian diukur dan
dibandingkan dengan standar referensi untuk menentukan tingkat korosi yang
terjadi pada logam tembaga (Rajesh Kanna et al., 2017).
ASTM D1838 adalah metode pengujian standar yang digunakan untuk
mengukur kemampuan suatu gas, seperti gas alam atau Liquefied Petroleum Gas
(LPG), dalam menyebabkan korosi pada logam, terutama tembaga. Pengujian ini
bertujuan untuk menilai sejauh mana gas tersebut dapat merusak atau
mengakibatkan korosi pada logam, yang bisa menjadi masalah serius dalam
industri dan aplikasi di mana logam digunakan dalam sistem pipa atau peralatan.
Prosedur pengujian ini melibatkan mengekspos selembar tembaga pada gas yang
akan diuji selama periode waktu tertentu, biasanya selama beberapa hari hingga

5
beberapa minggu, tergantung pada persyaratan pengujian. Selama eksposur,
tembaga akan mengalami perubahan warna dan/atau korosi. Hasil pengujian
dinyatakan dalam bentuk skala peringkat standar yang menggambarkan sejauh
mana logam tembaga terpengaruh oleh gas tersebut, dengan nilai rendah
menunjukkan tingkat korosi yang lebih rendah (Rajesh Kanna et al., 2017).
Pengujian Copper Strip Corrosion Test (ASTM D1838) adalah suatu metode
standar yang bertujuan untuk mengevaluasi sejauh mana gas, seperti gas alam atau
Liquefied Petroleum Gas (LPG), dapat menyebabkan korosi pada logam, terutama
logam tembaga. Proses pengujian ini penting dalam industri karena korosi logam
dapat mengancam integritas dan kinerja peralatan dan sistem pipa yang terhubung
dengan gas tersebut. Pengujian ini berperan penting dalam memastikan keamanan
dan integritas peralatan, seperti tangki penyimpanan, pipa, dan peralatan yang
terhubung dengan gas, serta untuk menghindari potensi kerusakan dan bahaya
yang mungkin timbul akibat korosi. Dengan memahami sejauh mana gas dapat
menyebabkan korosi pada logam, industri dapat mengambil tindakan pencegahan
yang tepat untuk melindungi peralatan dan infrastruktur mereka serta memastikan
bahwa gas yang digunakan memenuhi standar keamanan yang ditetapkan (Rajesh
Kanna et al., 2017).
4. Relatif Density IP 59, Method C
Pengujian ini berperan penting dalam memastikan keamanan dan integritas
peralatan, seperti tangki penyimpanan, pipa, dan peralatan yang terhubung dengan
gas, serta untuk menghindari potensi kerusakan dan bahaya yang mungkin timbul
akibat korosi. Dengan memahami sejauh mana gas dapat menyebabkan korosi
pada logam, industri dapat mengambil tindakan pencegahan yang tepat untuk
melindungi peralatan dan infrastruktur mereka serta memastikan bahwa gas yang
digunakan memenuhi standar keamanan yang ditetapkan (D. S. Prabowo, 2012).
Indeks Penyelarasan (IP), atau Relative Density IP59 Method C, adalah
metode pengujian yang penting dalam industri minyak, bahan bakar, dan kimia
untuk menilai densitas relatif suatu cairan. Tujuannya adalah untuk menentukan
sejauh mana cairan tersebut lebih ringan atau lebih berat daripada air. Dalam
metode IP59 Method C, cairan diuji dengan menggunakan densimeter yang
memanfaatkan prinsip hukum Archimedes. Dengan melihat apakah pelampung
atau berat dalam densimeter mengapung atau tenggelam dalam cairan, densitas
relatif cairan dapat diidentifikasi (D. S. Prabowo, 2012).

6
Relatif density, juga dikenal sebagai relative density atau densitas relatif,
adalah ukuran yang menggambarkan sebandingnya berat jenis atau densitas suatu
zat cair dibandingkan dengan densitas air pada suhu dan tekanan tertentu. Dalam
konteks pengujian IP59 Method C, tujuan utamanya adalah menentukan relatif
density suatu cairan, yang penting untuk klasifikasi, pemahaman sifat fisik, dan
penggunaan cairan tersebut dalam berbagai aplikasi (D. S. Prabowo, 2012).
Prosedur pengujian IP59 Method C melibatkan penggunaan densimeter, alat
yang biasanya terdiri dari tabung dengan pelampung atau berat yang mengapung
dalam cairan. Cairan yang akan diuji ditempatkan dalam tabung, dan posisi
pelampung atau berat dalam tabung akan mengindikasikan densitas relatif cairan.
Jika pelampung atau berat tenggelam, cairan tersebut memiliki densitas relatif
yang lebih tinggi daripada air; jika pelampung atau berat mengapung, cairan
tersebut memiliki densitas relatif yang lebih rendah daripada air. Hukum
Archimedes menyatakan bahwa benda yang tenggelam dalam fluida akan
mengalami gaya apung yang besarnya sama dengan berat volume fluida yang
dipindahkan oleh benda tersebut. Dalam konteks pengujian densitas relatif, cairan
yang tenggelam atau mengapung dalam densimeter akan memberikan informasi
tentang sejauh mana cairan tersebut lebih ringan atau lebih berat daripada air (D.
S. Prabowo, 2012).
Aplikasi dari pengukuran densitas relatif ini sangat luas. Dalam industri
minyak dan bahan bakar, pengujian ini digunakan untuk mengklasifikasikan
berbagai jenis bahan cair, termasuk bahan bakar dan pelumas. Informasi densitas
relatif membantu dalam pemilihan jenis bahan bakar yang sesuai untuk aplikasi
tertentu dan memastikan kepatuhan terhadap standar industri. Densitas relatif juga
memiliki relevansi dalam industri kimia, farmasi, dan banyak bidang lainnya di
mana pemahaman yang tepat tentang sifat fisik cairan adalah kunci untuk
keberhasilan dalam berbagai aplikasi. Selain itu, keakuratan pengukuran dalam
pengujian densitas relatif sangat penting, dan peralatan densimeter harus
dikalibrasi secara cermat untuk memastikan hasil yang tepat. Berdasarkan
pengukuran ini, pengguna dapat menentukan densitas relatif suatu cairan dan
menggunakan informasi ini untuk aplikasi yang sesuai dan pemenuhan standar
industri yang berlaku (D. S. Prabowo, 2012).
5. Gas Kromatografi sampel gas – GC NGA
Kromatografi gas (GC) adalah jenis umum dari kromatografi yang
digunakan dalam kimia analitik untuk memisahkan dan menganalisis senyawa

7
yang dapat menguap tanpa dekomposisi. GC dapat digunakan untuk pengujian
kemurnian zat tertentu, atau memisahkan komponen yang berbeda dari campuran
(jumlah relatif komponen tersebut juga dapat ditentukan). GC dapat digunakan
dalam mengidentifikasi suatu senyawa. Pada prinsipnya pemisahan dalam GC
adalah berdasarkan oleh perbedaan dalam kemampuan distribusi analit diantara
fase gerak dan fase diam di dalam kolom pada kecepatan dan waktu yang berbeda
(perbedaan volaritas suatu senyawa) (Tricahyandaru, 2008).
Dalam kromatografi gas, fasa gerak berupa gas pembawa, biasanya gas inert
seperti helium atau gas yang tidak reaktif seperti nitrogen. Fasa diam berupa
lapisan cairan mikroskopik atau polimer di atas padatan pendukung fasa diam,
yang berada di dalam tabung kaca atau logam yang disebut kolom. Instrumen
yang digunakan untuk melakukan kromatografi gas disebut dengan gas
kromatograf (atau "aerograf" atau "pemisah gas"). Senyawa dalam fasa gas yang
dianalisa berinteraksi dengan dinding kolom, yang dilapisi dengan fasa diam. Hal
ini menyebabkan masing-masing senyawa mengalami elusi pada waktu yang
berbeda, dan ini dikenal sebagai waktu retensi senyawa. Perbandingan waktu
retensi merupakan keluaran dari KG yang dapat dianalisis (Tricahyandaru, 2008).
Secara prinsip, kromatografi gas sama dengan kromatografi kolom (sama
juga dengan kromatografi jenis lain seperti KCKT, KLT), tetapi terdapat beberapa
perbedaan yang perlu dicatat. Pertama, proses pemisahan campuran terjadi antara
fasa diam cairan dan fasa gerak gas, sementara dalam kromatografi kolom, fasa
diam adalah padat dan fasa gerak berupa cairan. (Oleh karena itu, sebutan lengkap
prosedur ini adalah "Kromatografi gas–cair", yang merujuk pada fasa gerak dan
fasa diam). Kedua, kolom yang dilalui fasa gas terletak di dalam oven dengan
temperatur gas yang dapat dikendalikan, sementara kromatografi kolom
(biasanya) tidak dilengkapi pengendali temperatur. Terakhir, konsentrasi senyawa
dalam fasa gas murni merupakan fungsi dari tekanan uap gas (Tricahyandaru,
2008).
Kromatografi gas juga mirip dengan distilasi fraksi, karena keduanya
melakukan proses pemisahan komponen campuran berdasarkan perbedaan titik
didih (atau tekanan uap). Meski demikian, distilasi fraksi biasanya digunakan
untuk memisahkan komponen campuran dalam skala besar, sementara KG hanya
dapat digunakan untuk skala yang jauh lebih kecil (skala mikro) (Tricahyandaru,
2008).

8
Pengujian Gas Kromatografi (GC) NGA, atau Natural Gas Analysis, adalah
metode yang sangat penting dalam industri minyak dan gas untuk menganalisis
komposisi gas dalam sampel, terutama gas alam. Tujuannya adalah untuk
memisahkan, mengidentifikasi, dan mengukur konsentrasi komponen gas dalam
sampel dengan tingkat akurasi yang tinggi. Prosedur pengujian melibatkan injeksi
sampel gas ke dalam kolom kromatografi yang memungkinkan pemisahan
komponen berdasarkan sifat fisik dan kimia mereka. Detektor yang sensitif
merekam pergerakan komponen gas, memungkinkan identifikasi dan pengukuran
konsentrasi masing-masing komponen. Dasar teori pengujian adalah prinsip
kromatografi, di mana komponen gas terpisah dalam kolom kromatografi.
Aplikasi pengujian GC NGA mencakup industri minyak dan gas, pengembangan
produk kimia, dan berbagai bidang lain di mana analisis komposisi gas
diperlukan. Keakuratan dan kalibrasi peralatan pengujian sangat penting untuk
memastikan hasil yang akurat. Dengan informasi yang dihasilkan dari pengujian
ini, industri dapat memantau kualitas gas alam, mengawasi proses, memastikan
kepatuhan terhadap standar, dan memaksimalkan penggunaan gas dalam berbagai
konteks industry (Tricahyandaru, 2008).
IV. Bahan Dan Peralatan
4. 1. Weathering Test, ASTM 1837
A. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Gas LPG Mixed.
2. Karbon aktif (Charcoal), ukuran 6 – 14 mesh.
3. Aquades.
B. Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Weathering tube.
2. Tube support, untuk memegang leher centrifuge tube dengan tegak
(vertical).
3. Water bath.
4. Circulator bath : 15℃ s/d 21℃.
5. Thermometer (ASTM Armor Weathering Test), range − 50℃ to 5℃
(−58 to 41℉).
6. Cooling vessel.
7. Cooling coil, Panjang = 2 meter dan OD = 4,8 mm.

9
8. Pre Coolant.
4. 2. Vapour Pressure LPG, ASTM D 1267
A. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Gas LPG Mixed.
2. Aquades.
B. Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Vapor Pressure Apparatus.
2. Bomb.
3. Bath dengan ketelitian 0,1℃ ± 37,8℃ dan 0,3℃ ± 70℃.
4. Liquid chamber 2 opening.
1
5. Flexible Tubing ukuran 6 – 7 mm ( inch).
4
4. 3. Copper Strip Corrosion Test ASTM D – 1838
A. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Wash Solvent (isooktana, toluene).
2. Copper Strip.
3. Polishing Materials.
4. ASTM Copper Strip Corrosion Standard.
B. Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Corrosion test cylinder.
2. Water Bath.
3. Copper Strip.
4. Temperature sensing device.
5. Strip Polishing vice.
6. Polishing Materials.
4. 4. Relatif Density IP 59, Method C
A. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Air.
2. Udara.
3. Gas LPG mixed.

10
B. Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. External cylinder.
2. Internal Tube.
3. Orifice.
4. O – ring small for orifice.
5. Thermometer IP 39 C.
6. Keran (pada orifice).
7. Keran sampel.
4. 5. Gas Kromatografi sampel gas – GC NGA
A. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Gas LPG mixed.
B. Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Bomb Sample Gas.
2. Kromatografi Gas - Sampel Gas (GC NGA).

V. Langkah Kerja
5. 1. Weathering Test ASTM D-1837
A. Persiapan

Masukkan air 5 ml


Masukkan 2 butir karbon aktif (Charcoal)


Masukkan armor thermometer serendah mungkin pada weathering tube


Baca pembacaan tinggi air dan catat (misalkan : 6 ml)


Bersihkan weathering tube
B. Mendapatkan Porsi Pengujian

Isi cooling vessel dengan pendingin sehingga menutupi cooling coil


Pasang inlet cooling coil ke sumber gas (sampel) selang atau hose OD 6,4

11
mm atau lebih besar


Masukkan cairan pendingin, kedalam bath sampai semua tabung terendam


Masukkan sampel kedalam wethering tube, kosongkan sampling pertama


Masukkan 2 butir karbon aktif (charcoal) sama dengan langkah pertama


Kemudian masukkan sampel sampai batas 100 ml


Untuk merubah Density Pengamatan ke DENSITY 15℃ dikoreksi
menggunakan Tabel 53 A atau 53 B dari Petroleum Measurement Tables
ASTM D-1250 – 80
C. Pengujian

Dengan hati-hati masukkan pre coolant armor thermometer kedalam


centrifuge tube sesuai dengan posisi waktu persiapan pemasangan
thermometer


Metode Pengujian


Dinginkan sampel dengan menggunakan cooling coil dan kumpulkan 100
ml cairan pada weathering tube. Biarkan menguap pada tekanan yang
ditentukan. Baca suhu thermometer, ketika tersisa volume sampel 5 ml dan
laporkan pada 95% penguapan

Gambar 5.1. Pre cooling


Sumber : Modul praktikum produk gas

12
5. 2. Tekanan Uap Gas LPG ASTM D – 1267

Siapkan sampel dengan suhu rendah dan suhu ruang


Bersihkan air chamber dan gasoline chamber


Panaskan water bath sampai suhu 100°F constant


Rendam air chamber pada water bath suhu 100°F paling sedikit 10 menit


Dinginkan gasoline chamber dalam keadaan tertutup hingga suhu 32 – 40°F

Isikan sampel kedalam gasoline chamber hingga meluber (penuh)

Gambar 5.2.1. Mekanisme pengisian


Sumber: Modul praktikum produk migas

Pasangkan gasoline chamber pada air chamber dan pressure gauge


Rendam kedalam water bath suhu 100°F selama 20 – 30 menit, kemudian
setiap 5 menit diangkat lalu dikocok selama 2 menit


Apabila penunjukan manometer sudah konstan laporkan sebagai RVP sampel
5. 3. Copper Strip Corrosion Test ASTM D – 1838

Isilah tabung reaksi besar dengan akuades dan masukkan kristal asam oksalat
sambil diaduk sehingga diperoleh suatu larutan yang jenuh (ada sebagian kristal
yang tidak larut)


Isilah bak thermostat dengan air dan es serta hidupkan motornya

13

Masukkan tabung reaksi besar (yang berisi larutan asam oksalat tersebut) ke
dalam bak thermostat


Aturlah temperatur air dalam bak ini sedemikian sehingga diperoleh kenaikan
temperatur berturut – turut pada 20℃, 25℃, 30℃, 35°64℃, 40℃ dan 45℃.
(Apabila tidak ada es bisa dimulai pada temperatur kamar)


Pada setiap pengaturan temperatur di atas, aduklah larutan asam oksalat
berulang – ulang kemudian diamkan 10 menit


Ambil 5 mL (dengan pipet) larutan ini kemudian di titrasi dengan larutan NaOH
0,2 N menggunakan indikator PP
Catatan:
a. Harus dijaga agar sewaktu pengambilan larutan, kristal asam oksalat tidak
ikut terambil.
b. Untuk menghindari jumlah titran (dalam hal ini larutan NaOH 0,2N) yang
terlalu banyak maka lakukan pengenceran.

Gambar 5.3.1. ASTM Copper Strip Corrosion Standards


Sumber : Modul praktikum produk gas


Keluarkan hydrometer, kemudian lakukan pengukuran temperatur, baca dan
catat


Suhu contoh uji. Apabila perbedaan suhu dari kedua pengamatan tidak

14
melampaui


0,5℃ hasil rerata dicatat sebagai ‘Suhu Pengamatan’ (Observed Temparature)


Untuk merubah Density Pengamatan ke DENSITY 15℃ dikoreksi
menggunakan Tabel 53 A atau 53 B dari Petroleum Measurement Tables
ASTM D-1250 – 80
5. 4. Density LPG IP 59 Method C

Tuangkan air pada suhu kamar ke dalam cylinder glass luar sehingga cylinder
dalam dipenuhi air sampai pada level atasnya, gunakan keran untuk melakukan
adjust. Sesuaikan level air pada cylinder glass luar untuk menginisialisasi level
air yang telah ditandai pada 65 cylinder luar. Dengan keran masih tertutup,
tekan air menuju cylinder dalam melewati keran hingga level air diturunkan
hingga batas tanda bawah. Tutup keran, biarkan selama 2 menit hingga suhu
udara mendapati suhu airnya, buka keran sehingga udara mengalir ke atmosfer
melewati orifice plate. Catat waktu yang diperlukan sehingga level air lolos dari
batas rendah ke batas atasnya. Ulangi pengujian beberapa kali pada suhu yang
sama, jika waktunya sesuai hitung rata – ratanya


Semprotkan peralatan dengan udara beberapa kali pada seluruh bagian
peralatan, termasuk ruang antara keran dan orifice plate menggunakan udara.
Buat serangkaian penentuan menggunakan gas pada suhu yang sama seperti
udara dan hitung waktu rata-ratanya sebanyak jumlah pengujiannya


Ulangi proses penentuannya dengan udara sebagai suhu asli setelah proses
flushing menggunakan udara
5. 5. Gas Kromatografi sampel gas – GC NGA
A. Prosedur Menghidupkan di Awal

Memastikan AC telah menyala


Membuka valve tabung gas (He), hydrogen (H2), dan kompresor


Menghidupkan UPS (Ultra power saver, merk prolink)

15

Menghidupkan PC dan printer


Menghidupkan GC NGA 2014 (SHIMADZU)


Membuka aplikasi lab solution dengan cara double klik icon “Lab
Solution” terdapat di desktop


Membuka jendela analisis dengan cara klik pilihan “instrument” sebelah
kiri, lalu double klik “HP-HP Instrument1” (User Id : Admin, Password :
(dikosongkan) lalu klik ‘ok’
B. Prosedur Conditioning

Memilih file – lalu open method file – lalu memilih file “conditioning”
dengan cara double klik


Meng-klik download dan juga meng-klik system on sampai tulisan GC not
ready (warna kuning) berubah menjadi GC ready (warna hijau), yang
artinya kondisi operasi GC telah siap untuk menerima sampel.
C. Prosedur Inject Sampel

Menaikkan current pada DTCD 1 menjadi 100 mA


Meng-klik “auto zero” dan menunggu sampai baselinenya tepat di angka
‘0’ (kurang lebih 2 menit). Jika belum ‘0’ maka dinolkan Kembali dengan
cara klik “auto zero” lagi


Setelah baselinenya bagus, tepat diangka ‘0’. Segera menginject sampel
dengan cara meng-klik “start single run”, kemudian menginput sample
name dan sample Id nya, lalu meng-klik “ok”


Kemudian (secara manual) membuka valve sample gas lalu klik “start”,
setelah ada bunyi dari GC yang menandakan valve sampel ke GC sudah
tertutup, maka valve sampel gas juga ditutup

16
Menunggu sampau semua kromatogram keluar sesuai dengan waktu
running yang telah ditentukan (18 menit)


Memunculkan Data Analisa Sampel yang Telah Diinject


Kembali ke jendela lab solution main (system administrator) lalu meng-klik
“postrun” di deretan kiri


Lalu meng-klik “postrun” yang ditengah


Kemudian meng-klik “data report” di deretan sebelah kiri


Memunculkan hasil Analisa sampel dengan cara klik “folder”. Dan
kemudian memilih lokasi penyimpanan file tadi


Lalu meng-klik di file name nya, untuk mencetak hasil Analisa (berupa
kromatogram), pilih file lalu print
D. Prosedur Cooling dan Mematikan GC

Menurunkan (mengubah) current pada DTCD 1 menjadi 0 mA


Membuka file cooling dengan cara memilih file – open method file – pilih
file “cooling” dengan cara double klik


Meng-klik “download” dan tunggu sampai tulisan GC not ready (warna
kuning) berubah menjadi GC ready (warna hijau)


Setelah GC ready, klik “system off” lalu klik “yes” Ketika muncul halaman
konfirmasi


Menutup jendela “Realtime analysis (HP-HP-Instrument1- System
Administrator)”

Menutup aplikasi dengan cara menutup jendela “LabSolution Main

17
(System Administrator)”


Men-shutdown PC, dan matikan printer


Mematikan GC


Mematikan UPS


Menutup Kembali valve tabung gas eluen (He)

VI. Hasil Praktikum


6. 1. Weathering Test ASTM D-1837

Sampel Volume Suhu Spesifikasi Hasil


5 mL 0℃ Max. 2,2℃ On specification
LPG Mix
2 mL 2℃ Max > 0 mL On specification
6. 2. Tekanan Uap Gas LPG ASTM D – 1267

Percobaan Tekanan Uap


Percobaan 1 45 Psi
Percobaan 2 40 Psi
Percobaan 3 40 Psi
Spesifikasi Max 45 Psi
Hasil On specification
6. 3. Copper Strip Corrosion Test ASTM D – 1838

Sampel Hasil Uji Spesifikasi Hasil


LPG Mix kelas 1 A max. kelas 1 A On specification
6. 4. Density LPG IP 59 Method C

Percobaan Udara Gas


1 23 s 32,38 s
2 22,85 s 31,36 s
3 22,91 s 31,66 s
Rata-Rata 22,92 s 31,8 s
6. 5. Gas Kromatografi sampel gas – GC NGA

18
Gross Heating
%mol SG
Fraksi Value
Komponen
Unnor- Norma- Mol GPA GPA
GHV P
malized lized 2145-09 2145-09
C2H6 0,414 0,499 0,00499 1769,7 8,839 1,0382 0,00519
C3H8 41,923 50,576 0,50576 2516,1 1272,5 1,5225 0,77
i-C4H10 40,54 48,91 0,4891 3251,9 1590,4 2,0068 0,9815
i-C5H12 0,014 0,017 0,00017 4000,9 0,676 2,4911 0,00042
Total 82,891 100 1 11538,6 2872,49 7,0586 1,7571

VII. Perhitungan
1. Density LPG IP 59 Method C
32, 28+31 , 16+31 , 66
(T1) = = 31,8 s
3

23+22 , 85+22 ,91


(T2) = = 22,92 s
3

2
T1
Relatif Density = 2
T2

2
31, 8
= 2
22 ,92

= 1,92 s

2. Gas Kromatografi sampel gas – GC NGA


 Normalized
Unnormalized
H= ×100
Total Unnormalized
0,414
 C2H6 = ×100
82,891
= 0,499
41,923
 C3H8 = × 100
82,891
= 50,576
0,014
 i-C4H10 = ×100
82,891
= 48,91
40 ,54
 i-C5H12 = ×100
82,891

19
= 0,017
 Fraksi Mol
Normalized
F=
100
0,499
 C2H6 =
100
= 0,00499
50.576
 C3H8 =
100
= 0,50576
48 , 91
 i-C4H10 =
100
= 0,4891
0,017
 i-C5H12 =
100
= 0,00017

VIII. Analisis
LPG Mixed, atau Liquified Petroleum Gas Mixed, adalah sebuah jenis bahan
bakar yang terdiri dari campuran dua atau lebih jenis gas hidrokarbon ringan, seperti
propane dan butana, dalam proporsi yang berbeda. Campuran ini digunakan dalam
industri migas dan di sektor konsumen sebagai bahan bakar cair yang serbaguna. LPG
Mixed biasanya digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk memasak, pemanasan,
serta digunakan dalam kendaraan bermotor yang beroperasi dengan bahan bakar gas.
Keuntungan utama dari LPG Mixed adalah kemampuannya untuk menyediakan
sumber energi yang bersih dan efisien, serta mudah untuk disimpan dan
didistribusikan dalam bentuk cair. Saat Anda melakukan pengujian terhadap LPG
Mixed, penting untuk memahami karakteristik komposisinya, stabilitas, dan
kualitasnya guna memastikan bahwa produk ini memenuhi standar keamanan dan
kinerja yang ditetapkan. Pengujian LPG Mixed adalah proses yang penting dalam
industri migas untuk memastikan bahwa produk ini memenuhi standar keamanan,
kualitas, dan kinerja yang telah ditetapkan. Dalam pembahasan berikut, kami akan
menjelaskan setiap pengujian mulai dari konsep yang lebih umum hingga rincian yang
lebih khusus.
8. 1. Weathering Test ASTM D-1837

20
Pengujian Weathering Test ASTM D-1837 pada LPG Mixed adalah
metode standar yang digunakan untuk mengevaluasi sejauh mana LPG Mixed
tahan terhadap pengaruh kondisi lingkungan yang berpotensi mempengaruhi
kualitas dan kinerjanya. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk
mengidentifikasi bagaimana LPG Mixed bereaksi terhadap faktor-faktor seperti
paparan cahaya matahari, panas, dan udara selama periode waktu tertentu. Hal
ini bertujuan untuk memahami perubahan fisik dan kimia yang mungkin terjadi
dalam LPG Mixed selama masa pakainya, yang bisa berpotensi memengaruhi
penggunaan dan keamanannya. Sebelum menginisiasi pengujian, sampel gas
diambil dan disiapkan dalam jumlah 100 ml. Kemudian, sampel tersebut
ditempatkan dalam alat Weathering Test. Selanjutnya praktikan memasukkan
thermometer secara hati-hati agas tidak terjadi adanya kecelakaan dalam
praktikum yang dikarenakan tekanan dari alat praktikum. Dengan
menggunakan thermometer praktikan bisa mengukur kenaikan suhu, yang
harus tetap kurang dari 2 derajat Celsius. Sampel gas dibiarkan menguap pada
suhu lingkungan hingga mencapai 95% dari volume awal, yang setara dengan
tinggal 5 ml.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa volume sampel yang tersisa pada
saat 95 % (95 mL) didapatkan pada suhu 0 derajat Celsius, sedangkan pada
suhu 2 derajat Celsius, volume yang tetap adalah 2 ml. Untuk dari warna api
dari LPG Mixed yang memenuhi spesifikasi maka warna apinya akan berwarna
biru. Jika memang tidak memenuhi spesifikasi kemungkinan bisa warna lain.
Karena jika tidak memenuhi spesifikasi berarti LPG Mixed tersebut Hasil ini
memenuhi persyaratan spesifikasi Dirjen Migas No.26525.K/10/DJM.T/2009
yang menetapkan batas minimal 95% volume sisa pada pengujian Weathering
Test pada suhu 2,2 °C. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sampel uji
sesuai dengan spesifikasi, atau dalam istilah ilmiah, " On specification ".
Dalam pembahasan, hasil pengujian Weathering Test ASTM D-1837
dapat digunakan untuk menilai sejauh mana LPG Mixed dapat
mempertahankan stabilitas kimia dan kualitasnya dalam berbagai kondisi cuaca
yang mungkin ditemui dalam penggunaan sehari-hari. Data yang diperoleh
juga dapat membantu dalam pengembangan formulasi LPG Mixed yang lebih
tahan terhadap perubahan lingkungan, sehingga dapat meningkatkan masa
pakai dan kehandalan produk ini. Pengujian ini sangat relevan dalam konteks
penggunaan LPG Mixed dalam berbagai aplikasi, seperti kendaraan bermotor,

21
pemanas, atau peralatan masak, di mana stabilitas dan kualitas produk sangat
penting untuk menjaga keamanan dan efisiensi.
8. 2. Tekanan Uap Gas LPG ASTM D – 1267
Pengujian Tekanan Uap Gas LPG (Liquified Petroleum Gas) ASTM D-
1267 adalah sebuah metode standar yang digunakan untuk mengukur tekanan
uap dari LPG pada berbagai suhu. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk
menentukan sejauh mana LPG cair akan menguap pada berbagai kondisi suhu,
yang penting untuk menilai perilaku penyimpanan, pengangkutan, dan
penggunaan LPG di berbagai lingkungan. Secara ilmiah, pengujian Tekanan
Uap Gas LPG mengikuti prinsip dasar termodinamika. Tekanan uap suatu
cairan adalah fungsi dari suhu. Ketika suhu meningkat, tekanan uap cairan juga
meningkat. Pengujian ini dilakukan dengan mengukur tekanan uap LPG pada
beberapa suhu yang berbeda, dan data yang diperoleh digunakan untuk
menghitung tekanan uap pada suhu tertentu.
Dalam rangka melakukan pengujian tekanan uap dari gas LPG,
prosedur praktikum dimulai dengan mengalirkan gas LPG melalui flexible
tubing ke inlet valve. Semua valve dibuka untuk membersihkan alat pengukur
tekanan dari kemungkinan kontaminan yang mungkin ada pada perangkat
tersebut. Setelah memastikan bahwa tidak ada residu produk yang tersisa di
dalam vapour chamber, semua valve ditutup dengan erat untuk menjaga
sampel gas LPG di dalamnya agar tidak bocor. Selama pengujian, sampel
diendapkan selama sekitar 30 menit untuk memastikan suhu dalam bomb tetap
stabil. Selanjutnya, dilakukan pengocokan pada vapour chamber dengan sudut
kemiringan 45 derajat setiap 5 menit selama 3 kali. Tujuannya adalah agar
sampel di dalam vapour chamber tetap dalam keadaan konstan, sehingga
partikel uap dari gas LPG tetap terdistribusi merata. Hasil pengujian yang
terdiri dari 3 percobaan menunjukkan bahwa rata-rata tekanan uap pada gas
LPG adalah sekitar 40 Psi. Hasil ini memenuhi persyaratan spesifikasi Dirjen
Migas No.116.K/10/DJM/2020 yang menetapkan batas maksimal LPG Mixed
pada pengujian Tekanan Uap adalah 45 Psig. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa sampel uji sesuai dengan spesifikasi, atau dalam istilah
ilmiah, " On specification ".
8. 3. Copper Strip Corrosion Test ASTM D – 1838
Pengujian Copper Strip Corrosion Test ASTM D-1838 adalah metode
standar yang digunakan untuk menilai sejauh mana LPG dan bahan bakar

22
lainnya memiliki potensi untuk menyebabkan korosi pada logam tembaga.
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menilai tingkat keasaman atau
keberadaan senyawa korosif dalam bahan bakar tersebut, yang dapat merusak
sistem bahan bakar dan peralatan terkait. Secara ilmiah, pengujian ini
didasarkan pada sifat korosif LPG terhadap tembaga. Sebagai hasil dari reaksi
kimia, LPG dapat menghasilkan senyawa yang merusak tembaga, seperti
senyawa sulfida tembaga. Selama pengujian, selembar logam tembaga
ditempatkan dalam sampel LPG yang telah diuji. Selanjutnya, dilakukan
pengamatan terhadap perubahan warna dan kondisi logam tembaga setelah
sejumlah waktu tertentu dalam kontak dengan LPG. Perubahan warna atau
korosi pada logam tembaga mengindikasikan tingkat keasaman atau
keberadaan senyawa korosif dalam bahan bakar.
Langkah awal melibatkan pengamplasan permukaan lempeng tembaga
uji, bertujuan untuk menghilangkan segala kontaminan atau zat asing yang
mungkin melekat pada tembaga. Dalam konteks pengujian ini, lempeng
tembaga yang bersih menjadi dasar dari eksperimen. Kemudian, lempeng
tembaga yang telah disiapkan direndam dalam water bath pada suhu 45℃
selama 30 menit. Suhu ini dipilih dengan pertimbangan untuk mempercepat
reaksi kimia yang terjadi dalam sampel. Observasi dilakukan terhadap
perubahan warna pada lempeng tembaga setelah pengujian ini. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa lempeng tembaga masuk dalam kategori
kelas 1A, yang menandakan bahwa korosifitasnya rendah. Hasil ini memenuhi
persyaratan spesifikasi Dirjen Migas No.116.K/10/DJM/2020 yang
menetapkan batas maksimal LPG Mixed pada pengujian Copper Strip
Corrosion Test adalah Kelas 1 A. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
sampel uji sesuai dengan spesifikasi, atau dalam istilah ilmiah, " On
specification ".
Dalam pembahasan, hasil dari pengujian Copper Strip Corrosion Test
memberikan gambaran tentang tingkat korosi yang mungkin terjadi jika bahan
bakar tersebut digunakan dalam sistem yang mengandalkan komponen
tembaga, seperti pipa atau tangki. Hasil yang sesuai dengan spesifikasi
mengindikasikan bahwa bahan bakar tersebut aman untuk digunakan dan tidak
akan merusak sistem peralatan. Oleh karena itu, pengujian ini menjadi
parameter penting dalam memastikan integritas peralatan dan keandalan bahan
bakar dalam berbagai aplikasi.

23
8. 4. Density LPG IP 59 Method C
Pengujian Density LPG (Liquified Petroleum Gas) metode IP 59
Method C adalah prosedur standar yang digunakan untuk mengukur kerapatan
atau massa jenis LPG. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan
berat jenis LPG, yang merupakan parameter penting dalam menentukan
kualitas dan komposisi LPG serta dapat memengaruhi kinerja dalam berbagai
aplikasi. Secara ilmiah, pengujian ini didasarkan pada prinsip dasar
pengukuran massa jenis, yang merupakan rasio antara massa suatu bahan
dengan volumenya. Metode IP 59 Method C mengukur massa jenis LPG pada
suhu dan tekanan tertentu. Perubahan tekanan dan suhu dapat memengaruhi
kerapatan LPG, dan oleh karena itu, pengujian ini mengacu pada kondisi yang
sangat terkontrol. Data yang diperoleh dari pengujian ini digunakan untuk
memeriksa apakah kerapatan LPG sesuai dengan standar kualitas dan
spesifikasi yang berlaku.
Dari rangkaian eksperimen yang telah dilaksanakan, tiga kali pengujian
telah dilakukan, dan rata-rata waktu yang diperlukan untuk injeksi gas adalah
sekitar 33,8 detik, sementara rata-rata waktu untuk injeksi udara adalah sekitar
22,92 detik. Data ini menggambarkan perbandingan antara waktu yang
diperlukan untuk injeksi gas dan udara. Perbedaan ini disebabkan oleh
perbedaan tekanan antara gas dan udara. Dalam konteks perhitungan, hasil
perhitungan menunjukkan bahwa nilai densitas relatif adalah sekitar 1,92 detik.
Dalam pembahasan, hasil pengukuran kerapatan LPG dengan metode
IP 59 Method C menggambarkan karakteristik fisik dari LPG tersebut pada
kondisi tertentu. Hasil ini digunakan untuk menilai kualitas LPG dan
memastikan bahwa produk tersebut sesuai dengan persyaratan yang telah
ditetapkan. Data ini juga dapat digunakan dalam perencanaan dan manajemen
penyimpanan, pengangkutan, dan penggunaan LPG yang efisien dan aman.
Dengan demikian, pengujian ini menjadi langkah penting dalam memastikan
integritas dan kualitas LPG dalam berbagai aplikasi.
8. 5. Gas Kromatografi sampel gas – GC NGA
Pengujian Gas Kromatografi pada sampel gas, yang disebut juga GC
NGA (Gas Chromatography Natural Gas Analysis), merupakan metode
analisis yang digunakan untuk memisahkan dan mengukur komponen-
komponen utama dalam sampel gas, terutama digunakan dalam analisis gas
alam. Tujuan utama dari pengujian ini adalah untuk menentukan komposisi

24
dan kualitas gas alam, termasuk kandungan berbagai komponen seperti
metana, etana, propana, butana, serta senyawa-senyawa lain yang mungkin
hadir dalam sampel. Secara ilmiah, pengujian GC NGA didasarkan pada
prinsip pemisahan komponen-komponen gas dalam sampel dengan
menggunakan kolom kromatografi, di mana komponen-komponen tersebut
akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dalam kolom berdasarkan sifat
kimianya. Setelah pemisahan, detektor sensitif mendeteksi dan mengukur
komponen-komponen ini berdasarkan waktu retensi mereka dan sinyal yang
dihasilkan.
Dalam pengujian Gas Kromatografi, kami menganalisis sampel produk
dari campuran gas LPG untuk mengidentifikasi komposisinya dengan
menggunakan perangkat otomatis yang terhubung dengan perangkat lunak
komputer. Sebelum melakukan analisis komposisi gas dalam sampel, kami
melakukan pengambilan sampel dari campuran gas LPG dan mengalirkannya
ke dalam ruang uji yang kemudian terhubung ke sensor 6C. Waktu analisis
telah ditentukan sekitar 18 -20 menit. Hasil analisis mengungkapkan komposisi
sampel uji tersebut, termasuk kandungan C 2H6 sebesar 0,414%, C3H8 sebesar
41,923%, i-C4H10 sebesar 40,54%, dan i-C5H12 sebesar 0,014%. Dalam analisis
ini, kami mendapatkan dua set data pengukuran. Data pertama menunjukkan
bahwa terdapat lebih banyak komponen dalam campuran gas LPG daripada
pada data kedua. Dari hasil pengamatan eksperimen menggunakan Gas
Kromatografi, kita dapat menyimpulkan bahwa komponen yang paling
mendominasi dalam sampel Gas LPG Campuran adalah C 3H8 (propane) dan
C4H10 (butane). Hal ini konsisten dengan teori yang menyatakan bahwa gas
LPG campuran umumnya terdiri dari kandungan propane dan butane yang
lebih tinggi. Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa sampel
tersebut memiliki kandungan sulfur yang rendah dan kadar air yang minimal,
menjadikannya sebagai produk yang sesuai dan berkualitas baik untuk
penggunaan. Hal ini sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh
Dirjen Migas yang mengharuskan kandungan sulfur dalam gas LPG tidak
melebihi 0,01 ppm. Gas LPG dengan kandungan sulfur yang tinggi dapat
berpotensi menyebabkan kebocoran dan korosi pada peralatan, oleh karena itu,
kandungan sulfur yang rendah sangat diinginkan dalam produk gas LPG ini.
Dalam pembahasan, hasil pengujian GC NGA digunakan untuk
mengevaluasi komposisi gas alam dalam sampel yang diuji. Data ini dapat

25
memberikan wawasan yang berharga terkait dengan kualitas dan kemampuan
gas alam dalam berbagai aplikasi. Hasil analisis GC NGA membantu
memastikan bahwa gas alam memenuhi standar kualitas yang ditetapkan dan
dapat digunakan dengan efisien dalam berbagai proses industri, seperti
pembangkit listrik atau penyediaan bahan bakar.

IX. Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Weathering Test, ASTM D 1837
Setelah dilakukan praktikum Weathering Test, ASTM D 1837 dapat
disimpulkan bahwa:
 Setelah dilakukan pengamatan didapatkan pada suhu 0 ℃ terdapat residu
sebanyak 5 mL.
 Hasil yang didapatkan pada praktikum tersebut sesuai dengan spesifikasi
yang ditetapkan oleh SK Dirjen Migas yaitu nilai Weathering Test ASTM
D 1837 maksimal 5 mL pada suhu 2℃ sehingga sampel dikatakan on
specification.
2. Vapour Pressure LPG, ASTM D 1267
Setelah dilakukan praktikum Vapour Pressure LPG ASTM D 1267 dapat
disimpulkan bahwa:
 Setelah dilakukan dengan tiga kali pengulangan dan menghasilkan rata
rata untuk tekanan uap adalah 41,66 Psi.
 Berdasarkan spesifikasi untuk LPG jenis mixed yang telah ditetapkan oleh
SK Dirjen Migas yaitu hasil yang didapatkan tersebut on spec, karena telah
sesuai dengan nilai untuk spesifikasi vapour reid pressure yaitu maksimal
145 psig.
3. Copper Strip Corrosion Test ASTM D-1838
Setelah dilakukan praktikum Copper Strip Corrosion Test ASTM D-1838 dapat
disimpulkan bahwa:
 Berdasarkan spesifikasi untuk LPG jenis mixed yang telah ditetapkan oleh
SK Dirjen hasil yang didapatkan tersebut on spec yaitu 1a, karena telah
sesuai dengan nilai untuk spesifikasi karakteristik korosi bilah tembaga
yaitu maksimal kelas 1.

26
4. Relatif Density, IP59 Method C
Setelah dilakukan praktikum Relatif Density, IP59 Method C dapat
disimpulkan bahwa:
 Dalam pengujian dilakukan tiga kali pengulangan dari data tersebut
dilakukan perhitungan terhadap relative density pada LPG jenis mixed dan
didapatkan hasil to be reported sebesar 1,283 s.
5. Komposisi – GC NGA
Setelah dilakukan praktikum Komposisi GC NGA dapat disimpulkan bahwa:
 Data yang didapatkan pada pengujian ini antara lain C 2H6, C3H8, i-C4H10,
dan i-C5H12.
 Berdasarkan spesifikasi data yang dikeluarkan oleh SK Dirjen Migas,
sampel gas LPG mixed telah sesuai dengan spesifikasi.
B. Saran
Adapun saran yang diberikan praktikan, antara lain:
1. Dalam melakukan praktikum praktikan harus lebih teliti dalam melakukan
pengamatan baik proses maupun kemungkinan penyebab terjadinya kesalahan.
2. Lebih teliti dalam melakukan pengamatan temperatur uji.
3. Dalam melakukan praktikum, hindari dari hal hal yang dapat merusak alat di
dalam laboratorium.

X. Daftar Pustaka

27
XI. Lampiran

28
Gambar 11.1 Laporan Sementara Weathering Test, Reid Vapor Pressure, dan Copper
Strip Corrosion Test

29
Gambar 11.2 Laporan Sementara Density IP 59 dan Komposisi GC-NGA

Gambar 11.3 Laporan Sementara Perhitungan Komposisi GC-NGA

30
Gambar 11.4 Laporan Seemntara Hasil GC-NGA

Gambar 11.5 Pengujian Weathering Test

31
Gambar 11.6 Pengujian GC- NGA

Gambar 11.7 Pengujian ASTM Copper Strip Corrosion

32

Anda mungkin juga menyukai