Anda di halaman 1dari 25

BAB III

TUGAS KHUSUS

3.1 Judul
Kinerja katalis dan analisis lifetime pada Methanator (106-D) di Unit Amonia
P-III PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang.

3.2 Latar Belakang


Salah satu kegiatan mata kuliah yang wajib dilakukan oleh seorang mahasiswa
adalah kerja praktik. Kerja praktik dilaksanakan dimana bekerja sama dengan
pihak industri untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman mahasiswa
tentang kondisi lapangan di industri berdasarkan ilmu yang didapatkan oleh
mahasiswa di bangku perkuliahan. Oleh karena itu, penulis yang merupakan
seorang mahasiswa jurusan teknik kimia mengambil kerja praktik di PT. Pupuk
Sriwidjaja untuk dapat mempelajari secara langsung dan memahami tentang
kondisi lapangan dari operasi pembuatan pupuk urea di PT. PUSRI Palembang.
PT. Pupuk Sriwidjaja (Persero) atau yang lebih dikenal sebagai PT PUSRI
merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang
pembuatan pupuk dan pemasaran. Dalam pengoperasiannya PT.PUSRI
membaginya dalam tiga divisi yaitu divisi amonia, divisi urea, dan divisi utilitas.
Salah satu unit yang memproduksi bahan baku utama dalam pembuatan pupuk urea
adalah unit ammonia.
Dalam beroperasi, unit amoniak mempunyai beberapa bagian unit di dalamnya.
Unit-unit yang ada di dalam unit amoniak yaitu unti Feed treating, unit reformer,
unit purifikasi, unit sintesis, unit pendinginan dan unti recovery. Masing-masing
unit mempunyai fungsinya masing-masing dalam memproduksi amoniak. Unit
yang paling penting dalam memproduksi amoniak adalah unit purifikasi.
Unit purifikasi adalah unit yang bertanggung jawab dalam memurnikan gas
sintesa yang didapatkan setelah unit reformer. Pada unit ini, gas-gas yang dapat
menggaggu proses sintesa akan dipisahkan. Pemisahan dilakukan dengan cara
penyerapan menggunakan media absorben atau mengubah gas tersebut menjadi
bahan baku kembali kemudian dapat digunakan kembali atau di buang secara
langsung melalui vent. Gas-gas yang bersifat mengganggu dalam proses sintesis gas
adalah gas CO dan CO2. Gas tersebut akan mengganggu apabila masuk ke dalam
unit sintesis dimana akan bereaksi dengan amoniak dan membentuk ammonium
karbamat. Senyawa ini dapat merusak sudu-sudu pada kompresor serta merusak
peralatan lainnya.
Dalam unit purifikasi, terdapat beberapa alat yang digunakan. Salah satunya
adalah methanator yang berperan penting dalam mengkonversi gas CO dan CO2
menjadi CH4 kembali. Methanator merupakan alat terakhir yang dilewati oleh gas
sintesis di unit purifikasi dimana gas CO dan CO2 yang keluar diharapkan tidak ada
atau mempunyai konsentrasi yang sangat kecil. Sehingga methanator menjadi suatu
alat yang sangat vital apabila mengalami kerusakan. Dampaknya akan berakibat
pada produksi amoniak di unit sintesis amoniak.
Dalam beroperasi, methanator dilengkapi dengan katalis. Katalis yang
digunakan adalah katalis NiO. Katalis ini berperan dalam menyediakan tempat agar
gas CO dan CO2 bereaksi dengan H2 membentuk gas CH4. Konversi gas CO dan
CO2 sangat bergantung dari umpan yang masuk serta aktivitas katalis ini. Jika
aktivitas katalis mengalami gangguan, maka gas CO dan CO2 akan sedikit yang
terkonversi dan banyak yang lolos.
Katalis pada methanator mempunyai umur teknisnya sendiri berdasarkan
vendor yang memproduksi katalis tersebut. Umur teknis katalis pada methanaor
kurang lebih 12 tahun. Katalis ini diaktifkan pertama kali pada tahun 2007 dan
masih digunakan hingga tahun 2018 sehingga katalis telah digunakan selama 11
tahun. Umur katalis akan dapat berbeda dari umur teknisnya dimana hal ini
dipengaruhi oleh kondisi operasinya seperti jumlah reaktan yang masuk, temperatur
umpan, pressure drop, dan faktor lainnya. Maka dari itu, pengevaluasian kinerja
katalis dan analisis lifetime katalis pada methanator perlu dilakukan berdasarkan
kondisi operasi yang telah dilaksanakan selama ini.

3.3 Tujuan
Adapun tujuan dari tugas khusus ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui kinerja katalis pada Methanator (106-D)
2. Mengetahui nilai lifetime katalis pada methanator berdasarkan data aktual
proses yang dilaksanakan.

3.4 Manfaat
Adapun manfaat dari tugas khusus ini adalah sebagai berikut :
1. Mendapatkan nilai lifetime katalis pada methanator secara aktualnya dan
dapat dibandingkan dengan umur teknisnya.
2. Mendapatkan hasil kinerja katalis Methanator 106-D berdasarkan parameter
data proses yang didapatkan.

3.5 Rumusan Masalah


Katalis Methanator 106-D telah dievaluasi dan diganti sejak bulan Mei 2007
dan telah digunakan hingga saat ini. Kinerja katalis Methanator 106-D akan
dipengaruhi oleh beberapa faktor dari operasi yang dilaksanakan. Faktor-faktor itu
akan mempengaruhi lifetime dari katalis. Secara desainnya katalis Methanator 106-
D hanya dapat digunakan selama 10 tahun. Namun secara realita katalis tersebut
terhitung telah digunakan selama 11 tahun terhitung dari tahun 2007. Artinya
katalis telah melewati 1 tahun dari umur teknisnya. Maka dari itu, perlu dilakukan
analisis lifetime katalis Methanator 106-D agar dapat diketahui waktu yang tepat
dari lifetime katalis serta kinerja katalis berdasar proses yang dilaksakan akan
didapatkan.

3.6 Tinjauan Pustaka


3.6.1 Reaksi Metanasi
Reaksi metanasi merupakan salah satu tahap utama yang digunakan dalam
proses pembuatan Substitute Natural Gas (SNG) dari low rank coal (Permatasari
dkk, 2014). Reaksi metanasi selain dimanfaatkan dalam tahap pemurnian gas
sintesis, juga dapat dimanfaatkan untuk membuat gas sintesis dari reaksi Fischer
Tropsch. Reaksi ini memproduksi metana dengan menggunakan bahan baku
hidokarbon cair atau batubara. Selain itu, reaksi pembuatan metana dapat dilakukan
dengan proses fermentasi metanogenik (Paryanto dkk, 2011).
Reaksi metanasi yang terjadi pada tahap pemurnian gas sintesis PUSRI-III
merupakan reaksi mengubah gas CO dan CO2 yang tersisa dengan gas H2 sehingga
terbentuk gas metana (CH4). Gas CO dan CO2 merupakan gas yang dapat meracun
katalis dalam proses pembentukan ammonia, sedangkan gas metana yang terbentuk
nantinya akan bersifat inert dalam proses pembentukan ammonia.
Reaksi metanasi merupakan reaksi yang berlangsung secara eksoterm
sehingga kondisi tekanan tinggi dan temperatur rendah dapat membuat reaksi ini
berlangsung lebih baik. Reaksi metanasi yang umumnya terjadi berlangsung pada
kondisi operasi berupa tekanan 30 atm dan temperatur umpan sekitar 300ºC. Reaksi
metanasi yang terjadi biasanya akan diikuti dengan adanya reaksi samping, yaitu
reaksi perubahan air-gas (Water Gas Shift reaction). Persamaan reaksi utama dan
samping yang terjadi tersebut adalah sebagai berikut:
Reaksi Utama : CO + 3H2 CH4 + H2O ΔH573 = -51,8 kcal/mol
CO2 + 4H2 CH4 + 2H2O ΔH573 = -41,9 kcal/mol
Reaksi Samping : CO(g) + H2O(v) CO2(g) + H2(g)

Kandungan CO dan CO2 yang terdapat pada umpan merupakan suatu hal
yang sangat diperhatikan. Hal ini disebabkan oleh reaksi metanasi yang terjadi
merupakan reaksi eksoterm. Pada umumnya reaksi metanasi pada kandungan 1%
mol CO dapat menaikkan temperatur sebesar 72ºC dan kandungan 1% mol CO2
dapat menaikkan temperatur sebesar 61ºC. Kandungan CO dan CO2 yang diluar
ambang batas tentunya dapat mengakibatkan kenaikan temperatur yang berlebihan.
Oleh karena itu, kandungan CO dan CO2 yang terkandung pada umpan yang masuk
ke dalam unit methanantor harus benar-benar dijaga dengan baik.

3.6.2 Methanator
Pemilihan reaktor dalam suatu reaksi yang diinginkan merupakan suatu hal
yang sangat pemting agar reaksi yang diinginkan dapat tercapai dan mendapatkan
konversi yang tinggi. Reaktor yang digunakan dalam proses reaksi metanasi pada
PUSRI-III adalah reaktor yang menggunakan material stainless steel yang kuat
terhadap temperatur yang tinggi dan tahan korosi. Walaupun material tersebut tahan
pada temperatur yang tinggi, katalis yang terdapat di dalam methanator beroperasi
pada temperatur 260-426ºC. Hal ini menyebabkan apabila melebihi temperatur
tersebut akan mengakibatkan katalis yang ada di dalam methanator terdeaktivasi.
Reaksi eksoterm yang terjadi pada reaktor ini dapat mengakibatkan
temperatur yang berlebih sehingga terdapat beberapa temperatur recorder alarm
yang meninjau temperatur di dalam methanator. Alarm akan berbunyi apabila
temperatur melebihi temperatur yang diatur, yaitu sebesar 399ºC. Selain itu,
kerangan (valve) masuk umpan menuju methanantor juga akan ditutup sehingga
aliran gas umpan yang masuk akan dibuang ke udara melalui kerangan pengatur
tekanan yang terdapat pada jalur sebelum masuk methanator. Temperatur recorder
alarm yang terdapat pada methanator berfungsi untuk mengukur beberapa
temperatur bed katalis yang berada dibeberapa titik dari atas ke bawah bed katalis.
Temperature recorder alarm tersebut adalah HTA-97, 98, 99, 100 dan 78. Reaktor
methanator merupakan reaktor unggun tetap yang terdapat katalis NiO (nikel
oksida) di dalamnya. Reaktor ini berbentuk seperti tube yang silinder yang terdapat
katalis-katalis di dalamnya. Reaktor jenis ini dapat digunakan untuk umpan yang
memiliki fase gas, liquid atau keduanya. Bentuk dari methanator (106-D) dapat
dilihat pada gambar 3.1

Inlet

Alumina Ball

Thermowell

Katalis

Alumina Ball

Outlet
Sumber : Manual Operating Book, Departemen Teknik Proses PUSRI
III Palembang
Gambar 3.1 Methanator

Adapun spesifikasi dari methanator dapat dilihat pada tabel berikut


Tabel 3.1 Spesifikasi Methanator
Spesifikasi Keterangan
ID Shell, m 2,438
Straight side, m 3,812
Katalis
 Tinggi, m 2,489
 Volume, m3 15,44
Tipe katalis C 13-4-04
Senyawa katalis NiO
Vendor CCIFE
Bentuk katalis Sphere, 1/4" x 1/8"
Umur Teknis 124 bulan (10 tahun 4 bulan)
Suhu operasi, oC 200-300
Sumber : Manual Operating Book, Departemen Teknik Proses PUSRI III Palembang

Keunggulan dari reaktor ini adalah dapat mereaksikan dua macam gas
sekaligus, pressure drop rendah, konversi tinggi, pengontrolan temperatur lebih
baik, hold up liquid tinggi, interaksi massa gas-cair yang tinggi dan kapasitas
produksi cukup tinggi. Kelemahannya adalah perpindahan massa dan panas rendah,
dapat menimbulkan reaksi samping, dan resistansi difusi intrapartikel sangat besar.
Desain dari methanator yang digunakan pada proses untuk hydrogen dan ammonia
plant umumnya berupa single bed system.
3.6.3 Katalis Metanasi
Katalis yang digunakan oleh methanator adalah logam nikel yang disangga
dengan alumina karena memiliki kereaktifan tinggi pada reaksi metanasi (Haerudin
dkk, 2003). Katalis yang digunakan pada methanator PUSRI-III tersebut bertipe
MET 134 dengan nikel sebagai fasa aktif dan alumina, kaolin, dan semen kalsium
aluminate sebagai komponen penyangga. Katalis yang digunakan pada reaksi
metanasi berupa nikel yang di-support dengan menggunakan alumina, hal ini
dilakukan agar aktivitas katalis semakin tinggi dan cenderung lebih stabil terhadap
suhu (Akasaka, 1966).
Katalis tersebut berukuran 1/4 hingga 1/8 inch dan berbentuk spehere atau
bola. Kandungan nikel pada katalis ini adalah sekitar 20%wt dan aluminate berupa
CaO dan Al2O3 sebanyak 1%wt. Terbentuknya katalis nikel dilakukan dengan
mereduksi NiO dengan menggunakan hydrogen. Reaksi yang terjadi saat katalis
NiO tersebut tereduksi adalah sebagai berikut:

NiO + H2 Ni + H2O ΔH573 = -0,8 kcal/mol

Setelah logam nikel mulai terbentuk, proses metanasi akan menyebabkan


proses reduksi akan semakin cepat dan berlangsung lama hingga mencapai tingkat
keaktifan katalis pada kondisi kesetimbangan. Katalis metanasi yang baik memiliki
sifat keaktifan yang tinggi, menghasilkan konversi yang tinggi, tahan lama, dan
sifat mekaniknya kuat. Umur pemakaian katalis nikel dapat bertahan hingga lebih
dari 5-10 tahun apabila tidak terdapat racun di dalam proses metanasi tersebut. Jika
terdapat banyak racun seperti gas CO, CO2 dalam jumlah banyak, maka umur
katalis dapat bertahan seperti umur teknisnya atau kurang dari umur teknisnya.
Katalis nikel merupakan katalis yang rentan rusak apabila karena sulfur.
Selain itu, katalis ini juga sangat sensitive pada temperatur yang tinggi. Pada
temperatur di bawah 150ºC, katalis akan mudah terdeformasi karena adanya racun
nikel tetrakarbonil. Racun katalis yang ada pada pabrik ammonia berasal dari sistem
pemisahan karbondiksida sebelum unit methanator. Selain itu, larutan benfield yang
berasal dari unit pemisahan karbondioksida juga menghasilkan efek tertentu yang
akan terjadi pada ada unit methanator tersebut. Berikut pengotor katalis yang dapat
menurunkan aktivitas katalis nikel pada tabel
Tabel 3.2 Penyebab Deaktivasi Katalis Nikel
Bahan Kimia yang
Proses Efek pada katalis
Digunakan
Penggunaan Larutan Larutan Potasium Penguapan yang terjadi
Beinfield pada CO2 Karbonat (K2CO3) pada larutan ini akan
removal mengakibatkan pori-
pori katalis akan
tertutupi karena
molekul larutan ini
lebih besar
dibandingkan molekul
gas. Proses ini
dinamakan fouling.
Semakin banyak yang
pori yang tertutupi
maka akan
menurunkan kinerja
katalis
Proses Vetrocoke Larutan Potasium Efek yang sama pada
pada CO2 removal Karbonat-Arsenium penggunaan larutan
Oksida Benfield. Kadar 0,5%
As2O3 akan menjadi
racun pada katalis.
Sulphinol Sulpholane, air, di- Sulpholane akan
isopropanlamin terdekomposisi dan
menghasilkan racun
berupa sulfur
Sumber :Manual Operating Book, Departemen Operasi PUSRI III, Palembang

3.6.4 Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Katalis pada Methanator


Secara operasinya, reaksi metanasi yang terjadi di dalam methanator
dipengaruhi oleh faktor. Faktor-faktor tersebut akkan mempengaruhi besarnya laju
reaksi, konversi kesetimbangan dan selektivitasnya.
Pada reaksi eksotermis yang terjadi di methanator, semakin tinggi temperatur
maka laju reaksi yang terjadi akan semakin tinggi. Namun, hal tersebut dapat
menyebabkan menurunnya nilai konversi kesetimbangan yang terjadi di dalam
reaktor. Akibatnya adalah terjadi penurunan konversi reaktan yang mengakibatkan
pengubahan gas CO dan CO2 akan tidak terkonversi secara sempurna sehingga akan
mempengaruhi proses selanjutnya pada synthesis gas. Untuk reaksi yang bersifat
eksotermis, suhu yang sangat tinggi tidak dapat meningkatkan konversi reaksi
dimana konversi reaksi dapat ditingkatkan dengan suhu yang sesuai dengan suhu
minimum untuk memulai reaksi. Sehingga, temperature minimum diperlukan untuk
memulai jalannya reaksi. Hal ini berkatitan dengan energy aktivasi yang perlukan
dalam memulai reaksi kimia. Oleh sebab itu, suhu masuk ke dalam reaktor perlu
diukur dan di control agar mendapatkan suhu operasi minimumnya. Suhu operasi
masuk methanator minimumnya yaitu pada suhu 300 oC. Selain hal itu, katalis nikel
yang rentan terhadap suhu tinggi sehingga suhu yang masuk ke dalam reaktor perlu
dijaga agar tidak melewati batas maksimum dari suhu operasi katalis nikel tersebut.
Faktor selanjutnya adalah tekanan operasi. Tekanan operasi meiputi tekanan
inlet dan outlet dari methanator itu sendiri. Tekanan operasi di dalam methanator
adalah 26,2 kg/cm2 sedangkan katalis nikel yang terdapat di dalam methanator
dapat beroperasi pada tekanan atmsfer hingga 211 kg/cm2. Tekanan yang terlalu
tinggi dapat mengakibatkan konversi kesetimbangan menjadi turun dan dapat
merusak kinerja katalis. Oleh karena itu, tekanan operasi yang sesuai adalah hal
yang diperlukan agar menghasilkan kadar CO dan CO2 keluaran yang sesuai
dengan kadar CO dan CO2 yang diinginkan. Hal ini berhubungan dengan pressure
drop yang terjadi pada methanator. Nilai pressure drop yang terlalu tinggi akan
berhubungan dengan konversi reaktan pada methanator. Hal ini dapat
mengakibatkan reaksi kimia akan cenderung bergeser ke arah reaktan sehingga
pembentukan produk akan sangat sedikit. Nilai pressure drop juga menunjukkan
bahwa pori-pori pada katalis nikel mulai tertutupi. Hal ini dikarenakan jika pori-
pori tertutupi maka tekanan antara inlet dan outlet akan memiliki perbedaan yang
sangat besar. Asumsinya adalah reaksi gas pada katalis tidak terjadi atau berjalan
sedikit karena pori-pori katalis yang tertutupi. Akibatnya, konversi reaksi akan
menurun dan banyak reaktan yang lolos. Oleh sebab itu, nilai pressure drop perlu
diperhatikan dalam pengoperasian methanator.
Kecepatan ruang (Space velocity) merupakan faktor lain yang dapat
mempengaruhi seberapa besar konversi yang dapat tercapai dari keluaran (output)
methanator. Kecepatan ruang dapat mempengaruhi waktu tinggal reaktan di dalam
methanator sehingga dapat mempengaruhi konversinya. Jika nilai ini terlalu besar,
maka konversi akan menurun. Namun, nilai ini juga tidak diperbolehkan rendah.
Hal ini akan membat pressure drop menjadi terlihat sangat besar.
Faktor lainnya yaitu konsentrasi CO dan CO2 yang masuk ke dalam
methanator. Konsentrasi CO dan CO2 yang berlebihan dapat mengakibatkan
reaktor tidak beroperasi dengan baik. Methanator didesain untuk menghasilkan
konsentrasi CO dan CO2 output sebesar 10 ppm.

3.7 Tahapan Pemecahan Masalah


Tahapan penyelesaian permasalahan dalam tugas khusus ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengambil data-data yang diperlukan
 Data-data spesifikasi methanator secara desain
 Data-data komposisi gas masuk methanator
 Data-data pressure drop (ΔP)
 Data-data komposisi gas keluar methanator
 Data-data temperature pada methanator
2. Mengumpulkan dan mentabulasi data pada satu tabel
3. Menghitung konversi reaktan pada Methanator 106-D berdasarkan rumus :
Konversi = Mol CO outlet – Mol CO inlet x 100%
Mol CO Inlet
4. Menghitung perbedaan temperature (ΔT) pada tiap-tiap thermocouple di
dalam methanator
5. Menghitung neraca massa teoritis pada Methanator 106-D dengan
persamaan :
[massa masuk]-[massa keluar] = [massa akumulasi] ................. (1)
6. Mengubah data yang telah diolah ke dalam bentuk grafik
7. Mendapatkan persamaan masing-masing grafik
8. Melakukan trial and error ke dalam persamaan untuk mendapatkan lifetime
katalis
9. Melakukan analisa dan evaluasi
10. Mengambil kesimpulan dari hasil analisa dan evaluasi
3.8 Data Pengamatan
Tabel 3.2 Data Pengamatan Methanator 106-D
Inlet, Kmol/Jam Outlet, Kmol/ Jam Profil Temperatur, oC
No Bulan ΔP, bar
CO CO2 CO CO2 In Top Middle 1 Middle 2 Middle 3 Out
1 1 April 2015 24,87 8,19 0,0000 0,5733 294 292 332 333 334 334 0,5
2 1 Mei 2015 22,19 6,17 0,0000 0,4936 286 285 358 358 340 359 0,5
3 1 Juni 2015 27,78 7,1 0,0000 0,1420 286 286 331 331 323 332 0,6
4 1 Juli 2015 28,19 6,18 0,2819 0,0247 286 286 304 304 305 305 0,6
5 1 Agustus 2015 23,16 7,26 0,2316 0,1452 290 290 320 321 322 321 0,7
6 1 September 2015 30,18 6,17 0,3018 0,0679 293 293 323 324 324 323 0,7
7 1 Oktober 2015 23,98 7,18 0,2398 0,0646 292 292 325 326 326 325 0,7
8 1 November 2015 35,16 7,16 0,0000 0,0072 290 290 319 320 320 319 0,7
9 1 Desmber 2015 30,18 8,19 0,0000 0,0573 289 290 328 330 330 330 0,8
10 1 Januari 2016 30,63 8,17 0,0000 0,0654 288 288 319 320 320 319 0,8
11 1 Februari 2016 29,01 10,19 1,1604 0,7133 291 291 321 322 322 322 0,8
12 1 Maret 2016 28,87 6,10 1,4435 0,3660 293 293 330 331 331 331 0,8
13 1 April 2016 29,89 3,16 1,4945 0,2528 291 290 320 322 321 321 0,8
14 1 Mei 2016 27,18 4,20 0,1359 0,0168 291 290 321 322 322 322 0,8
15 1 Jui 2016 20,91 5,10 0,1255 0,3876 291 290 322 324 322 322 0,8
16 1 Juli 2016 27,18 6,23 0,0652 0,2492 292 292 322 324 323 323 0,8
17 1 Agustus 2016 29,89 8,19 0,0508 0,2867 291 291 320 321 321 321 0,8
18 1 September 2016 28,16 9,01 0,0225 0,8830 292 291 321 322 321 321 0,9
19 1 Oktober 2016 23,18 10,17 0,1854 0,9153 291 290 316 320 317 316 0,8
20 1 November 2016 22,11 5,17 0,0199 0,5170 293 292 321 322 322 322 0,9
21 1 Desember 2016 27,17 4,1 0,0082 0,1230 294 294 328 329 328 328 0,9
Lanjutan Tabel 3.2 Data Pengamatan Methanator 106-D
Inlet, Kmol/Jam Outlet, Kmol/ Jam Profil Temperatur, oC
No Bulan ΔP, bar
CO CO2 CO CO2 In Top Middle 1 Middle 2 Middle 3 Out
22 1 Januari 2017 30,19 6,15 0,0000 0,5535 281 280 330 331 331 330 0,9
23 1 Februari 2017 34,18 7,09 0,0342 0,4963 282 281 326 328 326 326 0,9
24 1 Maret 2017 39,19 9,18 0,3919 0,2754 294 293 293 330 334 333 0,8
25 1 April 2017 38,18 6,17 0,3322 0,1234 287 286 286 289 351 350 0,8
26 1 Mei 2017 28,19 7,18 0,2396 0,6462 280 279 279 280 367 367 0,9
27 1 Jui 2017 20,18 5,76 0,2220 0,5760 287 287 326 329 327 327 0,9
28 1 Juli 2017 22,18 6,18 0,2440 0,0618 284 283 303 310 347 347 0,9
29 1 Agustus 2017 25,18 7,19 0,2518 0,3595 280 279 279 280 367 367 0,9
30 1 September 2017 28,98 8,91 0,2898 0,3564 284 284 284 285 308 308 0,9
31 1 Oktober 2017 27,18 8,19 0,0000 0,1638 297 296 321 328 322 322 0,8
32 1 November 2017 28,19 8,23 0,0000 0,1646 292 291 324 326 325 325 0,9
33 1 Desember 2017 20,43 7,18 0,2247 0,0718 293 293 293 314 315 314 0,9
34 1 Januari 2018 26,12 6,32 1,0448 0,3160 292 292 292 315 316 315 0,9
35 1 Februari 2018 29,18 6,17 0,8170 0,6170 284 284 284 308 308 308 0,9
36 1 Maret 2018 36,16 5,71 2,4950 0,2855 293 290 290 314 314 313 0,9
37 1 April 2018 34,18 6,18 0,9912 0,1854 294 294 294 313 313 313 0,9
38 1 Mei 2018 37,16 7,45 3,0843 0,1401 295 290 290 308 309 309 0,9
39 1 Juni 2018 24,17 6,67 2,1753 0,2668 296 290 290 307 308 309 0,9
40 1 Juli 2018 23,18 7,18 2,3180 0,7180 293 289 291 308 307 309 0,9
Sumber : Logsheet Laporan Foreman Senior Amonia, Departemen Teknik Proses PUSRI III
3.9 Hasil dan Pembahasan
3.9.1 Hasil
Pengamatan pada Methanator dilakukan dengan data pada 3 tahun terakhir dari masa desain Methanator 106-D. Dari pengamatan
didapatlah hasil sebagai berikut :
Tabel 3.3 Hasil Pengamatan dan Perhitungan
ΔT, oC Neraca Massa, Kg Konversi, %
No Bulan ΔP, bar
ΔT1 ΔT2 ΔT3 ΔT4 Input Output CO2 CO
1 1 April 2015 1,0000 0,0250 0,0250 0,0000 0,5 51109,6510 50782,1965 100,00 93,00
2 1 Mei 2015 1,0000 0,0000 -0,2466 0,2603 0,5 50968,3940 50970,5527 100,00 92,00
3 1 Juni 2015 0,9891 0,0000 -0,1848 0,2065 0,6 51495,5890 51467,5305 100,00 98,00
4 1 Juli 2015 0,9474 0,0000 0,0526 0,0000 0,6 47416,6040 47379,4944 99,00 99,60
5 1 Agustus 2015 0,9677 0,0323 0,0323 -0,0323 0,7 51210,0050 51211,9665 99,00 98,00
6 1 September 2015 1,0000 0,0333 0,0000 -0,0333 0,7 49585,3140 49584,9148 99,00 98,90
7 1 Oktober 2015 1,0000 0,0303 0,0000 -0,0303 0,7 48984,1520 48957,4426 99,00 99,10
8 1 November 2015 1,0000 0,0345 0,0000 -0,0345 0,7 49500,6540 49424,4471 100,00 99,90
9 1 Desmber 2015 0,9268 0,0488 0,0000 0,0000 0,8 52862,5840 52833,2017 100,00 99,30
10 1 Januari 2016 1,0000 0,0323 0,0000 -0,0323 0,8 49930,1980 49813,3487 100,00 99,20
11 1 Februari 2016 0,9677 0,0323 0,0000 0,0000 0,8 49393,8520 49326,3260 96,00 93,00
12 1 Maret 2016 0,9737 0,0263 0,0000 0,0000 0,8 50230,7600 50230,3636 95,00 94,00
13 1 April 2016 1,0000 0,0667 -0,0333 0,0000 0,8 49690,5510 49649,9676 95,00 92,00
14 1 Mei 2016 1,0000 0,0323 0,0000 0,0000 0,8 49251,9340 49251,5456 99,50 99,60
15 1 Juni 2016 1,0323 0,0645 -0,0645 0,0000 0,8 52380,3500 51622,4863 99,40 92,40
16 1 Juli 2016 0,9677 0,0645 -0,0323 0,0000 0,8 52026,2140 52009,2500 99,76 96,00
17 1 Agustus 2016 0,9667 0,0333 0,0000 0,0000 0,8 49422,5810 49396,9125 99,83 96,50
18 1 September 2016 1,0345 0,0345 -0,0345 0,0000 0,9 50603,9120 50586,5353 99,92 90,20
Lanjutan Tabel 3.3 Hasil Data Pengamatan dan Perhitungan
ΔT, oC Neraca Massa, Kg Konversi, %
No Bulan ΔP, bar
ΔT1 ΔT2 ΔT3 ΔT4 Input Output CO2 CO
19 1 Oktober 2016 1,0400 0,1600 -0,1200 -0,0400 0,8 50089,4640 50060,9256 99,20 91,00
20 1 November 2016 1,0000 0,0345 0,0000 0,0000 0,9 51088,4830 51087,0699 99,91 90,00
21 1 Desember 2016 1,0000 0,0294 -0,0294 0,0000 0,9 50525,0630 50444,5182 99,97 97,00
22 1 Januari 2017 1,0204 0,0204 0,0000 -0,0204 0,9 50173,8340 50127,2898 100,00 91,00
23 1 Februari 2017 1,0227 0,0455 -0,0455 0,0000 0,9 50063,7830 49840,7847 99,90 93,00
24 1 Maret 2017 0,0000 0,9487 0,1026 -0,0256 0,8 50564,3320 50536,6245 99,00 97,00
25 1 April 2017 0,0000 0,0476 0,9762 -0,0079 0,8 51956,8920 51888,0812 99,13 98,00
26 1 Mei 2017 0,0000 0,0115 1,0000 0,0000 0,9 52453,2540 52431,8174 99,15 91,00
27 1 Jui 2017 0,9750 0,0750 -0,0500 0,0000 0,9 52621,8100 52592,6187 98,90 90,00
28 1 Juli 2017 0,3071 0,1181 0,5827 0,0000 0,9 49493,5840 49437,1523 98,90 99,00
29 1 Agustus 2017 0,0000 0,0115 1,0000 0,0000 0,9 50089,4640 50060,9256 99,00 95,00
30 1 September 2017 0,0000 0,0417 0,9583 0,0000 0,9 51088,4830 51087,0699 99,00 96,00
31 1 Oktober 2017 1,0000 0,2800 -0,2400 0,0000 0,8 50525,0630 50444,5182 100,00 98,00
32 1 November 2017 1,0000 0,0606 -0,0303 0,0000 0,9 50173,8340 50127,2898 100,00 98,00
33 1 Desember 2017 0,0000 1,0000 0,0476 -0,0476 0,9 50063,7830 49840,7847 98,90 99,00
34 1 Januari 2018 0,0000 1,0000 0,0435 -0,0435 0,9 50564,3320 50536,6245 96,00 95,00
35 1 Februari 2018 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,9 51956,8920 51888,0812 97,20 90,00
36 1 Maret 2018 0,0000 1,2000 0,0000 -0,0500 0,9 52453,2540 52431,8174 93,10 95,00
37 1 April 2018 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,9 52621,8100 52592,6187 97,10 97,00
38 1 Mei 2018 0,0000 1,2857 0,0714 0,0000 0,9 49493,5840 49437,1523 91,70 98,12
39 1 Juni 2018 0,0000 1,3077 0,0769 0,0769 0,9 50089,4640 50060,9256 91,00 96,00
40 1 Juli 2018 0,1250 1,0625 -0,0625 0,1250 0,9 51088,4830 51087,0699 90,00 90,00
3.9.2 Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh dari tahun Mei 2007 sampai Juli 2018,
kinerja katalis pada unit Methanator (106-D) mengalami perubahan dari kondisi
desainnya. Data-data yang diperoleh menunjukkan bahwa kinerja katalis pernah
mengalami penurunan dan juga mengalami kenaikan dari kondisi desainnya.
Pengamatan dilakukan setiap bulannya terhitung bulan Mei 2007 sampai Juli 2018.
Data yang masih valid yang telah dikumpulkan hanya pada bulan April 2015
sampai Juli 2018. Berdasarkan data yang diamati, kinerja katalis mengalami
penurunan dan kenaikan. Hal ini dapat dipengaruhi karena kondisi operasi yang
dilakukan atau dikarenakan sisi aktif di dalam katalis mulai berkurang. Hal tersebut
dapat terlihat dari kondisi operasi yang ditinjau selama kurang lebih 11 tahun ini.
Ada beberapa parameter yang diamati untuk mengamati kinerja katalis dan
menganalisis lifetime katalis. Parameter-parameter yang digunakan adalah pressure
drop, konversi CO dan CO2, profil temperatur (ΔT), dan neraca massa pada
Methanator 106-D.

A. Kinerja katalis berdasarkan pressure drop


Pressure drop merupakan kondisi operasi yang dapat digunakan untuk
meninjau kinerja katalis. Hal ini dikarenakan nilai pressure drop berhubungan
dengan konversi reaksi yang terjadi. Semakin tinggi pressure drop maka konversi
reaksi akan menurun dan berakibat pada reaktan yang banyak tidak bereaksi.
Berdasarkan grafik pressure drop pada gambar 3.2 data yang terlihat
cenderung bersifat linear. Dimana semakin lama waktu maka pressure drop akan
mengalami peningkatan. Secara desain maksimum pressure drop yang masih
diterima adalah 1 sedangkan pada grafik, pressure drop mengalami kenaikan. Pada
grafik dapat diperhatikan terjadi beberapa waktu dimana pressure drop naik
mendekati angka 1 pada bulan ke-31 sampai bulan ke 40 (terhitung dari bulan April
2015). Hal ini menunjukkan bahwa pressure drop mengalami kenaikan diatas
kondisi maksimumnya. Hipotesis pertama adalah kinerja katalis mengalami
penurunan terutama pada bagian sisi aktifnya.
Grafik Pressure Drop (ΔP) vs Waktu
1.2

0.8
y = 0.0078x + 0.6523 DP
ΔP, bar

0.6 R² = 0.6728
Desain
Linear (DP)
0.4

0.2

0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
Waktu (Bulan)

Gambar 3.2 Grafik ΔP (pressure drop) terhadap waktu


Penurunan aktivitas katalis dapat terjadi dikarenakan pori-pori katalis mulai
tertutupi sehingga terjadi perbedaan antara tekanan masuk dan tekanan keluar yang
sangat besar. Perbedaan tekanan ini menunjukkan nilai pressure drop yang tinggi.
Pori-pori katalis yang tertutupi akan menghalangi gas CO dan CO2 yang akan
bereaksi dengan H2 untuk membentuk CH4. Sehingga konversi CO dan CO2 akan
mengalami penurunan dari konversi desainnya. Akibatnya, CO dan CO2 yang lolos
akan mengganggu proses selanjutnya di tahap sintesis gas.
Pori-pori katalis yang tertutupi dapat diakibatkan senyawa-senyawa yang
meracuni katalis tersebut. Senyawa kimia tersebut dapat menutupi pori-pori katalis
karena ukuran molekulnya yang lebih besar daripada pori-pori katalis Senyawa
tersebut dapat berupa senyawa sulfur yang masih lolos dari proses desulfurizer ,
senyawa Potassium Karbonat yang menguap pada saat proses CO2 removal dimana
akan terbawa oleh gas dan akhirnya akan menutupi pori-pori katalis.
Penggunaan katalis selama bertahun-tahun akan dapat mengakibatkan
akumulasi dari senyawa racun katalis ini bertambah setiap tahunnya. Meskipun
secara aktualnya konsentrasinya sangat kecil dan diabaikan namun dapat
mengakibatkan akumulasi yang besar selama beberapa tahun. Akibat akhirnya
adalah katalis akan terdeaktivasi.
Berdasarkan grafik yang didapatkan, trendline dari grafik yang didapatkan
sebesar 0,6728. Hal ini menunjukkan bahwa data yang didapatkan memiliki
kevalidan yang cukup untuk digunakan sebagai tinjauan evaluasi kinerja katalis.
Artinya sebesar 67,28% data tersebut valid untuk menunjukkan kinerja dari katalis
selama 11 tahun.
Dari persamaan grafik dan menggunakan trial and error, lifetime yang
tersisa dari katalis dapat diprediksi. Dengan mensubtitusi nilai 1 sebagai y pada
grafik akan didapatkan pada bulan ke berapa katalis akan bernilai 1. Dari data
tersebut, maka lifetime yang didapatkan adalah sisa lifetime yaitu 4 tahun. Artinya,
lifetime katalis secara desainnya lebih besar dibandingkan dengan lifetime katalis
dengan pendekatan kondisi operasi secara aktualnya. Hal ini berarti bahwa katalis
masih dapat digunakan sampai 4 tahun yang akan dating dan menunjukkan bahwa
lifetime katalis yang sebenarnya adalah 15 tahun. Apabila ditinjau kembali dari
data, maka kondisi proses yang lebih rendah mempengaruhi lifetime dari
penggunaan katalis. Hal ini juga didukung oleh kondisi pressure drop yang masih
dibawah desainnya.

B. Evaluasi Kinerja Katalis Berdasarkan Konversi


Konversi menunjukkan seberapa banyak reaktan yang bereaksi dan
menghasilkan produk. Konversi merupakan peninjauan selanjutnya dalam
mengevaluasi kinerja katalis. Nilai konversi dipengaruhi beberapa kondisi operasi
seperti nilai pressure drop. Semakin tinggi nilai pressure drop maka akan semakin
rendah konversi reaksi yang terjadi.
Berdasarkan data yang didapatkan selama 11 tahun, konversi CO dan CO2
pada methanator mengalami penurunan dan tidak selalu 100% terkonversi menjadi
CH4. Pada grafik yang ditunjukkan gambar 3.3 konversi CO terhadap waktu
mengalami penurunan pada bulan ke-30 sampai bulan ke-40 dimana puncak
penurunan tertingginya terletak pada bulan ke-40 atau pada bulan ke-132 terhitung
dari Mei 2007. Hal ini menunjukkan bahwa konversi CO pada bulan ke-132
mengalami penurunan yang jauh dari desainnya. Hal ini menunjukkan bahwa
selama 10 bulan terakhir katalis mengalami penurunan kinerja.

Konversi CO vs Waktu
102.00

100.00

98.00

96.00
Konversi, %

94.00

92.00 Konver
si CO
90.00
y = -2E-05x4 + 0.0006x3 + 0.0129x2 - 0.3979x + 100.72
88.00 Desain
R² = 0.7588
86.00 Konver
si
84.00
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
Waaktu (Bulan Ke-)

Gambar 3.3 Grafik konversi CO terhadap waktu


Kecenderungan penurunan konversi CO sebesar 75,88% yang tervalidkan.
Hal ini menjadi suatu perhatian besar terhadap kinerja katalis dan tidak dapat
diabaikan. Hal ini dikarenakan jika konversi terus mengalami penurunan, maka
banyak gas CO dan CO2 yang tidak bereaksi yang akan berakibat pada kerusakan
alat di tahap selanjutnya.
Pada grafik yang ditunjukkan pada gambar 3.4 konversi CO2 mengalami
penurunan dan peningkatan seiring waktu. Penurunan dan peningkatan konversi
selalu mengalami kenaikan dan penurunan. Trendline yang didapat dari grafik
tersebut sangat kecil yaitu 0,0275 atau 2,75%. Namun nilai tersebut tidak dapat
diabaikan karena penurunan konversi menjadi parameter dalam mengamati kinerja
katalis.
Penurunan konversi yang terjadi dapat diakibatkan beberapa faktor kondisi
operasi yang mempengaruhi konversi itu sendiri. Salah satu kondisi operasi yang
mempengaruhi dari konversi adalah nilai pressure drop. Semakin tinggi nilai
pressure drop maka akan mengakibatkan nilai konversi menjadi menurun.
Konversi CO2 vs Waktu
102.00

100.00

98.00

96.00
Konversi, %

94.00 Konversi
CO2
92.00
Desain
90.00 Konversi

88.00 Linear
y = -0.0477x + 96.349 (Konversi
86.00 R² = 0.0275 CO2)
84.00
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
Waktu
Gambar 3.4 Grafik (Bulan)
konversi CO2 terhadap waktu

Namun apabila ditinjau kembali dari grafik pressure drop sebelumnya pada
gambar 3.2 dan dihubungkan dengan gambar 3.3 dan gambar 3.4 maka akan terlihat
perbedaan yang terjadi dari teori yang telah dijelaskan sebelumnya. Jika ditinjau
kembali, pada bulan ke-30, pressure drop mendekati nilai maksimumnya yaitu 0,9
dan nilai konversi CO pada bulan ke-30 nilainya sebesar 99% serta konversi pada
CO2 sebesar 96%. Penurunan juga terjadi sebelumnya namun tidak signifikan yaitu
pada bulan ke-12 atau bulan ke-81 jika dihitung dari bulan Mei 2007. Oleh karena
itu, nilai pressure drop bukanlah satu-satunya yang mempengaruhi konversi reaksi
yang terjadi.
Penurunan konversi dapat memberikan suatu hipotesa bahwa katalis
mengalami penurunan dalam aktivitasnya. Jika konversi menurun maka aktivitas
katalis dapat dikatakan mengalami penurunan juga. Namun, konversi sebenarnya
tidak hanya dipengaruhi oleh aktivitas katalis saja. Banyak faktor lain yang dapat
mempengaruhi konversi seperti pressure drop, banyaknya umpan masuk, laju alir,
dan sebagainya. Hubungan konversi dengan katalis adalah jika aktivitas katalis
mengalami penurunan maka akibatnya akan menurunkan konversi reaksi metanabsi
yang terjadi.
Peninjauan umur katalis berdasarkan konversi reaksi dapat dilakukan dengan
uji trial and error dari persamaan yang didapatkan. Pendekatan yang digunakan
adalah konversi pada CO yang mana memiliki trendline yang cukup baik yaitu
75,88%. Berdasarkan hasil trial and error, didapatlah sisa umur katalis yaitu 4
tahun lagi. Hal ini sama dengan sisa umur katalis dengan pendekatan pressure drop.
Sehingga lifetime keseluruhan katalis adalah 15 tahun.

C. Evaluasi Kinerja Katalis Berdasarkan Temperatur


Temperatur merupakan faktor yang tidak pernah lepas dalam reaksi kimia
terutama pada proses reaksi di industri. Temperatur akan berhubungan terhadap
energi minimum yang dibutuhkan untuk memulai suatu reaksi kimia yang disebut
dengan energi aktivasi. Reaksi metanasi merupakan reaksi eksotermis. Pada reaksi
eksotermis nilai entalpi reaktan lebih besar daripada entalpi produk, yang
mengakibatkan terlepasnya panas dari sistem ke lingkungan. Oleh karena itu,
kenaikan temperatur pada metanator menunjukkan bahwa terjadi reaksi di
dalamnya.
Methanator 106-D dilengkapi dengan thermocouple yang digunakan untuk
mengukur temperatur pada Methanator. Thermocouple pada methanator diletakkan
pada posisi yang berbeda dengan perbandingan ketinggian tertentu. Skema letak
thermocouple pada methanator dapat dilihat pada gambar 3.5.

Gambar 3.5 Skema letak Thermocouple pada Metanator 106-D


Pada gambar 3.5 dapat dilihat bahwa bed 1 berada pada kedalaman 39%.
Bed 2 memiliki ketinggian 13% dari tinggi bed, bed 3 memiliki ketinggian 15%
dari tinggi bed dan bed 4 memiliki ketinggian 33% dari tinggi bed. Tinggi bed
katalis secara keseluruhan katalis yaitu 2,489 m dimana semuanya memiliki sisi
aktif. Sehingga setelah dikalkulasikan maka kedalaman untuk bed 1 adalah 0,9707
m, bed 2 sebesar 0,32357 m, bed 3 sebesar 0,37335 m, bed 4 sebesar 0,82137 m.

Grafik Gradien Temperatur (ΔT) vs Waktu


1.6000

1.4000

1.2000 y1 = -0,0009x2 + 0,0075x + 1,0083


R² = 0,6133
1.0000
ΔT 1
ΔT 2
0.8000
ΔT 3
ΔT, OC

0.6000 ΔT 4
Poly. (ΔT 1)
0.4000
Poly. (ΔT 2)
y2 = 7E-05x3 - 0,0027x2 + 0,03x - 0,0533
0.2000 R² = 0,77

0.0000
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
-0.2000
Waktu (Bulan)

-0.4000

Gambar 3.6 Grafik ΔT terhadap waktu

Berdasarkan gambar 3.6 dapat dilihat bahwa ∆T1 (bed 1) mulai mengalami
penurunan selisih temperatur pada bulan ke-12 atau bulan ke-121 jika dihitung dari
bulan Mei 2007. Hal ini menunjukkan bahwa mulai bulan ke-121 katalis pada bed
1 mulai terdeaktivasi, hingga pada bulan ke-37 nilai ∆T pada bed 1 mencapai nilai
0. Seiring dengan terjadinya deaktivasi pada bed 1, nilai ∆T pada bed 2 mulai
mengalami peningkatan, hal ini menunjukkan katalis di bed 2 mulai beraktivitas.
Nilai ∆T untuk bed 3 dan bed 4 masih konstan di angka 0 meskipun terdapat
kenaikan namun tidak terlalu signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa reaktan yang
melewati bed 3 dan bed 4 tidak terlalu banyak bereaksi pada area ini. Sehingga
beban kerja katalis pertama kali pada area bed 1. Temperatur bed 3 dan bed 4
cenderung konstan karena hanya menerima panas dari hasil reaksi yang terjadi pada
bed sebelumnya. Berdasarkan penurunan yang terjadi pada bed 1 dapat disimpulkan
bahwa umur katalis pada area bed 1 selama 132 bulan. Untuk mencari lamanya
seluruh area bed yang beroperasi selanjutnya maka digunakanlah pendekatan
dengan perbandingan kedalamann antara kedalaman bed 1 dengan keseluruhan bed
sehingga didapatlah lifetime katalis selama 17 tahun 2 bulan.
Lifetime ini sedikit jauh dari lifetime yang ditinjau dari pressure drop dan
konversi. Apabila ditinjau kembali hal ini dikarenakan grafik yang didapatkan
hanya menunjukkan aktivitas katalis pada area bed 1. Sehingga pendekatan untuk
memprediksi umur katalis secara keseluruhan menggunakan pendekatan
perbandingannya.
Kinerja katalis terlihat hanya bertumpu pada bed 1. Hal ini dikarenakan bed
1 merupakan area yang kontak pertama kali denga reaktan sehingga reaksi terjadi
pada area bed 1. Hal ini akan mengakibatkan katalis pada area bed 1 akan
terdeaktivasi kemudian digantikan pada area bed 2 dan seterusnya.
Grafik yang didapatkan tidak terlalu sempurna karena data yang digunakan
hanya 40 data. Namun pada grafik tersebut dapat menunjukkan letak dimana bed 1
mulai terdeaktivasi dan bed 2 mulai beraktifitas.
Gradien suhu yang terjadi pada area bed 3 dan 4 hanyalah efek dari reaksi
yang bersifat eksotermis namun tidak menutup kemungkinan bahwa reaktan yang
bersisa akan bereaksi kembali pada area ini. Sehingga keluaran CO dan CO2 pada
waktu tertentu akan bernilai 0. Sehingga konversi reaksi yang terjadi pada waktu
tersebut adalah 100%.
Berdasarkan peninjauan dari temperatur, sisa lifetime katalis masih lama
yaitu sekitar 6 tahun 2 bulan lagi. Hal ini juga diperhatikan dimana dua peninjauan
sebelumnya mendapatkan sisa lifetime sekitar 4 tahun lagi. Meskipun sedikit
berbeda namun menjadi bahan pertimbangan dalam penggantian katalis.

Berdasarkan keseluruhan peninjauan, maka kinerja katalis dapat dikatakan


masih beroperasi dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari data-data yang telah
didapatkan selama beberapa tahun terakhir. Konversi reaksi masih berkisar pada
90-99% yang menunjukkan masih berada pada kondisi desainnya. Leakage yang
terjadi juga masih terkontrol dengan baik meskipun terjadi beberapa kali leakage
pada kondisi diatas desainnya. Hal ini diperkuat dengan peninjauan katalis dari
aktifitas katalis yang ditunjukkan dari temperatur yang terukur.
Dari semua peninjauan yang telah dilakukan, usia katalis adalah tahun 15
tahun terhitung dari bulan Mei 2007 sampai Mei 2022 nanti. Hal ini didapatkan
dengan melihat dari peninjauan yang mengarah pada usia 15 tahun. Secara
desainnya, katalis pada methanator memiliki usia 10 tahun 4 bulan sedangkan usia
katalis telah melebihi 5 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa katalis dapat digunakan
hingga Mei 2022.
Hal ini dikarenakan oleh kondisi operasi di departemen operasi PUSRI III
yang menjaga sedemikian rupa jumlah inlet CO dan CO2 yang masuk ke dalam
methanator. Berdasarkan desain, kadar CO dan CO2 yang masuk ke dalam
metanator memiliki jumlah 16902 ppm. Sedangkan secara aktual, kadar CO dan
CO2 yang masuk ke dalam methanator ialah sebesar 3000-10000 ppm. Dikarenakan
kadar CO dan CO2 aktual yang lebih rendah, maka sisi aktif yang digunakan pada
katalis untuk mereaksikan CO dan CO2 juga lebih sedikit. Hal ini menyebabkan
umur katalis menjadi lebih lama.
Meskipun begitu, evaluasi terhadap kinerja katalis perlu ditingkatkan dan
dilakukan. Hal ini dikarenakan bahwa katalis berperan banyak dalam reaksi kimia
di unit Amonia. Sehingga jika katalis terganggu maka produksi ammonia juga akan
terganggu.

3.11 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan maka dapat disimpulkan:
1. Kinerja katalis pada unit Methanator 106-D beraktivitas dengan baik
dimana mengalami kenaikan dan penurunan namun tetap berada dibawah
range desainnya.
2. Lifetime katalis secara aktualnya didapatkan selama 15 tahun dimana
berbeda 4 tahun dari lifetime secara desainnya.
3. Kondisi operasi yang mempengaruhi kinerja katalis yaitu pressure drop,
konversi, space velocity, dsb.

3.12 Saran
Saran yang dapat diberikan kepada PT PUSRI terkhusunya pada Unit Amonia
PUSRI III yaitu :
1. Secepatnya mengevaluasi kembali kinerja katalis pada Methanator 106-D
dikarenakan telah melewati batas lifetime teknisnya.
2. Mengecek transmitter tekanan yang menunjukkan kondisi tekanan inlet
dan outlet pada Methanator 106-D jika terjadi sebuah kerusakan yang
menyebabkan data tidak terbaca akurat.
3. Melakukan penggantian katalis pada bulan Mei 2019 nanti atau lebih
tepatnya pada Turn Arround selanjutnya.
4. Mengoptimalkan kinerja CO2 removal dalam mengurangi peningkatan
leakage CO dan CO2

Anda mungkin juga menyukai