TUGAS KHUSUS
3.1 Judul
Kinerja katalis dan analisis lifetime pada Methanator (106-D) di Unit Amonia
P-III PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang.
3.3 Tujuan
Adapun tujuan dari tugas khusus ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui kinerja katalis pada Methanator (106-D)
2. Mengetahui nilai lifetime katalis pada methanator berdasarkan data aktual
proses yang dilaksanakan.
3.4 Manfaat
Adapun manfaat dari tugas khusus ini adalah sebagai berikut :
1. Mendapatkan nilai lifetime katalis pada methanator secara aktualnya dan
dapat dibandingkan dengan umur teknisnya.
2. Mendapatkan hasil kinerja katalis Methanator 106-D berdasarkan parameter
data proses yang didapatkan.
Kandungan CO dan CO2 yang terdapat pada umpan merupakan suatu hal
yang sangat diperhatikan. Hal ini disebabkan oleh reaksi metanasi yang terjadi
merupakan reaksi eksoterm. Pada umumnya reaksi metanasi pada kandungan 1%
mol CO dapat menaikkan temperatur sebesar 72ºC dan kandungan 1% mol CO2
dapat menaikkan temperatur sebesar 61ºC. Kandungan CO dan CO2 yang diluar
ambang batas tentunya dapat mengakibatkan kenaikan temperatur yang berlebihan.
Oleh karena itu, kandungan CO dan CO2 yang terkandung pada umpan yang masuk
ke dalam unit methanantor harus benar-benar dijaga dengan baik.
3.6.2 Methanator
Pemilihan reaktor dalam suatu reaksi yang diinginkan merupakan suatu hal
yang sangat pemting agar reaksi yang diinginkan dapat tercapai dan mendapatkan
konversi yang tinggi. Reaktor yang digunakan dalam proses reaksi metanasi pada
PUSRI-III adalah reaktor yang menggunakan material stainless steel yang kuat
terhadap temperatur yang tinggi dan tahan korosi. Walaupun material tersebut tahan
pada temperatur yang tinggi, katalis yang terdapat di dalam methanator beroperasi
pada temperatur 260-426ºC. Hal ini menyebabkan apabila melebihi temperatur
tersebut akan mengakibatkan katalis yang ada di dalam methanator terdeaktivasi.
Reaksi eksoterm yang terjadi pada reaktor ini dapat mengakibatkan
temperatur yang berlebih sehingga terdapat beberapa temperatur recorder alarm
yang meninjau temperatur di dalam methanator. Alarm akan berbunyi apabila
temperatur melebihi temperatur yang diatur, yaitu sebesar 399ºC. Selain itu,
kerangan (valve) masuk umpan menuju methanantor juga akan ditutup sehingga
aliran gas umpan yang masuk akan dibuang ke udara melalui kerangan pengatur
tekanan yang terdapat pada jalur sebelum masuk methanator. Temperatur recorder
alarm yang terdapat pada methanator berfungsi untuk mengukur beberapa
temperatur bed katalis yang berada dibeberapa titik dari atas ke bawah bed katalis.
Temperature recorder alarm tersebut adalah HTA-97, 98, 99, 100 dan 78. Reaktor
methanator merupakan reaktor unggun tetap yang terdapat katalis NiO (nikel
oksida) di dalamnya. Reaktor ini berbentuk seperti tube yang silinder yang terdapat
katalis-katalis di dalamnya. Reaktor jenis ini dapat digunakan untuk umpan yang
memiliki fase gas, liquid atau keduanya. Bentuk dari methanator (106-D) dapat
dilihat pada gambar 3.1
Inlet
Alumina Ball
Thermowell
Katalis
Alumina Ball
Outlet
Sumber : Manual Operating Book, Departemen Teknik Proses PUSRI
III Palembang
Gambar 3.1 Methanator
Keunggulan dari reaktor ini adalah dapat mereaksikan dua macam gas
sekaligus, pressure drop rendah, konversi tinggi, pengontrolan temperatur lebih
baik, hold up liquid tinggi, interaksi massa gas-cair yang tinggi dan kapasitas
produksi cukup tinggi. Kelemahannya adalah perpindahan massa dan panas rendah,
dapat menimbulkan reaksi samping, dan resistansi difusi intrapartikel sangat besar.
Desain dari methanator yang digunakan pada proses untuk hydrogen dan ammonia
plant umumnya berupa single bed system.
3.6.3 Katalis Metanasi
Katalis yang digunakan oleh methanator adalah logam nikel yang disangga
dengan alumina karena memiliki kereaktifan tinggi pada reaksi metanasi (Haerudin
dkk, 2003). Katalis yang digunakan pada methanator PUSRI-III tersebut bertipe
MET 134 dengan nikel sebagai fasa aktif dan alumina, kaolin, dan semen kalsium
aluminate sebagai komponen penyangga. Katalis yang digunakan pada reaksi
metanasi berupa nikel yang di-support dengan menggunakan alumina, hal ini
dilakukan agar aktivitas katalis semakin tinggi dan cenderung lebih stabil terhadap
suhu (Akasaka, 1966).
Katalis tersebut berukuran 1/4 hingga 1/8 inch dan berbentuk spehere atau
bola. Kandungan nikel pada katalis ini adalah sekitar 20%wt dan aluminate berupa
CaO dan Al2O3 sebanyak 1%wt. Terbentuknya katalis nikel dilakukan dengan
mereduksi NiO dengan menggunakan hydrogen. Reaksi yang terjadi saat katalis
NiO tersebut tereduksi adalah sebagai berikut:
0.8
y = 0.0078x + 0.6523 DP
ΔP, bar
0.6 R² = 0.6728
Desain
Linear (DP)
0.4
0.2
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
Waktu (Bulan)
Konversi CO vs Waktu
102.00
100.00
98.00
96.00
Konversi, %
94.00
92.00 Konver
si CO
90.00
y = -2E-05x4 + 0.0006x3 + 0.0129x2 - 0.3979x + 100.72
88.00 Desain
R² = 0.7588
86.00 Konver
si
84.00
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
Waaktu (Bulan Ke-)
100.00
98.00
96.00
Konversi, %
94.00 Konversi
CO2
92.00
Desain
90.00 Konversi
88.00 Linear
y = -0.0477x + 96.349 (Konversi
86.00 R² = 0.0275 CO2)
84.00
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
Waktu
Gambar 3.4 Grafik (Bulan)
konversi CO2 terhadap waktu
Namun apabila ditinjau kembali dari grafik pressure drop sebelumnya pada
gambar 3.2 dan dihubungkan dengan gambar 3.3 dan gambar 3.4 maka akan terlihat
perbedaan yang terjadi dari teori yang telah dijelaskan sebelumnya. Jika ditinjau
kembali, pada bulan ke-30, pressure drop mendekati nilai maksimumnya yaitu 0,9
dan nilai konversi CO pada bulan ke-30 nilainya sebesar 99% serta konversi pada
CO2 sebesar 96%. Penurunan juga terjadi sebelumnya namun tidak signifikan yaitu
pada bulan ke-12 atau bulan ke-81 jika dihitung dari bulan Mei 2007. Oleh karena
itu, nilai pressure drop bukanlah satu-satunya yang mempengaruhi konversi reaksi
yang terjadi.
Penurunan konversi dapat memberikan suatu hipotesa bahwa katalis
mengalami penurunan dalam aktivitasnya. Jika konversi menurun maka aktivitas
katalis dapat dikatakan mengalami penurunan juga. Namun, konversi sebenarnya
tidak hanya dipengaruhi oleh aktivitas katalis saja. Banyak faktor lain yang dapat
mempengaruhi konversi seperti pressure drop, banyaknya umpan masuk, laju alir,
dan sebagainya. Hubungan konversi dengan katalis adalah jika aktivitas katalis
mengalami penurunan maka akibatnya akan menurunkan konversi reaksi metanabsi
yang terjadi.
Peninjauan umur katalis berdasarkan konversi reaksi dapat dilakukan dengan
uji trial and error dari persamaan yang didapatkan. Pendekatan yang digunakan
adalah konversi pada CO yang mana memiliki trendline yang cukup baik yaitu
75,88%. Berdasarkan hasil trial and error, didapatlah sisa umur katalis yaitu 4
tahun lagi. Hal ini sama dengan sisa umur katalis dengan pendekatan pressure drop.
Sehingga lifetime keseluruhan katalis adalah 15 tahun.
1.4000
0.6000 ΔT 4
Poly. (ΔT 1)
0.4000
Poly. (ΔT 2)
y2 = 7E-05x3 - 0,0027x2 + 0,03x - 0,0533
0.2000 R² = 0,77
0.0000
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
-0.2000
Waktu (Bulan)
-0.4000
Berdasarkan gambar 3.6 dapat dilihat bahwa ∆T1 (bed 1) mulai mengalami
penurunan selisih temperatur pada bulan ke-12 atau bulan ke-121 jika dihitung dari
bulan Mei 2007. Hal ini menunjukkan bahwa mulai bulan ke-121 katalis pada bed
1 mulai terdeaktivasi, hingga pada bulan ke-37 nilai ∆T pada bed 1 mencapai nilai
0. Seiring dengan terjadinya deaktivasi pada bed 1, nilai ∆T pada bed 2 mulai
mengalami peningkatan, hal ini menunjukkan katalis di bed 2 mulai beraktivitas.
Nilai ∆T untuk bed 3 dan bed 4 masih konstan di angka 0 meskipun terdapat
kenaikan namun tidak terlalu signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa reaktan yang
melewati bed 3 dan bed 4 tidak terlalu banyak bereaksi pada area ini. Sehingga
beban kerja katalis pertama kali pada area bed 1. Temperatur bed 3 dan bed 4
cenderung konstan karena hanya menerima panas dari hasil reaksi yang terjadi pada
bed sebelumnya. Berdasarkan penurunan yang terjadi pada bed 1 dapat disimpulkan
bahwa umur katalis pada area bed 1 selama 132 bulan. Untuk mencari lamanya
seluruh area bed yang beroperasi selanjutnya maka digunakanlah pendekatan
dengan perbandingan kedalamann antara kedalaman bed 1 dengan keseluruhan bed
sehingga didapatlah lifetime katalis selama 17 tahun 2 bulan.
Lifetime ini sedikit jauh dari lifetime yang ditinjau dari pressure drop dan
konversi. Apabila ditinjau kembali hal ini dikarenakan grafik yang didapatkan
hanya menunjukkan aktivitas katalis pada area bed 1. Sehingga pendekatan untuk
memprediksi umur katalis secara keseluruhan menggunakan pendekatan
perbandingannya.
Kinerja katalis terlihat hanya bertumpu pada bed 1. Hal ini dikarenakan bed
1 merupakan area yang kontak pertama kali denga reaktan sehingga reaksi terjadi
pada area bed 1. Hal ini akan mengakibatkan katalis pada area bed 1 akan
terdeaktivasi kemudian digantikan pada area bed 2 dan seterusnya.
Grafik yang didapatkan tidak terlalu sempurna karena data yang digunakan
hanya 40 data. Namun pada grafik tersebut dapat menunjukkan letak dimana bed 1
mulai terdeaktivasi dan bed 2 mulai beraktifitas.
Gradien suhu yang terjadi pada area bed 3 dan 4 hanyalah efek dari reaksi
yang bersifat eksotermis namun tidak menutup kemungkinan bahwa reaktan yang
bersisa akan bereaksi kembali pada area ini. Sehingga keluaran CO dan CO2 pada
waktu tertentu akan bernilai 0. Sehingga konversi reaksi yang terjadi pada waktu
tersebut adalah 100%.
Berdasarkan peninjauan dari temperatur, sisa lifetime katalis masih lama
yaitu sekitar 6 tahun 2 bulan lagi. Hal ini juga diperhatikan dimana dua peninjauan
sebelumnya mendapatkan sisa lifetime sekitar 4 tahun lagi. Meskipun sedikit
berbeda namun menjadi bahan pertimbangan dalam penggantian katalis.
3.11 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan maka dapat disimpulkan:
1. Kinerja katalis pada unit Methanator 106-D beraktivitas dengan baik
dimana mengalami kenaikan dan penurunan namun tetap berada dibawah
range desainnya.
2. Lifetime katalis secara aktualnya didapatkan selama 15 tahun dimana
berbeda 4 tahun dari lifetime secara desainnya.
3. Kondisi operasi yang mempengaruhi kinerja katalis yaitu pressure drop,
konversi, space velocity, dsb.
3.12 Saran
Saran yang dapat diberikan kepada PT PUSRI terkhusunya pada Unit Amonia
PUSRI III yaitu :
1. Secepatnya mengevaluasi kembali kinerja katalis pada Methanator 106-D
dikarenakan telah melewati batas lifetime teknisnya.
2. Mengecek transmitter tekanan yang menunjukkan kondisi tekanan inlet
dan outlet pada Methanator 106-D jika terjadi sebuah kerusakan yang
menyebabkan data tidak terbaca akurat.
3. Melakukan penggantian katalis pada bulan Mei 2019 nanti atau lebih
tepatnya pada Turn Arround selanjutnya.
4. Mengoptimalkan kinerja CO2 removal dalam mengurangi peningkatan
leakage CO dan CO2